Anda di halaman 1dari 11

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Makalah ini diajuakan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah fiqih

“DEFINISI FIQIH”

Dosen Pengampu:
Kholis Ali Mahmudi, S.Ag,M.Pd.

Disusun oleh:
Arum Aniska Putri (20230750126047)
Awwalinda Sarifatul Laila (20230750101154)
Alfiya Zahroul Mafaza (
Nur Ahmad Fauzi (20230750101146)
Nur Wachid Jaka Saputra (20230750101102)
Faza Akbar Rizki Muzaka ()

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF MAGETAN


Tahun Ajaran 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongann-Nya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesainkan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkam kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,sehingga
kita mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
FIQH 1 dengan judul “DEFINISI FIQH”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. untuk itu,kami mengharap
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih khususnya kepada guru dan dosen kami yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Poncol ,24 oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..…i
DAFTAR ISI……………………………………………………..…….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...1
A. Latar Belakang…………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………2
C. Tujuan Pembahasan…………………………...………….. 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………...…..3
A. Pengertian Fiqih…………………………………………...3
B. Pengertian Usul Fiqih……………………………………..4
C. Perbedaan Fiqih dan Usul Fiqh……………………………5
BAB III PENUTUP…………………………………………………….7
A. Kesimpulan………………………………………………..7
B. Saran dan Kritik…………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqh merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,
logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqh tidak seperti tasawuf
yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat
yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual. Pembekalan materi yang baik
dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung
jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta
didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di
zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqh dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi
permasalahan di masyarakat sekitar.1
Fiqh telah lahir sejak periode sahabat, yaitu sesudah Nabi saw wafat,
sejak saat itu sudah digunakan para sahabat dalam melahirkan fiqh,
meskipun ilmu tersebut belum dinamakan ushul fiqh. Perkembangan
terakhir dalam penyusunan buku Ushul Fiqh lebih banyak menggabungkan
kedua sistem yang dipakai dalam menyusun ushul fiqh, yaitu aliran
Syafi’iyyah dan Hanafiyyah.
Fiqh merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,
logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqh tidak seperti tasawuf
yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat
yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik
dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung
jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta
didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di
zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqh dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi
permasalahan di masyarakat sekitar.

1
Ishak Abdulhak, Fiqih Ibadah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010). Hal 64
A. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Fiqh?

2. Apa pengertian Ushul Fiqh?

3. Perbedaan Fiqh Dan Ushul Fiqh

B. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian Fiqh

2. Mengetahui pengertian Ushul Fiqh

3. Mengetahui perbedaan Fiqh Dan Ushul Fiqh

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqh
Pengertian fiqh atau ilmu fiqh sangat berkaitan dengan syariah, karena
fiqh itu pada hakikatnya adalah jabaran praktis dari syariah2. Fiqh secara
etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan
pengerahan potensi akal3. Sedangkan secara terminologi fiqh merupakan
bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah
Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan
berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan
menurut Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin mengatakan fiqh adalah ilmu tentang
hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan
dengan dalil-dalil yang tafsili.
Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa
fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar’I, yaitu sesuatu yang
berasal dari kehendak Allah. Kata “amaliah” yang terdapat dalam definisi
diatas menjelaskan bahwa fiqh itu hanya menyangkut tindak tanduk
manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian hal-hal yang bersifat
bukan amaliah seperti masalah keimanan atau “aqidah” tidak termasuk
dalam lingkungan fiqh dalam uraian ini. penggunaan kata “digali dan
ditemukan” mengandung arti bahwa fiqh itu adalah hasil penggalian,
penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang hukum. Fiqh
itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tidak dijelaskan
oleh nash.
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik benang merah, bahwa fiqh dan
syariah memiliki hubungan yang erat. Semua tindakan manusia di dunia
dalam mencapai kehidupan yang baik itu harus tunduk kepada kehendak
Allah dan Rasulullah. Kehendak Allah dan Rasul itu sebagian terdapat
secara tertulis dalam kitab-Nya yang disebut syari’ah. Untuk mengetahui
semua kehendak-Nya tentang amaliah manusia itu, harus ada pemahaman
yang mendalam tentang syari’ah, sehingga amaliah syari’ah dapat
diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun dan bagaimanapun. Hasilnya

2
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, ushul fiqh. Hal. 1
3
Prof. Dr. Rachmat Syafe’I, MA. Ilmu ushul fiqh. Hal. 18

3
itu dituangkan dalam ketentuan yang terinci. Ketentuan yang terinci tentang
amaliah manusia mukalaf yang diramu dan diformulasikan sebagai hasil
pemahaman terhadap syari’ah itu disebut fiqh.4

B. Pengertian Usul Fiqh


Pengertian Ushul Fiqh dapat dilihat sebagai rangkaian dari dua kata,
yaitu kata Ushul dan Fiqh. Rangkaian kata Ushul dan kata Fiqh tersebut
dinamakan dengan tarkib idlafah, sehingga dari rangkaian dua buah kata itu
memberi pengertian ushul bagi fiqh5.

