Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMA SEBAGAI HUKUM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama di semester satu


Prodi S1 Kesehatan Masyarakat

Oleh :
Kelompok 1

2130022001_Riska Nur Hidayah


2130022009_Yulia Anggraeni

Dosen Pembimbing
Nanang Rokhman Saleh, S.Ag., M.Th.I

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat
merampungkan makalah ini, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari,
agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat


kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat
berharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat
kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,


khususnya bagi kami sendiri dan umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum wr.wb

Surabaya, 03 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar..........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
BAB I :
PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah........................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................................6
D. Manfaat Penulisan.................................................................................6
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................7
A. Konsep Hukum Islam............................................................................7
B. Sumber Hukum Islam............................................................................7
C. Tujuan Hukum Islam.............................................................................9
D. Menumbuhkan Kesadaran Taat Pada
Hukum......................................11
E. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Hukum
Nasional..............12

BAB III :
PENUTUP............................................................................................14
A. Simpulan..............................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

3
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hukum Islam sebagai hukum yang berasal dari wahyu Allah
merupan hukum yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Dimana
hukum Islam ini mengatur segala bentuk kehIdupan manusia dalam
menjalankan kehidupannya, baik dalam hubungan dengan Allah maupun
dengan sesama manusia.
Namun dikalangan masyarakat yang plural ,keberdaan hukum
Islam terdapat dua pandangan yang berbeda yaitu, yang pertama
mengatakan bahwa hukum Islam itu memiliki nilai-nilai yang universal
dan dinamis, sehingga dapat berlaku di manapun dan kapanpun dan yang
kedua mengatakan bahwa hukum Islam itu bersifat statis, tidak modern
dan hanya cocok untuk masyarakat tertentu dan waktu tertentu pula.
Melihat hal tersebut bisa saja dikatakan bahwa mengkin kedua belah pihak
melihat dari sudut pandang yang berbeda. Kenyataan ini agaknya tidak
dibenarkan sebagaimana dikatakan Nurcholis Madjid bahwa tidak semua
orang menyadari apa hakikatnya universalisme Islam itu, apalagi
implikasinya dalam bidang lain yang lebih luas.
Meskipun demikian, perlu diketahui hukum Islam adalah
sekumpulan aturan keagamaan yang mengatur perilaku kehidupan kaum
muslimin dalam keseluruhan aspeknya, baik yang bersifat individual
maupun kolektif. Karena karakteristik serba mencakup, hukum Islam
menempati posisi penting dalam pandangan umat muslim. Bahkan sejak
awalnya hukum Islam telah dianggap sebagai pengetahuna pure

4
excellence, suatu posisi yang belum pernah dicapai teknologi. Itu sebabnya
para penganut Barat menilai bahwa “adalah mustahil memahami Islam
tanpa memahami hukum Islam.”
Oleh karena itu, untuk mengkaji hukum Islam sangat dibutuhkan
suatu pemikiran yang komprehensif, untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, maka Al-Qur’an sendiri sebagai sumber primer yang memuat
kaidah-kaidah yang fundamental tentang hukum perlu pengkajian lebih
utuh, baik hal-hal yang eksoteris maupun esoterisis.

Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak


menyebutkan kata hukum Islam sebagai salah satu istilah. Yang ada di
dalam al-Quran adalah kata syarî’ah, fiqh, hukum Allah, dan yang seakar
dengannya. Istilah hukum Islam merupakan terjemahan dari islamic law
dalam literatur Barat. Istilah ini kemudian menjadi populer. Untuk lebih
memberikan kejelasan tentang makna hukum Islam maka perlu diketahui
lebih dulu arti masing-masing kata. Kata hukum secara etimologi berasal
ُ H ‫َ ح‬hakama-yahkumu yang
dari akar kata bahasa Arab, yaitu َ ْ‫ َم َحك‬-‫ك ُم ي‬
kemudian bentuk mashdar-nya menjadi ‫ ُ ماًْحك‬hukman. Lafadz ‫ُحك ُاَل‬
ْ ‫ ْم‬al-
hukmu adalah bentuk tunggal dari bentuk jamak ُ .ahkâm-al ‫ام‬HH‫ْاَ َل ْح َك‬
Berdasarkan akar kata ‫ َ َمك َح‬hakama tersebut kemudian muncul kata ُ ْ ِ‫ح ْ َكمة‬
‫ َل ا‬al-hikmah yang memiliki arti kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan
bahwa orang yang memahami hukum kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari maka dianggap sebagai orang yang bijaksana. Arti
lain yang muncul dari akar kata tersebut adalah “kendali atau kekangan
kuda”, yakni bahwa keberadaan hukum pada hakikatnya adalah untuk
mengendalikan atau mengekang seseorang dari hal-hal yang dilarang oleh
agama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan


sebagai berikut :

