D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Ria Zulmuna
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................ 2
C. Tujuan masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mujtahid......................................................................... 2
B. Pembagian Syarat dan Ketingkatan Mujtahid................................ 3
C. Ijtihad Hukum Bisnis Syariah.......................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 9
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mujtahid adalah istilah yang perlu dipahami sebelum mencoba
melakukannya. Sekarang ini kita banyak mendengar istilah Mujtahid.
Sebagian fuqaha’ pada era ini pun seakan-akan tidak keberatan denga
ditutupnya pintu ijtihad dan seolah-olah mereka mensetujui hal tersebut.
Menyerahkan kegiatan ijtihad kepada orang-orang yang bukan ahlinya,
menurut pertimbangan mereka, tidak lebih baik dari tindakan menutup pintu
ijtihad. Sehingga kemampuan ijtihad mutlaq seseorang saat itu tidak diakui,
karena yang diperoleh hanyalah ijtihad relatif (nisbi). 1Artinya Mujtahid hanya
diperbolehka melakukan penafsiran kembali terhadap hukum-hukum fiqih
Islam dalam batas- batas yang telah ditentukan oleh madzhab yang dianutnya.
Atau paling jauh dan sekaligus merupakan poin tertinggi dalam legislasi
orisinal masa itu, mujtahid hanya dibenarkan melakukan studi campuran dan
perbandingan tentang hokum islam dari aliran-aliran fiqih yang berbeda. 2
Penerus Nabi SAW tidak hanya berhenti pada masa
khulafaurrosyidin, namun masih diteruskan oleh para tabiin dan ulama
sholihin hingga sampai pada zaman kita sekarang ini. Perkembangan ilmu
fiqh bisa klasifikasikan secara periodik menurut masanya,yaitu masa
Rosululloh SAW, masa para sahabat, masa tabiin, masa imam mujtahid (masa
pembukuan fiqh),masa kemunduran dan masa kebangkitan kembali.3
1 Abd al-Wahhab Khallaf, ‘I/mu Ushul al-Fiqh, Qakarta: Maktabat ad-D’awat al-Islamiyyat Syabab al-
Azhar, 1968), h. 32-33
2 Sayyid Muhammad Musa, Al-ljtihad wa Madza Hqjatina fl Hadza al-‘Ashr, (Mesir: Dar Al-Kutub, tth.),
h. 180.
3 Moh Rifa’i, Ushul Fiqih, (Bandung : PT. Alma’arif, 1979), hal. 125
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah di
antaranya, yaitu:
1. Jelaskan pengertian mujtahid ?
2. Jelaskan bagaimana syarat mujtahid dan tingkatkan nya?
3. Bagaimana ijtuhad hukum bisnis syariah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan mujtahid!
2. Untuk mengatahui syarat syarat mujtahid dan tingkatannya?
3. Untuk mengetahui bagaimana ijtihad hukum bisnis Syariah!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mujtahid
Mujtahid (bahasa Arab: )المجتهدatau fakih ( )الفقيهadalah seseorang yang dalam
ilmu fikih sudah mencapai derajat ijtihad dan memiliki kemampuan istinbath
(inferensi) hukum-hukum syariat dari sumber-sumber muktabar dan diandalkan.
Berdasarkan dalil-dalil syar’I, para mujtahid yang memenuhi seluruh syarat untuk
diikuti fatwanya (jami’ al-Syaraith) adalah berstatus sebagai hakim syar’I dan
memiliki beberapa tugas dan wewenang seperti menghakimi dan menggunakan milik-
milik umum dan harta-harta wakaf bahkan mengumumkan perang dan perdamaian.
Para agamawan memperhatikan pandangan-pandangan mereka dan praktik-praktik
keagamaannya dilakukan sesuai dengan fatwa para mujtahid serta menyerahkan
sebagai hasil keuntungannya kepada mereka sebagai kewajiban-kewajiban harta. Para
mujtahid yang a’lam dan diterima oleh masyarakat umum adalah mencapai maqam
marjaiyah. Mujtahid mutlak dan mutajazzi, mujtahid bil fi’il dan bil quwwah,
mujtahid a’lam dan mujtahid jami’ al-syarāith merupakan bagian-bagian dari fakih
2
atau mujtahid. Syaikh Thusi, Muhaqqiq Hilli, Allamah Hilli, Syaikh Anshari dan
Mirza Syirazi adalah mujtahid-mujtahid Syiah yang terkenal dan memiliki nama.4
Adapun Mujtahid secara etimologi adalah bentuk isim fa’il dari fi’il madhi
ijtahada yang artinya orang yang berijtihad. Merujuk kepada imam as-Syaukani,
secara terminologi mujtahid berarti orang yang bersungguh-sungguh mencurahkan
segala kemampuannya untuk memperoleh hokum syara’ dengan cara melakukan
istimbat hukum.5
1. Islam, baik itu bangsa Arab atau non-Arab dan non muslim tidak diperbolehkan
untuk mengistinbatkan hukum.
2. Baligh dan berakal, anak-anak dan orang gila tidak boleh melakukan istinbat
hukum. Pada awalnya imam al-Syafi’I hanya mensyaratkan berakal, namun
belakangan kalangan syafi’iyah menambahkan syarat bahwa seorang mujtahid
harus baligh.
3. Adil, ada dua spesifikasi dalam mengartikan adil, yang pertama adil di artikan
sebagai seseorang yang tidak berpihak, orang yang berada pada kebenaran. Yang
kedua adil diartikan sebagai seseorang yang terhindar dari dosa besar dan dosa
kecil. Spesifikasi yang kedua ini yang menjadi syarat mujtahid menurut Syafi’i.
4. Menguasai bahasa Arab, seorang mujtahid harus mempunyai kemampuan
berbahasa Arab karena teks Al-Qur’an berbahasa Arab.
5. Menguasai al-Qur’an, seperti menguasai nasikh mansukh, asbabun nuzul,
qasam, qiraat al-Qur’an, i’jaz, tafsir dan sebagainya.
4 https://id.wikishia.net/view/Mujtahid
5 A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih , (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010 ), hal.178
3
6. Menguasai hadist, seperti menguasai asbabul wurud, ilmu rijal al- hadis, dan
sebagainya.6
6 Suyatno, Dasar-Dasar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011 ), hal.181
7 Satria Effendi, Ushul Fiqih (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012), hal.256
4
Dalam kajian Abd Wafi Has, setelah mencermati beberapa definisi ijtihad dari
sudut etimologi, terminologi maupun doktrin dari beberapa sarjana, dipaparkan
bahwa ijtihad, secara umum, dapat dipahami sebagai kekuatan atau kemampuan
dalam mencentuskan ide-ide yang bagus demi kemaslahatan umat. Selain itu, ada
pula yang memahami ijtihad sebagai pengerahan segenap kesanggupan dari seorang
ahli fikih atau mujtahid untuk memeroleh pengertian terhadap hukum syara (hukum
Islam)8
DSN MUI didirikan pada tahun 1999 dengan tugas memberikan fatwa-fatwa
khusus dalam masalah-masalah di bidang ekonomi syariah. Secara lingkup tugas,
DSN MUI berbeda dengan Komisis Fatwa MUI yang fokus tugasnya justru berada di
luar permasalahan ekonomi syariah. 11
8 Abd Wafi Has, “Ijtihad sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam,” Jurnal Epistemé (Vol. 8, No.
1, Juni 2013): 93.
9 Arifana Nur Kholiq, “Relevansi Qiyas dalam Istinbath Hukum Kontemporer,” Jurnal Isti’dal (Vol. 1,
No. 2, Juli-Desember 2014): 171.
10 Ibid.
11 Atho Mudzhar (b), Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hlm. 92
5
Dinamika pertumbuhan lembaga keuangan syariah tersebut kemudian
dicermati, salah satunya, melalui kegiatan Lokakarya Ulama tentang Reksadana
syariah pada bulan Juli 1997. Hasil rekomendasi dari Lokakarya Ulama itulah yang
kemudian ditindaklanjuti dengan membentuk DSN MUI di dalam struktur MUI.12
12 Ibid
6
transaksi keuangan pada bank yang harus terbebas dari riba, sampai ke pembiayaan
ultra mikro berdasarkan prinsip syariah yang terbit tahun 2018.13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
13 Andi Fariana, “Urgensi Fatwa MUI dalam Pembangunan Sistem Hukum Ekonomi Islam di
Indonesia,” Jurnal Al-Ihkam (Vol. 12, No. 1, Juni 2017): 100; Muhammad Maulana Hamzah, “Peran
dan Pengaruh Fatwa MUI dalam Arus Transformasi Sosial Budaya di Indonesia,” Jurnal Millah (Vol.
XVII, No. 1, Agustus 2017): 147-14
7
Mujtahid itu ialah ahli fiqih yang menghabiskan seluruh kesanggupannya untuk
memperoleh persangkaan kuat terhadap sesuatu hukum agama dengan jalan istinbath
dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan kata lain, Mujtahid adalah orang-orang yang
melakukan ijtihad.
Imam al-Syafi’I merumuskan syarat mujtahid sebagai berikut: 1) Islam. 2)
Baligh dan berakal, 3) Adil. 4) Menguasai bahasa Arab. 5) Menguasai al-Qur’an, 6)
Menguasai hadist,
Abu Zahra membagi mujtahid kepada beberapa tingkat, yaitu mujtahid
mustaqil,mujtahid muntasib,mujtahid,mujtahid fi al-mazhab, dan mujtahid fi at-tarjih.
1) Mujtahid Mustaqil (independen) 2) Mujtahid Muntasib. 3) Mujtahid fi al-madzhab
Dengan sifat perkembangan bidang ekonomi syariah yang dinamis, maka
keberadaan ijtihad bisa menjadi suatu bentuk respons yang positif bagi kebutuhan
adanya landasan hukum untuk aktivitas ekonomi atau bisnis syariah. Dalam konteks
indonesia, kebutuhan tersebut dijawab dengan hadirnya fatwa-fatwa bidang ekonomi
syariah, yang diterbitkan, salah satunya, oleh DSN MUI.