6
“Sesuatu yang dijadikan dasar bagi yang lain”.

Berdasarkan pengertian Ushul menurut bahasa tersebut, maka Ushul


Fiqh berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi fiqh. 7Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Ushul Fiqh sebagai rangkaian dari dua kata (idhafah),
secara sederhana berarti dalil-dalil bagi fiqh atau dapat juga dikatakan
ketentuanketentuan umum bagi fiqh.
Fiqh menurut bahasa, berarti paham atau tahu secara mendalam. Fiqhi
secara istilah adalah ilmu tentang hukum-hukum syara‟ mengenai perbuatan
dari dalil-dalilnya yang terperinci. 8Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan
fiqih adalah Kumpulan hukum-hukum syara‟ mengenai perbuatan dari
dalil--dalilnya yang terperinci. Yang dimaksud dengan dalil-dalilnya yang
terperinci, ialah bahwa satu persatu dalil, baik dari al-Qur`an maupun al-
Hadis menunjuk kepada suatu hukum tertentu, seperti firman Allah
menunjukkan kepada kewajiban shalat. 9
Dengan penjelasan pengertian fiqh seperti tersebut di atas, maka
pengertian Ushul Fiqh sebagai rangkaian dari dua buah kata, yaitu dalil-dalil
bagi hukum syara‟ mengenai perbuatan dan aturan-aturan/ketentuan-

4
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, ushul fiqh. Hal. 5
5
Syarh al-Kaukab al-Munir, hlm 10 dalam al-Maktabah asy-Syamilah, al-Ishdar ats-Tsani.
6
Muhamad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, (Kairo: Dar al- ‘Arabi,tt.), h. 6.
7
Abdul Karim Zaidan, al-Wajiz fi ushul al-fiqh, Cet. IV (Bairut: Mu’assasah ar-Risalah 1994), h 7-8.
8
Muhammad Abu Zahrah, ushul al-fiqh, h. 5.
9
Abdul Wahhab Khallaf, Mashadir at-Tasyri’ fi ma la nashha fih (Kwait: Dar al-Qalam, 1972) h. 11.

4
ketentuan umum bagi pengambilan hukum-hukum syara‟ mengenai
perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci.
Pengertian usul fiqh secara terminology menurut Abdul Wahhab
Khallaf adalah ilmu tentang kaidah-kaidah dan pembahasan-pemhahasan
yang dijadikan sarana untuk memperoleh hukum-hukum syara‟ mengenai
perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci.10
Muhammad Abu Zahrah menjelaskan bahwa ilmu ushul fiqh adalah
ilmu yang menjelaskan jalan-jalan yang ditempuh oleh imam-imam
mujtahid dalam mengambil hukum dari dalil-dalil yang berupa nash-nash
syara‟ dan dalil-dalil yang didasarkan kepadanya, dengan menentukan ‘illat
yang dijadikan dasar ditetapkannya hukum serta kemaslahatan-
kemaslahatan yang dikehendaki oleh syara‟.
Karena itu fiqih juga disebut sebagai hukum-hukum syariat yang
berkaitan dengan perbuatan mukallaf dan diambil dari dalil-dalilnya yang
tafshili.

C. Pebedaan fiqh dan Usul Fiqh


Fiqih adalah ilmu yang mempelajari dan mengetahui hukum-hukum
syariat agama islam, sedangkan ushul fiqih adalah kaidah-kaidah yang
dibutuhkan untuk mengeluarkan hukum dan perbuatan manusia yang
dikehendaki oleh fiqih. Ilmu fiqih adalah, produk dari ushul fiqih. Ilmu fiqih
berkembang karena berkembangnya ilmu ushul fiqih. Ilmu fiqih akan akan
bertambah maju manakala ilmu ushul fiqih mengalami kemajuan. Hal ini
karena ilmu ushul fiqih merupakan semacam ilmu alat yang menjelaskan
metode dan sistem penentuan hukum berdasarkan dalil-dalil naqli maupun
aqli.
Ilmu ushul fiqih adalah ilmu alat-alat yang menyediakan bermacam-
macam ketentuan dan kaidah sehingga diperoleh ketetapan hukum syara‟
yang harus diamalkan manusia. Oleh karena itu, fiqih lebih bercorak produk
sedangkan ushul fiqih lebih bermakna metodologis. Dan oleh sebab itu,
fiqih terlihat sebagai koleksi produk hukum, sedangkan ushul fiqih

