Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok Hari : Jum’at

Mk. Agama Islam Tanggal : 10 September 2019

Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Indonesia

Disusun oleh :
Kelompok 4 Gizi Tk. 1B

1.Sri Wahyuni P031913411076

2. Nur Angraini P031913411062

3. Salwa P031913411072

Dosen Pembimbing :

Mawardi

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

T.A. 2019/2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul “Hukum Islam dan Kontribusi Bermasyarakat”. Atas bantuan dosen
dan pembimbing kami semua, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak menerima terima kasih kepada Bapak Mawardi,
selaku dosen pembimbing yang menambakan bimbingan, saran, ide dan kesempatan kepada
penulis.

Penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh dikarenakan itu, panduan
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan benar-benar dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 6 September 2019

Penulis

ii
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………………………………. i
Kata Pengantar………………………………………………………………………………. ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….. iii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………….. 1
1.1.Latar Belakang…………………………………………………………………………... 1
1.2.Rumusan masalah……………………………………………………………………….. 2
1.3.Tujuan penulisan………………………………………………………………………… 2
Bab II Pembahasan………………………………………………………………………….. 3
A. Pengertian ……………………………….…………………………………………… 3
B. Sumber Hukum Islam ……………………………………………….......................... 4
1. Al-Qur’an ……………………………………………………………………………. 4
2. Al-Hadist ………………………………………………………................................. 5
3. Ijma’ …………………………………………………………………………………. 5
4. Qiyas …………………………………………………………………………………. 5
C. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat …………………………….. 6
D. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Sistem Hukum Nasional ........................... 7
Bab III Penutupan……………………………………………………………………………. 10
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………………… 10
3.2. Saran…………………………………………………………………………………….. 10
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….. 11

iii
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Pengertian Allah sebagai Al Hakim berarti Allah menurunkan hukum-hukum kepada


manusia dalam bentuk Al-Qur’an dan As-Sunnah. Indonesia merupakan salah satu negara
yang termasuk ke dalam negara hukum. Hukum adalah aturan yang tak bisa lepas dari
kehidupan sehari-hari kita dimana tiap-tiap sendi kehidupan kita berada dalam naungan
hukum. Kita sebagai tinggai pelajar Indonesia harus ikut menjunjung tinggi hukum.
Jangan cuma ikut-ikutan orang lain, kita harus mempelajari dan sadar akan pentingnya
hukum untuk negeri kita maupun diri sendiri.

Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Islam
mengajarkan syari’at dan aturan-aturan yang menjadi perilaku setiap umat muslim yang
beragama. Islam tidak hanya mengandung syari’at dan aturan tentang Islam, tapi juga
memberikan hak kepada setiap umat muslim. Ada beberapa hal yang harus diberikan
penjelasan, yaitu mengenai hukum islam, fungsi hukum islam, kontribusi umat islam,
serta hak asasi manusia setiap umat islam.

Hukum atau “law” berarti keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kesejahteraan umat manusia. Hukum contribution Islam adalah segala
peraturan hidup yang bersumber pada Al Qur’an yang sudah ada dalam kurun waktu
tertentu sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Setiap umat muslim harus patuh pada
hukum Islam sebagaimana fungsinya ialah untuk melindungi dan mensejahterakan
masyarakat.

Hak asasi manusia (HAM) menurut Islam itu sendiri harus merujuk pada ajaran Allah
dan apa yang diperbuat Nabi Muhammad SAW, jauh sebelum lahirnya piagam-piagam
Hak Asasi Manusia di Barat. Piagam Madinah yang dibuat oleh Nabi saw pada tahun 622
M.

Sejak berabad-abad dan beratusan tahun Indonesia di kalangan umat islam dikenal di
seluruh dunia, karena islam di indonesia hampir semua masyarakatnya menganut agama
islam. Islam judga kadang disebut dengan fiqih karena didalam islam fiqih mengandung
ayat atau isi yang terkandung dalam aturan atau tatacara dalam islam dari segi
penampilan, ataupun sikap dan rukun rung yang ada didalam islam.

Ada beberapa konsep hukum islam di indonesia diantaranya :

1. Masi kuatnya anggapan bahwa taqlid (mengikuti pendapat ulama terdahulu)


2. Hukum di Indonesia dalam konteks sosial politik mengandung polemic
3. Persepsi sebagian masyarakat mengandung faham fiqih

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia?


2. Bagaimana sumber hukum islam dari al-quran, al-hadits, ijma’, dan qiyas.
3. Apa fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat
4. Bagaimana kontribusi umat islam dalam perumusan sistem hukum nasional dalam
lahirnya UUD 1945, lahirnya UU No. 1 Tahun 1974, dan Peradialn Agama dan
Pengelolaan Zakat

1.3. Tujuan Masalah

 Untuk mengetahui pengertian hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
 Untuk mengetahui sumber-sumber hukum islam
 Untuk mengetahui maksud fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat
 Untuk mengetahui kontribusi umat islam dalam perumusan sistem hukum nasional
dalam lahirnya UUD 1945, lahirnya UU No. 1 Tahun 1974, dan Peradialn Agama dan
Pengelolaan Zakat

2
Bab II
Pembahasan
2.1. Pengertian

Hukum Islam

Pengertian hukum Islam dapat diketahui berdasarkan dua istilah atau kata dasar yang
membangunnya yaitu kata ‘hukum’ dan ‘Islam’. Hukum dapat diartikan dengan peraturan dan
undang-undang . Hukum dapat dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma-norma yang
mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik itu berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa. Kata kedua yaitu ‘Islam’, mengandung arti sebagai agama Allah yang
diamanatkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk mengajarkan dasar-dasar dan syariatnya dan juga
mendakwahkannya kepada semua manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya. Dengan
pengertian yang sederhana, Islam berarti agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. untuk
disampaikan kepada umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hidupnya baik di dunia maupun di
akhirat kelak.

Dari gabungan dua kata ‘hukum’ dan ‘Islam’ itulah muncul istilah hukum Islam. Dengan
kalimat yang lebih singkat, pengertian hukum Islam dapat didefinisikan singkat sebagai hukum yang
bersumber dari ajaran Islam. Hukum Islam secara umum mencakup syariah dan Fiqih .syariah yang
artinya seperangkat aturan yang bersumber dari Allah SWT dan Rasulullah SAW untuk mengatur
tingkah laku manusia baik dalam berhubungan dengan Tuhannya (ibadah) maupun dalam rangka
berhubungan dengan sesamanya (muamalah). Sedangkan Fiqih merupakan penjelasan atau uraian
yang lebih rinci dari apa yang sudah ditetapkan oleh syariah. Namun, harus dipahami pula bahwa
hukum Islam itu tidak sama persis dengan syariah dan tidak sama persis dengan Fiqih. Tetapi juga
tidak berarti bahwa hukum Islam itu berbeda sama sekali dengan syariah dan Fiqih. Maksudnya dapat
dikatakan pengertian hukum Islam itu mencakup pengertian syariah dan Fiqih, karena hukum Islam
yang dipahami di Indonesia ini terkadang dalam bentuk syariah dan terkadang dalam bentuk Fiqih,
sehingga kalau seseorang mengatakan hukum Islam, harus dicari dulu kepastian maksudnya, apakah
yang berbentuk syariah ataukah Fiqih. Hal inilah yang tidak dipahami oleh sebagian besar kaum
Muslim di Indonesia, sehingga hukum Islam terkadang dipahami dengan kurang tepat, bahkan salah.

Kontribusi Umat Islam

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hokum di Indonesia tampak
jelas setelah Indonesia merdeka. Sebagai hokum yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, hokum Islam telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam. Penelitian yang dilakukan secara nasional oleh Universitas
Indonesia dan BPHN (1977/1978) menunjukkan dengan jelas kecenderungan umat Islam
Indonesia untuk kembali ke identitas dirinya sebagai muslim dengan mentaati dan
melaksanakan hokum Islam. Kecenderungan ini setelah tahun enam puluhan diwujudkan
dalam bentuk kewajiban menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah
dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen
Pendidikan Nasional). 3
Realitas kehidupan beragama di Indonesia lainnya adalah maraknya kehidupan beragama
Islam setelah tahun 1966 dan perkembangan global kebangkitan umat Islam di seluruh dunia.
Selain dari itu, perkembangan hokum Islam di Indonesia ditunjang pola oleh sikap
pemerintah terhadap hokum agama (hokum Islam) yang dipergunakan sebagai sarana atau
alat untuk memperlancar pelaksanaan kebijakan pemerintah, misalnya dalam Program
Keluarga Berencana dan program-program lainnya. Setelah Indonesia merdeka, muncul
pemikir hokum Islam terkemuka di Indonesia, seperti Hazairin dan TM.Hasbi ash-Shiddieqy,
mereka berbicara tentang pengembangan dan pembaharuan hokum Islam bidang muamalah
di Indonesia. Hasbi misalnya menghendaki fiqih Islam dengan pembentukan fiqih Indonesia
(1962), Syafrudin Prawiranegara (1967) mengemukakan idenya pengembangan sistem
ekonomi Islam yang diatur menurut hokum Islam. Gagasan ini kemudian melahirkan bank
Islam dalam bentuk Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun 1992 yang beroperasi menurut
prinsip-prinsip hokum Islam dalam pinjam meminjam, jual beli, sewa menyewa dan
sebagainya dengan mengindahkan hokum dan peraturan perbankan yang berlaku di
Indonesia.

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hokum pada akhir-akhir ini
semakin tampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hokum Islam, seperti Undang-undang Republik Indonesia Nomor I Tahun
1974 tentang perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik , Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, Instruksi Presuden Nomor I tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan Undang-
undang Republik Indonesia Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Haji.

2.2. Sumber Hukum Islam

 1.Alquran
Alquran adalah sumber utama hukum Islam. Alquran adalah kumpulan wahyu Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW sehingga tidak ada keraguan padanya. Alquran
memiliki sekitar 500 ayat yang bersifat hukum. 500 ayat tersebut dikelompokkan
dalam empat kelompok:
a.Perintah-perintah singkat, bersifat umum tanpa disertai aturan terperinci tentang
bagaiman pelaksanaan perintah itu. Contoh: shalat, puasa, dan zakat.
b.Perintah-perintah singkat dan terperinci,firman Allah SWT yang disertai sedikit
penjelasan. Penjelasan lebih lanjut terdapat dalam hadis. Contoh: aturan tentang
hubungan antara kaum muslim dengan kaum non-muslim
c.Perintah-perintah terperinci, firman Allah SWT dengan perincian lengkap sehingga
tidak perlu penjelasan lebih jauh. Contoh: aturan tentang waris
d.Prinsip-prinsip pedoman pokok,prinsip ini tidak disertai dengan penjelasan
mengenai cara perberlakuannya sehingga harus ditentukan melalui ijtihad di setiap
masa.

4
 Hadits dan Sunah
Hadis adalah ucapan yang berhubungan dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Sunah adalah keseluruhan praktik kehidupan yang dijalani oleh Nabi Muhammad
SAW. Jenis sunnah: sunnah qawliyah (ucapan), sunnah fi’liyyah (perbuatan), dan
sunnah taqririyyah (persetujuan)
 Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat nabi saw di seluruh massa
atas hukum syariat. Oleh karena itu, kesepakatan mereka baik di massa sahabat atau
setelahnya tentang suatu hukum dari hukum-hukum syariat, maka hal itu dinamakan
ijma’ dan umat Muslim wajib melaksanakannya Ijma' terbagi menjadi dua:
 Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan pendapatnya dengan
lisan ataupun tulisan yang meneangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di
masanya.
 Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak mengatakan
pendapatnya.

Contoh Ijma adalah kesepakatan para sahabat nabi saw, tentang seorang kakaek itu
mendapatkan bagian waris seperenam dari tirkah jika bersama dengan anak laki laki
dan tidak adanya bapak.
Sehingga kedudukan ijma’ berada diposisi ketiga sebagai rujuan atau sumber hukum
islam. Jika tidak menemukan hukum dalam al-quran dan sunnah.

 Qiyas
Qiyas adalah menyamakan suatu hal yang belum ditentukan hukum syariatnya dengan
hal lain yang telah ada penjelsan hukumnya karena adanya suatu alasan yang sama
antara keduanya. Qiyas merupakan alternatif setelah kita tidak menemukan hukum
atas suatu masalah didalam al-quran, sunnah, maupun ijma’.
Adapun rukum atau komponen didalam qiyas:
- masalah yang diqiyaskan (far’)
- masalah yang dijadikan rujuakan qiyas (asl)
- hukum dari asl
- adanya persamaan sebab (illat) antara far’ dan asl.

Contoh qiyas yaitu masalah khamr. Sebeb keharamannya adalah karena khmar
memabukkan yang dapat menghilangkan kesadaran akal. Maka, kita menemukan
minuman dengan nama lain tersebut memabukkan, maka hukumnya haram, karena
diqiyaskan (disamakan) dengan khamr.

5
2.3. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat

 Fungsi ibadah merupakan fungsi utamanya dalam berhubungan dengan Allah swt
 Fungsi amar ma’ruf nahi munkar, mencipatakan kebaikan dan menghindari
kemudharatan
 Fungsi zawajir(penjeraan), terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, serta
disertai ancaman hukumannya
 Fungsi tanzim wa ishlah al-ummah(organisasi dan rehabilitasi masyarakat),
memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujud masyarakat yang harmonis,
aman dan sejahtera.

2.4. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan Sistem Hukum Nasional

Beberapa kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum indonesia, yaitu :
1. Lahirnya UUD 1945
Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar Indonesia
Merdeka.Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak disangsikan lagi peran
kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas
lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud
didirikannya negara Indonesia. Panitia terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim
atau para ulama kecuali satu orang beragama Kristen. Meski dalam persidangan-persidangan
merumuskan dasar negara Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah
Endang Saefudin Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan
kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul Kahar
Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar
Islam dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah
pimpinan Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari
agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga
melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang
berbunyi :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari Mukaddimah
UUD 1945. Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang lahir tanggal 17 Agustus 1945
adalah republik yang berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya Meskipun keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam
Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti dengan kalimat “Yang Maha Esa”.

6
Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan Kibagus
Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan” Yang Maha Esa” tersebut tidak
lain adalah tauhid.
Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan
tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas desakan-desakan para ulama
kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak berani. Saat itu Bung Karno keliling
menemui para ulama misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari
Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.

2. Lahirnya UU Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974)


Pengaturan perkawinan di Indonesia tidak dapat lepas dari keterlibatan tiga
pihak/kepentingan, yaitu kepentingan agama, kepentingan negara dan kepentingan
perempuan.M. Syura’i, S.H.I. dalam tulisannya tanggal 6 November 2010 yang berjudul
“Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan” menjelaskan bahwa Kelahiran
Undang-undang perkawinan telah mengalami rentetan sejarah yang cukup panjang. Bermula
dari kesadaran kaum perempuan Islam akan hak-haknya yang merasa dikebiri oleh dominasi
pemahaman fikih klasik atau konvensional yang telah mendapat pengakuan hukum, mereka
merefleksikan hal tersebut dalam pertemuan-pertemuan yang kelak menjadi embrio lahirnya
Undang-Undang Perkawinan. Arso Sosroatmojo mencatat bahwa pada rentang waktu 1928
kongres perempuan Indonesia telah mengadakan forum yang membahas tentang keburukan-
keburukan yang terjadi dalam perkawinan di kalangan umat Islam. Hal tersebut juga pernah
dibicarakan pada dewan rakyat (volksraad).
Umat Islam waktu itu mendesak DPR agar secepatnya mengundangkan RUU tentang Pokok-
Pokok Perkawinan bagi umat Islam, namun usaha tersebut menurut Arso Sosroatmodjo tidak
berhasil.Simposium Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) pada tanggal 1972 menyarankan
agar supaya PP ISWI memperjuangkan tentang Undang-Undang Perkawinan. Selanjutnya
organisasi Mahasiswa yang ikut ambil bagian dalam perjuangan RUU Perkawinan Umat
Islam yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang telah mengadakan diskusi panel pada
tanggal 11 Februari 1973.
Akhirnya setelah bekerja keras, pemerintah dapat menyiapkan sebuah RUU baru. Tanggal 31
Juli 1973 pemerintah menyampaikan RUU tentang Perkawinan yang baru kepada DPR, yang
terdiri dari 15 (lima belas) bab dan 73 (tujuh puluh tiga) pasal. RUU ini mempunyai tiga
tujuan, yaitu memberikan kepastian hukum bagi masalah-masalah perkawinan sebab sebelum
adanya undang-undang maka perkawinan hanya bersifat judge made law, untuk melindungi
hak-hak kaum wanita sekaligus memenuhi keinginan dan harapan kaum wanita serta
menciptakan Undang-undang yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Pada tanggal 17-18 September, wakil-wakil Fraksi mengadakan forum pandangan umum atas
RUU tentang Perkawinan sebagai jawaban dari pemerintah yang diberikan Menteri Agama
pada tanggal 27 September 1973. Pemerintah mengajak DPR untuk secara bersama bisa
memecahkan kebuntuan terkait dengan RUU Perkawinan tersebut.

7
Secara bersamaan, untuk memecahkan kebuntuan antara pemerintah dan DPR diadakan lobi-
lobi antara fraksi-fraksi dengan pemerintah. Antara fraksi ABRI dan Fraksi PPP dicapai suatu
kesepakatan antara lain:
1. Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau ditambah;
2. Sebagai konsekuensi dari poin pertama itu, maka hal-hal yang telah ada dalam Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1964 dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tetap dijamin
kelangsungannya dan tidak akan diadakan perubahan; dan
3. Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin disesuaikan dengan
undang-undang perkawinan yang sedang dibahas di DPR, segera akan dihilangkan.
Hasil akhir undang-undang perkawinan yang disahkan DPR terdiri dari 14 (empat belas) bab
yang dibagi dalam 67 (enam puluh tujuh) pasal, berubah dari rancangan semula yang
diajukan pemerintah ke DPR, yaitu terdiri dari 73 pasal.

3. Lahirnya Peradilan Agama


Peradilan Islam di Indonesia yang kemudian dikenal dengan istilah Peradilan Agama telah
ada dan dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka. Peradilan Agama ada dan seiring dengan
perkembangan kelompok masyarakat di kala itu, yang kemudian memperoleh bentuk-bentuk
ketatanegaraan yang sempurna dalam kerajaan Islam. Hal ini diperoleh karena masyarakat
Islam sebagai salah satu komponen anggota masyarakat adalah orang yang paling taat
hukum, baik secara perorangan maupun secara kelompok.Perjalanan lembaga Peradilan
Agama hingga era satu atap ini mengalami pasang surut dan tantangan yang sangat berat,
baik secara kelembagaan maupun secara konstitusional.
Lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan memperkokoh
keberadaan pengadilan agama. Di dalam undang-undang ini tidak ada ketentuan yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Pasa12 ayat (1) undang-undang ini semakin memperteguh
pelaksanaan ajaran Islam (Hukum Islam).
Suasana cerah kembali mewarnai perkembangan peradilan agama di Indonesia dengan
keluarnya Undang- undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah
memberikan landasan untuk mewujudkan peradilan agama yang mandiri, sederajat dan
memantapkan serta mensejajarkan kedudukan peradilan agama dengan lingkungan peradilan
lainnya.
Dalam sejarah perkembangannya, personil peradilan agama sejak dulu selalu dipegang oleh
para ulama yang disegani yang menjadi panutan masyarakat sekelilingnya. Hal itu sudah
dapat dilihat sejak dari proses pertumbuhan peradilan agama sebagai-mana disebut di atas.
Pada masa kerajaan-kerajaan Islam, penghulu keraton sebagai pemimpin keagamaan Islam di
lingkungan keraton yang membantu tug as raja di bidang keagamaan yang bersumber dari
ajaran Islam, berasal dari ulama seperti KaBjeng Penghulu Tafsir Anom IV pada Kesunanan
Surakarta. Ia pemah mendapat tugas untuk membuka Madrasah Mambaul Ulum pada tahun
1905. Namun sejak tahun 1970-an, perekrutan tenaga personil di lingkungan peradilan agama
khususnya untuk tenaga hakim dan kepaniteraan mulai diambil dati alumni lAIN dan
perguruan tinggi agama.

8
Dari uraian singkat tentang sejarah perkembangan peradilan agama tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa peradilan agama bercita-cita untuk dapat memberikan pengayoman dan
pelayanan hukum kepada masyarakat.

4. Pengelolaan Zakat
Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat menetapkan bahwa tujuan
pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah Zakat.
2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagaman dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna Zakat.
Guna untuk tercapainya tujuan yang lebih optimal bagi kesejahteraan umum untuk seluruh
lapisan masyarakat, maka UU tentang Pengelolaan zakat mencakup pula tentang pengelolaan
infaq, sodhaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat. Hanya saja sistem pengadministrasian
keuangannya dilakukan secara terpisah. Terpisah antara zakat dengan Infaq, shodaqah, dan
lain sebagainya

9
Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan

Pengertian hukum Islam dapat didefinisikan singkat sebagai hukum yang bersumber dari
ajaran Islam. Hukum Islam secara umum mencakup syariah dan Fiqih .syariah yang artinya
seperangkat aturan yang bersumber dari Allah SWT dan Rasulullah SAW untuk mengatur tingkah
laku manusia baik dalam berhubungan dengan Tuhannya (ibadah) maupun dalam rangka berhubungan
dengan sesamanya (muamalah).

Sumber-sumber hukum islan terdiri atas :


- al-quran adalah kitab suci umat islam. Kitab tersebut diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu nabi
Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Al-qur’an memuat banyak sekali kandungan. Kandungan-
kandungan tersebut berisi perintah, larangan, anjuran, ketentuan, dan sebagainya.
- As Sunnah (Al-Hadits) mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani
hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah
- ijma’ adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat nabi saw di seluruh massa atas
hukum syariat.
- qiyas menyamakan suatu hal yang belum ditentukan hukum syariatnya dengan hal lain yang
telah ada penjelsan hukumnya karena adanya suatu alasan yang sama antara keduanya.

Sedangkan Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hokum di


Indonesia tampak jelas setelah Indonesia merdeka. Sebagai hokum yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, hokum Islam telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Beberapa kontribusi umat Islam dalam perumusan
dan penegakan hukum indonesia, yaitu lahirnya UUD 1945, lahirnya UU No. 1 Tahun 1974,
dan peradilan agama dan pengelolaan zakat

3.2. Saran

Sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari kesalahan, tentu saja dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, serta dosen
pengajar demi kelayakan makalah ini dan berbesar hati memaafkan kekurangan dan
kesalahan penulis dalam makalah ini.

10
Daftar Pustaka
Azra, Azyumardi, dkk.2002. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: dir. Perguruan Tinggi Agama Islam

Fanani, Sunan. 2010. Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: PT. Al
Maktabah.

Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi instruksional pendidikan agama islam di perguruan
tinggi umum. Jakarta : dir. Pt. agama Islam

Mevyn.K.Lewis, Latifa M. Algoud.2009. Prinsip, Praktik, dan Prospek. Jakarta : Perbankan


Syariah

https://zyamassyaf.wordpress.com/2015/01/15/47/

http://mangihot.blogspot.com/2017/02/pengertian-dan-sumber-hukum-islam.html

11

Anda mungkin juga menyukai