Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STUDI FIKIH DENGAN PENDEKATAN HISTORIS

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah : Metodologi Studi Fikih
Dosen pengampu : H. Shobirin S. Ag. M.Ag

Disusun Oleh :

Nama : Sri Wulandari

Nim : 2220210082

Kelas : HES-C

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas analisis ini. Tak lupa sholawat serta salam penulis
haturkan kepada nabi agung, Nabi Muhammad SAW yang dinantikan syafaatnya di hari
kiamat nanti.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis haturkan
kepada bapak H. Shobirin S.Ag. M.Ag. yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini sehingga pembaca dapat memahami dan mengetahui tentang isi dari makalah ini.

Pada akhirnya, makalah dengan judul “Studi Fiqh Pendekatan Historis” ini dapat
terselesaikan dengan baik meskipun penulis mengakui bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran oleh pembaca
agar dapat penulis dapat menambah wawasan lebih banyak lagi.

Kudus, 7 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengartian Fiqh ....................................................................................................... 3


B. Sejarah dan Perkembangan fiqh.............................................................................. 4
1. Fiqh pada Masa Nabi .................................................................................. 4
2. Fiqh pada Masa Sahabat ............................................................................. 6
3. Fiqh pada Masa Mujtahid ........................................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara bahasa, metodologi berasal dari kata method dan logos. Method artinya
cara, dan logos artinya ilmu. Secara sederhana metodologi adalah ilmu tentang cara.
Abraham Kaftan yang dikutip Abuy Sodikin menjelaskan bahwa metodologi adalah
pengkajian dengan penggambaran (deskripsi), penjelasan (eksplanasi), dan
pembenaran (justifikasi). Berdasarkan pendapat Kaftan tersebut, metodologi
mengandung 4 unsur: Pengkajian, Penggambaran, Penjelasan, dan Pembenaran.
Studi berasal dari bahasa Inggris, study, artinya mempelajari atau mengkaji.
Dalam hal ini berarti pengkajian terhadap Islam secara ilmiah, baik Islam sebagai
sumber ajaran, pemahaman, maupun pengamalan.
Secara istilah kata fiqih bisa dimaknai dengan pengetahuan keagamaan yang
mencakup semua ajaran agama, baik itu akhlaq, ibadah maupun akidah. Tetapi seiring
dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, fiqih diartikan dengan bagian dari
Syariah Islamiah yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa,
dan baligh, dengan dalil-dalil terperinci.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fiqh ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan fiqh secara historis ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari fiqh.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan fiqh secara historis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh
Fiqh adalah ilmu tentang hukum syara’ amaliyah yang dipeloreh dari dalil-
dalilnya yang terperinci dengan jalan Nazhar dan Ijtihad. Fiqh bersumber dalam al-
qur’an dan sunnah rasul. Hal-hal yang tidak bersumber dari al-qur’an dan sunnah
diketahui ketentuan hukumnya dari Ijtihat. 1
Kata “Fiqh”, secara etimologis berarti “paham yang mendalam”. Karena itulah
at-Tirmidzi menyebutkan, “fiqh tentang sesuatu”, berarti mengetahui batinnya sampai
kepada kedalamannya.
Kata “faqaha” atau yang berakar kepada kata itu dalam al-quran disebut
didalam QS. Taha ayat:19 diantaranya berarti bentuk tertentu dari kedalaman paham
dan kedalaman ilmu yang menyebabkan dapat diambil manfaat darinya.
Ada seseorang berpendapat mengatakan bahwa fiqhu itu tidak sama dengan
ilmu, walau timbangan katanaya sama. Meskipun belum menjadi ilmu, paham adalah
pikiran yang baik dari segi kesiapannya menangkap apa yang dituntut. Ilmu bukan
dalam bentuk zhanni seperti paham atau fikih yang merupakan ilmu tentang hukum
zhanni dalam dirinya.
Fiqh adalah apa yang dapat dicapai oleh mujtahid dengan zhan-nya, namun
karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada ilmu; karenanya dalam
definisi ini ilmu digunakan juga untuk fiqh. 2
Penggunaan kata “syar’iyyah” atau “syariah” dalam definisi tersebut
menjelaskan bahwa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar’i , yaitu sesuatu
yang berasal dari kehendak Allah kata ini sekaligus menjelaskan bahwa sesuatu yang
bersifat ‘aqli seperti ketentuan bahwa dua kali dua.

Penggunaaan kata “digali dan ditemukan” mengandung arti bahwa fiqh itu
adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang
hukum.Karenanya bila bukan dalam hasil sesuatu penggalian, seperti mengetahui apa-

1 Hasbi al-shiddiqie, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1980), hal.8.

2
Syarifuddin, P. D. H. A. (2008). USHUL FIQH. Kharisma Putra Utama.

3
apa yang secara lahir jelas dikatakan Allah, tidak disebut fiqh. Fiqh itu adalah hasil
penemuan mujtahid dalam hal-hal yang tidak dijelaskan oleh nash.

Dari pengertian fiqh dan syari'ah di atas terlihat kaitan yang sangat erat antara
fiqh dengan syari'ah.Syari'ah diartikan dengan ketentuan yang ditetapkan Allah
tentang tingkah laku manusia di dunia dalam mencapai kehidupan yang baik di dunia
dan di akhirat.

B. Sejarah dan Perkembangan Fiqh


1. Fiqh pada Masa Nabi
Keberadaan hukum islam pada abad pertama hijriyah dan peranan
Nabi Muhammad sebagai pembentuk hukum Islam banyak dipertanyakan para
sarjana Barat, terutama para ahli dalam bidang hukum Islam seperti Snouk
Hurgronje", 3 Agnaz Goldzier dan Joseph Schacht. Mereka menyatakan bahwa
hukum islam belum ada pada abad pertama hijriyah. Argumen yang mereka
kemukakan adalah bahwa Nabi Muhammad tidak punya alasan mengubah
hukum-hukum adat yang ada pada masa itu, tugas utama beliau hanyalah
mengajari manusia agar berbuat baik sertamasyarakat dan Negara dari
keluarga-keluarga yang baik akan terbentuk masyarakat dan Negara yang baik,
makmur dan bahagia. Begitu juga dengan masalah ekonomi, karena
kemakmuran materi individu dan keluarga merupakan syarat yang penting
pula bagi terwujudnya masyarakat yang baik.
Pada periode Nabi ini, karena segala persoalan dikembalikan kepada
Nabi, maka secara direk pembuat hukum adalah Nabi, tetapi secara indirek
adalah Allah, Karena hukum yang dikeluarkan Nabi berdasarkan wahyu Allah,
yaitu Al-Qur'an. Persoalan-persoalan hukum yang timbul di masyarakat pada
masa itu, diselesaikan langsung oleh Nabi berdasarkan wahyu yang telah
diturunkan ataupun menunggu datangnya wahyu.
Turunnya wahyu Allah swt (Al-Qur'an), umumnya ada sebab sebabnya
yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat pada saat itu,
atau juga berkenaan dengan pertanyaan pertanyaan dan para sahabat Nabi,
atau ada ashabul nuzulnya sebagai contoh: Pada suatu waktu ada pertanyaan

3Snouk Hurgronje dikenal sebagai pendiri kajian-kajian Hukum Islam dibarat untuk beberapa karyanya dapat
dilihat pada, Selected Works of C, Snock Hurgronje, diedit oleh G.H. Bousquet dan Joseft Scacht, (Leiden,
E.J.Brill,1957)

