Anda di halaman 1dari 10

Makalah al-islam

“Ruang Lingkup Sabilillah dan Ijtihad dan Qiyas”


Dosen pengampun:
ABDUL MALIK HABE, M.PD

KELOMPOK 3

Anggota:
1.AHMAD SYAFIQ AMRI (BD.71.21.034 )
2.RAHMAN PRATOMO ( BD.71.21
3.ASRIAL JUNIADI
4. MOCH SHOFYAN HADI PUTRA

SEKOLAH ILMU ADMINISTRASI MUHAMMADIYAH SELONG

Jl. Imam Bonjol No.12, Khusus Kota Selong, Selong, Kabupaten Lombok Timur, NTB
KATA PENGHANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Ruang Lingkup Sabilillah dan Ijtihad dan Qiyas "
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah AL-ISLAM. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang al islambagi para pembaca dan juga bagi kami.

kami mengucapkan terima kasih kepada bapak ABDUL MALIK HABE, M.PD selaku
dosen pengampun mata kuliah AL-ISLAM . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Selong, 26 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB 1............................................................................................................
Fisabilillah.................................................................................................
Kriteria penerima zakat fisabilillah...........................................................
BAB 2............................................................................................................
Ijtihad.......................................................................................................
Fungsin ijtihad....................................................................................
Tujuan Ijtihad.....................................................................................
Jenis-jenis Ijtihad ..............................................................................
Tingkatan-tingkatan Ijtihad................................................................
BAB 3 ...........................................................................................................
Qiyas .......................................................................................................
Rukun qiyas.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
Bab 1

Fisabilillah
Fisabilillah adalah orang berjuang di jalan Allah dalam pengertian luas sesuai dengan
yang ditetapkan oleh para ulama fikih.Intinya adalah melindungi dan memelihara agama serta
meninggikan kalimat tauhid, seperti berperang, berdakwah, berusaha menerapkan egar Islam,
menolak fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam, membendung arus pemikiran-
pemikiran yang bertentangan dengan Islam.

Kriteria Penerima Zakat Fisabilillah antara lain:

1.Membiayai gerakan kemiliteran yang bertujuan mengangkat panji Islam dan melawan serangan
yang dilancarkan terhadap egara-negara Islam.

2.Membantu berbagai kegiatan dan usaha, baik yang dilakukan oleh individu maupun jamaah
yang bertujuan mengaplikasikan egar Islam di berbagai negeri.

3.Membiayai pusat-pusat dakwah Islam yang dikelola oleh tokoh Islam yang ikhlas dan jujur di
berbagai egara non-muslim yang bertujuan menyebarkan Islam dengan berbagai cara yang legal
yang sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti, masjid-masjid yang didirikan di negeri non-muslim
yang berfungsi sebagai basis dakwah Islam.

4.Membiayai usaha-usaha serius untuk memperkuat posisi minoritas muslim di negeri yang
dikuasai oleh non-muslim yang sedang menghadapi rencana-rencana pengikisan akidah mereka.
Bab 2

IJTIHAD
Ijtihad (bahasa Arab: ‫اد‬CC‫ )اجته‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang
sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat
menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun, pada perkembangan selanjutnya
diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama.
Fungsi Ijtihad
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam
kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist.Selain itu ada perbedaan
keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern.

Tujuan ijtihad
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup
dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu. Orang
yang melakukan ijtihad disebut mujtahid"dan Mujtahid itu adalah orang yang melakukan ijtihad.
Jenis-jenis ijtihad
1.Ijmak
Ijmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.
Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian
dirundingkan dan disepakati.

2.Qiyas
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum atau
suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi
sama.
Beberapa definisi qiyâs (analogi):
1.Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan
di antara keduanya.
2.Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan di
antaranya.
3.Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau
[Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).
4.Menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum di terangkan oleh al-qur'an dan
hadits.

3. Istihsan
Beberapa definisi Istihsan:
1.Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah
benar.
2.Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
3.Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
4.Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
5.Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya

4. Murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan
kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari
kemudharatan.

5. Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.
6. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa
mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang perempuan menikah lagi
apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya?
maka dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya
adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas kematian suaminya
atau jelas perceraian keduanya.

Tingkatan-tingkatan ijtihad

1.Ijtihad Muthlaq

Ijtihad Muthlaq adalah kegiatan seorang mujtahid[4] yang bersifat mandiri dalam
berijtihad dan menemukan sebab-sebab hukum dan ketentuan hukumnya dari teks Al-Qur'an dan
sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara', serta setelah
lebih dahulu mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.

2. Ijtihad fi al-Madzhab

Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi 3 tingkatan:

1.Ijtihad at-Takhrij, yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab
tertentu untuk melahirkan hukum syara' yang tidak terdapat dalam kumpulan hasil ijtihad imam
mazhabnya, dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam
mazhabnya.

2. Ijtihad at-Tarjih, yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang
dipandang lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau antara pendapat imam
dan pendapat murid-murid imam mazhab, atau antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat
imam mazhab lainnya.

3. Ijtihad al-Futya, yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-
pendapat hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan pendapat-
pendapat terebut kepada masyarakat.
Bab 3

QIYAS
Kias (bahasa Arab: ‫قياس‬, translit. qiyās, har. 'menggabungkan atau menyamakan') adalah
penetapan suatu hukum dan perkara baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun
memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama.

Rukun Kias
Rukun kias ada empat;
1.Al-ashl (pokok)
Al-ashl ialah sesuatu yang telah ditetapkan ketentuan hukumnya berdasarkan nas,baik
berupa Quran maupun Sunnah.Mengenai rukun ini, para ulama menetapkan beberapa
persyaratan sebagai berikut:
1. Al-ashl tidak mansukh. Artinya hukum syarak yang akan menjadi sumber pengiasan itu masih
berlaku pada masa hidup Rasulullah. Apabila telah dihapuskan ketentuan hukumnya, ia tidak
dapat menjadi al-ashl.
2. Hukum syarak. Persyaratan ini sangat jelas dan mutlak, sebab yang hendak ditemukan
ketentuan hukumnya melalui kias adalah hukum syarak, bukan ketentuan hukum yang lain.
3. Bukan hukum yang dikecualikan. Jika al-ashl tersebut merupakan pengecualian, tidak dapat
menjadi wadah kias.

2.Al-far'u (cabang)
Al-far'u ialah masalah yang hendak dikiaskan yang tidak ada ketentuan nash yang
menetapkan hukumnya.Mengenai rukun ini, para ulama menetapkan beberapa persyaratan
sebagai berikut:
1. Sebelum dikiaskan tidak pernah ada nas lain yang menentukan hukumnya.
2. Ada kesamaan antara 'illah yang terdapat dalam al-ashl dan yang terdapat dalam al-far'u.
3. Tidak terdapat dalil qath'i yang kandungannya berlawanan dengan al-far'u.
4. Hukum yang terdapat dalam al-ashl bersifat sama dengan hukum yang terdapat dalam al-far'u.
3.Hukum Ashl
Hukum Ashl adalah hukum yang terdapat dalam masalah yang ketentuan hukumnya itu
ditetapkan oleh nash tertentu, baik dari Quran maupun Sunnah.
Mengenai rukun ini, para ulama menetapkan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Hukum tersebut adalah hukum syara', bukan yang berkaitan dengan hukum aqliyyah atau
adiyyah dan/atau lughawiyah.
2. 'Illah hukum tersebut dapat ditemukan, bukan hukum yang tidak dapat dipahami 'illahnya.
3. Hukum ashl tidak termasuk dalam kelompok yang menjadi khushshiyyah Rasulullah.
4. Hukum ashl tetap berlaku setelah waftnya Rasulullah, bukan ketentuan hukum yang sudah
dibatalkan.

4.'Illah
'Illah adalah suatu sifat yang nyata dan berlaku setiap kali suatu peristiwa terjadi, dan
sejalan dengan tujuan penetapan hukum dari suatu peristiwa hukum.
Mengenai rukun ini, agar dianggap sah sebagai 'illah, para ulama menetapkan beberapa
persyaratan sebagai berikut:
1. Zhahir, yaitu 'illah mestilah suatu sifat yang jelas dan nyata, dapat disaksikan dan dapat
dibedakan dengan sifat serta keadaan yang lain.
2. 'Illah harus mengandung hikmah yang sesuai dengan kaitan hukum dan tujuan hukum. Dalam
hal ini, tujuan hukum adalah jelas, yaitu kemaslahatan mukalaf di dunia dan akhirat, yaitu
melahirkan manfaat atau menghindarkan kemudaratan.
3. Mundhabithah, yaitu 'illah mestilah sesuatu yang dapat diukur dan jelas batasnya.
4. Mula'im wa munasib, yaitu suatu 'illah harus memiliki kelayakan dan memiliki hubungan yang
sesuai antara hukum dan sifat yang dipandang sebagai 'illah.
5. Muta'addiyah, yaitu suatu sifat yang terdapat bukan hanya pada peristiwa yang ada nas
hukumnya, tetapi juga terdapat pada pe
ristiwa-peristiwa lain yang hendak ditetapkan hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Fisabilillah
https://id.wikipedia.org/wiki/Ijtihad
https://id.wikipedia.org/wiki/Kias_(fikih)

Anda mungkin juga menyukai