Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEMAHAMI IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM DALAM


ISLAM

DISUSUN OLEH

ANGGOTA KELOMPOK 3

1. GHIA ALIFA KOSMANA (225221040)


2. INAYAH NUR RAHIMAH (225221044)
3. SUSILOWATI (225221057)
4. TASYHA RAHMA DYANA (225221060)

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA PRODI D-III USAHA PERJALANAN

WISATA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang karena atas Rahmat dan Ridho-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
karya tulis ini dalam waktu yang singkat.

Karya tulis ini telah kami susun dengan optimal dengan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar.

Kami sebagai manusia biasa menyadari adanya kekurangan dari bererapa konteks.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat dilakukan
perbaikan untuk makalah ini.

Semoga bimbingan dan saran dari Ibu/Bapak guru serta semua pihak yang terkait
langsung dalan penyelesaian Karya Tulis ini, mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Akhirnya, kami berharap jika karya tulis ini dapat menjadi bahan informasi yang
berharga dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, 25 Agustus 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
1. Mujathid Mustaqil.....................................................................................................................4
2. Mujtahid Mutlak Ghairu Mustaqal.............................................................................................4
3. Mujtahid Takhrij........................................................................................................................5
4. Mujathid Tarjih..........................................................................................................................5
2.2 Esensi Ijtihad.............................................................................................................................6
2.3 Pola Ijtihad.................................................................................................................................7
2.3.1 Ijma....................................................................................................................................7
2.3.2 Qiyas..................................................................................................................................7
2.3.3 Maslahah Mursalah............................................................................................................7
2.3.4 Saddu Adzari’ah................................................................................................................7
2.3.5 Istishab...............................................................................................................................7
2.3.6 Uruf....................................................................................................................................8
2.3.7 Istihsan...............................................................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................9
Kesimpulan............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Saat diturunkan agama Islam, segala bentuk peribadatan sudah diatur dan ditata baik
dalam Al-Quran maupun sunah Rasulullah SAW yang disesuaikan dengan kondisi sosial
masyarakat saat itu. Syariat yang berarti jalan dan sesuatu yang telah diatur oleh Allah untuk
hamba-hamba-Nya yang dianggap sebagai tolak ukur aturan dan kehidupan dalam Islam.

Mempelajari ijtihad merupakan kewajiban setiap umat beragam Islam. Dalam agama
Islam setiap ajarannya harus dilakukan oleh seluruh umat muslim. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa tujuan ijtihad adalah untuk menggali dan menetapkan berbagai macam
hukum yang berkenaan dengan kemaslahatan hidup manusia sesuai dengan perkembangan
hidup mereka, yang belum ada ketetapan hukum nya secara pasti dalam Al-Quran dan sunnah
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Dapat juga disimpulkan bahwa ajaran Ijtihad sumber hukum ke 3 setelah Al-Qurán,
segala bentuk peradaban. Ijtihad juga menjadi pemegang fungsi penting dalam penetapan
hukum Islam. Hal ini diupayakan oleh para ulama untuk menjawab segala persoalan
ketika dalam sumber utama agama Islam tidak ditemukan dalil atau ketentuan hukum yang
jelas.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kami mengambil materi mengenai esensi dan pola
ijtihad dan menentuk judul untuk makalah ini yaitu “Memahami Ijtihad Sebagai Metode
Penggalian Hukum Dalam Islam”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari Ijtihad?
2. Apa saja esensi dalam Ijtihad?
3. Bagaimana pola-pola dari Ijtihad?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan pembahasan rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ijtihad.
2. Untuk mengetahui apa saja esensi dari Ijtihad.
3. Untuk mengetahui bagaimana saja pola Ijtihad sesuai dalam perkembangan zaman.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Ijtihad

Ijtihad merupakan satu kata kunci guna dapat memahami islam, berarti “mencurahkan
segala kemampuan” dan “memikul beban” Secara terminolog Ijtihad merupakan kemampuan
untuk mendapatkan hukum syara’ (hukum Islam) tentang suatu masalah dari sumber (dalil)
hukum yang tafsili atau rinci (Al-Quran dan Sunnah). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Ijtihad merupakan upaya atau metode para ulama dalam merumuskan suatu hukum
yang secara rinci tidak disebutkan dalam Al-Quran maupun Sunnah.

Ijtihad sendiri berasal dari kata “Al-Jahd” atau “Al-Juhd” yang memiliki arti “Al
Masyoqot” (kesulitan atau kesusahan) dan “Athoqot” (kesanggupan dan kemampuan) atas
dasar pada firman Allah SWT dalam Qs. Yunus ayat 9.

‫ت يَ ْه ِد ْي ِه ْم َربُّهُ ْم بِا ِ ْي َمانِ ِه ۚ ْم‬


ِ ‫صلِ ٰح‬ ّ ٰ ‫اِ َّن الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال‬
‫ت النَّ ِعي ِْم‬ ِ ّ‫تَجْ ِريْ ِم ْن تَحْ تِ ِه ُم ااْل َ ْن ٰه ُر فِ ْي َج ٰن‬
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, niscaya diberi
petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan,
mengalir di bawahnya sungai-sungai.

Secara etimologi, Ijtihad berasal dari Bahasa Arab yakni Jahada Yajhadu-Jahd yang
berarti kemampuan, potensi, kapasitas. Berdasarkan asal katanya, arti Ijtihad adalah
pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit. Ijtihad berarti
bersungguh-sunggu atau kerja keras untuk mencapai sesuatu.

Menurut Al-Amidi, Ijtihad adalah pencurahan semua kemampuan secara maksimal


agar memperoleh suatu hukum syara’ yang amali melalui penggunaan sumber syara’ yang
diakui dalam Islam.

Menurut Bahasa, Ijtihad berarti “Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan


sesuatu yang sulit” Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata Ijtihad dipergunakan untuk
melakukan sesuatu yang mudah atau ringan.

Menurut Muhammad Bin Husain Al Jizani mengatakan bahwa Ijtihad adalah


mengerahkan semua pemikiran dalam mengakaji dalil shar’iyyah untuk menentukan
beberapa hukum syariat.

Menurut Abdul Hamid Hakim, Ijtihad adalah pengerahan kesanggupan berifikir


dalam memperoleh hukum dengan jalan istimbath (menarik kesimpulan) dari Al-Quran As-
Sunnah.
3
Sedangkan menurut ahli ushul fiqih memberikan banyak definisi yang berbeda-beda
mengenai Ijtihad dengan mendefinisikan Ijtihad dari berbagai pandangan namun Adapun
maksud mereka ialah agar menutup jalan Ijtihad dari orang yang tergesa-gesa mengambil
hukum dan orang-orang lalai mengambil hukum seenaknya tanpa memeras kemampuan
terlebih dahulu untuk meneliti dalilnya, memperdalam pemahamannya, dan mengambil
konklusi dari dalil-dalil tersebut serta memperbandingkan dalil yang bertentangan dengannya.

Ijtihad yang akan merefomulasi hukum-hukum yang ada, memperbarui, bahkan


mengadakan sebuah hukum baru apabila situasi dan kondisi membutuhkan. Dengan
pembaharuan, hukum islam dapat memberikan solusi adil terhadap berbagai masalah yang
ada. Semua upaya tersebut dapat sebagai pembaharuan hukum Islam.

Mengumpulkan segala ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas
dalam Al-Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan
matang. Pengerahan segenap daya upaya untuk menemukan hukum sesuatu secara rinci.

Dalam ber-Ijtihad, Mujtahid tidak dapat terlepas dari Al-Quran dan Sunnah sebagai
dua sumber hukum utama. Mayoritas ulama sepakat bahwa Ijtihad (dalam arti Ijma’ dan
Qiyas) merupakan sumber hukum setelah Al-Quran dan Sunnah.

