Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

‘Hukum dan Islam’

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Ahmad Ramadana (4182131001)

Auliya Rahman (4183131032)

Muhammad Abimansyah Saragih (4182210005)

Muhammad Irvan Hasibuan (4182210003)

Dosen pengampu : Sugianto,M.A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya penulis dapat meyelesaikan tugas Makalah ini. Tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidiakan Agama Islam. Tak
lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas Makalah ini, terutama kepada
Bapak Sugianto, M.A selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Dari itu semua, penulis yakin bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika ada
kesalahan baik dari susunan kalimat, kajian teoritis dan tata Bahasa. Maka dari itu
penulis memohonkan kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya
menjadi lebih baik lagi.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada


seluruh pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................1

 Latar Belakang....................................................................................1
 Rumusan Masalah...............................................................................2
 Tujuan Masalah...................................................................................2
BAB II Pembahasan ..................................................................................3

 Hukum.................................................................................................3
 Islam....................................................................................................4
 Pengertian syariah dan fiqih................................................................5
 Pembagian Hukum islam.....................................................................7
 Sumber-sumber hukum islam............................................................10
BAB II Kesimpulan..................................................................................16
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Islam merupakan suatu hukum yang memiliki sifat statis dan sekaligus
dinamis. Statis berarti suatu hal yang tetap bersumberkan pada AlQur'an dan
hadits dalam setiap aspek kehidupan. Dinamis berarti mampu menjawab segala
permasalahan dan sesuai dengan perkembangan zaman, tempat dan keadaan, serta
cocok ditempatkan dalam segala macam bentuk struktur sosial kehidupan, baik
secara individu maupun secara kolektif bermasyarakat.

Sekilas bila pemikiran mengenai Hukum Islam ditelaah dari zaman ke zaman,
tentulah akan terlihat berbagai macam corak pemikiran yang tak jarang saling
bersinggungan dan saling bertentangan antara seorang mujtahid dengan mujtahid
lainnya. Berdasarkan hal tersebut, sepatutnya umat Islam tidak perlu heran akan
segala macam perbedaan itu. Penulis kira, umat Islam juga tidak perlu saling
fanatik dan mengklaim suatu golongan dengan pemikiran tertentuadalah paling
benar diantara golongan yang lain. Karena hal tersebut hanya dapat menimbulkan
pengerusakan, penghujatan dan permusuhan yang berkepanjangan yang nantinya
bisa jadi akan berdampak pada penodaan terhadap agama Islam itu sendiri.

Pada prinsipnya hukum Islam bersumber dari wahyu Ilahi, yakni alQuran, yang
kemudian dijelaskan lebih rinci oleh Nabi Muhammad saw. melalui Sunnah dan
hadisnya. Wahyu ini menentukan norma-norma dan konsep-konsep dasar hukum
Islam yang sekaligus merombak aturan atau norma yang sudah mentradisi di
tengah-tengah masyarakat manusia. Namun demikian, hukum Islam juga
mengakomodasi berbagai aturan dan tradisi yang tidak bertentangan dengan
aturan-aturan dalam wahyu Ilahi tersebut.

1
B. Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan hukum islam ?


 Apa saja yang menjadi pembagian hukum islam ?
 Apa saja yang menjadi sumber-sumber hukum islam ?

C. Tujuan Masalah

 Mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum islam.

 Mengetahui apa saja yang menjadi pembagian hukum islam

 Mengetahui sumber-sumber yang menjadi hukum islam .

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hukum

Mengapa harus ada hukum?


Manusia sebagai individu mempunyai kebebasan asasi yang berfungsi sosial
sehingga dalam pelaksanannya harus disesuaikan dengan kepentingan orang lain
yang juga mempunyai kebebasan asasi. Guna menghindari konflik dalam
masyarakat, dimana dalam menjalankan kebebasan asasinya seseorang tidak boleh
melanggar kebebasan asasi orang lain maka masyarakat menciptakan norma-
norma.

Pada abad pertengahan para ahli kemudian membedakan hukum dalam lima jenis,
yaitu :

• Hukum abadi (lex aeterna) rencana Allah tentang aturan semesta alam.

Hukum abadi itu merupakan suatu pengertian teologis tentang asal mula segala
hukum, yang kurang berpengaruh atas pengertian hukum lainnya.

• Hukum ilahi positif (lex divino positiva) hukum Allah yang terkandung dalam
wahyu agama, terutama mengenai prinsip-prinsip keadilan.

• Hukum alam (lex naturalis) hukum Allah sebagaimana nampak dalam aturan
semesta alam melalui akal budi manusia.

• Hukum bangsa-bangsa (ius gentium) hukum yang diterima oleh semua atau
kebanyakan bangsa. Hukum itu yang berasal dari hukum romawi, lambat Iaun
hilang sebab diresepsi dalam hukum positif.

• Hukum positif (lex humana positiva) hukum sebagaimana ditentukan oleh yang
berkuasa; tata hukum negara. Hukum ini pada zaman modem ditanggapi sebagai
hukum yang sejati

3
2.2 Islam
‘Islam’ oleh Mahmud Syaltout didefinisikan sebagai agama Allah yang
diamanatkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengajarkan dasar-dasar dan
syariatnya dan juga mendakwahkannya kepada semua manusia serta mengajak
mereka untuk memeluknya (Mahmud Syaltout, 1966: 9). Dengan pengertian yang
sederhana, Islam berarti agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
lalu disampaikan kepada umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Islam bermakna sebagai sebuah ketundukan dan penyerahan diri seorang hamba
saat berhadapan dengan Tuhannya. Hal ini berarti bahwa manusia dalam
berhadapan dengan Tuhannya (Allah) haruslah merasa kerdil, bersikap mengakui
kelemahan dan membenarkan kekuasaan Allah swt. Kemampuan akal dan budi
manusia yang berwujud dalam ilmu pengetahuan tidaklah sebanding dengan ilmu
dan kemampuan Allah swt. Kemampuan manusia bersifat kerdil dan sangat
terbatas, semisal hanya terbatas pada kemampuan menganalisis, menyusun
kembali bahan-bahan alamiah yang telah ada untuk diolah menjadi bahan yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi tidak mampu menciptakan dalam arti
mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada (invention) (Budiono,R,A.,1999).

2.3 Hukum Dan Islam


Berasal dari gabungan dua kata ‘hukum’ dan ‘Islam’ tersebut muncul istilah
hukum Islam. Dengan memahami arti dari kedua kata yang ada dalam istilah
hukum Islam ini, dapatlah dipahami bahwa hukum Islam merupakan seperangkat
norma atau peraturan yang bersumber dari Allah SWT. Dan Nabi Muhammad
saw. untuk mengatur tingkah laku manusia di tengahtengah masyarakatnya.
Dengan kalimat yang lebih singkat, hukum Islam dapat diartikan sebagai hukum
yang bersumber dari ajaran Islam.

Ada beberapa istilah yang terkait dengan kajian hukum Islam, yaitu syariah, fikih,
ushul fikih, dan hukum Islam sendiri. Istilah syariah, fikih, dan hukum Islam
sangat populer di kalangan para pengkaji hukum Islam di Indonesia. Namun
demikian, ketiga istilah ini sering dipahami secara tidak tepat, sehingga ketiganya

4
terkadang saling tertukar. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan masing-masing
dari ketiga istilah tersebut dan hubungan antar ketiganya, terutama hubungan
antara syariah dan fikih. (Iryani,2017, hlm 24 )

A. Pengertian Syariah dan Fiqih

 Syariah

Secara terminologis (istilah) syarî’ah diartikan sebagai tata aturan atau hukum-
hukum yang disyariatkan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk diikuti. Diperjelas
oleh pendapat Manna’ al- Qhaththan, bahwa syarî’at berarti “segala ketentuan
Allah yang disyariatkan bagi hamba-hamba-Nya, baik menyangkut akidah,
ibadah, akhlak, maupun muamalah”. Posisi syariat adalah sebagai pedoman dan
tolok ukur bagaimana manusia dapat hidup di jalan yang benar atau tidak. Selama
di dalam hidup tetap berpatokan kepada ketentuan al-Quran dan Hadits Nabi maka
hidupnya akan menjadi terarah. Mahmud Syaltut dalam al-Islâm: ‘Aqîdah wa
Syarî’ah mengatakan, “Syariah adalah peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
Allah atau ditetapkan dasar-dasarnya oleh Allah agar manusia berpegang teguh
kepadanya dalam hubungannya dengan Tuhannya, berhubungan dengan
saudaranya sesama muslim, berhubungan dengan saudaranya sesama manusia,
berhubungan dengan alam semesta, dan berhubungan dengan kehidupan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada mulanya Syariah bermakna
umum (identik dengan agama) yang mencakup hukum-hukum aqidah dan
amaliyah, tetapi kemudian syariah hanya dikhususkan dalam bidang hukum-
hukum amaliyah. Bidang kajian syariah hanya terfokus pada hukum-hukum
amaliyah manusia dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia,
dan alam semesta. Adapun sumber Syariah adalah al-Quran yang merupakan
wahyu Allah dan dilengkapi dengan Sunnah Nabi Muhammad saw.

 Fikih

5
Secara etimologis kata ‘fikih’ berasal dari kata berbahasa Arab: alfiqh, yang
berarti pemahaman atau pengetahuan tentang sesuatu (al-Fairuzabadiy, 1995:
1126).
Sebagaimana dilansir oleh Muhammad Daud Ali dalam Hukum Islam, ilmu fiqih
adalah ilmu yang mempelajari atau memahami syariat dengan memusatkan
perhatian pada perbuatan (hukum) manusia mukallaf, yakni manusia yang
menurut ketentuan Islam sudah baligh (dewasa), Secara ringkas fiqih adalah
dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid dalam usahanya menemukan
hukum Tuhan. Fiqih memiliki keterkaitan dengan hukum-hukum syara’ yang
bersifat praktis yang bersumberkan kepada dalil-dalil terperinci. Hukum-hukum
syara’ tersebutlah yang dinamai dengan fiqih; baik ia dihasilkan dengan jalan
ijtihad ataupun tanpa ijtihad. Sehingga jelas sekali bahwa hukum-hukum yang
terkait dengan bidang akidah dan akhlak tidak termasuk dalam pembahasan ilmu
fiqih dan tidak pula dikatakan sebagai Ilmu Fiqih.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, terdapat perbedaan pokok
antara syariah dengan fiqih:
1. Ketentuan syariat terdapat dalam al-Quran dan kitab-kitab hadits. Yang dimaksud
syariah adalah wahyu Allah dan sunah Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya.
Sedang fiqih adalah sebuah pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang
syariat dan terdapat dalam kitab-kitab fiqih. Syariat bersifat fundamental serta
memiliki cakupan ruang lingkup yang lebih luas, meliputi juga akhlak dan akidah.
2. Sedang fikih hanya bersifat instrumental, terbatas pada hukum yang mengatur
perbuatan manusia, yang biasa disebut sebagai perbuatan hukum.
3. Syariat adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya sehingga be rlakuabadi.
Sedang fiqih karena merupakan karya manusia, maka sangat dimungkinkan
mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman dan waktu.
4. Syariat hanya ada satu, sedang fikih berjumlah banyak karena merupakan
pemahaman manusia. Seperti terdapatnya beberapa aliran ahli fikih fâqih (s) atau
fuqahâ’ (p) yang berbeda, dikenal dengan sebutan madzhab (s) atau madzâhib (p)
5. Syariat menunjukkan konsep kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan
keragaman pemikiran yang memang dianjurkan dalam Islam.

6
Adapun yang menjadi objek pembahasan ilmu fikih adalah perbuatan orang
mukallaf. Atau dengan kata lain, sasaran ilmu fikih adalah manusia serta dinamika
dan perkembangannya yang semuanya merupakan gambaran nyata dari
perbuatan-perbuatan orang mukallaf yang ingin dipolakan dalam tata nilai yang
menjamin tegaknya suatu kehidupan beragama dan bermasyarakat yang baik.
Studi komprehensif yang dilakukan oleh para pakar ilmu fikih seperti al-Qadli
Husein, Imam al-Subki, Imam Ibn ‘Abd al-Salam, dan Imam al-Suyuthi
merumuskan bahwa kerangka dasar dari fikih adalah zakerhijd atau kepastian,
kemudahan, dan kesepakatan bersama yang sudah mantap. Dan pola umum dari
fikih adalah kemaslahatan (i’tibar al-mashalih) (Ali Yafie, 1994: 108).

B. Pembagian Hukum Islam

Ketentuan syar’I tererhadap mukallaf( orang yang dibebeani hukum ada tiga
bentuk,yaitu tuntutan,pilihan, dan wad’hi. Ketentuan yang dinyatakan dalam
bentuk tuntutan disebut hukum takhlifi, yang dalam bentuk pilihan disebut
takhyiri, sedang yang mempengaruhi perbuatan taklifi disebut hukum wadh’i

 Hukum taklifi

Hukum takhlifi adalah ketentuan – ketentuan hukum yang menuntut para mukallaf
untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu,

1.Wajib

Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala
dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki
hukum wajib adalah shalat lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa,
melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu, menghormati orang non muslim dan
banyak lagi.

2. Sunnah

Sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi
tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau sederhananya perbuatan yang
jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan

7
mendapatkan siksaan atau hukuman. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum
sunnah ialah shalat yang dikerjakan sebelum/sesudah shalat fardhu, membaca
shalawat Nabi, mengeluarkan sedekah dan sebagainya.

3. Haram

Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan mendapatkan
siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contoh perbuatan yang
memiliki hukum haram adalah berbuat zina, minum alkohol, bermain judi,
mencuri, korupsi dan banyak lagi.

4. Makruh

Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu lebih
baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari perbuatan makruh ini adalah makan
bawang, merokok dan sebagainya.

 Hukum Takhyiri

Hukum takhyiri adalah ketentuan – ketentuan tuhan yang memberi peluang bagi
mukallaf untuk memilih antara mengerjakan atau meninggalkan.

Dalam pembahasan ilmu ushul , hukum takhyiri biasa disebut dengan mubah.
Asy-syaukani mengatakan bahwa dalam hal ini melakukan perbuatan tersebut
tidak memperoleh jaminan pahala dan tidak terancam dosa. Contohnya seperti
mendengarkan siaran radio, menonton tv, yang sebangsanya yang tidak
menimbulkan dampak dosa atau pahala.

 Hukum wadhi’

Hukum wadhi’ adalah ketentuan- ketentuan yang diteteapkan syar’I untuk


menentukan ada atau tidak adanya hukum takhlifi. Yakni, ketentuan-ketentuan
yang dituntut syar’I untuk ditaati karena , ia mempengaruhi terwujudnya
perbuatan-perbuatan takhlifi lain yang terikat langsung dengan ketentuan –
ketentuan wadhi’ tersebut. Contoh :

8
1. Sabab,

Adalah sesuatu yang tampak dan jelas yang dijadikan oleh syar’I sebagai penentu
adanya hukum’,seperti masuknya waktu salat yang menjadi sebab adanya
kewajiban salat tersebut. Sabab terbagi dua yakni sabab yang timbul bukan dari
perbuatan mukallaf, seperti takut terperosok terhadap perbuatan zina serta mampu
untuk menikah yang menjadi sebab wajibnya nikah. Kedua sebab timbul dari
mukallaf sendiri ,seperti melakukan perjalanan jauh yang melelahkan yang
menjadi sebab bolehnya tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.

2. Syarath

Adalah sesuatu itu terwujud atau tidak tergantung kepadanya. Kalau syarath tidak
terpennuhi, maka perbuatan takhlifinya tidak di terima secara hukum .syarath
dibedakan dua macam ,yaitu syarath yang menyempurnakan sebab, seperti haul
(genap setahun) yang menjadi persyaratan wajibya zakat. Yang kedua syarath
yang menyempurnakan musabbah, seperti wuduk, menutup aurat, dan menghadap
kiblat dalam salat, merupakan syarat sahnya salat.

3. Mani'

Merupakan suatu keadaan atau perbuatan hukum yang dapat menghalangi hukum
lain. Adanya mani’ membuat ketentuan lain tidak bisa dijalankan. Mani’ terbagi
dua yaitu mani’ yang mempengaruhi sebab dan mani’ yang mempengaruhi
musabbah. Mani’ yang mempengaruhi sebab adalah seperti pembunuhan yang
dilakukan ahli waris terhadap orang yang akan menurunkan harta warisannya
itu.sedang mani’ yang mempengaruhi musabbah adalah seperti seorang ayah yang
membunuh anaknya. (Matondang,2020 hlm 65)

C. Pengertian Sumber Hukum Islam


Pengertian sumber hukum ialah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat,yaitu
peraturan yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata.

9
Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang
menjadi sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad
(Sunnah Rasulullah SAW).Sebagian besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat
bahwa pada prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Al-Qur’an dan
Hadist.Disamping itu terdapat beberapa bidang kajian yang erat berkaitan dengan
sumber hukum islam yaitu : ijma’, ijtihad, istishab, istislah, istihsun, maslahat
mursalah, qiyas,ray’yu, dan ‘urf.

D. Macam-macam sumber hukum islam

1. Al-Qur’an
       Al-Qur’an adalah sumber atau dasar hukum yang utama dari semua ajaran
dan syari’at islam. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an yaitu  105.
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat[347],

           Definisi tentang Al-Qur’an telah banyak dirumuskan oleh beberapa ulama’,akan
tetapi dari beberapa definisi tersebut terdapat empat unsur pokok,yaitu :

1. Bahwa Al-Qur’an itu berbentuk lafazt yang mengandung arti bahwa apa yang
disampaikan Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna
dan dilafazkan oleh Nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut Al-Qur’an.
2. Bahwa Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab
3. Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
4. Bahwa Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir

Ayat Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan beberapa cara
dan keadaan,antara lain, yaitu :

1. Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW


2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang
laki-laki yang mengucapkan kata-katanya

10
3. Wahyu datang seperti gemirincing lonceng
4. Malaikat menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW benar-benar
sebagaimana rupanya yang asli

Ayat-ayat yang diturunkan tadi dibagi menjadi dua bagian/jenis,yaitu :

1. Ayat-ayat Makkiyah
2. Ayat-ayat Madaniyah

Di dalam ajaran islam terdapat ketentuan-ketentuan untuk membentuk sesuatu


hukum,yaitu ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Ushul Fiqih.Pengertian
bahasa arab “Ushul Fiqih” secara harfiah adalah akar pikiran,dan secara ibarat
(tamsil) adalah sumber hukum atau prinsip-prinsip tentang ilmu fiqih.Pada
umumnya para fuhaka sepakat menetapkan dan Qiyas.

2. Hadist
Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang suatu yang berkaitan dengan
kehidupan manusia atau tentang suatu hal,atau disebut pula sunnah
Qauliyyah.Hadist merupakan bagian dari sunnah Rasulullah.Pengertian sunnah
sangat luas,sebab sunnah mencakup dan meliputi:
1. Semua ucapan Rasulullah SAW yang mencakup sunnah qauliyah
2. Semua perbuatan Rasulullah SAW disebut sunnah fi’liyah
3. Semua persetujuan Rasulullah SAW yang disebut sunnah taqririyah

Pada prinsipnya fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an sebagai penganut hukum yang
ada dalam Al-Qur’an.Sebagai penganut hukum yang ada dalam Al-Qur’an,sebagai
penjelasan/penafsir/pemerinci hal-hal yang masih global.Sunnah dapat juga
membentuk hukum sendiri tentang suatu hal yang tidak disebutkan dalam Al-
Qur’an.Dalam sunnah terdapat unsur-unsur sanad (keseimbangan antar
perawi),matan (isi materi) dan rowi (periwayat).

Dilihat dari segi jumlah perawinya sunnah dapat dibagi kedalam tiga kelompok
yaitu :

1. Sunnah Mutawattir : sunnah yang diriwayatkan banyak perawi

11
2. Sunnah Masyur : sunnah yang diriwayatkan 2 orang atau lebih yang tidak
mencapai tingkatan mutawattir
3. Sunnah ahad : sunnah yang diriwayatkan satu perawi saja.

Pembagian hadist dapat pula dilakukan melalui pembagian berdasarkan rawinya


dan berdasarkan sifat perawinya.

1. Matan, teks atau bunyi yang lengkap dari hadist itu dalam susunan kalimat yang
tertentu.
2. Sanad, bagian yangg menjadi dasar untuk menentukan dapat di percaya atau
tidaknya sesuatu hadist. Jadi tentang nama dan keadaan orang-orang yang
sambung-bersambung menerima dan menyampaikan hadist tersebut, dimulai dari
orang yang memberikannya sampai kepada sumbernya Nabi Muhammad SAW
yang disebut rawi.

Ditinjau dari sudut periwayatnya ( rawi ) maka hadist dapat di golongkan ke


dalam empat tingakatan yaitu:

 Hadist mutawir, hadist yang diriwayatkan oleh kaum dari kaum yang lain hingga
sampai pada Nabi Muhammad SAW.
 Hadist masyur, hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, kemudian tersebar
luas. Dari nabi hanya diberikan oleh seorang saja atau lebih.
 Hadist ahad, hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih hingga sampai
kepada nabi muhammad.
 Hadist mursal, hadist yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-tengah,se
hingga tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.        

3. Al-Ijma’
Ijma’ menurut hukum islam pada prinsipnya ijma’ adalah kesepakatan beberapa
ahli istihan atau sejumlah mujtahid umat islam setelah masa rasulullah tentang
hukum atau ketentuan beberapa masa yang berkaitan dengan syariat atau suatu
hal. Ijma merupakan salah satu upaya istihad umat islam setalah qiyas.

Kata ijma’ berasal dari kata jam’ artinya maenghimpun atau mengumpulkan.
Ijma’ mempunyai dua makna, yaitu menyusun mengatur suatu hal yang tak

12
teratur,oleh sebab itu berarti menetapkan memutuskan suatu perkara,dan berarti
pula istilah ulama fiqih (fuqaha). Ijma berati kesepakatan pendapat di antara
mujtahid, atau persetujuan pendapat di antara ulama fiqih dari abad tertentu
mengenai masalah hukum.[3]

Apabila di kaji lebih mendalam dan mendasar terutama dari segi cara
melakukannya, maka terdapat dua macam ijma’ yaitu :

1. Ijma’ shoreh (jelas atau nyata) adalah apabila ijtihad terdapat beberapa ahli
ijtihad atau mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan masing-masing secara
tegas dan jelas.
2. Ijma’ sukuti (diam atau tidak jelas) adalah apabila beberapa ahli ijtihad
atau sejumlah mujtahid mengemukakan pendapatnya atau pemikirannya secara
jelas.

Apabila ditinjau dari segi adanya kepastian hukum tentang suatu hal, maka ijma’
dapat digolongkan menjadi :

1. Ijma’ qathi yaitu apabila ijma’ tersebut memiliki kepastian hukum


( tentang suatu hal)
2. Ijma’ dzanni yaitu ijma’ yang hanya menghasilkan suatu ketentuan hukum
yang tidak pasti.

Pada hakikatnya ijma’ harus memiliki sandaran, danya keharusan tersebut


memiliki beberapa aturan yaitu :

Pertama: bahwa bila ijma’ tidak mempunyai dalil tempat sandarannya, ijma’ tidak
akan sampai kepada kebenaran.

Kedua: bahwa para sahabat keadaanya tidak akan lebih baik keadaan nabi,
sebagaimana diketahui, nabi saja tidak pernah menetapkan suatu hukum kecuali
berdasarkan kepada wahyu.

Ketiga: bahwa pendapat tentang agama tanpa menggunakan dalil baik kuat


maupun lemah adalah salah.kalau mereka sepakat berbuat begitu berati mereka
sepakat berbuat suatu kesalahan yang demikian tidak mungkin terjadi.

13
Keempat: bahwa pendapat yang tidak didasarkan kepada dalil tidak dapat
diketahui kaitannya dengan hukum syara’ kalau tidak dapat dihubungkan kepada
syara’ tidak wajib diikuti.

4. Al-Qiyas

Qiyas ialah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya dalam nash
kepada kejadian yang lain yang hukumnya dalam nash karena adanya kesamaan
dua kejadian dalam illat hukumnya.Seterusnya dalam perkembangan hukum islam
kita jumpai qiyas sebagai sumber hukum yang keempat. Arti perkataan bahasa
arab “Qiyas” adalah menurut bahasa ukuran, timbangan. Persamaan (analogy) dan
menurut istilah ali ushul fiqih mencari sebanyak mungkin  persamaan antara dua
peristiwa dengan mempergunakan cara deduksi (analogical deduction).

Yaitu menciptakan atau menyalurkan atau menarik suatu garis hukum yang baru
dari garis hukum yang lama dengan maksud memakaiakan garis hukum yang baru
itu kepada suatu keadaan, karena garis hukum yang baru itu ada persamaanya dari
garis hukum yang lama.Sebagai contoh dapat dihadirkan dalam hal ini yaitu surat
Al-Maidah ayat 90,yakni :

“ hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk berhala) mengundi nasb dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”(QS.Al-Maidah : ayat 90)

Menurut ketentuan nash, khamar dilarang karena memabukkan da dampak


negatifnya akan menyebabkan rusaknya badan, pikiran dan pergaulan. Dengan 
demikian sifat memabukkan dimiliki sebagai sebab bagi ketentuan hukum haram.
Hal ini dapat diqiyaskan bahwa setiap minuman yang memabukkan haram
hukumnya jadi dilarang di dalam hukum islam.

5. Maslahat al-Mursalat (Istislahy)

14
Maslahah secara harfiah berarti manfaat dan mursalah berarti netral. Dalam
konteks kajian ilmu Usul al-Fiqh , kata tersebut menjadi sebuah teknikal
‘’berbagai manfaat yang dimaksudkan syari’ dalam penetapan hukum bagi
hamba-hambanya, yang mencakup tujuan untuk memelihara agama, jiwa,akal,
keturunan dan harta kekayaan, serta mencegah hal-hal yang mengakibatkan
luputnya seseorang dari kelimak kepentingan tersebut.

6. Al-Zari’ah

Secara etimologi , al-azri’ah berarti jalan yang menghubungkan sesuatu pada


sesuatu yang lain . sedangkan secara terminology, al-zari’ah berarti sesuatuyang
akan membawa kepada perbuatan-perbuatan terlarang dan menimbulkan
mafsadah, atau yang akan membawa kepada perbuatan – perbuatan baik dan
menimbulkan maslahah

8 Istishab

Secara etimologi berasal dari kata istash ha-ba dalam sighat is-tif’al, yang berarti
selalu menyertai (istimrar al-shahabah ) . penguunaan arti ini sesuai dengan
kaidah istishab yang berlaku di kalangan ulama ushul yang menggunakan istishab
sebagai dalil, Karena mereka mengambil sesuatu yang telah diyakini dan
diamalkan di masa lalu dan secara konsisten menyertainya (memeliharanya) untuk
diamalkan sama ke masa selanjutnya.

9. Qaul sahabat Nabi Saw

Adalah pendirianseseorang sahabat mengenai suatu masalah hukum ijtihadiah


baik yang tercermin dalam fatwanya maupun dalam keputusannya yang
menyangkut masalah dimana tidak terdapat penegasan dalam al-Quran, hadist
Nabi saw ataupun ijma’. Para ulama sepakat bahwa qaul sahabat yang dapat
diterima sebagai dalil hukum adalah qaul sahabat yang bukan hasil buah
pemikiran dan ijtihadnya sendiri melainkan merupakan suatu yang diketahuinya
dari rasulullah saw.

10 Syar’un man Qablana

15
Sesungguhnya syari’at pada asalnya adalah satu. Hal ini sesuai dengan firman
allah dalam al-quran yang bermaksud: ‘’Dia telah mensyari’atkan bagi kamu
tentang agama , apa yang telah diwariskan nya kepada nuh dan apa yang telah
kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim
dan masa dan isa yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya.

(Marzuki, 2012, hlm 54)

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Hukum Islam merupakan seperangkat norma atau peraturan yang
bersumber dari Allah SWT. Dan Nabi Muhammad saw. untuk mengatur
tingkah laku manusia di tengahtengah masyarakatnya. Dengan kalimat
yang lebih singkat, hukum Islam dapat diartikan sebagai hukum yang
bersumber dari ajaran Islam.
 Ketentuan syar’I tererhadap mukallaf( orang yang dibebeani hukum ada
tiga bentuk,yaitu tuntutan,pilihan, dan wad’hi. Ketentuan yang dinyatakan
dalam bentuk tuntutan disebut hukum takhlifi, yang dalam bentuk pilihan
disebut takhyiri, sedang yang mempengaruhi perbuatan taklifi disebut
hukum wadh’i
 Sumber- sumber atau dalil hukum islam adalah : Al-quran, Hadist, Al-
Ijma’, Al-Qiyas, Maslahat al-Mursalat (Istislahy), Al-Zari’ah, Istishab,
Qaul sahabat Nabi Saw dan Syar’un man Qablana.

17
DAFTAR PUSTAKA

Matondang,H,A.,(2020),Islam Kaffah,CV MANHAJI, Medan


Marzuki, (2012),Hukum Islam,Universitas Negeri Yogyakarta,Yogyakarta
Iryani,(2017) Hukum Islam : Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Universitas
Batang hari , Jambi
Budiono,R,A.,(1999),Pembaruan Hukum Islam Di Indonesia,PT Citra Aditya
Bakti,Bandung

18

Anda mungkin juga menyukai