Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga penyusunan Makalah tentang “IJTIHAD” sebagai tugas dari mata kuliah
Pendidikan Agama Islam ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa‟atnya di akhirat nanti.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Namun, kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, agar kelak kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih.
[Type here]
DAFTAR ISI
a. Ijtihad Fardhi......................................................................................................................... 3
c. Ijtihad Intiqa‟i……………………………………………………………………………….3
3. Metode Ijtihad.......................................................................................................................... 4
a.Ijma' .......................................................................................................................................... 4
b. Qiyas .................................................................................................................................... 4
c. Istidlal .................................................................................................................................. 5
e. Istishan ................................................................................................................................. 6
f. Istisab ................................................................................................................................... 6
4. Kegunaan Ijtihad........................................................................................................................... 6
5. Manfaat Ijtihad……………………………….............................................................................. 7
6. Kesimpulan dan Saran….. ……………………………………………………………………..11
[Type here]
1. Pengertian Ijtihad
Menurut WikiPedia Ijtihad (bahasa Arab: اجتهاد) adalah sebuah usaha yang
sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang
sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat
dan pertimbangan matang.
Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata
"ijtihad" dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang mudah/ringan.
Pengertian ijtihad menurut istilah hukum Islam ialah mencurahkan tenaga
(memeras pikiran) untuk menemukan hukum agama (syara‟) melalui salah
satu dalil syara‟, dan tanpa cara-cara tertentu.
Pengertian ijtihad juga dapat dilihat dari dua segi baik etimologi maupun
terminologi. Dalam hal ini memiliki konteks yang berbeda. Ijtihad secara
etimologi memiliki pengertian: “pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit”. Sedangkan secara terminologi adalah
“penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada
kitabullah (syara) dan sunnah rasul atau yang lainnya untuk memperoleh nash
yang ma‟qu; agar maksud dan tujuan umum dari hikmah syariah yang terkenal
dengan maslahat tersebut sehingga definisi ijtihad adalah pencurahan seorang
faqih atas semua kemampuannya.
1
Terjemahnya:
„ . . . pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. . .‟.
Secara umum, yang dimaksud dengan ijtihad adalah usaha dan upaya yang
dikerahkan oleh seorang bernama “Mujtahid”, dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliknya untuk menggali dan menemukan hukum-
hukum syariat dan harus benar-benar orang yang taat dan memahami benar isi
Al-Qur‟an dan hadis.
2
2. Macam-Macam Ijtihad
Secara umum Ijtihad terbagi ke dalam dua kategori. Pertama, ijtihad ditinjau
dari segi asalnya. Berikut bentuknya
a. Ijtihad Fardi
Dilaksanakan secara independen (mustaqil) oleh seorang yang disebut
mujtahid. Metode, prosedur penetapan hukum serta proses dalam
pengambilan keputusannya dilakukan secara independen.
b. Ijtihad Jama’i
Yaitu ijtihad yang dilakukan tidak secara perorangan melainkan secara
kolektif oleh kelompok mujtahid dengan keahlian yang berbeda-beda
dalam berbagai bidang ilmu
Kemudian, apabila ditinjau dari segi pelaksanaan dan prosesnya ijtihad juga
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
c. Ijtihad Intiqa’i
Merupakan pemilihan satu dari beberapa pendapat terkuat yang ada dalam
peninggalan fiqih Islam yang di dalammya berisi tentang fatwa dan
hukum-hukum islam (Al-Qardhawi, 1997:24). Dalam istilah Ushul Fiqih
metode intiqa‟i ini disebut metode tarjih yaitu memilih atau mengungulkan
pendapat terkuat dari pendapat-pendapat yang ada. Menurut Yusuf al-
Qardhawi kaidah tarjih itu banyak yang mana diantaranya adalah: pertama,
pendapat yang diambil harus memiliki hubungan kesesuaian dengan
kondisi hidup kekinian, kedua, hendaknya pendapat tersebut
menggambarkan kelemah lembutan dan kasih sayang kepada manusia,
ketiga, tidak menjauhi kemudahan akan ketetapan hukum keislaman.
Keempat, memperioritaskan untuk merealisasikan akan tujuan-tujuan
syari‟at yaitu menjaga kemaslahatan manusia dan menolak marabahaya
dari mereka (Al-Qardhawi, 1997:25).
3
d. Ijtihad Insya’i
Merupakan penarikan kesimpulan hukum baru akan sebuah permasalahan,
dimana persoalan tersebut belumlah pernah terjadi. Kegiatan ijtihad
Insya‟i ini menurut al-Qardhawi sebuah keharusan guna mencari pemecah
yang solutif terhadap permasalahan yang baru mengemuka serta menjadi
literasi dalam pengembangan hukum keislaman, karea kepastian akan
setiap masa akan melahirkan permasalahan yang sangat varaitif, begitupun
dengan kondisi zaman sekarang, yang mana permasalahannya jelas
berbeda dari masalah-masalah di masa lalu.
3. Metode Ijtihad
Ada beberapa metode atau cara untuk melakukan ijtihad, baik ijtihad
dilakukan sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara metode
atau cara berijtihad adalah:
4
yaaa ayyuhallaziina aamanuuu innamal-khomru wal-maisiru wal-
angshoobu wal-azlaamu rijsum min 'amalisy-syaithooni fajtanibuuhu
la'allakum tuflihuun
Artinya :
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung." (QS. Al-
Ma'idah 5: Ayat 90)
5
e) Istishan, adalah cara menentukan hukum dengan cara menyimpang dari
ketentuan yang sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial. Atau
suatu cara untuk mengambil keputusan yang tepat menurut suatu keadaan.
Contoh : Pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan.
f) Istisab, adalah menetapkan hukum suatu hal menurut keadaan yang terjadi
sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya.
Contoh : Ria mengadakan perjanjian utang piutang dengan nanda, menurut
ria telah dibayar , tanpa menunjukkan bukti atau saksi dalam kasus ini
berdasarkan istisab dapat ditetapkan bahwa ria masih belum membayar
utangnya dan perjanjian ini masih berlaku selama masih belum ada bukti
dan saksi yang menyatakan bahwa perjanjian utang piutang tersebut telah
berakhir.
g) Urf atau adat istiadat adalah yang tidak bertentangan dengan hukum islam
dapat dikukuhkan tetap harus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Contoh : Melamar wanita dengan memberikan suatu tanda (pengikat),
pembayaran mahar secara tunai atau utang atas persetujuan kedua belah
pihak dan lain-lain.
4. Kegunaan Ijtihad
Meski Al-Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti
semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al-Quran
maupun Al-Hadist. Selain itu, ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al-
Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan
6
terus berkembang dan dibutuhkan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan
Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu
atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah
perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al
Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus
mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran atau
Al-Hadits. Tapi jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas
atau tidak ada ketentuannya dalam Al-Quran dan Al-Hadist, pada saat itulah
maka umat Islam membutuhkan ketetapan Ijtihad. Akan tetapi yang berhak
membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al
Hadist.
5. Manfaat Ijtihad
Adapun manfaat ijtihad, diantaranya yaitu :
1. Dapat mengetahui hukumnya, dari setiap permasalahan baru yang dialami
oleh umat muslim, sehingga hukum islam selalu berkembang dan mampu
menjawab tantangan.
2. Dapat menyesuaikan hukum berdasarkan perubahan zaman, waktu dan
keadaan
3. Menetapkan fatwa terhadap permasalah-permasalah yang tidak terkait
dengan halal atau haram.
4. Dapat membantu umat muslim dalam menghapi masalah yang belum ada
hukumnya secara islam.
7
Qs. al-Jatsiyah (45): 13. Adapun redaksi firman Allah SWT dalam Qs. an-
Nisa‟ (4) dimaksud adalah :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-
(Nya) dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu (urusan) maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur‟an) dan
Rasul (sunnah-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(Qs. an-Nisa‟/4: 59). Selain Qs. an-Nisa‟ (4) ayat 59 tersebut, keberadaan
ijtihad sebagai sumber ajaran Islam, setelah al-Qur‟an dan as-Sunnah,
didasarkan juga pada sabda Rasulullah saw berikut ini:
8
أجس ف هو ث ف اج تيد ح كى ذا اخطأ ًإ ٌ اجسا ف هو ب صا ف أ ف اج تيد ك ى ن حا ا ح كى ذا إ و
ًاحد
9
Ijtihad memang merupakan salah satu sumber ajaran Islam, setelah al-
Qur‟an dan as-Sunnah. Hal ini berarti bahwa ijtihad baru dapat dirujuk
sebagai sumber ajaran Islam ketika dalil yang diperlukan untuk menetapkan
suatu hukum benar-benar secara eksplisit tidak ditemukan dalam al-Qur‟an
dan as-Sunnah. Lebih dari itu, mengingat perintah taat sebagaimana terdapat
dalam Qs. an-Nisa‟ (4): 59—hanya difokuskan pada Allah SWT. dan rasul-
Nya “athi‟u Allah wa athi‟u arrasul”, maka ketaatan mutlak hanyalah
terhadap al-Qur‟an dan as-sunnah, sedangkan ketaatan terhadap ijtihad
sifatnya kondisional. Jika hasil ijtihad itu sejalan dengan al-Qur‟an dan as-
Sunnah sebagai produk ulil amri, maka wajib dipatuhi, sedangkan jika
kebijakannya tidak sesuai dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah, maka tidak ada
kewajiban untuk mengikutinya. Di kalangan ulama‟ fiqih, ijtihad dapat
mengambil berbagai bentuk. Keragaman model ijtihad itu di kalangan ulama‟
telah terpresentasikan, misalnya dalam hal perbedaan pendapat dari empat
madzhab fikih mengenai sumber-sumber ajaran Islam. Bentuk-bentuk ijtihad
itu dapat berupa ijma‟ ulama‟ (kesepakatan para ulama‟), qiyas (analogi), al-
mashlahat al-mursalah (kemaslahatan ummat), „urf (tradisi yang sudah
berlangsung), istihsan (sesuatu yang dianggap baik), qaul as-shahabat
(pendapat para sahabat), syar‟u man qablana (agama sebelum Islam), dan
sadd ad-dzari‟ah (menolak keburukan). Agak sedikit berlainan, Imam
Syaukani menyebutkan metode ijtihad dengan memberikan rincian sebagai
berikut ini: ijma‟, qiyas, istishab, istihsan, istishlah, sadd ad-dzari‟ah dan „urf.
Sementara itu Abdullah Ahmed an-Na‟im menyebut, ijma‟ dan qiyas sebagai
tehnik ijtihad, dan tehnik lain yang merupakan tambahan adalah istihsan,
istislah atau maslahah, istishab, darurah, dan „urf.
10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ijtihad adalah
mencurahkan segala bentuk tenaga dan pemikiran secara bersungguh-sungguh
untuk menetapkan suatu hukum. Dasar dari Ijtihad bersumber dari Al-Quran dan
Hadist sebagaimana yang dijelaskan diatas.
Ijtihad harus dilakukan jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di
suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut
dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya
dalam Al Quran atau Al Hadist.
Saran
Kami segenap anggota kelompok dalam hal ini menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami selaku penulis akan berusaha
lebih baik lagi dalam menjelaskan kesluruhan makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan tepat yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan
Untuk itu kami segenap anggota kelompok dengan terbuka menerima masukan
berupa saran dan kritik dari Bapak/Ibu pengampu mata kuliah Agama Islam agar
dapat dijadikan suatu bahan evaluasi dan pembelajaran bagi kami.
11
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, A. (2021) Pengertian Ijtihad, Rukun beserta Fungsinya.
https://www.dosenpendidikan.co.id/ijtihad/
12