Adapun syarat-syarat Mujtahid, sebagai berikut:


- Mengetahui segala ayat dan sunnah yang berhubungan dengan hukum
- Mengetahui masalah-masalah yang telah diijma’kan oleh para ahlinya
- Mengetahui Nasikh dan Mansukh
- Mengetahui Bahasa arab dan ilmu-ilmunya secara sempurna
- Mengetahui ushul fiqh
- Mengetahui rahasia-rahasia tasyrie’ (Asrarusyayari’ah)
- Mengetahui kaidah-kaidaj ushul fiqh
- Mengetahui seluk beluk qiyas

Juga ada tingkatan Mujtahid dalam menetapkan hukum Islam dibedakan menjadi
empat kelompok yang disesuaikan dengan tugas dan perannya.Yaitu:

1. Mujathid Mustaqil
Mujatahid Mustawil mampu memberikan kaidah untuk dirinya sendiri dan
orang lain yang hendak berijtihad. Menekankan pembahasannya pada kajian fiqih.
Untuk mencapai tingkat Mujtahid Mustaqil harus memenuhi beberapa syarat yang
tekah ditentukan. Adapun golongan yang termasuk dalam tingkatan ini ialah para
ulama madzhab seperti Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Ghazali, dan Imam
Hanbali.

2. Mujtahid Mutlak Ghairu Mustaqal


Mereka berpedoman pada hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh para imam
madzhbab. Lebih mengikuti jalan yang ditempuh para imam. Tokoh yang berada
ditingkatan Mujtahid Mutlak Ghairu Mustaqal diantaranya Abu Yusuf dan
4
Muhammad Jafar dari Hanafiyah.

3. Mujtahid Takhrij
Mereka diberi kebebasan dalam menetukan landasannya berdasarkan dalil-dalil
Al-Quran dan Sunnah, ketentuan hukum yang ditentukan tidak boleh keluar dari
kaidah-kaidah yang dipakai para imam. Tokoh yang termasuk dalam tingkatan
Mujtahid Takhrij yaitu Hasan bin Ziyad dan Ibnu Qayyim.

4. Mujathid Tarjih
Mereka lebih hafal kaidah-kaidah imamnya, mengetahui dalil-dalilnya, cara
memutuskan hukumnya, dan cara mengetahui dalil yang lebih kuat dijadikan
sebagai acuan. Mujtahid Tarjih diinilai lebih luas pemahamannya. Imam Nawawi
dalam kita Majmu’ menilai bahwa Mujtahid Tarjih lebih faqih (paham pada aturan
Islam)

Para ulama telah menentukan syarat-syarat bagi mereka yang ingin berijtihad.
Selain itu, para ulama telah mensistematisasikan pola-pola Ijtihad dalam penerapannya.
Pola-pola tersebut setidaknya bisa dibagi tiga, yaitu: pola bayani, ta’lili, dan istilahi.

ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَي َْن الن‬


َ ‫اس ِب َمٓا اَ ٰرى‬
‫ك‬ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬َ ‫ك ْال ِك ٰت‬ َ ‫اِنَّٓا اَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْي‬An
ۙ ‫ص ْي ًما‬ َ
‫خ‬ ‫ْن‬
َ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ۤ
‫ا‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ل‬ ِّ ‫ل‬ ْ
‫ن‬ ‫ك‬ُ َ ‫ت‬ ‫اَل‬ ‫و‬ ۗ ‫هّٰللا‬
ِ ِ ِٕ َ ُ
Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad)
membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan
Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah),
karena (membela) orang yang berkhianat.

Ijtihad mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Quran dan Hadist. Diantara ayat-
ayat Al-Quran yang dijadikan dasar Ijtihad oleh ahli usul fiqih adalah firmal Allah SWT,
dalam surat An-Nisa ayat 105.

Adapun contoh kontekstual Ijtihad pad masa ini merealisasikan jihad yang kondisional
dengan zaman. Menegaskan bahwa jihad yang bertentangan dengan fitrah kemanusiaan tidak
dibenarkan. Dalam artian senantiasa menjauhkan diri dari Tindakan criminal, kekeran, hoaks,
agitasi kebencian, dan berbagai pelanggaran yang tidak sesuai dengan aturan pemerintah dan
agama.

Juga pada masa pandemik seperti ini tidak lepas dari kemaslahatan masyarakat dan
mengedepankan norma agama dan undang-undang. Perilaku beragama dan bernegara adalah
perwujuan dalam merumuskan jihad pandemic. Tanpa adanya solusi dan Ijtihad dipastikan
akan muncul beragam pertanyaan-pertanyaan serius di kalangan masyakat.
5
6
2.2 Esensi Ijtihad

Ijtihad dapat pula disederhanakan yaitu merupakan alat penafsiran yang merupakan
penalaran hukum sesuai syariat Islam dan dilakukan oleh ahli agama. Sebutan untuk ulama
Islam yang memenuhi syarat melakukan Ijtihad adalah Mujtahid.

Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit, ijtihad berarti
bersungguh-sungguh atau kerja keras untuk mencapai sesuatu, sebaiknya juga hanya
dilakukan oleh para ahli agama Islam, karena Tujuan dari Ijtihad itu sendiri adalah untuk
memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah.

Proses esensi Ijtihad, ijtihad menyesuaikan dirinya dengan percepatan zaman, juga
proses Ijtihad tidak murni manusiawi karena kesimpulan akhir yang ingin diraih adalah
menyingkap hukum Allah. Hal itu karena Ahli Sunnah menggunakannya dengan sebuah
pemaknaan khusus . Para Imam Syariah dalam banyak hadis mengisyaratkan bahwa Ijtihad
yang dilakukan oleh ulama Ahli Sunnah adalah batil.

Ada beberapa esensi yang menjadi syarat bagi terwujudnya ijtihad, yaitu: pertama,
ijtihad adalah upaya pencurahan kemampuan secara maksimal yang dilakukan oleh
ulama; kedua, tujuan ijtihad adalah untuk mendapatkan kepastian hukum yang
sifatnya dhanni; ketiga, ijtihad dilakukan terhadap hukum yang sifatnya amali; keempat,
dilakukan dengan melalui istinbat; kelima, obyek ijtihad hanyalah dalil-dalil yang dhanni atau
yang tidak ada dalilnya sama sekali.

Perjalanan ijtihad ini terus berlangsung dengan berbagai perubahan dan


perkembangannya-terlebih pada kaidah-kaidah ushuliyah dengan penambahan dan
pendeskripsian yang lebih dalam seperti pada masalah qiyas. Pembahasan tidak hanya
dicukupkan pada rukun dan metode akan tetapi semakin melebar ke pembahasan metode
pencarian ‘illah’, hingga kitab-kitab ulama terdahulu dipenuhi dengan beberapa persyaratan
dan batasan-batasan pada hampir setiap kaidah dan pembahasan yang ada, dari proses ini
lahirlah sebuah kesimpulan: bahwa dzhan merupakan hujjah dalam dunia dunia fiqh ijtihady
karena memang pada mayoritasnya ijtihad ulama-ulama ini berangkat dari dzhan.

7
2.3 Pola Ijtihad

2.3.1 Ijma
Ijma adalah kesepakatan hukum yang diambil dari fatwa atau musyawarah para
ulama tentang suatu perkara yang tidak ditemukan hukumnya didalam Al-Quran
ataupun Hadist. Tetapi rujukannya pasti ada didalam Al-Quran dan Hadist.
Contohnya, hukum mengkonsumsi ganja atau sabu-sabu adalah haram,
karena dapat memabukkan dan berbahaya bagi tubuh serta merusak pikiran.

2.3.2 Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan/menganalogikan masalah baru yang tidak
terdapat dalam Al-Quran atau hadits, dengan yang sudah terdapat hukumnya
dalam Al-Quran dan hadits, karena kesamaan sifat atau karakternya.
Contohnya, mengharamkan hukum minuman kera, selain khamr seperti
brendy, whisky, vodka, topi miring, dan narkoba yaitu sama-sama memabukkan.

2.3.3 Maslahah Mursalah


Mashalah Mursalah adalah suatu cara menetapkan hukum berdaasarkan atas
pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.
Contohnya, didalam Al-Quran maupun hadist tidak terdapat dalil yang
memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini
dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.

2.3.4 Saddu Adzari’ah


Saddu Adzari’ah menetapkan hukum larangan atas suatu perbuatan tertentu
yang pada dasarnya diperbolehkan maupun dilarang untuk mencegah terjadinya
perbuatan lain yang dilarang.
Contohnya, menebang dahan pokok yang meliuk di atas jalan umum dapat
mengakibatkan timbulnya gangguan lalu lintas.

2.3.5 Istishab
Istishab adalah tindakan dalam menetapkan suatu ketetapan sampai ada alasan
yang mengubahnya.
Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu ataupun
belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang/yakin kepada keadaan sebelum ia
berwudhu’, sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak
berwudhu.

8
2.3.6 Uruf
Uruf adalah suatu tindakan dalam menentukan suatu perkara berdasarkan adat
istiadat yang berlaku dimasayarakat dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan
hadis.
Contohnya : dalam hal jual beli. sipembeli menyerahkan uang sebagai
pembayaran atas barang yang ia beli dengan tidak mengadakan ijab Kabul, karena
harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.

2.3.7 Istihsan
Istihsan adalah suatu tindakan dengan meninggalkan satu hukum kepada
hukum lainnya, disebabkan adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan
untuk meninggalkannya.
Contohnya: didalam syara’, kita dilarang untuk mengadakan jual beli yang
barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syara’
memberikan rukhsah yaitu kemudahan atau keringanan, bahwa jual beli
diperbolehkan dengan sistem pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Ijtihad merupakan kemampuan untuk mendapatkan hukum


syara’. Dan juga Ijtihad merupakan sumber hukum ke-3 setelah Al-Quran, bagian penting
dalam hukum islam juga bertujuan terciptanya solusi untuk pertanyaan hukum yang belum
dijelaskan di dalam Al-Quran dan hadist.

Mempelajari Ijtihad merupakan kewajiban setiap umat beragama Islam, dalam


agama Islam setiap ajarannya harus dilakukan oleh seluruh umat muslim. Para umat muslim
dapat mengetahui segala ayat dan sunnah yang berhubungan dengan hukum, juga
mengetahui masalah-masalah yang telah di ijma’kan oleh para ahlinya.

Kemajuan dan perkembangan zaman disatu sisi dapat memberikan dampak positif
bagi kehidupan manusia. Ijtihad yang akan merefomulasi hukum yang ada, akan
memperbaharui, bahkan mengadakan sebuah hukum baru apabila situasi dan kondisi nya
membutuhkan. Juga akan memberikan solusi hukum yang adil terhadap berbagai masalah
yang ada.

1
0
DAFTAR PUSTAKA

Merdeka.com. 2021. Ijtihad adalah bagian penting dalam hukum Islam, kenali perannya.
https://www.merdeka.com/trending/ijtihad-adalah-bagian-penting-dalam-hukum-islam-
kenali-perannya-kln.html

Liputan6.com. 2021. Ap aitu Ijtihad? Kenali perannya dalam hukum Islam.


https://hot.liputan6.com/read/4728681/apa-itu-ijtihad-kenali-perannya-dalam-hukum-islam

Tirto.id. 2021. Apa aitu Ijtihad? Pengertian, syarat dan contohnya dalam Islam.
https://tirto.id/apa-itu-ijtihad-pengertian-syarat-dan-contohnya-dalam-islam-gf7r

Merdeka.com. QS. Yunus Ayat9


https://www.merdeka.com/quran/yunus/ayat-9

Dspace.uii.ac.id. Ushul Fiqh 2.pdf


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/4364/Ushul%20Fiqh%202.pdf?sequence
=1

Brainly.co.id. Saddu Adzariah


https://brainly.co.id/tugas/21720279#:~:text=Sadd%20adz%2Ddzari'ah
%20adalah,mengakibatkan%20timbulnya%20gangguan%20lalu%20lintas

Iainpare.ac.id. Opini; Ijtihad dan Jihad di Masa pandemic


https://www.iainpare.ac.id/ijtihad-dn-jihad-di-masa-pandemi/2/

Kumparan.com. Mengenal Tingkatan Mujtahid dalm Menetapkan Hukum Islam


https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-tingkatan-mujtahid-dalam-menetapkan-hukum-
islam-1xFrVBiayBW/full

Metode Ijtihad Dalam Hukum Islam: Bayani, Istislahi, & Ta’lili

http://piuii17.blogspot.com/2017/11/metode-ijtihad-dalam-hukum-islam-bayani.html?m=1

Model Metode Ijtihad Ekonomi Islam di Nusantara

https://www.steikassi.ac.id

Metode Ijtihad Dalam Hukum Islam


https://ejournal.uin-suka.ac.id
1
1

Anda mungkin juga menyukai