4
sahabat Nabi bernama Abdullah al-mursid, berkenaan dengan menikahi wanita
musyrik, maka Nabi menjawab dengan turunlah wahyu Allah surat Al-
Baqarah ayat 221 yang artinya: "janganlah kamu nikahi perempuan-
perempuanmusyrik sampai ia beriman, hamba sahaya yang beriman lebih
baik daripada perempuan musyrik”.
Sunnah Nabi menurut bahasa, sunnah adalah kebiasaan atau tradisi,
sedangkan dalam terminology fiqh, sunnah memiliki makna: "segala ucapan,
perbuatan dan taqrir Nabi yang bersifat normatif". Istilah lain yang sering
digunakan sebagai pedoman kata sunnah antara lain: Hadits, khabar dan Atsar.
Proses pembentukan sunnah sebagai sumber hukum islam beriringan
dengan masih berlangsungnya turun wahyu Al-Qur'an sehingga pada masa itu
secara umum Nabi, melarang menulis dan mencatat apapun yang dating dari
Nabi, kecuali Al-Quran. Namun demikian, abi tetap membolehkan penulisan
hadits secara khusus, yaitu bagi mereka yang tidak dikhawatirkan
mencampuradukan antara catatan Al-Qur'an dan hadits. Para sahabat yang
banyak menerima hadits di masa ini ada beberapa kelompok. Pertama, mereka
yang mula-mula masuk islam yang dianamai assabiqunal awwahin, misalnya
para khulafaurrasidin dan Abdullah bin masud. Kedua, mereka yang selalu
berada disamping Nabi dan sungguh-sungguh menghafalkan hadits Nabi
seperti abu hurairah, atau mencatatnya seperti anas bin malik dan Abdullah bin
abbas. Keempat, mereka yang secara pribadi erat hubungannya dengan Nabi,
yaitu para istri Nabi yaitu Aisyah dan Ummu Salamah.4
Dalam aktifitas manusia berpikir dan bernalar atau berijtihad,
dimungkinkan lahirnya suatu hukum suatu peristiwa atau keadaan yang belum
ditetapkan hukumnya lewat Al-Qur'an maupun sunnah. Ijtihad dalam sejarah
dan perkembangannya telah ada sejak zaman rasululah saw. Rasulullah sendiri
adlah sebagai mujtahid (ahli ijtihad) pertama. Ijtihad rasul pada masa itu hanya
terbatas dalam masalah-masalah yang belum ditetapkan hukumnya oleh
wahyu (AI Quran), walaupun demikian ijtihad Rasul itu tetap mendapat
control dari Allah Swt, sehingga apabila ijtihad rasul itu benar, maka turun

4
Syarifuddin, P. D. H. A. (2008). USHUL FIQH. Kharisma Putra Utama.

5
wahyu yang membenarkannya, dan jika ijtihad Rasul salah, maka turun wahyu
yang meluruskan ijtihad tersebut. 5
2. Fiqh pada Masa Sahabat
Dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW sempurnalah turunnya ayat-
ayat al-quran dan sunah Nabi, juga dengan sendirinya sudah terhenti.
Kemudian terjadi perubahan yang besar sekali dalam kehidupan masyarakat,
karena telah meluasnya wilayah islam dan semakin kompleksnya kehidupan
umat.
Ada tiga hal pokok yang berkembang waktu itu sehubungan dengan
hukum yang memerlukan pemikiran mendalam atau nalar dari para ahli atau
ijtihad . Dalam hal ini berkembanglah pemikiran para sahabat dalam
menghadapi perkembangan tersebut, antara lain :
• Pertama, begitu banyaknya muncul kejadian baru yang membutuhkan
jawaban hukum secara lahiriah tidak dapat ditemukan jawabnnya
dalam Al-Quran maupun penjelasan dari sunah Nabi.
• Kedua, timbulnya masalah-masalah yang secara lahir telah diatur
ketentuan hukumnya dalam Al-Quran maupun sunah Nabi, namun
ketentuan itu dalam keadaan tertentu sulit untuk diterapkan dan
menghendaki pemahaman baru agar relevan dengan perkembangan
dan persoalan yang dihadapi.
• Ketiga, dalam Al-Quran ditemukan penjelasan terhadap suatu kejadian
secara jelas dan terpisah bila hal tersebut berlaku dalam kejadian
tertentu, para sahabat menemukan kesulitan dalam menerapkan dalil-
dalil yang ada.

Dari ketiga di atas dapat dipahami bahwa pada masa sahabat, sumber
yang digunakan dalam merumuskan fiqh adalah Al-Qur'an, penjelasan Nabi
yang disebut sunah, dan ijtihad yang terbatas pada qiyas serta ijma' shahabat.

5
Mukarromah, H. O. (2012). FIKIH PADA MASA RASULULLAH SAW. 6(Al-Qur’an, Hadist, Ijtihad, Fiqh), 14.

6
3. Fiqh pada Masa Mujtahid 6
Bila pada masa Nabi sumber fiqh adalah Al-Qur’an, maka pada masa
sahabat di kembangkan dengan dijadikannya petujuk Nabi dan ijtihad
sebagai sumber penetapan fiqh. Sesudah masa sahabat,penetapan fiqh dengan
menggunakan sunnah dan ijtihad ini sudah berkembang dan meluas, dalam
kadar penerimaan dua sumber itu terlihat mengarah pada dua bentuk
Pertama, dalam menetapkan hasil ijtihad lebih banyak menggunakan
hadist nabi dibandingkan menggunakan ijtihad, meskipun keduannya tetap
dijadikan sumber. Kelompok yang menggunakan cara ini biasa disebut “Ahl
al- hadis”kelompok ini lebihbanyak tinggal di wilayah hijaz, khususnya
madinah.
Kedua, dalam menetapkan fiqh lebih banyak menggunakan sumber
ra’yu yaitu atau ijtihad ketimbah hadist, meskipun hadis juga banyak
digunakan. Kelompok ini disebut “Ahl al Ra’yi” kelompok ini lebih banyak
mengambil tempat di wilayah Irak, khususnya Kufah dan Basrah.
Munculnya dua cenderung ini dapat dipahami, terutama karena adanya
dua latar belakang historis dan social budaya yang berbeda Ahl al- hadis
muncul diwilayah Hijaz karena Hijaz khususnya Madinah dan Mekkah adalah
wilayah nabi bermukim dalam mengenbangkan Islam.
Kelompok “Ahl al-hadis” menonjolkan dua madrasah, yaitu madrasah
madinah dan madrasah mekkah. Dari madrasah madinah muncul para fuqaha
terkemuka, seperti Aisyah Ummul Mukminin ; Abdullah bin Umar; Salim bin
Abdullah ; Sulaiman bin Yassar , Qasim bin Ahmad ;Nfi’ maula bin Umar
Madrasah Mekkah menghasilakn fuqaha sebagai berikut: Abdullah bin
Abbas ; mujahid; Ikrimah, Atha’ bin Abi Rabah; dan abu Zubaier. Hasil dari
tempaan madrasah madinah dan mekkah ini muncul seorang mujtahid besar ahli
hadist, yaitu Malik bin Anas yang kemudian diikuti kelompok besat yang disebut
Mazhab Mlikiyyah.
Ahl al-Ra’yi menampilkan dua madrsah Basrah diwilayah Irak. Dari
madrasah kufah muncul mujtahid seperti: alqamah bin qeis , masruk bin ajda,
ubaidah ibnu umar Aswad bin yazid al- nakha.

6 Budiman, Muhazzir. (2017). Sejarah, Metode dan Ijtihad Hukum Islam Masa Nabi. Sejarah, Metode dan
Ijtihad Hukum Islam Masa Nabi, 14.

7
Kemudian pada pertenahan abad muncul sorang mujtahid besar yang
menggali pengetahuan dan pengalaman yaitu imam abu abdillah Muhammad bin
idris al- syafi”i
Imam syafi”I mencoba mengambil jalan tengah diantara pendapat
kelompok ahl al-hadis dan ahl al-ra’yi beliau menggunakan banyak sumber ra;yu
tetapi tidak seluas yang digunakankelompok ahl al-ra’yi metode iman syafii’I ini
berkembang sangat pesat dan memiki pengikut yang sangat banyak, baik di Irak
maupun di Mesir yang kemudian di sebut Mazhab Syafi’iyyah. Dantara pengikut
terkemuka imam syafi’I yang kemudian hari lebih mewarnai pendapatnya dengan
hadis ialah Ahmad bin Hanbal yang juga memiliki banyak pengikut yang biasa di
sebut Mazhab Hnabillah.
Di samping itu, tampil juga mujtahid yang dalam pemahaman ayat ayat Al
Qur’an lebih banyak pedoman lahir lafadz dan menghindarkan diri dari membawa
pemahamannya keluar tokoh yang mansyur pengembang cara pemikiran ini
adalah Daud bin ‘Ali yang juga memiliki pengikut dan berkembang sampai saat
ini aliran ini kemudian di sebut Mazhab Zhahiriyyah.. Kelima aliran tersebut
berada dalam lingkup aliran kalam Ahl al- sunnah wa al-jama’ah. Aliran fiqh
yang juga muncul dalam masa ini adalah Mazhab Syi’ah yang dapat bertahan
sampai waktu ini Mazhab terbesar dari kelompok ini, adalah Mazhab Syi’ah
Imamiyah. Untuk maksud ini para ulama menyususn kaidah kaidah yang dapat
mengarahkan mereka dalam usaha mengistinbab hokum dari dalil yang sudah ada.
Kaidah ini kemudian disebut ushul fiqh
Kedua, kegiatan penetapan istilah istilah dalam hukum yang digunakan
dalam fiqh. Pada mulanya umat islam dengan taat melaksanakan perintah perintah
Allah dalam Qu’an atau suruhan nabi yang tersebut dalam sunnah nya, meskipun
belum mengenal istilah istilah hukum demikian pula ketaatan mereka dalam
menjauhi semua yang dilarang Syara’.
Ketiga, menyususn kitab fiqh secara sistematis, yang tersususn dalam bab
atau pasal bagian yang mencakup masalah hukum baik yang berkenaan dalam
hubunganya dengan manusia dan alam lingkunganya masing masing sesuai
dengan metode dan cara berfikir imam mujtahidnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan secara garis besar kajian hukum islam tidak lepas dari
pemahaman atas syari’ah, fiqih, ushul fiqh serta hal ini yang berkenaan dengan dasar
pembentukan hukum islam yang semuanya bisa dikatakan merupakan asas dari aturan
dan kaidah dalam islam sebagai pengatur kehidupan umat islam dari masa ke masa,
yang tidak lepas dari sumber utamanya yaitu wahyu allah yang diturunkan kepada
rosulluah yaitu Al- Qura’an dan sunnah rosulluah itu sendiriitu sendiri dilengkapi
dengan ijtihad ulama ulama fakih dalam pengistinbatan hukum islam yang belum ada
kepastian hukumnya dalam Al-Qur’an dan sunnah. Tedapat beberapa ulama hukum
paling dikenal dalam sumbangan pikiranya sampai saat ini masih dikenal dan dipakai
dalam kehidupan umat muslim di seluh dunia yaiyu imam j’fary, imam abu hanifah,
imam malik, imam sya’fii, dan imam ahmad bin hanbal.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Muhazzir. (2017). Sejarah, Metode dan Ijtihad Hukum Islam Masa Nabi. Sejarah,
Metode dan Ijtihad Hukum Islam Masa Nabi, 14.

Hasbi al-shiddiqie, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1980), hal.8.

Mukarromah, H. O. (2012). FIKIH PADA MASA RASULULLAH SAW. 6(Al-Qur’an, Hadist,


Ijtihad, Fiqh), 14.

Snouk Hurgronje dikenal sebagai pendiri kajian-kajian Hukum Islam dibarat untuk beberapa
karyanya dapat dilihat pada, Selected Works of C, Snock Hurgronje, diedit oleh G.H.
Bousquet dan Joseft Scacht, (Leiden, E.J.Brill,1957)

Syarifuddin, P. D. H. A. (2008). USHUL FIQH. Kharisma Putra Utama.

10

Anda mungkin juga menyukai