Oleh :
Kelompok 1
Dosen Pembimbing
Nanang Rokhman Saleh, S.Ag., M.Th.I
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
BAB I :
PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah........................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................................6
D. Manfaat Penulisan.................................................................................6
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................7
A. Konsep Hukum Islam............................................................................7
B. Sumber Hukum Islam............................................................................7
C. Tujuan Hukum Islam.............................................................................9
D. Menumbuhkan Kesadaran Taat Pada
Hukum......................................11
E. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Hukum
Nasional..............12
BAB III :
PENUTUP............................................................................................14
A. Simpulan..............................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
3
BAB I : PENDAHULUAN
4
excellence, suatu posisi yang belum pernah dicapai teknologi. Itu sebabnya
para penganut Barat menilai bahwa “adalah mustahil memahami Islam
tanpa memahami hukum Islam.”
Oleh karena itu, untuk mengkaji hukum Islam sangat dibutuhkan
suatu pemikiran yang komprehensif, untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, maka Al-Qur’an sendiri sebagai sumber primer yang memuat
kaidah-kaidah yang fundamental tentang hukum perlu pengkajian lebih
utuh, baik hal-hal yang eksoteris maupun esoterisis.
B. Rumusan Masalah
5
1. Apakah hukum islam bisa menjadi aspek untuk mengatur segala
kehidupan manusia?
2. Kenapa dikalangan plural menjadikan dua pandangan hukum islam
yang berbeda?
3. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran umat manusia pada
hukum?
4. Bagaimana hukum islam berkontribusi dalam perumusan hukum
nasional?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
6
BAB II : PEMBAHASAN
7
kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-permasalahan,
umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat pemikiran umat
muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukan
sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:
1. Al-Qur'an
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Qur'an, sebuah kitab
suci umat Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu
Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Qur'an memuat
kandungan-kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran,
kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya. Al-Qur'an
menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani
kehidupannya agar tercipta masyarakat yang ber akhlak mulia.
Namun norma hukum dasar yang terdapat di dalam al-
Quran masih sangat umum, sehingga kemudian perkembangannya
diperinci oleh hadits Rasul dan diperkaya dengan pemikiran ulama.
Norma hukum dasar yang bersifat umum dalam al-Quran tersebut
kemudian digolongkan dan dibagi ke dalam beberapa bagian atau
kaidah-kaidah yang lebih konkret guna dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Al-Hadist
Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala
sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa
perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist
terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan yang masih
global dalam Al-quran. Kata hadits yang mengalami perluasan
makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat berarti
segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan
dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun
hukum Islam.
3. Ijma’
8
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman
Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama.” Dan ijma’ yang
dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi pada zaman
sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin).
Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan
jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak,sehingga tak
dapat dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat. Selain itu,
waktu yang terus berkembang dan zaman yang juga ikut
berkembang membuat musyawarah kegiatan ijma juga ikut
berkembang. Saat ini, untuk membuat ijma atau sumber hukum
Islam yang ketiga harus diikuti oleh beberapa pihak, seperti
ahli ushul fiqih, para ulama, dan orang-orang ahli ijtihad.Contoh
Ijma: keputusan para alim ulama bahwa vaksinasi dan imunisasi
diperbolekan.
4. Qiyas
Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Qur'an, Al-Hadits
dan Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang
tidak ada dalil nashnya dalam Al-qur'an ataupun hadis dengan cara
membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak
diketahui hukumnya tersebut.Artinya jika suatu nash telah
menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam
dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui
permasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang
sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga,
maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang
ada nashnya. Contoh sederhananya seperti menqiyaskan beras
terhadap gandum dengan kesamaan keduanya merupakan makanan
pokok.
9
Pembentukan hukum Islam memiliki tujuan untuk merealisasikan
kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya
(dharûriyyah), kebutuhan sekunder (hâjiyyah) serta kebutuhan pelengkap
(tahsîniyyat).
yaitu sesuatu yang harus ada untuk kemaslahatan manusia. Jika kebutuhan
ini tidak dipenuhi kehidupan manusia akan menjadi kacau balau,
kemaslahatan tidak tercapai, dan kebahagiaan ukhrawi tidak bakal dapat
diraih. Menurut Jurnal Ilmiah Universitas Bataghari Jambi Vol.17 berjudul
Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, tujuan hukum islam
meliputi :
a. Pemeliharaan Akal
b. Pemeliharaan Kemuliaan
c. Pemeliharaan jiwa
10
d. Pemeliharaan keturunan
e. Pemeliharaan agama
f. Pemeliharaan harta
Syariat Islam telah menetapkan sanksi atas kasus pencurian. Hal ini
merupakan sanksi yang sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk
melakukan pelanggaran terhadap harta orang lain.
11
segala amal ibadah yang diperintahkan (amar makruf) baik ibadah
mahdhah maupun ghairu mahdhah, juga meninggalkan segala yang
dilarang (nahi munkar) sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, Hadits
Nabi dan juga ijma’ ulama.
12
dengan Hukum Islam. Beberapa regulasi perundangan tersebut dapat di
simak dalam rumusan berikut ini :
Selain dari itu dapat pula dikemukakan bahwa kini dalam sistem hukum di
Indonesia, kedudukan Hukum Islam sama dengan Hukum Adat
dan Hukum Barat. Hukum Islam menjadi sumber bagi
pembentukan Hukum Nasional yang akan datang di samping hukum-
hukum lainnya yang ada, tumbuh dan berkembang dalam Negara
Republik Indonesia.
13
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hukum Islam ini yaitu sumber hukum
Islam terbagi dalam empat bentuk yaitu Al Qur'an, Al Hadist, Ijma' dan Qiyas.
Keempat sumber hukum Islam ini bertujuan untuk menjamin kebutuhan
pokok maupun sekunder manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti
pemeliharaan akal, pemeliharaan jiwa, pemeliharaan agama, pemeliharaan
harta dan masih banyak lagi tujuan baik dari adanya hukum Islam pada
masyarakat.
Kita sebagai umat muslim yang baik hendaknya menaati peraturan
maupun hukum Islam serta hukum yang ada di masyarakat yaitu hukum
nasional. Dengan begitu kita akan merasa aman karena telah berkontribusi
dalam pelaksanaan hukum Islam serta hukum nasional di kehidupan sehari-
hari. Serta tanamkan dalam diri kita niat untuk mengamalkan syariat islam
yang baik dan benar agar kita dapat menjadi makhluk Allah SWT yang benar-
benar mendapatkan ridho dari Allah di dunia dan di akhirat.
Tanpa adanya sumber hukum Islam, maka umat Islam akan sulit
menentukan arah kehidupan yang baik dan sulit mengetahui cara agar bisa
mendekatkan diri kepada Allah. Setiap permasalahan yang ada di dunia ini
sudah ada di dalam sumber hukum Islam, sehingga bagi umat Islam sudah
seharusnya menaati setiap hukum Islam yang sudah berlaku.
B. Saran
Dari tinjauan teori dan uraian yang telah disampaikan dalam bab sebelumnya
maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu:
14
1. Hukum Islam yang mengatur tentang kehidupan sehari-hari hendaknya
dipelajari lebih dalam dan diamalkan agar selanjutnya tidak terjadi banyak
pertentangan dalam pelaksanaannya.
2. Sebagai warga negara dan umat islam yang baik, kita wajib mematuhi peraturan
yang telah dibuat pemerintah asal tidak bertolak belakang dengan syariat islam
demi tercapainya kemakmuran bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Zainudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006), hlm. 1.
15