penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap
pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sentral dalam mengatur kehidupan umat Muslim. Al-Qur'an dan hadis sebagai dua
kontemporer.
Mujtahid, dalam arti luasnya, merujuk pada para cendekiawan dan ahli hukum
Islam yang memiliki kapasitas untuk melakukan ijtihad, yaitu penafsiran hukum
Islam untuk menghadapi situasi-situasi baru. Sebagai pemegang otoritas dalam hal
Muslim. Hal ini membuka diskusi tentang sejauh mana mujtahid dapat dan
1
Dalam latar belakang yang lebih panjang ini, kita mencermati bagaimana
evolusi sosial dan perkembangan keilmuan Islam memberikan tekanan pada peran
akan dinamika ini penting untuk memberikan konteks yang diperlukan dalam
menjelajahi lebih lanjut konsep mujtahid dan perannya dalam penggalian hukum
Islam.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mujtahid adalah bentuk kata fa'il (pelaku) yang berarti orang yang
menggali (mempelajari) ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur'an dan Hadits,
Islam.
Mujtahid juga disebut sebagai faqih atau seorang ahli fiqih. Fiqih adalah
sampai pada kesimpulan hukum, misalnya: halal dan haram. Seorang ulama
belum tentu seorang faqih, dan seorang faqih juga belum tentu seorang
mujtahid. Namun seorang mujtahid dan seorang faqih sudah pasti seorang ulama.
ijtihad harus memiliki kemampuan khusus. Oleh karena itu para ulama
syarat; Pertama, seorang mujtahid harus menguasai ilmu syara’, mampu melihat
nas yang zhanni secara cermat, mendahulukan apa yang wajib didahulukan serta
3
Sementara itu Asy-Syatibi mengemukakan dua syarat bagi seorang
asy syari’ah (tujuan syari’ah) dengan sempurna. Kedua, seorang mujtahid harus
Qur’an
telah menjadi ijma para ulama terdahulu, Mengetahui bahasa arah dengan
baik dan sempurna, Menguasai Ushul Fiqih dan Mengetahui Maqasid Asy-
Syari’ah.
pada umumnya disepakati oleh para ulama, sebagai berikut: Harus mengetahui
Alquran dan ‘ Ulum Alquran, mengetahui sunnah dan ilmu hadis, mengetahui
ushul fiqh, mengetahui maksud ٠ maksud sejarah, mengenal manusia dan alam
kategori muqallid.
4
1. Mujtahid Mustaqil (mandiri); untuk mencapai derajat ini harus dipenuhi
mujtahid lain. Termasuk kategori ini adalah seluruh fuqaha sahabat, tabiin
imamnya. Menurut Maliki, tidak pernah kosong suatu masa dari mujtahid
didasarkan pertimbangan yang sudah tidak relevan lagi dengan tradisi dan
5
diriwayatkan imam denganalat tarjih yang telah dirumuskan oleh mujtahid
pendapat lain karena dipandang kuat dalilnya atau karena sesuai dengan
konteks kehidupan masyarakat pada masa itu atau karena alasan lain,
pendapat lain. Atau pendapat ini lebih shahih riwayatnya atau lebih kuat
dalilnya.
6
adanya dan tidakniampu mengklasifikasi dalil- dalil, pendapat-pendapat
maupun riwayat-riwayat.
otoritas yang besar dalam memberikan panduan hukum kepada umat Muslim.
Otoritas ini tidak hanya bersumber dari pengetahuannya tentang Al-Qur'an dan
Hadits, melainkan juga dari kemampuannya untuk melakukan ijtihad, yaitu usaha
zaman modern.
memberikan fatwa dan pandangan hukum terkini yang mencakup berbagai aspek
kehidupan, mulai dari masalah ritual hingga isu-isu kontemporer yang kompleks.
Inilah yang menjadikan mujtahid sebagai otoritas hukum Islam yang dinamis dan
responsif.
7
memungkinkan mereka menafsirkan hukum Islam dengan memperhatikan
otoritas mujtahid tidak hanya bersifat formalistik, melainkan juga bersumber dari
yang bijak.
kebijakan masyarakat Muslim. Dalam hal ini, mujtahid tidak hanya sebagai juru
bicara hukum Islam, tetapi juga sebagai pemimpin rohaniah yang memberikan
Penggalian hukum Islam oleh mujtahid bukanlah proses yang terpisah dari
harus mampu menangkap esensi hukum Islam sebagai rahmatan lil 'alamin
Otoritas mereka menciptakan ruang untuk penafsiran baru yang sesuai dengan
8
membedakan mujtahid dari seorang muqallid, yang cenderung mempertahankan
dapat menemukan ruang untuk refleksi dan pemikiran kritis, sehingga otoritas
mujtahid tidak hanya menopang hukum Islam tetapi juga membina kecerdasan
kritis umat.
mujtahid juga berada di bawah kritik dan evaluasi. Kebebasan berpendapat dan
mujtahid terus mengalami tantangan dan tuntutan. Oleh karena itu, peran
pemahaman kontekstual yang luas, dan keterampilan ijtihad yang kreatif untuk
menegaskan bahwa hukum Islam bukanlah entitas statis, tetapi sebuah konsep
9
yang hidup dan berkembang, mampu memberikan arahan moral dan etika dalam
tentang teks-teks klasik Islam, termasuk Al-Qur'an dan Hadits. Semakin tinggi
2. Kemampuan Ijtihad
dengan benar. Hal ini melibatkan analisis yang mendalam terhadap teks-teks serta
10
4. Kepemimpinan Spiritual
Seorang mujtahid bukan hanya ahli hukum, tetapi juga pemimpin spiritual.
6. Penerimaan Masyarakat
pandangannya. Jika mujtahid diakui oleh masyarakat sebagai figur otoritatif, maka
kredibilitasnya.
11
9. Pendidikan dan Pengajaran
landasan ilmiah dan etika yang kuat, yang diperlukan untuk mempertahankan
otoritas.
kepercayaan umat agar tetap menjadi sumber otoritas yang relevan dan berdaya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan yang dapat diambil sebagai jawaban terhadap rumusan masalah yang
yaitu:
13
Dalam keseluruhan, mujtahid tidak hanya berperan sebagai penafsir
hukum, tetapi juga sebagai pemimpin rohaniah yang beradaptasi dengan dinamika
dalam penggalian hukum Islam yang relevan dengan perubahan zaman. Oleh
karena itu, peran mujtahid tidak hanya mengikuti tradisi, tetapi juga menciptakan
ruang untuk inovasi dan pembaruan sesuai dengan semangat dan nilai-nilai Islam.
B. Saran
apresiasi terhadap peran vital mujtahid dalam memandu umat Muslim menuju
pemahaman hukum Islam yang lebih kontekstual dan relevan dengan zaman.
14
DAFTAR PUSTAKA
15