5
1. Apakah hukum islam bisa menjadi aspek untuk mengatur segala
kehidupan manusia?
2. Kenapa dikalangan plural menjadikan dua pandangan hukum islam
yang berbeda?
3. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran umat manusia pada
hukum?
4. Bagaimana hukum islam berkontribusi dalam perumusan hukum
nasional?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hukum islam yang ada indonesia


2. Untuk mengetahui apa saja hukum islam yang menjadi pandangan
masyarakat
3. Menumbuhkan kesadaran dan kontribusi umat islam dalam perumusan
hukum nasional

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari mempelajari hukum islam yaitu kita dapat


mengetahui hukum islam dan meningkatkan kesadaran kita terhadap
hukum islam. Serta ikut berkontribusi dalam perumusan hukum islam
maupun hukum nasional.

6
BAB II : PEMBAHASAN

A. Konsep Hukum Islam

Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang


didasarkan dan merujuk pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW mengenai tingkah laku mukalaf (orang yang sudah
dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi
semua pemeluknya.
Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul
untuk melaksanakannya secara total. Syariat Islam menurut istilah berarti
hukum-hukum yang diperintahkan Allah SWT untuk umat-Nya yang
dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan
(aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah.
Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat
manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata Islam bukanlah
hanya sebuah agama yang mengajarkan tentang bagaimana menjalankan
ibadah kepada Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan
Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan
hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada
seluruh ajaran Islam, khususnya Al-Quran dan Hadits

B. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum islam di indonesia bukan hanya sebuah teori saja


namun adalah sebuah aturan-aturan untuk diterapkan di dalam sendi

7
kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-permasalahan,
umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat pemikiran umat
muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukan
sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:
1. Al-Qur'an
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Qur'an, sebuah kitab
suci umat Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu
Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Qur'an memuat
kandungan-kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran,
kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya. Al-Qur'an
menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani
kehidupannya agar tercipta masyarakat yang ber akhlak mulia.
Namun norma hukum dasar yang terdapat di dalam al-
Quran masih sangat umum, sehingga kemudian perkembangannya
diperinci oleh hadits Rasul dan diperkaya dengan pemikiran ulama.
Norma hukum dasar yang bersifat umum dalam al-Quran tersebut
kemudian digolongkan dan dibagi ke dalam beberapa bagian atau
kaidah-kaidah yang lebih konkret guna dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Al-Hadist
Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala
sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa
perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist
terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan yang masih
global dalam Al-quran. Kata hadits yang mengalami perluasan
makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat berarti
segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan
dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun
hukum Islam.
3. Ijma’

8
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman
Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama.” Dan ijma’ yang
dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi pada zaman
sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin).
Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan
jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak,sehingga tak
dapat dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat. Selain itu,
waktu yang terus berkembang dan zaman yang juga ikut
berkembang membuat musyawarah kegiatan ijma juga ikut
berkembang. Saat ini, untuk membuat ijma atau sumber hukum
Islam yang ketiga harus diikuti oleh beberapa pihak, seperti
ahli ushul fiqih, para ulama, dan orang-orang ahli ijtihad.Contoh
Ijma: keputusan para alim ulama bahwa vaksinasi dan imunisasi
diperbolekan.
4. Qiyas
Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Qur'an, Al-Hadits
dan Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang
tidak ada dalil nashnya dalam Al-qur'an ataupun hadis dengan cara
membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak
diketahui hukumnya tersebut.Artinya jika suatu nash telah
menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam
dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui
permasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang
sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga,
maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang
ada nashnya. Contoh sederhananya seperti menqiyaskan beras
terhadap gandum dengan kesamaan keduanya merupakan makanan
pokok.

C. Tujuan Hukum Islam

9
Pembentukan hukum Islam memiliki tujuan untuk merealisasikan
kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya
(dharûriyyah), kebutuhan sekunder (hâjiyyah) serta kebutuhan pelengkap
(tahsîniyyat).

1. Kebutuhan primer (al-umur aldlaruriyyah / ‫ الضرورية األمور‬,

yaitu sesuatu yang harus ada untuk kemaslahatan manusia. Jika kebutuhan
ini tidak dipenuhi kehidupan manusia akan menjadi kacau balau,
kemaslahatan tidak tercapai, dan kebahagiaan ukhrawi tidak bakal dapat
diraih. Menurut Jurnal Ilmiah Universitas Bataghari Jambi Vol.17 berjudul
Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, tujuan hukum islam
meliputi :

a. Pemeliharaan Akal

Tujuan hukum Islam yang pertama adalah mengembangkan dan


menjaga akal. Hukum Islam mengharamkan segala sesuatu yang dapat
memabukkan dan melemahkan ingatan, seperti minuman keras atau
beralkohol, serta mengonsumsi narkoba. Islam menganjurkan setiap
Muslim untuk mencari ilmu dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya.

b. Pemeliharaan Kemuliaan

Hukum Islam menjaga kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar


dari hal-hal yang dapat mencemari nama baik dan kehormatannya. Syariat
Islam mengatur masalah tentang fitnah atau tuduhan dan melarang untuk
membicarakan orang lain.

c. Pemeliharaan jiwa

Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga dan patut dijaga


keselamatannya. Hukum Islam telah menetapkansanksi atas pembunuhan,
terhadap siapa saja yang membunuh seseorang tanpa alasan yang benar.

10
d. Pemeliharaan keturunan

Hukum Islam menjaga kelestarian dan terjaganya garis keturunan.


Dengan demikian, seorang anak yang lahir melalui jalan resmi pernikahan
akan mendapatkan haknya sesuai garis keturunan dari ayahnya.

e. Pemeliharaan agama

Hukum Islam memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk


menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Akan tetapi, Islam
mempunyai sanksi bagi setiap muslim yang murtad agar manusia lain
tidak mempermainkan agamanya.

f. Pemeliharaan harta

Syariat Islam telah menetapkan sanksi atas kasus pencurian. Hal ini
merupakan sanksi yang sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk
melakukan pelanggaran terhadap harta orang lain.

2. Kebutuhan sekunder (al-umur alhajjiyyah / ‫ الحاجية األمور‬,

yaitu kebutuhan untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan dan kesempitan


atau kekhawatiran dalam menjaga kelima kebutuhan pokok.

3. Kebutuhan tertier (al-umur altahsiniyyah / ‫التحسينية األمور‬

yaitu kebutuhan pelengkap bagi manusia dalam menunjang pemenuhan


kebutuhan primer dan sekunder.

D. Menumbuhkan Kesadaran Taat Pada Hukum

Taat pada hukum Allah merupakan suatu kewajiban mutlak yang


tidak bisa ditawar-tawar oleh setiap insan ciptaan-Nya. Jika mengingkari,
bahkan menolak hukum Allah, maka kesengsaraan dan kemurkaan Allah
yang akan didapatkan dalam kehidupan, serta azab yang maha berat di hari
pembalasan. Taat pada hukum Allah dapat dilakukan dengan menjalankan

11
segala amal ibadah yang diperintahkan (amar makruf) baik ibadah
mahdhah maupun ghairu mahdhah, juga meninggalkan segala yang
dilarang (nahi munkar) sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, Hadits
Nabi dan juga ijma’ ulama.

Dalam Alquran Surat Ali Imran ayat juga ditegaskan, “Katakanlah:


hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika kamu berpaling,
maka sesungguh-nya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir”.

Begitu pula dalam menaati hukum nasional yang tertulis maupun


yang tidak tertulis. Kita sebagai mahkluk tuhan dan sebagai warga negara
yang baik hendaknya meningkatkan kesadaran taat pada hukum sesuai
dengan syariat Islam. Salah satu contoh menumbuhkan rasa taat hukum
yaitu dimulai dari diri sendiri, kemudian mencontohkan pada
keluarga,teman maupun saudara. Rasa taat pada hukum akan memberi kita
kenyamanan karena tidak melanggar syariat Islam maupun peraturan
pemerintah. Seseorang yang taat hukum akan mempunyai kesadaran
terhadap aturan atau hukum apabila ia sudah mematuhi hukum yang
berlaku di negara nya dan hukum yang berlaku pada syariat Islam.

E. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Hukum Nasional

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum di


Indonesa nampak jelas setelah Indonesia merdeka. Walaupun demikian,
bukan berarti pada fase awal sebelum proklamasi kemerdekaan umat Islam
tidak memiliki kontribusi terhadap negara Indonesia. Banyak hal yang
telah dilakukan oleh umat Islam di Indonesia termasuk salah satunya
adalah lahirnya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga
merupakan hasil perjuangan umat Islam dengan beberapa komponen
bangsa yang lainnya. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan
penegakan hukum, dewasa ini semakin nampak jelas dengan ditandai
lahirnya beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan langsung

12
dengan Hukum Islam. Beberapa regulasi perundangan tersebut dapat di
simak dalam rumusan berikut ini :

1. UU No. 1 Tahun 1974 merupakan undang-undang yang mengatur


perkawinan
2. UU No. 7 Tahun 1989 berkaitan dengan peradilan agama
3. UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
4. Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
5. PP. No. 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik
6. Dan masih banyak lagi.

Selain dari itu dapat pula dikemukakan bahwa kini dalam sistem hukum di
Indonesia, kedudukan Hukum Islam sama dengan Hukum Adat
dan Hukum Barat. Hukum Islam menjadi sumber bagi
pembentukan Hukum Nasional yang akan datang di samping hukum-
hukum lainnya yang ada, tumbuh dan berkembang dalam Negara
Republik Indonesia.

13
BAB III : PENUTUP

A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hukum Islam ini yaitu sumber hukum
Islam terbagi dalam empat bentuk yaitu Al Qur'an, Al Hadist, Ijma' dan Qiyas.
Keempat sumber hukum Islam ini bertujuan untuk menjamin kebutuhan
pokok maupun sekunder manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti
pemeliharaan akal, pemeliharaan jiwa, pemeliharaan agama, pemeliharaan
harta dan masih banyak lagi tujuan baik dari adanya hukum Islam pada
masyarakat.
Kita sebagai umat muslim yang baik hendaknya menaati peraturan
maupun hukum Islam serta hukum yang ada di masyarakat yaitu hukum
nasional. Dengan begitu kita akan merasa aman karena telah berkontribusi
dalam pelaksanaan hukum Islam serta hukum nasional di kehidupan sehari-
hari. Serta tanamkan dalam diri kita niat untuk mengamalkan syariat islam
yang baik dan benar agar kita dapat menjadi makhluk Allah SWT yang benar-
benar mendapatkan ridho dari Allah di dunia dan di akhirat.
Tanpa adanya sumber hukum Islam, maka umat Islam akan sulit
menentukan arah kehidupan yang baik dan sulit mengetahui cara agar bisa
mendekatkan diri kepada Allah. Setiap permasalahan yang ada di dunia ini
sudah ada di dalam sumber hukum Islam, sehingga bagi umat Islam sudah
seharusnya menaati setiap hukum Islam yang sudah berlaku.

B. Saran
Dari tinjauan teori dan uraian yang telah disampaikan dalam bab sebelumnya
maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu:

14
1. Hukum Islam yang mengatur tentang kehidupan sehari-hari hendaknya
dipelajari lebih dalam dan diamalkan agar selanjutnya tidak terjadi banyak
pertentangan dalam pelaksanaannya.

2. Sebagai warga negara dan umat islam yang baik, kita wajib mematuhi peraturan
yang telah dibuat pemerintah asal tidak bertolak belakang dengan syariat islam
demi tercapainya kemakmuran bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, Sumber Hukum Islam


https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Islam_di_Indonesia#:~:text=Hukum
%20Islam%20atau%20syariat%20islam,yang%20mengikat%20bagi
%20semua%20pemeluknya. (diakses tgl 30 September 2022)

Jurnal Universitas Sunan Ampel Surabaya tentang Hukum Islam,


http://digilib.uinsby.ac.id/6058/5/Bab%201.pdf (diakses tgl 3 oktober
2022)

Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta tentang Tujuan Hukum Islam


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-marzuki-mag/38-ppt-dr-
marzuki-mag-karakteristik-prisnsip-dan-tujuan-hukum-islam.pdf (diakses
tgl 3 oktober 2022)

Rohidin, Pengantar Hukum Islam dari Semenanjung Arabia Sampai Indonesia,


(Yogyakarta: Lintang Raksi Aksara Group,2016)

Zainudin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006), hlm. 1.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 berjudul Hukum Islam,


Demokrasi dan Hak Asasi Manusia.

Hambali M, Jurnal Universitas Airlangga Surabaya, berjudul Hukum Islam Dan


Kontribusi Umat Islam Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai