Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

ISLAM SEBAGAI SUMBER HUKUM

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu : Siti Aminah M. Pd.

Kelompok 2 :

Muhammad Fauzan Assidqi (23702331010)

Shafira Aisyah Chairani (23702331002)

Isti Ihful Asih (23702331011)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

IAI NASIONAL LAA ROIBA BOGOR

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat Hidayah
dan Inayah-Nya sehingga kami kelompok 2 dapat menyusun makalah Metodologi Studi
Islam dengan judul Islam Sebagai Sumber Hukum ini hingga selesai.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Begitu juga dalam
penyajiannya, jauh dari kesempurnaan karena masih banyak kekurangan serta kelemahan
dalam penyusunannya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Bogor, .25 November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum...........................................................................................2
B. Islam Punya Hukum Dalam Segala Bidang....................................................2
C. Tokoh yang punya peranan penting dalam penyusunan hukum Islam di
Indonesia..........................................................................................................3
D. Sumber hukum Islam.......................................................................................3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah satu-satunya agama yang mengatur pola hidup manusia dari
terbit hingga terbenamnya matahari. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia dengan sangat detail, tidak ada yang terlewat. Islam mewadahi seluruh
hukum dan tata cara manusia dalam ber-muamalah. Kendatipun mayoritas warga
negara Indonesia adalah umat Islam, namun hukum Islam tidak dapat secara
otomatis berlaku di negeri ini. Hal ini dikarenakan Indonesia bukan negara agama
dan tidak menjadikan agama sebagai landasan ideologi negara. Makalah ini akan
membahas dua aspek penting yang akan kita pelajari. Benarkah Islam sebagai
sumber hukum dalam kehidupan? Lalu, apa saja hal-hal yang menjadi sumber
hukum dalam Islam?

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang Islam atur sebagai sumber hukum dalam kehidupan?
2. Apa saja sumber hukum Islam?
3. Siapa tokoh yang punya peranan penting dalam penyusunan hukum Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Pembaca mengetahui apa saja yang Islam atur dalam kehidupan
2. Pembaca mengetahui sumber-sumber hukum Islam
3. Pembaca mengetahui tokoh yang punya peranan penting dalam penyusunan
hukum islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum
Secara bahasa, hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat
yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman tertentu. Lalu bagaimana dengan hukum Islam? Hukum Islam adalah
hukum yang berasal dari agama Islam. Yaitu hukum yang diturunkan oleh Allah
untuk kemaslahatan hamba-hambaNya di dunia dan akhirat. Adalah hak peregulit
Allah Ta‟ala. Dari sini bisa disimpulkan bahwa hukum dalam Islam bersifat
maslahat dan saran.

B. Islam Punya Hukum Dalam Segala Bidang


Dalam surat QS An Nisa: 14, Allah berfirman: “Barang siapa yang
menentang Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, Allah
akan memasukkannya ke dalam neraka. Ia kekal di dalamnya dan ia berhak
mendapatkan azab yang menghinakan.” Meskipun hukum dalam Islam bersifat
maslahat dan saran, bukan berarti hamba berhak menolak dan merubah hukum
tersebut dengan sesukanya. Hukum hanya milik Allah, dan hanya Dia satu-
satunya Tuhan yang berhak mengubah.

Sebagai mana yang kita ketahui, Islam agama yang sangat detail soal
hukum. Dari cara manusia bangkit dari tidurnya, hingga ia kembali beristirahat
sudah Islam atur. Bagaimana cara berdoa dan cara makan yang baik. Bahkan,
Islam mengatur hak waris dengan sangat terperinci. Menurut ketua umum
pengurus besar Pemuda Al Irsyad, Ustaz Fahmi Bahreisy, Lc, Msi, beliau
menuturkan bahwa, “perkara warisan telah dijelaskan secara rinci oleh Allah
SWT. Bagaimana pembagiannya dan siapa saja yang berhak mendapatkannya.”
Kalau kita berfikir, agama mana yang mengatur harta orang lain dengan struktur

2
sebaik dan seadil ini kalau bukan Islam? Alhamdulilah, kita patut bersyukur
sudah menjadi seorang muslim sejak terlahir di dunia.

“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3] Dari ayat ini bisa kita fahami bahwa Islam adalah
agama yang sempurna karena seluruh ajaran Islam merasuki seluruh sendi
kehidupan manusia.

C. Tokoh yang punya peranan penting dalam penyusunan hukum Islam


di Indonesia
Bustanul Arifin diberi amanah untuk memimpin tim penyusun rancangan
Kompilasi Hukum Islam (KHI). Saat itu, selain jadi Tuada Uldilag, ia juga jadi
Sekjen Perhimpunan Ahli Hukum Islam Asia Tenggara. Saat menyusun
rancangan KHI, ia dibantu Prof. Chalid, Masrani Basran, Amiruddin Nur, dan
Muchtar Zarkasyi. Gagasan penyusunan KHI itu merupakan tindak lanjut atas
SKB Ketua MA dan Menag yang ditekan pada 1985. Berisi tentang perkawinan,
waris dan wakaf, rancangan KHI itu jadi pada Desember 1987 lalu diseminarkan
setahun berikutnya. Pada akhirnya, KHI itu disahkan oleh Presiden Soeharto
melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991.

D. Sumber Hukum Islam


Sumber hukum Islam merupakan hal yang paling penting dalam
kehidupan umat Muslim. Hal itu merupakan sebuah alat untuk menentukan suatu
hukum itu sendiri. Akan tetapi, mengenai asal mula sumber hukum Islam itu
sendiri mengalami kontroversi yang serius antara kesarjanaan Muslim dan
kesarjanaan Barat modern. Kontroversi tersebut menyebabkan adanya adu
argumen dari kedua kubu untuk membuktikan kebenarannya masing-masing dan
demi menjatuhkan pendapat lawannya. Mayoritas umat Islam percaya
bahwasanya sumber hukum yang bersifat wahyu adalah Alquran dan Sunnah.
Sedangkan sumber hukum yang bersifat ijtihad adalah ijma, qiyas, istihsan,
maslahah mursalah dan lain-lain. Di sisi lain menurut Juhaya S. Praja, ahli

3
tasawuf berpendapat bahwa sumber hukum secara hakiki adalah Allah. Berikut
adalah sumber hukum islam :
-Al-Quran
-Hadist
-Ijma
-Qiyas

1. Al Quran
Definisi Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang paling mulia dan
diturunkan Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang ditulis
dalam bentuk mushaf-mushaf dan disampaikan secara mutawatir.. Al-Qur‟an
adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
untuk seluruh umat manusia yang harus dipahami isinya dan diamalkan,
dengan jalan atau penyampaian kepada mutawatir, yang ditulis dengan awal
surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas.1 Al-Qur‟an adalah kalam Allah
SWT yang merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, dengan
ditulis dalam bentuk mushaf dan diriwayatkan dengan jalan mutawatir
(berangsur-angsur), serta bagi siapa yang membacanya adalah ibadah dan
merupakan pahala. 2
“Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Quran ini, mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling
membantu satu sama lain”.3

2. Hadist
Hadits adalah satu dari 4 sumber hukum Islam yang disepakati para
ulama. Hadits menjadi rujukan bagi umat muslim untuk menjelaskan hukum-
hukum yang terdapat dalam Al-Quran. Secara etimologis hadits dimaknai
sebagai jadid, qorib, dan khabar. Jadid adalah lawan dari qadim yang artinya
yang baru. Sedangkan qarib artinya yang dekat, yang belum lama terjadi.
Sementara itu, khabar artinya warta yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan

1
Syekh Muhammad Khudari Beik
2
Dr. Subhi as-Salih
3
Al-Isra ayat 88

4
dipindahkan dari seseorang kepada yang lainnya. 4 Sedangkan secara bahasa,
hadis berarti perkataan, percakapan, berbicara. Definisi hadits dikategorikan
menjadi tiga, yaitu perkataan nabi (qauliyah), perbuatan nabi (fi‟liyah), dan
segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian ulama seperti at-Thiby
berpendapat bahwa hadits melengkapi sabda, perbuatan, dan taqrir nabi.
Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan, dan taqrir para sahabat dan
Tabi‟in.Pada dasarnya, Al-Quran dan hadits tidaklah bisa dipisahkan, tetapi
saling melengkapi.

3. Ijma‟
Istilah ini berasal dari kata ‫أَجْ َم َع‬ajma„a yang artinya menyepakati. Kata
ini berakar dari ‫ َج َم َع‬jama„a yang berarti mengumpulkan atau menggabungkan.
Menurut KBBI, pengertian Ijma adalah kesesuaian pendapat (kata sepakat)
dari para ulama mengenai suatu hal atau peristiwa. Secara etimologi,
pengertian ijma mengandung dua arti. Pertama, Ijma berarti ketetapan hati
untuk melakukan sesuatu atau memutuskan berbuat sesuatu. Kedua, Ijma
berarti sepakat. Pengertian Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam
menetapkan suatu hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur‟an dan
Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Ijma adalah keputusan bersama yang
dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan
dan disepakati dan hasil dari ijma adalah fatwa.

Pada awalnya, ijma ini dijalankan oleh para khalifah serta para petinggi
negara. Dari musyawarah yang sudah mereka lakukan, lalu hasilnya akan
dianggap sebagai perwakilan dari pendapat umat Muslim. Setelah berjalannya
waktu, musyawarah yang dilakukan pun semakin banyak diikuti. Terutama
diikuti oleh ahli ijtihad dan dilanjutkan hingga saat ini. Ijma sendiri dibagi
menjadi dua yaitu ijma sharih dan ijma sukuti. Ijma sharih atau lafzhi adalah
suatu kesepakatan dari para mujtahid yang dilakukan melalui pendapat atau
pun dari perbuatan terhadap suatu hukum perkara tertentu. Untuk ijma sharih
ini tergolong jarang terjadi. Sedangkan ijma sukuti adalah kesepakatan dari
para ulama melalui seorang mujtahid yang sudah mengutarakan pendapatnya

4
Buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi

5
mengenai hukum suatu perkara. Setelah itu pendapat dari mujtahid tersebut
pun menyebar dan banyak orang yang mengetahuinya. Dalam hal ini,
mujtahid lainnya tidak menyatakan ketidaksetujuan pada pendapat tersebut
setelah melakukan riset atau penelitian tentang pendapat itu. Ijma adalah
kesepakatan umat Muhammad secara khusus atas suatu urusan agama. 5 Ijma
adalah kesepakatan sejumlah ahlul hall wa al „aqd (para ahli yang
berkompeten mengurusi umat) dari umat Muhammad pada suatu masa atas
hukum suatu kasus.6

4. Qiyas
Qiyas sendiri secara bahasa adalah tindakan mengukur sesuatu
yang kemudian dinamakan. Sedangkan secara istilah, qiyas adalah
penetapan hukum pada suatu perbuatan yang saat itu belum ada
ketentuannya dan kemudian didasarkan dengan yang sudah ada
ketentuannya. Qiyas terdiri dari empat rukun dan beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi. 7

a. Ashl
Adalah kasus lama yang sudah ada ketetapan hukumnya
baik dalam nash maupun ijma. Ashl sering disebut sebagai
musyabbah bih atau yang diserupai dan maqis „alaih atau tempat
meng-qiyas-kan. Dalam arti sederhana, ashl adalah kasus yang
akan digunakan sebagai ukuran atau pembanding.Ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi ashl untuk dapat dijadikan qiyas. Ashl
harus memiliki hukum yang bersifat tetap. Ketetapan hukum
tersebut harus berdasar pada jalur sam‟isyar‟i bukan aqli. Jalur ini
juga digunakan untuk mengetahui illat pada ashal. Selain itu,
ketetapan hukum pada ashal harus bukan berdasarkan qiyas,

5
Imam Al-Ghazali
6
Imam al-Amidi
7
buku Ushul Fiqih oleh Amrullah Hayatudi

6
melainkan karena nash atau ijma. Ashl juga tidak diperbolehkan
keluar dari aturan-aturan qiyas.

b. Far’u
Adalah kasus yang akan dicari hukumnya atau disamakan
dengan kasus yang sudah ada hukumnya. Beberapa syarat yang
menjadikan far‟u dapat ditetapkan dalam qiyas antara lain far‟u
belum memiliki hukum yang ditetapkan berdasarkan nash atau
ijma, harus ditemukan illat ashl pada far‟u dengan kadar sempurna
dan tidak boleh kurang dari kadar illat yang terdapat pada ashl.

c. Hukum Ashl
Adalah hukum syara yang ditetapkan oleh nash dan
dikehendaki untuk menetapkan hukum terhadap far‟u.

d. Illat
Dapat diartikan sebagai hujjah atau alasan. Illat menjadi
landasan dalam hukum ashl. Dalam pengertian lain, illat disebut
juga dengan kemaslahatan yang diperhatikan syara. Illat inilah
yang menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan qiyas.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Para ulama sudah saling bersepakat bahwa sumber hukum Islam yang
selama ini digunakan oleh umat Islam berjumlah empat. Di antaranya berupa
Alquran yang merupakan kitab suci agama Islam, kemudian hadis, ijma‟, dan
yang terakhir adalah qiyas. Sebagai umat Islam alangkah lebih baiknya jika
mengetahui dan memahami keempat sumber hukum Islam tersebut guna
memahami mengapa Islam adalah agama yang menjadi sumber dari segala
hukum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Studi Analisis Pemikiran Yasin Dutton Mengenai Kitab Al-Muwatta


Memahami 4 Sumber Hukum Islam yang Telah Disepakati Lebih Dalam
(Gramedia blog)
Mengenang Jejak Langkah Prof. H. Bustanul Arifin, S.H.(Mahkamah Agung)
Buku Ushul Fiqih oleh Amrullah Hayatudi
Buku Memahami Ilmu Hadits karya Asep Herdi

Anda mungkin juga menyukai