Disusun Oleh :
Ramadani Br Pakpahan ( 2232000014)
Muhammad Dio Ananda (2232000017)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas ssegala rahmat Nya
sehingga makalah yang berjudul “Pemahaman Akhlak dan Penerapannya” dapat
tersusun sampai dengan selesai.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam.
Selain itu makalah ini membahas mengenai pemahaman Akhlak umat Islam
sebagai bertujuan menambah wawasan para pembaca maupun penulis. Tidak lupa
penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Fauzi selaku dosen mata
kuliah Agama Islam dan kepada pihak yang telah berkontribusidengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................4
D. Manfaat...................................................................................................4
BAB II Pembahasan..........................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................32
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu fiqih adalah salah satu disiplin ilmu yang sangat penting
kedudukannya dalam kehidupan umat islam. Fiqih termasuk ilmu yang
muncul pada masa awal berkembang agama islam. Di masa sekarang yang
banyak timbulnya permasalahan yang kian kompleks sehingga dapat memaham,mi tata
cara yang sebagaimana semestinya. sehingga diperlukanya pemahaman mengenai ilmu
fiqih. Ilmu fiqih sebagai cabang ilmu dalam Islaam yang berkaitan dengan pemahaman
hukum-hukum Islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Secara esensial, fiqih sudah ada pada masa Nabi Muhammad SAW,
walaupun belum menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Karena Semua
persoalan keagamaan yang muncul waktu itu, langsung ditanyakan kepada
Nabi SAW. Maka seketika itu solusi permasalahan bisa terobati, dengan
bersumber pada Al Qur’an dan sunnah.
Fiqih dianggap sebagai ilmu yang penting untuk dikuasai oleh setiap
muslim. Fiqih dianggap sebagai ilmu yang penting untuk dikuasai oleh setiap
3
muslim karena ia memberikan panduan dan pedoman untuk menjalankan
ibadah, bertransaksi, serta melakukan hal-hal lainnya dalamkehidupan sehari-
hari sesuai dengan ajaran islam. Dan pedoman tersebut dipaparkan oleh
ulama-ulama besar yang memiliki dasar ilmu dari sunnah rasul.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Fiqih adalah istilah dalam Bahasa arab yang memiliki arti pemahaman
atau pengertian, yang merujuk pada ilmu yang mempelajari hukum-hukum
syariat islam yang berkaitan dengantindakan manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Secara etimologis, kata “fiqh” berasal dari akar kata “faqaha”
yang berarti “memahami” atau “mendalaminya”. Oleh karena itu fiqih juga
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariat islam
dan emahamimakna dan implikasinya secara mendalam dan komprehensif.2
Dalam bahasa Arab, perkataan fiqh yang ditulis fiqih atau kadang-
kadang fekih setelah diindonesiakan, artinya paham atau pengertian. Kalua
dihubungkan dengan perkataan ilmu tersebut diatas dalam hubungan ini dapat
1
Muhammad Musyofa Syalbi, Al-Madkhol fi al-Ta’rifi bi al-Fiqhi al-Islamiy wa Qwa’idu
al-Milkiyyah wa al-‘Uqudi Fiha, (Bayrut : Daru al-Nahdoh al-‘Arobiyah 1985) hal 31)
2
Hibatul Wafi, 2016. Sejarah Perkembangan Ilmu Fiqih Vol-1. (diunduh pada tgl 7 maret
pukul 15.15 WIB)
3
Al-Duktur Wahbah Zuhaily, al-Fiquhal-Islamiywaadillathu, Juz1, (Suriyah: Daral-Fiqri,
Cet21985) hal.16
5
juga dirumuskan (dengan kata-kata lain, ilmu fiqih islam adalah ilmu yang
bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma hokum dasar yang
terdapat di dalam Alquran dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat
dalam Sunnah Nabi yang direkam dalam kitab-kitab hadis. Dengan kata lain
ilmu fiqh, selain rumusan di atas adalah ilmu yang berusaha memahami
hukum-hukum yang terdapat dalam Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad
untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat
akalnya yang berkewajiban melaksanakan hokum Islam. Hasil pemahaman
tenteng hukum Islam tersebut disusun secara sistematis dalam kitab-kitab
fiqih dan disebut hokum-hukum fiqih. Contoh hokum fiqih islam yang ditulis
dalam Bahasa Indonesia oleh orang Indonesian adalah, misalnya, fiqih Islam
karya H. Sulaiman Rasjid yang sejak diterbitkan pertama kali tahun 1954
sampai kini (1998) telah puluhan kali dicetak ulang. Beberapa kitab hokum
fqih yang ditulis dalam Bahasa Arab telah juga diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia. Diantaranya adalah karya Mohammad Idris As-Syafi’I,
salah seorang pendiri mazhab hokum fiqih Islam, yang bernama : al-Umm,
artinya (kitab) Induk dialibahasakan oleh Tengku Ismail Ya’cub.4
Dari uraian tersebut diatas jelas bahwa ada dua istilah yang
dipergunakan untuk menunjukan hukum islam, yakni (1) Syariat Islam dan
(2)Fiqih Islam. Didalam kepustakaan hukum islam berbahasa inggris, syariat
islam disebut Islamic Law, sedang Fiqih Islam disebut Islamic Jurisprudence.
Di dalam Bahasa Indonesia, untuk Syariat islam, sering dipergunakan kata-
kata hokum syariat atau hokum syara’, untuk fiqih islam dipergunakan
istilahn huku fiqih atau kadang-kadang hukum (fiqih) islam. Dalam praktik,
seringkali, kedua istilah itu dirangkum dalam kata hukum islam, tanpa
menjelaskan apa yang dimaksud. Ini dapat dipahami karena hubungan
keduanya memang sangat erat, dapat dibedakan, tetapi tidak mungkin dicerai
pisahkan. Syariat adalah landasan fiqih, fiqih adalah pemahaman tentang
syariat. Perkataan syariat dan fiqih (kedua-duanya) terdapat di dalam
Alquran, syariat dalam surat Al-Jatsiah (45) :18 dan fiqih dalam surat Al-
4
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014)
hal 48-49.
6
Taubah (9) :122. Dalam hubungannya yang erat itu , dalam bukunya ar-
Risalah, Mohammad Idris As-Syafi’i (Imam Syafi’i) mengatakan, “syariat
adalah ‘peraturan-peraturan’ yang bersumber dari wahyu dan ‘kesimpulan-
kesimpulan’ yang dapat dianalisis dari wahyu itu mengenai tingkah laku
manusia. Dalam rummusan imam Syafi’i ini ada dua hal yang disatukan .
pertama adalah “peraturan-peraturan yang bersumber dari wahyu” yang bearti
syariah dan kedua “kesimpulan-kesimpulan yang dapat dianalisis dari wahyu
itu” yang bermakna fiqih5. Pada pokoknya perbedaqan antara keduanya
adalah sebagai berikut :
5
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014)
hal 49-50.
6
Ibid…hal 50-51
7
yang terdapat dalam Alquran dan kitab-kitab hadis itu, terutama yang
mengenai soal-soal kemasyarakatan, pada umumnya memuat ketentuan-
ketentuan pokoknya saja yang harus ditetapkan pada kasusu tertentu yang
hadir atau ada dalam ruang dan waktu tertentu. Misalnya A meminjam barang
dari si B atau A meminjam barang dari si B. barang titipan atau barang
pinjaman itu kemudian hilang di tangan A. 7
Di dalam ayat ini disebutkan bahwa orang yang diberi amanat harus
menunaikan amanat itu sebaik-baiknya. Artinya, kalua ia diberi titipan ia
harus mengembalikan titipan itu dan kalua ia memperoleh pinjaman (karena
orang lain percaya padanya) haruslah ia mengembalikan pinjaman itu. Kalau
barang itu hilang, atau dalam contoh tadi, A tidak mengambalikan barang
titipan atau pinjaman itu kepada B ketentuannya tidak disebutkan dalam ayat
tersebut. Timbullah permasalahn fiqih, permasalahan pemahaman maksud
ketentuan syariat itu. Orang memenuhi syarat lalu beritjihad tentang ganti-
rugi yang harus dipikul oleh A karena barang yang dimaksud hilang sewaktu
berada di tangannya. Timbullah bermacam-macam pendapat. Menurut
pendapat mazhab Hanafi, A harus mengganti kerugian yang diderita oleh B
sejumlah harga barang itu waktu dibeli oleh si B. Menurut pendapat mazhab
Hambali, A harus mengganti kerugian pada B sebesar harga barang itu ketika
hilang di tangannya. Mazhab Syafi’i berpendapat lain, A harus membayar
kerugian pada B menurut harga tertinggi yang terjadi antara barang itu dibeli
dan di hilangkan oleh A. Dan oleh karenanya fiqih islam menjadi ilmu yang
7
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014)
hal 51-51
8
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2): 283
8
memiliki keistimewaan yang berbeda disbanding dengan bentuk-bentuk fiqih
lain di dunia.9
Asas fiqih adalah wahyu Allah SWT. Wayu ini kita temukan
dalam kitab-Nya yang mulia (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya yang
agung yang tidak berkata berdasarkan hawa nafsu. Sebaliknya, kumpulan
undang-undang modern yang beragam yang kita kenal sekarang ini
merupakan buatan manusia. Oleh karenanya hukum fiqih lebih dihormati
karena perbedaan sumber keduanya. Dengan demikian, hukum fiqih
bersifat konstan, selagi hukum itu merujuk kepada Allah yang maha
mengetahui dan bijaksana, yang tidak keluar dari-Nnya melainkan
sesuatu yang menciptakan kemaslahatan manusia. Dia tidak
memerintahkan kecuali yang ma’ruf, dan melarang kecuali yang munkar.
9
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014)
hal 52-53.
9
Penerapan hukum syariat yang didasarkan pada maqsid al-
shari’ah diharapkan dapat menciptakan keadilan, kesejahteraan, dan
kedamaian di masyarakat. Di akhirat, penerapan hukum-hukum syariat
yang didasarkan pada maqsid al-shari’ah diharapkan dapat memberikan
pahala bagi orang yang mematuhinya. Sebaliknya, orang yang melanggar
hukum syariat akan menerima siksaan dari Allah SWT.
10
kehidupan mereka agar dapat hidup dengan bahagia dan sukses di dunia
dan akhirat.10
a. Periode Makkah
10
Fajri Nur Setiawan,LC. 2022 “Keistimewaan Ilmu Fiqih dan Manfaatnya Untuk
Kehidupan, Vol-1” https;//alukhuwah.com/2022/01/13 (diiunduh pada 8 Maret 2023 pukul 20.25
WIB)
11
Ndlatul Ulama, “Sejarah Perkembangan Ilmu Fiqih-NU Online”.
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/sejarah-perkembangan-ilmu-fiqih-imQ0s (Jawa Timur, 29
Juni 2021 (diunduh pada 9 Maret pkl 20.30 WIB)
12
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, “Pengantar Ilmu Fiqih”, (Semarang: PT
Pustaka Rizi Putra, 1999), hlm-31
11
Periode pertama ialah periode Makkah, yakni selama Nabi
SAW menetapkan dan berkedudukan di Makkah, yang lamanya 12
tahun dan beberapa bulan, semenjak beliau diangkat menjadi Nabi
hingga beliau berhijrah ke Madinah. Dalam masa ini umat islam
masih sedikit dan masih lemah, belum dapat membentuk dirinya
sebagai suatu umat yang mempunyai kedaulatan, kekuasaan yang
kuat. Nabi telah mencurahkan Tauhid kedalam jiwa masing-masing
individu dalam masyarakat arab serta memalingkan mereka dari
memperhamba diri kepada berhala, disamping beliau menjaga diri
dari aneka rupa gangguan bangsanya. Dan masa ini belum banyak
hal-hal yang mendorong Nabi SAW. Untuk mengadakan hukum
atau undang-undang. Karena itu tidak ada di dalam surat Makkiyah
ayat-ayat hukum seperti surat Yunus, Ar Ra’du, Ya sin dan Al
Furqon. Kebanyakan ayat-ayat makkiyah adalah berisikan hal-hal
yang mengenai aqidah kepercayaan, akhlak dan sejarah.13
b. Periode Madinah
14
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, “Pengantar Ilmu Fiqih”, (Semarang: PT
Pustaka Rizi Putra, 1999), hlm-34
12
perkawinan, thalaq, wasiat, jual beli, sewa, hutang-piutang, dan
sermua transaksi. Demikian juga yang berhubungan dengan
pemeliharaan keamanan dalam masyarakat, dengan adanya hukum
kriminil dan lain sebagainya individu dan sebagai masyarakat
dalam hubungannya dengan masyarakat yang lebih luas, antara
seantero manusia di dunia. Karena itulah surat-surat Madinah,
seperti Surat Al-Baqoroh, Ali Imran, An Nisa’, Al Maidah, Al
Anfal, At Taubah, An Nur, Al Ahzab, banyak mengandung ayat-
ayat hukum disamping mengandung ayat-ayat aqidah, akhlak,
sejarah dan lain-lain.15
13
a. Abu Bakar ash-Shiddiq
b. Umar bin Khatab
c. Ali bin Abi Thalib
d. Aisyah binti Abu Bakar
e. Ummu Salamah
f. Zaid bin Tsabit
g. Mu’adh bin Jabal
h. Salman al-Farisi
i. Ubay bin Ka’ab
j. Abu Musa Al-Ash’ari
2. Periode Sahabat
14
sahabat memberi fatwa-fatwa dalam berbagai masalah terhadap
kejadian-kejadian yang tidak ada nash yang jelas mengenai masalah itu,
yang kemudian menjadi dasar ijtihad.
Tokoh-tokoh fiqih pada periode sahabat yaitu :
a. Utsman bin Affan
b. Abdullah bin Mas’ud
c. Abdullah bin Abbas
d. Abu Hurairah
e. Sa’ad bin Abi Waqqas
f. Amr bin Umar
g. Jabir bin Abdullah
15
meskipun terjadi perbedaan para sahabat tetap menjaga persatuan
dan kesatuan umat islam. Sebagai umat islam kita harus mengambil
pelajaran dari perbedaan pendapat tersebut dan belajar untuk
menghormati dan menghargai pandangan yang berbeda dalam
rangka memperkuat persatuan dankebersamaan umat islam.
3. Periodve Tadwin
16
mengumpulkan, menulis, dan meriwayatkan hadis serta menulis kitab-
kitab fiqih. Beberapa tokoh fiqih terkenal pada masa ini antara lain :
20
Abdurrahman Kasdi, Metode Ijtihad dan Karakteristik Fiqh Abu Hanifah dalam
Yudisia, Vol. 5, No. 2, Desember 2014, h. 216-235
17
seringkali menempatkan pentingnya maslahat (kepentingan umum)
dalam pengambilan keputusan hukum, dan cxenderung
memberikan ruang untuk ijtihad (interpretasi hukum) kepada para
ulama. Mazhab Hanafi sering dianggap lebih longgar dalam
masalah hukum darurat dan perubahan sosial, sementara mazhab
Hambali dianggap lebih konservatif dan ketat dalam pengambilan
keputusan hukum.
21
Imam Malik Ibn Annas, Al-Muwatta’, terj. Dwi Surya Atmaja, (Jakarta: Raja
Grafndo Persada, 1992), h. vi
18
iii. Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (wafat tahun 820 M)
Abbas bin Utsman bin al- Saib bin Abdu-Yazid bin Hasim. Ia
merupakan seorang muntaqil ras Arab asli dari keturunan
Quraiys dan berjumpa nasab dengan Rasullulah pada Abdu Al-
Manaf dengan sumber ijtihad Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’,
Perkataan Sahabat, Qias, Istishab.22
19
kepatuhan pada hukum Islam.
