Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

IJTIHAD
Dosen pengampu:

Dr. H. Subhan Fadli S.Pd.I.,M.A.

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama

Disusun oleh kelompok 4:

1. Amelia Dwi Wahyuni (221010505823)


2. Ferina Dwi Putri (221010505052)
3. Kayla Ayu Yandira (221010504331)
4. Kholifah Nur Salwa (221010505892)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS PAMULANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ijtihad” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Agama. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Itjihad bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Subhan Fadli S.Pd.I.,M.A.
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... 1
1.1 Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 2


2.1 Pengertian Ijithad ................................................................................................... 2
2.2 Bentuk-bentuk Ijtihad ............................................................................................. 2
2.3 Dalil tentang Ijtihad ................................................................................................ 3
2.4 Tingkatan Ijtihad ..................................................................................................... 3
2.5 Kedudukan dan Fungsi Ijtihad ................................................................................ 4
2.6 Syarat Ijtihad ........................................................................................................... 4

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................. 5


3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 5

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada awal diturunkannya Islam, segala bentuk peribadatan sudah diatur dan
ditata bentuk aplikasinya baik dalam al- Qur’an maupun Sunah Rasulullah saw. Yang
tentunya disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat saat itu. Syari’at yang berarti
jalan dan sesuatu yang telah diatur oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya dengan
menunjuk pada suatu hukum yang beragam, dianggap sebagai tolak ukur aturan dan
sistem kehidupan dalam Islam.

Syari’at Islam, salah satu ciri khasnya adalah memiliki ruang lingkup yang
menyeluruh. Prinsip bahwa syari’at memberi aturan yang sejalan dengan kemaslahatan
dan menganulir segala kerusakan yang merugikan dan mengacaukan sirkulasi
kehidupan manusia. Zaman semakin melebar luas, ijtihad menjadi bahan penting bagi
kebutuhan umat Islam seiring dengan berbagai perkembangan yang terjadi di belahan
dunia saat ini.

Banyak usaha yang digagas demi menstabilkan gerak aplikatif masyarakat


Islam demi satu arah kemajuan. Maka dari itu, persoalan ini masih penting untuk dikaji
sebagaimana yang akan menjadi pokok kajian tulisan ini. Untuk mempermudah kajian,
tulisan ini difokuskan pada ijtihad secara teori dan aplikasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Ijtihad?
2. Apa saja jenis-jenis Ijtihad?
3. Bagaimana dalil tentang Ijtihad?
4. Apa saja tingkatan dalam Ijtihad?
5. Apa saja kedudukan dan fungsi Ijtihad?
6. Bagaimana syarat Ijtihad?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara singkat apa itu Ijtihad
2. Untuk memahami fungsi dan syarat Ijtihad
3. Untuk mengetahui siapa saja yang dapat melakukan Ijtihad

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ijtihad
Menurut bahasa, ijtihad berarti “pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sullit”. Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata “ijtihad”
dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang ringan/mudah. Pengertian ijtihad menurut
istilah hukum Islam adalah mencurahkan tenaga (memeras pikiran) untuk menemukan
hukum agama (syara’) melalui suatu dalil syara’ dan tanpa cara-cara tertentu.

Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, dalam proses memutuskan


dan menentukan hukum dari perkara yang baru, yaitu perkara yang belum ada
hukumnya dalam Al-Qur’an dan hadist. Ijtihad tidak bisa dilakukan semua orang,
hanya ulama yang memenuhi syarat yang bisa melakukan ijtihad. Orang yang
melakukan ijtihad disebut sebagai mujtahid.

2.2 Jenis-jenis Ijtihad


1. Ijmak
Ijmak artinya kesepakatan, yakni kesepakatan para ulama dalam
menetapkan suatu hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist dalam suatu perkara yang terjadi. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu
keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti
seluruh umat.
2. Qiyas
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu
hukum atau suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya
namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek
dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
3. Istihsan
Istihsan adalah fatwa yang dikeluarkan oleh seorang faqih (ahli fikih),
hanya karena dia merasa hal itu benar. Istihsan adalah tindakan memutuskan
suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
4. Maslahah Murshalah
Maslahah murshalah adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada
naskahnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan
prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.
5. Sududz Dzariah
Sududz dzariah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi
makruh atau haram demi kepentingan umat.
6. Isthisab
Isthisab adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai
ada alasan yang bisa mengubahnya.

2
7. Urf
Urf adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan
dengan aturan-aturan prinsipal dalam Al-Qur’an dan hadist.

2.3 Dalil tentang Ijtihad


Ijtihad mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan hadist. Di antara
ayat-ayat Al-Qur’an yang dijadikan dasar ijtihad oleh ahli usul fiqih adalah firman
Allah swt. dalam surat An-Nisa’ ayat 105 yaitu:

Menurut Imam al-Bazdawi, Imam al-Amidi, dan Imam al-Satiby, ayat ini
mengandung pengakuan terhadap eksistensi ijtihad melalui qiyas (analogi). Kemudian
dalam surat an-Nisa’ ayat 59 Allah berfirman:

Menurut Ali Hasballah (ahli uslu fiqih dari Mesir) kalimat “kembali kepada
Allah dan Rasul” dalam ayat tersebut merujuk kepada Al-Qur’an dan hadist dalam
membahas perosoalan-persoalan yang terkadang sulit dipahami.

2.4 Tingkatan Ijtihad


Untuk menetukan tingkatan Ijtihad, perlu diketahui jenis Mujtihad, yang dapat
dibagi dalam berikut ini.
1. Mujtahid Mutlak, yaitu orang-orang yang melakukan Ijtihad langsung secara
keseluruhan dari Quran dan Hadis.
2. Mujtahid Madzhab, yaitu para Mujtahid yang mengikuti salah satu Madzhab dan
tidak membentuk suatu Madzhab tersendiri.
3. Mujtahid fi al-Masa il atau Ijtihad Persial, yaitu orang-orang yang berijtihad hanya
pada beberapa masalah saja.
4. Mujtahid Muqqayad, yaitu orang-orang yang berijtihad yang mengikatkan diri dan
mengikuti pendapat ulama salaf.

3
2.5 Kedudukan dan Fungsi Ijtihad
Faqih dan Fuqah melakukan Ijtihad apabila dalam suatu peristiwa yang terjadi
tida ada dasar hukum atau petunjuk Al-Qur’an.
Manusia secara kodrati terdiri atas jasmani dan rohani. Rohani itu berfungsi
untuk memahami apa yang dilihat oleh manusia dan dialami oleh akal dan pikiran.
Sekalipun tidak ada petunjuk dari agama, manusia dapat menggunakan akalnya untuk
memperoleh kebahagiaan hidupnya.
Ijtihad dapat dianggap sebagai kebutuhan pokok dari setiap insan, sedangkan
kebahagiaan lahir batin dan ketentraman hidup yang dituntut itu adalah berdasarkan
hukum syara’. Untuk memahami ketentuan-ketentuan hukum syara’ yaitu kita dapat
mengetahui akal manusia berbeda dengan makhluk lain.
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia dengan insting, pancaindra, akal
dan agama. Dengan pancaindranya manusia memperoleh petunjuk sehingga terhindar
dari kerugian dan mendapat keuntungan. Namun demikian, baik insting maupun
pancaindra mempunyai keterbatasan. Apabila manusia sakit, insting dan pancaindra
tidak dapat berfungsi dengan baik.

2.6 Syarat Ijtihad


Dibukanya pintu Ijtihad dalam hukum Islam tidak berarti bahwa setiap orang
dapat melakukan Ijtihad. Hanya orang-orang yang memiliki syarat tertentulah yang
mampu berijtihad. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Bahasa arab dengan segala isinya, sehingga menungkinkan dia
menguasai pengertian susunan kata-katanya.
2. Mengetahui Al-Qur’an, dalam hal ini adalah hukum-hukum yang dibawa oleh Al-
Qur’an beserta ayat-ayatnya dan mengetahui cara pengambilan hukum dari ayat
tersebut.
3. Mengetahui Hadis-Hadis Nabi SAW, yaitu yang berhubungan dengan hukum-
hukum syariah sehingga ia dapat mendatangkan hadis-hadis yang diperlukan dengan
mengetahui keadaan senadanya.
4. Mengetahui segi-segi pemakaian qiyas, seperti illat dan hikmah penetapan hukum,
serta mengetahui fakta-fakta yang ada nas-nya dan yang tidak ada nas-nya.
5. Mampu menghadapi nas-nas yang berlawanan, Nas-nas yang berlawanan tersebut
ada kalanya dapat diketahui sejarah dikeluarkannya dan ada kalanya tidak diketahui.

Syarat tersebut hanya diperlukan bagi seseorang Mujtahid Mutlak, yang


mengadakan Ijtihad nya dalam semua lapangan hukum. Keahlian dalam Sebagian
lapangan hukum minumbulkan persoalan, apakah boleh melakukan Ijtihad Sebagian
saja atau tidak. Disamping syarat-syarat tersebut, seorang Mujtahid juga harus:

1. Mengetahui ilmu fiqh secara mantap, karena ilmu ini merupakan dasar dan pokok
dakam berijtihad.
2. Mengetahui ilmu-ilmu kemasyarakatan, sebab penetuan hukum sangat erat
hubungannya dengan kehidupan masyarakat atau lingkungan.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam mengajarkan kebenaran dan tata nilai yang bersifat abadi dan universal,
yang harus dipercayai dan diamalkan oleh setiap muslim, di mana dia berada dan kapan
dia hidup. Setelah wafatnya Nabi Muhammad dan daerah Islam bertambah luas serta
persoalan sosial keagamaan semakin kompleks, maka penggalian hukum merupakan
sebuah kebutuhan. Di sinilah awalnya ijtihad dilakukan untuk menyelesaikan persoalan
umat. Ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk menggali hukum dari
sumber hukum.

Dalam berijtihad, seseorang memang diutamakan memenuhi beberapa


persyaratan yang telah digariskan oleh ulama dan ada beberapa tingkatan bagi mujtahid,
yaitu:

1. Mujtahid Mutlak

2. Mujtahid Mazhab

3. Mujtahid Fatwa

4. Muqallid atau disebut dengan ahli tarjih.

Dalam pelaksanaan ijtihad, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah


perubahan sosial, budaya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan lebih dari itu
harus sesuai dengan tuntutan zaman dan melibatkan beberapa disiplin ilmu sosial-
ekonomi agar pembacaan sebuah masalah lebih komprehensif.

5
DAFTAR PUSTAKA

Badi, Ahmad. (2013). “IJTIHAD: Teori dan Penerapannya”. Diakses pada 17 Maret 2023.

Burhanudin. (2001). “Fiqih Ibadah”. Bandung: Pustaka Setia.

Dahlan, H Abd. Rahman Dahlan. (2010). “Ushul Fiqh (edisi ke-1)”. Bab VIII, hlmn. 354-356.

Mu’allim, Amir dan Yusdani. (2001). “Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam”. Yogyakarta.

Saefudin, A M. (1996). “Ijtihad Politik Cendikiawan Muslim”. Gema Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai