Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

WAWASAN ILMU FIQIH


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
FIQIH Madrasah Ibtida’iah
Dosen Pengampu: Kurnia Astutik M.Pd.I

Oleh:

Muhammad Nurul Rokh Jadid (202291260038)


Muhebbul Aman (202291260039)
Nasih (2022912600
Anwar Buadi (202291260011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah, SWT; karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Pengantar Ilmu Fiqih" dengan baik
meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai "Wawasan Ilmu Fiqih ". Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat untuk di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini dilain waktu yang akan datang.

Bondowoso,16 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Rumusan masalah...................................................................................................................5
Tujuan.....................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
a. FIQIH IBADAH..............................................................................................................8
b. FIQIH MUNAKAHAD..................................................................................................9
c. FIQIH MAWARIS........................................................................................................10
d. FIQIH MUAMALAH...................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
Kesimpulan...........................................................................................................................12
Saran.....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis dan memiliki
obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan
perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan
materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung
jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur.

Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-


hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar
ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar1.

Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui
dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa
dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar.

Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan memiliki
obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan
perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan
materi yang baik dalam lingkup2

1
Ishak Abdulhak, Fiqih Ibadah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), hal.64
2
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran pendidikan agama islam dan bahasa arab Madrasah Ibtidaiyah tahun 2008
Rumusan masalah

1.Apa Pengertian Fiqih ?

2.Apa saja cabang Keilmuan Fiqih?

Tujuan

1.Mengetahui pengertian Fiqih dan mempelajari ilmu Fiqih

2.Mengetahui cabang-cabang keilmuan Fiqih


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Fiqih
Kata “fiqih” secara etimologis berarti "paham" atau "paham yang mendalam".
Selain itu “fiqih” juga dapat dimaknai dengan "mengetahui sesuatu dan memahaminya
dengan baik".3Kalau dalam tinjauan morfologi, kata fiqih berasal dari kata faqiha-yafqahu-
fiqhan yang berarti “mengerti atau paham”. Jadi perkataan fiqih memberi pengertian
kepahaman dalam hukum syari’at yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.4
Sedangkan definisi fiqih secara terminologi, para fuqoha’ (ahli fiqih) memberikan
artian sesuai dengan perkembangan dari fiqih itu sendiri. Tepatnya pada abad ke-II telah
lahir pemuka-pemuka mujtahid yang mendirikan madhab-madhab yang tersebar di
kalangan umat Islam. Yang pertama yaitu Abu Hanifah ( yang memberikan pengertian
5
fiqih sebagai berikut ‫ايوحقىحتيم‬77‫بيمن ايحقوقمى‬77‫علمني‬ Definisi ini meliputi semua aspek
kehidupan, yaitu akidah, syari'ah dan akhlak tanpa ada pemisahan di antara aspek-aspek
tersebut.
Pada masa imam Syâfi'i (150-204H/767-822M), para ulama’ Syafi’iyyah memberikan
definisi yang lebih spesifik, hal ini karena ilmu fiqih cukup berkembang seiring tuntutan
kebutuhan masyarakat dalam memperoleh jawaban atau kepastian hukum.6

Kata fiqih berasal dari kata arab al-fiqh berarti mengerti, tahu atau paham. Sedangkan
menurut istilah, fiqih dipakai dalam dua arti: dalam arti ilmu hukum (jusiprudence) dan
dalam arti hukum itu sendiri (law). Dalam arti pertama, fiqih adalah ilmu hukum islam, yaitu
suatu cabang studi yang mengkaji norma-norma syariah dalam kaitannya dengan tingkah laku
konkret manusia.

Dalam pengertian kedua, fiqih adalah hukum Islam itu sendiri, yaitu kumpulan
norma-norma atau hukum-hukum syara' yang mengatur tingkah laku manusia, baik hukum-
hukum itu ditetapkan langsung di dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW
maupun yang merupakan hasil ijtihad, yaitu interpretasi dan penjabaran oleh para ahli hukum
Islam (fuqaha) terhadap kedua sumber tersebut. Sebagaimana didefinisikan sebagai berikut:

3
Abû Hasan Ahmad Fâris bin Zakariya, Mu'jam Maqâyis al-Lughah Jilid II (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1970), 442
4
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih,11
5
Muhammad Fathi al-Duraini, Buhûts Muqâranah fi al-Fiqh al-Islâmi (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1994), hlm. 14
6 8
Imam Syafi’i memiliki dua qoul, yaitu qadim (selama di Bagdad) yang dituangkan dalam kitab “al-Hujjah” dan jadid
(selama di Mesir) yang terhimpun dalam kitab “al-Um”. Lihat Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, 35
"Pengetahuan tentang hukum-hukum syara' yang berisi amaliah yang disimpulkan
dari dalilnya yang terperinci"

Di antara definisi tersebut adalah sebagai berikut, “Ilmu yang menerangkan segala hukum
agama yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang digali dari dalil- dalil
yang jelas (terperinci).”

Pengertian fiqih yang dikemukakan tersebut lebih spesifik dari pada yang
diketengahkan oleh definisi fiqih pada masa sebelumnya, yaitu dengan memunculkan term
ahkam, af’aal al-mukallafin, dan istinbat yang tentunya hal ini penting dalam mengngkap
hakikat dari ilmu fiqih.
Dalam perkembangan selanjutnya, seiring berkembangnya berbagai disiplin
keislaman yang mengharuskan pembidangan secara tegas terhadap fiqih, para ulama mulai
memunculkan pengertian yang spesifik megenai ilmu fiqih. Al-Said al-Juraini sebagaimana
dikutip oleh Nazar Bakry mengemukakan pengertian ilmu fiqih sebagai berikut;“Ilmu yang
menerangkan hukum-hukum syara’ yang amaliyah dan diambil dari dalil-dalil yang
terperinci. Fiqih adalah ilmu yang diperoleh dengan jalan ijtihad dan membutuhkan
penalaran dan taammul”.7

Ilmu fiqih adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum syar'i yang berhubungan
dengan perbuatan mukallaf yang merupakan hasil ijtihad ulama atas nash. Ilmu fiqih adalah
hasil interpretasi atau ijtihad yang bersifat dzanny, karena hukum-hukum tersebut digali dari
dalil- dalil yang khusus, baik melalui nash maupun melalui dalâlah (indikasi) nash.

Imam Abu Ishak As-Syirazi menerangkan sebagai berikut:

‫والفقه معرفة األحكام الشرعية التي طريقها االجتهاد‬

Artinya, “Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat melalui metode ijtihad,” 8

7
Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih (Jakarta Utara: PT. RajaGrafindo Persada, 1993), 11.

8
Abu Ishak As-Syirazi, Al-Luma’ fî Ushûlil Fiqh, Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyyah, 2010, halaman 6).
B. Cabang Keilmuan Fiqih

Ilmu fiqih terbagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya yaitu fiqih ibadah,
fiqih munakahat, fiqih mawaris, fiqih muamalah, dan sebagainya. Sebagai muslim yang
baik, tentunya kita ingin mendapatkan kesempurnaan dalam beribadah kepada Allah. Oleh
karena itu, ilmu fiqih ibadah sangat penting untuk dipelajari umat Islam agar dapat
melaksanakan ibadah sesuai ketentuan syariat.

a. FIQIH IBADAH

Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm, artinya
pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.
Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang
berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang
terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak dibebani dengan kewajiban. Seorang dianggap
mukalaf setidaknya ada dua ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal. Cirinya adalah
seseorang sudah dapat membedakan antara baik dan buruk, dan antara benar dan
salah. Kedua, baligh, maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki
sudah pernah ikhtilam (mimpi basah), sedangkan perempuan sudah haid9.

Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (‫( ;)الطاعة‬2) tunduk (
‫( ;)الخضوع‬3) hina ( ‫ ;)الذّل‬dan (‫ )التنّسك‬pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan,
ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan
dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang
dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang
khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.Dari
dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang
dasar-dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah,shalat, zakat,
shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk
ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla Allah

9
Artikel,Hatib Rachmawan, S.Pd., S.Th.I FIQIH IBADAH DAN PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM
September 21, 2012
b. FIQIH MUNAKAHAD

Fiqh Munakahat adalah ketentuan tentang perkawinan menurut Islam. Fikih


Munakahat terdiri dari dua kata, yaitu Fikih dan Munakahat. Fikih secara etimologi berasal
dari kata faqiha yafqahu yang berarti faham¹, ini sesuai dengan sabda Nabi saw:

ِ‫الِّدين‬ ‫َم ْن ُيِر ْد ُهَّللا ِبِه َخ ْيًر ا ُيَفِّقْهُه ِفي‬


10

“Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban”

Pengertian nikah adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan
kewajiban serta tolong- menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
bukan mahram, 11sementara Sayyid Sabik memaknai pernikahan sebagai sebuah cara Allah
yang dipilih sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang biak, dan melestarikan
kehidupannya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif
dalam mewujudkan tujuan pernikahan12.

Bila kata fikih dihubungkan dengan kata munakahat, maka artinya adalah seperangkat
peraturan, hukum atau tata laksana yang mengatur tata cara perkawinan serta hal-hal yang
muncul disebabkan adanya perkawinan tersebut, harus diikuti dan diamalkan oleh umat Islam
sebagai landasan dalam melakukan perkawinan dan sebagai pijakan hukum dalam keabsahan
sebuah perkawinan yang dihasilkan dari pengkajian Al-Qur'an dan sunnah dengan cara
ijtihad. Dalam kamus populer fikih munakahat dimaknai sebagai ilmu hukum Islam yang
menyangkut masalah perkawinan13

10
Imam al Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Beirut: Dâr al fikr, 1984, juz 5, hlm. 241.
11
Sulaiman Rasidi, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000, hlm.374. Fikh al Sunnah terjemahan Nor
Hasabuddin Fikih
12
Sayyid Sabiq, Fikh al Sunnah, terjemahan Nor Hasabuddin, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2006, hlm.477
13
Pius A Partanto dan M Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994, hlm. 177.
c. FIQIH MAWARIS
Secara etimologis, kata mawaris berasal dari Al Mirats yang artinya berpindahnya
sesuatu milik seseorang ke orang lainnya, atau dari suatu kaum ke kaum lainnya. Sementara,
bila dilihat dari segi istilah, Al Mirats adalah proses perpindahan kepemilikan hak orang yang
sudah meninggal dunia kepada ahli warisnya

Hukum kewarisan Islam merujuk pada al-Qur’an sebagai sumber utama dan hadis
Rasulullah sebagai sumber kedua. Dasar hukum kewarisan secara tegas mengatur namun
terkadang berisi pokok-pokok waris yang masih memungkinkan untuk kita lakukan penelitian
lebih lanjut, dasar maupun sumber hukum waris paling banyak terdapat di dalam surah an-
Nisa’, dan beberapa surah lainnya sebagai pelengkap, diantaranya terdapat pada Surat an-
Nisa’: 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 33, 176, Surat Al-Anfal: 75, dan hadis Nabi SAW. Beberapa
dasar hukum mengenai kewarisan Islam antara lain (Suhrawardi dan Komis, 2008: 20);

‫َوِلُك ٍّل َج َعْلَنا َم َو اِلَي ِم َّم ا َتَر َك اْلَو اِلٰد ِن َو اَاْلْقَر ُبْو َن ۗ َو اَّلِذ ْيَن َع َقَدْت َاْيَم اُنُك ْم َفٰا ُتْو ُهْم َنِصْيَبُهْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ٰل ى ُك ِّل‬
‫ َش ْي ٍء َش ِهْيًدا‬Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib
kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada) orangorang yang kamu telah
bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya
Allah menyaksikan segala sesuatu. (QS. an-Nisa’: 33) Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim, Rasulullas Saw bersabda yang artinya: “Bagilah harta warisan kepada ahli waris
(ashabul furudh) sesuai dengan ketetapan kitabullah, sedang sisanya ke pihak keluarga laki-
laki yang terdekat” (Muslim, 1983: 195)14

14
Tawazun: Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No. 2 2018 hal 139
d. FIQIH MUAMALAH
Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah Kata Muamalat () yang kata tunggalnya
muamalah ‫ عامل‬yang berakar pada kata (‫ )المعاملة‬secara arti kata mengandung arti "saling
berbuat" atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti "hubungan antara
orang dan orang". 15Muamalah secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa'alah (all)
yaitu saling berbuat. Kata ini, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. 16Atau
muamalah secara etimologi itu artinya saling bertindak, atau saling mengamalkan

Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, aitu pengertian
muamalah dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian muamalah dalam arti luas yaitu
"menghasilkan duniawi supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawy". 17Menurut
Muhammad Yusuf Musa yang dikutip Abdul Madjid: "Muamalah adalah peraturan-peraturan
Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan
manusia"18.Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan".Jadi, pengertian muamalah
dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam
kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial.

Adapun pengertian fiqh Muamalah, sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah al-


Sattar Fathullah Sa'id yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu "hukum-hukum yang berkaitan
dengan tindakan manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan, misalnya dalam persoalan
jual-beli, utang-piutang, kerja sama dagang, perserikatan, kerja sama dalam penggarapan
tanah, dan sewa-menyewa19".Manusia dalam definisi di atas maksudnya ialah seseorang yang
telah mukalaf, yang telah dikenai beban taklif, yaitu yang telah berakal, balig dan cerdas

15
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Figh, (Bogor: Kencana, 2003), cet. ke-1, hlm.175
16
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Caya Media Pratama, 2007), cet. ke-2, hlm. vii.
17
Lihat al-Dimyati. J'anah al-Thalibin. (Semarang: Toha Putra, t.th), hlm. 2.
18
Abdul Madjid. Pokok-Pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam Islam. (Bandung: IAIN Sunan
Gunung Jati, 1986), hlm. 1.
19
Nasrun Haroen,Fiqih Muammalah…haln vii
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Menurut Bahasa Fiqih Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqih berarti ilmu
yangmenerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan
manusia yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas).Orang yang mendalami fiqih disebut
dengan faqih.Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fiqih.Objek
pembahasan dalam Ilmu Fiqih adalah perbuatan mukallaf ditinjau darari segi hokum syara’
yang tetap baginya.

Saran
Mempelajari kaidah-kaidah fiqih sangat penting sebab permasalahan di dalam fiqih
banyaksekali dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman
DAFTAR PUSTAKA

Ishak Abdulhak, Fiqih Ibadah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), hal.64


Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tentang Standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama islam dan bahasa arab Madrasah
Ibtidaiyah tahun 2008

Abû Hasan Ahmad Fâris bin Zakariya, Mu'jam Maqâyis al-Lughah Jilid II (Mesir: Mustafa
al-Babi al-Halabi, 1970), 442
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih,11
Muhammad Fathi al-Duraini, Buhûts Muqâranah fi al-Fiqh al-Islâmi (Beirut: Muassasah al-
Risalah, 1994), hlm. 14
Imam Syafi’i memiliki dua qoul, yaitu qadim (selama di Bagdad) yang dituangkan dalam
kitab “al-Hujjah” dan jadid (selama di Mesir) yang terhimpun dalam kitab “al-Um”. Lihat
Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, 35

Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih (Jakarta Utara: PT. RajaGrafindo Persada, 1993), 11.

Abu Ishak As-Syirazi, Al-Luma’ fî Ushûlil Fiqh, Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyyah, 2010, halaman 6).

Artikel,Hatib Rachmawan, S.Pd., S.Th.I FIQIH IBADAH DAN PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM
September 21, 2012
Imam al Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Beirut: Dâr al fikr, 1984, juz 5, hlm. 241.
Sulaiman Rasidi, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000, hlm.374. Fikh al
Sunnah terjemahan Nor Hasabuddin Fikih
Sayyid Sabiq, Fikh al Sunnah, terjemahan Nor Hasabuddin, Fikih Sunnah, Jakarta: Pena
Pundi Aksara, 2006, hlm.477
Pius A Partanto dan M Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994,
hlm. 177.

Anda mungkin juga menyukai