4. Periode Taqlid
20
dan berkembangnya sikap berlebihan dalam melakukan kitab-kitab
fikih. Hilangnya kecerdasan individu dan merajalelanya hidup
materialistik turut mempertajam munculnya sikap taklid.24
b. Aktifitas Ulama di masa Taqlid
21
penulis kitab “majmu’ Al-Fatawa”, sebuah kumpulan fatwa
yang membahas berbagai masalah fiqih dan aqidah.
5. Imam As-Syuthi (wafat tahun 1305 M) seorang ulama dari
mazhab Syafi’i yang dikenal sebagai penulis kitab ‘Al-Ashbah
wa An-Nadzair”, sebuah kitab yang membahas masalah-
masalah fiqih dalam mazhab Syafi’i.
22
islam.
10. Istihsan: pendapat yang dipilih berdasarkan suatu kemaslahatan
atau kepentingan yang lebih besar.
11. Maslahah: kemaslahatan atau kepentingan umum yang menjadi
dasar dalam menetapkan suatu hukum Islam.
12. Rukun Isalm: lima perkara yang menjadi dasar agama Islam yaitu
Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji.
13. Rukun iman: enam keyakinan pokok dalam Islam, yaitu iman
kepada Allah, malaikat, kitab suci, rasul, hari kiamat, qada dan
qadar.
14. Mu’amalah: ilmu tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan
urusan dunia, seperti jual beli, hibah, sewa-menyewa, dan
sebagainya.
15. Nikah: pernikahan atau akad pernikahan yang dilakukan oleh dua
orang yang memiliki niat untuk membentuk rumah tangga yang sah.
16. Talaq: perceraian atau pemutusan hubungan pernikahan antara
suami dan istri.
17. Khutbah: khotbah atau pidato yang disampaikan oleh seorang
pemimpin atau khatib diatas mimbar saat pelaksanaan sholat jumat
atau sholat idul Fitri dan Idul Adha.
18. Wudu: bersuci dengan cara membasuh anggota seluruh tubuh
tertentu dengan menggunakan air.
19. Tayamum: bersuci dengan cara mengelap sebagian anggota tubuh
tertentu dengan menggunakan debu atau tanah suci jika air tidak
tersedia.
20. Haram: sesuatu yang dilarang atau diharamkan oleh Allah SWT dan
Rasulullah SAW, dan akan mendapat dosa bagi yang melakukannya.
21. Makruh: sesuatu yang sebaiknya dihindari atau tidak dilakukan,
meskipun bukanlah haram.
22. Halal: sesatu yang dibolehkan atau diizinkan oleh Allah SWT dan
Rasulullah SAW, dan tidak akan mendapat dosa bagi yang
melakukannya.
23. Sunnah: hukum atau perbuatan yang dianjurkan oleh Rasulullah
SAW, tetapi tidak wajib dilaksanakan seperti shalat sunnah, puasa
sunnah, dan sebagainya.
24. Mustahab: perbuatan atau amalan yang dianjurkan untuk dilakukan,
tertapi tidak wajib, seperti sedekah.
25. Mubah: sesuatu yang tidak dilarang dan tidak pula diwajibkan.
26. Maksiat: perbuatan yang diharomkan oleh Allah SWT dan
Rasulullah SAW, dan akan mendapat dosa bagi yang melakukannya.
23
27. Qada: pelaksanaan kewajiban yang belum dilaksanakan pada waktu
ayng ditentukan atau dirunda.
28. Qadar: takdir atau ketentuan Allah SWT yang telah ditetapkan
terhadap segala sesuatu?
29. Khilaf: perbedaa pendapat diantara para ulama mengenai suatu
masalah dalam fiqih.
30. Ikhtilaf: perbedaan pendapat diantara para ulama dalam menetapkan
hukum islam mengenai suatu masalah.
31. Mawaris: hukum tentang waris, yaitu pembagian harta warisan
setelah seseorang meninggal dunia.
32. Uqubah: hukuman atau sanksi yang diberikan kepada seseorang
yang melanggar hukum islam.
33. Ta’zir: hukuman yang diberikan oleh qadhi atau hakim islam
berdasarkan pertimbangan kebijaksanaan dalam keadilan.
34. Hudud: hukuman yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran
dan Hadist, dan tidak dapat diubah oleh manusia.
35. Qisas: hukuman yang diberikan kepada seseorang yang melakukan
kejahatan, yang sebanding dengan kejahatan ynag dilakukannya.
36. Tazkiyah: membersihkan hati dari segala macam penyakit atau
keburukan.
37. Ihsan: melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan
seindah-indahnya, seperti yang disebut dalam hadist, “beribadahlah
kamu kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, karena jika
kamu tidak melihat-Nya maka dia melihatmu”.
38. Zuhud: meninggalkan segala sesuatu yang sifatnya duniawi dan
fana, dan hanya memperhatikan urusab akhirat dan kehidupan yang
abadi.
39. Taubah: bertaubat atau kembali kepada Allah SWT setelah
melakukan dosa dan kesalahan.
24
istihsan, dan pendapat sahabat); dan (4). Metode-metode qiyas.25
25
peringatan Allah untuk berselisih yang berakibat kepada kehancuran yang
diperkuat oleh berita tentang nasib umat terdahulu. Ayat tersebut
berbunyi :
26
merupakan tiang syariat; setiap hal yang mengandung maslahat
maka disitulah keberadaan syariat dan agama Allah. Demikian juga
diakui bahwa hukum dapat berubah disebabkan oleh perubahan
zaman.
5. Tidak ada aturan syara’ yang mewajibkan seseorang mengikuti salah
satu hasil ijtihad para mujtahid, atau mengikuti salah satu dari
pendapat para ulama. Sesuatu dianggap wajib apabila ia memang
diwajibkan oleh Allah dan Rasulnya. Dan Allah serta Rasul-Nya
hanya mewajibkan mengikuti Al-Qur’an, Sunnah Rasul-nya dan
semua dalil yang bersumber dari keduanya dalam mengamalkan
ajaran agamanya. Prndapat yang paling sahih dan ayng paling rajah
mengatakan bahwa mengikuti salah satu mazhab tertentu bukanlah
suatu kewajiban. Hal ini karena tindakan yang seperti itu hanyalah
sekerdar taklid belaka (mengikuti pendapat orang lain tanpa
mengetahui dalilnya). Apabila hal yang semacam ini diwajibkan,
maka berarti kita telah mewajibkan aturan syara’ baru, sebagaimana
diterangkan oleh pengarang syarh Musallah Ats-Tsubut.
27
Ibnul Hummam dan pengarang Mussalam Ats-Tsubut- (Mussalam
Ats-Tsubut jilid 2 halaman 356; Irsyad Al-Fuhul, halaman
240;Syarh Al-Mahalli ‘ala jam’ Al-Jawami’ jilid2 halaman 328;
Syarh Al-Isnawi jilid 3halaman 266; Rasm Al-Mufti fi Hasyiyah
Ibnu Rasm Al-Mufti Fi Hasyiyah Ibnu Abidin Jilid 1 halaman 69
dan setelahnya; Al-Fawa’id Al-Makkiyah halaman 52) mengatakan
bahwa tatabbu’ ar-rukhash adalah diperbolehkan, karena memang
tidak ada aturan syara’ yang melarangnya. Manusia hendaklah
mencari jalan yang dirasa mudah jika memanghal tersebut
diperbolehkan, dan hendaklah dia tidak mengambil jalan yang lain.
