Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IJTIHAD SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM


DAN SYARAT MUJTAHID
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan Agama
dari Bapak Arief Suci Kurniasihanto S.Psi., M.Pd selaku Dosen Pengampu)

Disusun Oleh:

- Aan Asnawi. R (231012400230)


- Winda Julianti (231012400044)
- Isna Rahmawati (231012400056)
- Marisca Salsabillah Nur’Alfie (231012400052)

PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan, atas karunia-
Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya kami bisa menyelesaikan
Makalah dengan tema Pengertian Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam, Bentuk
Ijtihad, Dan Syarat Mujtahid. Tidak lupa sholawat dan salam semoga tercurah
limpahkan ke Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, dan semoga menjadi
amalan yang tiada putus bagi kita selaku umat-Nya hinga ke akhir jaman.
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini jauh dari kata sempurna.
Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian/kesalahan dalam penulisan kata, meskipun demikian kami
membuka lapang dada bagi yang bersedia mengkritik yang tentunya kritik yang
membangun untuk menjadikan pelajaran bagi kedepannya. Akhir kata kami
berharap semoga makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca maupun penulis.

Tangerang, 9 September 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
A. Tinjauan Umum Ijtihad ........................................................................................................... 2
B. Pengertian Mujtahid ................................................................................................................. 4
BAB III................................................................................................................................................... 7
PENUTUP.............................................................................................................................................. 7
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 7
B. Saran dan Kritik ....................................................................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ijtihad telah dikenal dan dipraktekan oleh Islam semenjak zaman
Rasulullah SAW masih hidup dan terus berkembang pada masa sahabat
sampai generasi-generasi berikutnya. Para sahabat melakukan ijtihad
selain karena mendapat dorongan dan bimbingan Nabi SAW, juga atas
inisiasi dari kalangan sahabat itu sendiri. Cukup banyak riwayat yang dapat
dirujuk yang menunjukan upaya yang dilakukan oleh para sahabat dalam
berijtihad. Misalnya riwayat yang menceritakan ijtihad Umar tentang hal
yang dibatalkan puasa dan ijtihad hal tersebut secara hukum telah
dibenarkan oleh Nabi SAW.
Ijtihad dapat dipandang sebagai faktor utama dalam dinamika umat
Islam. Berbanding terbalik dengan zaman Nabi dulu, di zaman modern
misalnya sekarang semakin banyak masalah-masalah baru yang
berkembang sehingga memerlukan aturan dan ketetapan yang jelas. Maka
hadirlah ijtihad sebagai cara penentu aturan tersebut. Ijtihad sendiri sangat
diperlukan untuk melakukan penafsiran pada dalil-dalil yang rancu atau
tidak jelas maknanya. Bagaimana umat Islam memperbaiki dan
menafsirkan dalil yang tidak jelas maknanya? Hal ini dapat dilakukan
dengan mencari referensi dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Bagaimanapun
masih tidak ditemukan suatu hukum yang menerangkan dalil tersebut,
maka kita bisa mencari suatu pembenaran ketetapan dengan pengetahuan
dan akal sehat.
Ijtihad ditempati posisi strategis yang signifikan atas
keberlangsungan hukum Islam dalam mengatasi masalah hukum yang
muncul. Pada makalah ini akan dibahas mengenai ijihad, objek dan
macam-macamnya sertaruang lingkup Mujtahid.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ijtihad sebagai sumber hukum Islam?
2. Apa saja bentuk Ijtihad?
3. Apa syarat Mujtahid?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Ijtihad