10
Abdul Wahhab Khallaf, ‘Ilmu Ushul al-Fiqh, Cet. XII, (Ttp: Dar al-Qalam, 1978), hlm. 12.

5
merupakan koleksi metodis yang sangat diperlukan untuk memproduk
hukum11.
Perbedaan mendasar antara fiqih dan ushul fiqih bisa diseskripsikan
sebagai berikut:
Ushul fiqih, sebagaimana yang telah diuraikan diatas, adalah kaidah
yang diikuti oleh mujtahid dalam menggali hukum syara‟ yang terkait
dengan perbuatan dari dalil-dalil kasus per kasusnya (tafshili). Ushul fiqih
meliputi pembahasan tentang bahasa dan kaidahnya, sebab kaidah-kaidah
tersebut mutlak dan diperlukan oleh mujtahid, seperti pembahasan mengenai
makna haqiqi (riil) dan majaz (kiasan), makna huruf jar, syarath, lafadz
umum dan sebagainya. Sedangkan fiqih hanya menjelaskan hukum syara‟
yang mengikat orang mukallaf, seperti shalat hukumnya wajib, riba haram,
dan sebagainya. Ushul fiqih membahas dalil-dalil syara‟ global (adillah
ijmaliyyah), seperti Al-Qur‟an, as-sunnah, Ijma‟ sahabat dan Qiyas, dari
aspek bahwa semuanya itu bersumber dari wahyu Allah; serta kaidah dan
bentuk (sighat) yang terdapat didalamnya, seperti umum, khusus, muthlaq,
muqayyad (terikat) mujmal (global) dan mubayyan (terperinci), dan lain-
lain. Sementara fiqih membahas dalil cabang atau kasus per kasus (adillah
tafshiliyyah) yang terkait dengan hukum tersebut. Tujuan ushul fiqih adalah
mengaplikasikan kaidah terhadap dalil kasus per kasus (adillah tafshiliyysh),
agar bisa digunakan mengambil hukum syara‟ yang berkaitan dengan
perbuatan12.
Berdasarkan uraian di atas terlihat perbedaan yang nyata antara ilmu
fiqih dan ilmu ushul fiqih. Kalau ilmu fiqih berbicara tentang hukum dari
sesuatu perbuatan, maka ilmu ushul fiqih bicara tentang metode dan proses
bagaimana menemukan hukum itu sendiri.

BAB III
11
Alaiddin koto. Ilmu Fiqih dan Usul Fiqih. h. 5
12
Alaiddin koto. Ilmu Fiqih dan Usul Fiqih. h. 5

6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu fikih merupakan sebuah disiplin keilmuan yang berkaitan dengan
Ihukum-hukum syariat yang digali dari sumber-sumbernya. Tujuan pembelajaran
fiqih ialah agar seorang muslim bisa beribadah dan beramal shalih sesuai dengan
tuntunan syari’at sesuai dengan pemahaman para ‘ulama yang mu’tabar dengan
panduan Alquran dan as-sunnah dan dengan mengetahui hal itu diharapkan setiap
muslim terhindar dari melakukan penyimpangan dan kejahilan terhadap syari’at
khsususnya dalam beribadah.

B. Saran dan Kritik


Untuk semua pembaca agar betul-betul memahami ilmu fiqih dan
menerapkannya dalam masyarakat. Mudah-mudahan penelitian ini dapat mendorong
kita untuk mengkaji lebih jauh tentang hukum-hukum fiqih yang dianggap perlu
untuk dikaji lebih mendalam, agar tidak ada perselisihan. Terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. Fiqh Ibadah, Yogyakarta: Deepublish, 2020 Achdiyat, Maman dan Kartika Dian
Lestari. “Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kepercayaan Diri Dan Keaktifan Siswa Di Kelas”,
Jurnal Formatif 6, no. 1 (2016): 50-61.

Adinugraha, Fajar. Natania Gabriella Jansen, dan Nicolai Christian Suhalim. “Pengaruh Efikasi Diri
Siswa Sma Terhadap Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship)”, Journal For Business And Entrepreneur
2, no 1 (2018): 30-41. Astuti, Rini dan William Gunawan. “Sumber-Sumber Efikasi Diri Karier Remaja”,
Jurnal Psikogenesis 4, no 2 (2016): 141- 151

Azwar, Saifudin. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Bashori, Akmal. Ruang Batin Fiqih Al-Ghazali: Studi Arab Kitab Ihya‟ Ulum Al-din, Yogyakarta: CV.
Bintang Surya Madani, 2020.

Anda mungkin juga menyukai