semua ini berdasarkan kepada Sunnah Rasulullah SAW –baik
Sunnah fi’li maupun qauli- yang menyatakan bolehnya memmilih
pendapat yang mudah. Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila
dihadapkan kepada dua pilihan saja, maka beliau akan memilih
yang paling mudah selagi tidak menyebabkan dosa (Hadis riwayat
Imam Bukhari, Malik dan At-Tirmidzi). Dalam shahih Al-Bukhari,
Aisyah juga meriwayatkan bahwa Nabi suka terhadap perkara yang
ringan bagi umatnya. Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis
riwayat Imam Ahmad, Al-Musnad, Al-Khatib Al-Baghadi, Imam
Ad-Dalimi dalam Musnad Al-Firdaus, “aku diutus dengan ajaran
ayng lurus dan toleran.” Dalam riwayat imam Al-Khatib
disebutkan, “barangsiapa tidak sesuai dengan Sunnahku, maka ia
bukan termasuk golonganku.” Beliau juga bersabda,
“sesungguhnya agama ini adalah mudah. Maka, janganlah
seseorang mempersulit urusan agamanya. Kalua dia melakukan
itu , maka dia akan kalah.” Hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan
An-Nasa’i.
3) Pendapat Imam Asy-Syathibi. Imam Asy-Syathibi mempunyai
pendapat yang sama dengan pendapat ibnus Sam’ani (dalam kitab
Al-Muwafaqqat jilid 4 halaman 132-155_), yaitu seorang muqallid
wajib melakukan tarajh di antara pendapat-pendapat mazhab,
dengan cara mempertimbangkan tingkat keilmuan dan yang
lainnya. Kemudian dia memilih pendapat yang lebih kuat. Hal ini
karena pendapat-pendapat imam mazhab bagi seorang muqallid
bagaikan dalil-dalil yang bertentangan di hadapan seorang mujtahid
wajib melakukan tarjih atau menghentikan tarjih (at-tawaqquf)
karena dalil dari kedua belah pihak sama kuat, maka seorang
muqallid juga wajib melakukan hal yang serupa. Hal ini karena
pada kenyatannya, syariah adalah kembali kepada satu pendapat
saja. Seorang muqallid tidak dibenarkan memilih pendapat-
pendapat tersebut (sesuka hati tanpa didasari proses tarjih). Kalua
dia melakukan hal tersebut, maka dia mengikuti hawa nafsu dan
28
kepentingannya. Padahal Allah Ta’ala melarang seorang mengikuti
hawa nafsunya. Allah ta’ala berfirman dalam surah An-Nisaa ayat
59 yang artinya, “…kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang ddemmikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”29
29
Eka Wahyu Hestya Budianto, 2019. Aturan Menggunakan Pendapat Mazhab Yang
Paling Mudah (Bagian 1) perspektif fikih 4 Mazhab.
https://baitsyariah.blogspot.com/2019/08/aturan-menggunakan-pendapat-madzhab.html?m=1
(diunduh pada 10 Maret 2023/ pkl 00.45 WIB)
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara esensial, fiqih sudah ada pada masa Nabi Muhammad SAW,
walaupun belum menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Abd al-Wahab
Khalaf membagi perkembangan tarikh al-Tasyri’ atau fiqh islam menjadi
empat periode : periode Rasulallah, periode sahabat, periode tadwin, periode
taqlid.
30
masalah ini ada tiga pendapat yang mahsyur yang akan kita jadikan objek
kajian yaitu Ulama mazhab Hambali, Imam Al-Qarafi Al-Maliki, Pendapat
Imam Asy-Syathibi.
B. Saran
31
DAFATAR ISI
32
Abdul Wahab Khallaf, 2002 Sejarah pembentukan dan perkembangan
hukum Islam, terj. Wajidi Sayadi, ( Jakarta: Rajagrafindo
Persada), 92.
Muhammad Zuhri, 1996 Hukum Islam dalam lintasan sejarah, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada,), 73.
Eka Wahyu Hestya Budianto, 2019. Aturan Menggunakan Pendapat Mazhab
Yang Paling Mudah (Bagian 1) perspektif fikih 4 Mazhab.
https://baitsyariah.blogspot.com/2019/08/aturan-menggunakan-
pendapat-madzhab.html?m=1 (diunduh pada 10 Maret 2023/ pkl
23.45 WIB)
33