1. Pengertian Ijtihad
Kata Ijtihad asal katanya adalah jahada, secara Bahasa artinya
“pencurahan segala kemampuan untuk memperoleh suatu dari berbagai
urusan”. Perkataan tersebut menunjukkan pekerjaan yang cukup sulit
dilakukan atau lebih dari seperti biasanya. Ringkasnya, Ijtihad berarti
bersungguh-sungguh atau kerja keras untuk mencapai sesuatu.
Ijtihad memiliki makna khusus di dalam Islam, yaitu pencurahan
semua kemampuan secara maksimal agar memperoleh suatu hukum syara’
yang amali melalui penggunaan sumber syara’ yang diakui dalam Islam.
Sedangkan dalam definisi yang lain disebutkan, menurut Muhammad
Khudari Bik, “Ijtihad adalah pengerahan segenap kesanggupan oleh
seorang ahli fikih atau mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang
hukum-hukum syara’’’. Seorang filosof yakni Fazlur Rahman berpendapat
bahwa, “Ijtihad mengacu pada seluruh kemampuan para ahli hukum
sampai pada titik akhir untuk memperoleh prinsip dan aturan hukum dari
sumber hukum Islam’’.
Salah satu tujuan fundamental hukum Islam yakni mencapai dan
terwujudnya maslahah untuk seluruh insan. Hukum Islam yang berasal
dari Al-Qur’an ajaran Allah subhanahu wata’ala menghendaki suatu
keadilan dan kebaikan umat manusia, oleh karena itu menuntut
pemeliharaan hingga kapanpun. Hal tersebut menjadi konsekuensi yang
masuk akal dari prinsip Islam yang umum, lalu dimengerti sebagai nilai
ajaran yang meliputi seluruh aspek kehidupan.
Dalam berkembangnya Islam, pun juga hukum Islam turut serta
mengalami sanggahan-sanggahan seperti peralihan dan keanekaragaman
kemasyarakatan. Sehingga melindungi kebaikan dan terlindunginya tujuan
hukum Islam pada pelaksanaan kedepannya dilakukan para pakar hukum
dengan jalan berijtihad yang dapat menanggapi dinamika dan peralihan
kemasyarakatan tersebut. Oleh karena itu peralihan kemasyarakatan
tersebut mengakibatkan hukum Islam yang besifat responsive (Peka),
adaptis (Fleksibel), dan dinamis (Bergerak).

2
2. Bentuk-bentuk Ijtihad

• Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya
menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru yang belum ada
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga
dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila
memang terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-
masa sebelumnya. Beberapa definisi qiyâs (analogi):

1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya,


berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui
suatu persamaan di antaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di
dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki
persamaan sebab (iladh).
4. Menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum di
terangkan oleh al-qur'an dan hadits.

• Istihsan
Beberapa definisi Istihsân:

1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya


karena dia merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan
secara lisan olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk
maslahat orang banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah
kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap
perkara yang ada sebelumnya.

• Murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada
naskahnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia
berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.

3
• Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi
makruh atau haram demi kepentingan umat.
• Istihab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan
sampai ada alasan yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada
pertanyaan bolehkah seorang perempuan menikah lagi apabila
yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan
tidak jelas kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah
keadaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah istri
orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas
kematian suaminya atau jelas perceraian keduanya.
• Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan
tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam
Al-Qur’an dan Hadis.
B. Pengertian Mujtahid
Mujtahid adalah orang yang telah memenuhi syarat untuk
melakukan ijtihad.

Ijtihad artinya usaha untuk memahami berbagai dalil untuk


menyimpulkan hukum suatu permasalahan.

Mujtahid juga disebut sebagai faqih. Artinya: seorang ahli


fiqih. Fiqih adalah ilmu tentang hukum syariat yang dihasilkan
berdasarkan dalil-dalilnya. Sehingga sampai pada kesimpulan hukum,
misalnya: halal dan haram. Seorang ulama belum tentu seorang faqih.
Belum tentu juga seorang mujtahid. Namun seorang mujtahid dan
seorang faqih sudah pasti seorang ulama.

Secara umum, ulama artinya orang yang berilmu. Baik ilmu


syariat Islam maupun ilmu sains. Secara khusus, ulama artinya orang
yang memiliki ilmu di bidang hokum Islam dan semisalnya (Al-Qur’an
dan Hadits)

1. Syarat-syarat Mujtahid
Untuk menjadi seorang mujtahid, kita harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
4
1. Hafal dan Paham Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang paling utama.
Untuk menjadi seorang mujtahid, kita harus menghafal Al-Qur’an
dengan baik dan menguasai berbagai cabang Ulumul Qur’an.
Terutama ilmu tafsir. Sehingga dia bisa memahami kandungan Al-
Qur’an dengan benar.

Dengan demikian, hafal Al-Qur’an saja belum termasuk


seorang mujtahid. Karena juga harus paham apa yang dihafalnya.
Apalagi orang yang tidak atau belum hafal Al-Qur’an.

2. Hafal dan Paham Hadits


Hadits merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al-
Qur’an. Untuk menjadi seorang mujtahid, kita harus menghafal
seluruh hadits dengan baik, dan menguasai Ulumul Hadits.
Terutama Musthalah Hadits. Sehingga selain hafal, juga mampu
memahami Hadits dengan benar.

Menghafal hadits di sini bukan hanya matan, namun juga


sanad Hadits. Boleh jadi syarat yang kedua ini merupakan syarat
mujtahid yang paling sulit. Bila kita mau jujur, sepertinya pada
sekarang sudah tidak ada orang yang hafal seluruh hadits seperti
disyaratkan.

3. Menguasai Bahasa Arab

Al-Qur’an dan hadits itu berbahasa Arab. Oleh karena itu,


seorang mujtahid harus mampu berbahasa Arab dengan baik. Yang
akan dia gunakan untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits.

Seorang mujtahid tidak bisa hanya mengandalkan terjemahan


al-Qur’an dan hadits. Dia harus mampu memahami Al-Qur’an dan
Hadits secara langsung. Bila kita masih tergantung pada terjemahan,
maka sebenarnya kita masih sangat jauh dari kriteria mujtahid.
Karena kita masih taqlid kepada penerjemah.

Taqlid artinya: mengikuti hasil pemikiran orang lain. Tidak


tahu tidak duduk permasalahan. Karena tidak menguasai ilmu terkait
dengan baik.

5
4. Menguasai Ushul Fiqih
Ushul Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu yang secara
khusus sudah disiapkan oleh para ulama untuk memahami tata cara
istinbath hukum yang benar.

Ushul Fiqih bisa diibaratkan sebagai jurus-jurus bela diri yang


sudah dirumuskan oleh para pendekar besar. Sehingga kita yang
awalnya tidak tahu menahu mengenai ilmu bela diri bisa menjadi
ahli dalam waktu yang relatif lebih singkat.

5. Memahami Perkembangan Zaman


Hukum itu diterapkan dan dilaksanakan sesuatu dengan
kebutuhan zaman. Di mana kebutuhan setiap zaman itu belum tentu
sama. Untuk itu, seorang mujtahid harus memiliki pemahaman yang
benar mengenai apa-apa yang mendatangkan maslahat dan madharat
bagi masyarakat.

Hukum tidak bisa diterapkan di semua tempat dan waktu.


Maka diperlukan kebijakan yang sejati. Sehingga hukum
mendatangkan maslahat. Bukan malah menimbulkan madharat.

6
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ijtihad adalah sebuah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan
berbagai metode yang diterapkan beserta syarat-syarat yang telah ditentukan
untuk menggali dan mengetahui hukum Islam untuk kemudian
diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan Ijtihad
dilakukan adalah upaya pemenuhan akan hukum karena permasalahan
manusia semakin hari semakin kompleks dimana membutuhkan hukum Islam
sebagai solusi terhadap problematika tersebut.

Begitupula tidak diragukannya mengenai eksistensi Mujahid sepanjang masa


dari masa Rasulullah SAW sampai sekarang.

B. Saran dan Kritik


Demikian makalah Ijtihad dalam masa kuliah yang tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami semoga
dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai