Anda di halaman 1dari 11

Bab 3

IJTIHAD
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Fikih

Guru Pengampu : Muh. Syaifuddin Zuhri

DI SUSUN OLEH :
1. Miftachul Latif
2. M Fadhil Abhirama
3. Mita Alia
4. M Fikran Zakiya P P
5. M Alfian Hernianto
6. M Abdul Khafif

MADRASAH ALIYAH NAHDLATUL ULAMA


RAUDLATUS SHIBYAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”IJTIHAD”
ini. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita
tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh
kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga
penulis. Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang
telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua, khususnya
bagi penulis sendiri.

i
DAFTAR ISI
Halaman Depan
Kata pengantar...........................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A,Latar Belakang………………………............................................1
B. Rumusan Masalah dan Tujuan………...........................................1
C. Manfaat…………...…………………............................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad…………………………………........................
B. Dasar dan hukum Ijtihad....................................................
C. Perkembangan Ijtihad...............................................................
D. Syarat _ syarat mujtahid.............................................
E. Tingkatan Ijtihad................................
BAB III
MENGANALISIS KONSEP BERMAZHAB
A. Pengertian Ijtihad…………………………………........................
B. Dasar dan hukum…………………………………........................
C. Klasifikasi bermazhab…………………………………........................
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………….........................
B. Saran dan Kritikan…………………………………………............
DAFTAR PUSTAKA………………………………….........................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kita tahu bahwa hukum Islam adalah sistem hukum yang
bersumber dari wahyu agama, sehingga istilah hukum Islam mencerminkan
konsep yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan konsep, sifat dan fungsi
hukum biasa. Seperti lazim diartikan agama adalah suasana spiritual dari
kemanusiaan yang lebih tinggi dan tidak bisa disamakan dengan hukum. Sebab
hukum dalam pengertian biasa hanya menyangkut soal keduniaan semata.
Sedangkan Joseph Schacht mengartikan hukum Islam sebagai totalitas perintah
Allah yang mengatur umat Islam dalam keseluruhan aspek kehidupan, baik
menyangkut penyembahan dan ritual, politik, pendidikan, ekonomidan hukum.
Pada umumnya sumber hukum islam ada dua, yaitu: Al-Qur’an dan Hadist,
namun ada juga yang disebut Ijtihad sebagai sumber hukum yang ketiga berfungsi
untuk menetapkan suatu hukum yang tidak secara jelas ditetapkan dalam Al-
Qur’an maupun Hadist. Namun demikian, tidak boleh bertentangan dengan isi
kandungan Al-Quran dan Hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian tentang Ijtihad ddan bermazhab
2. Bagaimana urgensi dan kedudukan ijtihad
3. Menjelaskan syarat-syarat mujtahid
4. Sebab-sebab yang menimbulkanperbedaan hasil ijtihad
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Ijtihad dan bermazhab
2. Agar kita mengetahui Urgensi dan Kedudukan Ijtihad
3. Untuk mengetahui Syarat-syarat Mujtahid
4. Agar mengetahui Sebab-sebab yang menimbulkanperbedaan hasil ijtihad

1
D. Manfaat
1. Kita bisa memahami apa arti dari Ijtihad
2. Kita bisa memahami Urgensi dan Kedudukan Ijtihad
3. Kita dapat mengetahui apa saja Syara-syara untuk menjadi Mujtahid
4. Kita bisa mengetahui Maslah-masalah apa saja yang dapat diijtihad
5. Kita bisa mengetahui apa saja yang menyebabkan perbedaan dari hasil ijtihad

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad
Pengertian ijtihad dari bentuk kata fi’il madhi jahada yang bentuk
masdarnya yaitu jahdun artinya adalah kesungguhan atau sepenuh hati atau serius.
Menurut istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara
bersungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum (yang sulit), dan dalam
prakteknya digunakan untuk sesuatu yang sulit dan memayahkan. Oleh karena itu,
tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu pekerjaan.
Secara terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk
mencari syariat melalui metode tertentu.
B. Dasar dan Hukum Ijtihad
a) Dasar Hukum Ijtihad
Dalil yang dapat dijadikan hujah dalam berijtihad adalah Surat An-Nisa
ayat 59 yang artinya; “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (di
dunia dan di akhirat).” (Q.S.an-Nisa` 4: 59)

2
b) Hukum Ijtihad
a) Wajib ‘ain, bagi orang yang diminta fatwa h]ukum mengenai suatu
peristiwa yang terjadi, dan dia khawatir peristiwa itu akan lenyap tanpa
ada kepastian hukunya. Atau ia sendiri mengalami suatu peristiwa dan ia
ingin mengetahui humnya.
b) Wajib kifayah, bagi orany yang diminta fatwa hukum yang dikhawatirkan
lenyap peristiwa itu, sedangkan selain dia masih terdapat para mujtahid
lainya. Maka apabila kesempatan mujtahid itu tidak ada yang melakukan
ijtihad, maka semua, tetapi bila ada seorang dan mereka memberikan
fatwa hukum maka gugurlah tuntutan ijtihad atas diri mereka.
c) Sunnah, apabila melakukan ijtihad mengenai masalah-masalah yang belum
atau tidak terjadi.
C. Perkembangan Ijtihad
Ijtihad muncul seiring pertumbuhan dan perkembangan zaman. Pada mulanya,
sumber hukum pertama ajaran Islam adalah Al-Qur'an dan hadis. Meski begitu,
ijtihad sudah dilakukan pada masa Rasulullah saw. meski belum bervariasi. Hal
itu ditandai dengan adanya hadis yang menjelaskan tentang kisah Mu'az bin Jabal
ke Yaman. Rasulullah saw. memberikan pujian kepada Mu'az bin Jabal karena
telah menjelaskan metode ijtihad dengan didasarkan pada sumber hukum yang
sudah ada, yaitu Al-Qur'an dan hadis. Pada masa Rasulullah saw., para sahabat
yang melakukan ijtihad selalu dikonfirmasikan hasilnya kepada beliau untuk
mendapatkan pengesahan ataupun koreksi jika hasil ijtihad keliru.
a) Ijtihad berkembang pesat pada periode tabi'in. Adapun bentuk-bentuk
ijtihad pada masa tabi'in sebagai berikut. Para tabi'in lebih banyak
menggunakan ra'yu dibanding penggunaan sunah. Cara ijtihad seperti ini
berkembang di kalangan ulama Kufah, tokohnya al-Nakha'i. Kalangan
sahabat ini kemudian berkembang dengan sebutan Madrasah Kufah.
b) Para tabi'in banyak menggunakan hadis atau sunah dibandingkan
penggunaan ra'yu. Cara ijtihad seperti ini berkembang di kalangan ulama
Madinah dengan tokohnya Sa'id ibn al-Musayyab. Kalangan sahabat ini
kemudian berkembang dengan sebutan Madrasah Madinah.
D. Syarat-syarat mujtahid
Tidak semua orang bisa menjadi mujtahid. Seorang mujtahid harus
memenuhi syarat – syarat yang berlaku sebagaimana dijelaskan oleh Prof. D.R.M.
Hasbie as-Shiddiqie secara berikut.
a) Mengetahui semua ayat dan hadits yang berhubungan dengan hukum
b) Mengetahui masalah – masalah yang telah dijimakkan oleh para ahlinya
c) Mengetahui nasikh Mansukh
d) Mengetahui dengan sempurna bahasa Arab dan ilmu-ilmunya dengan
mendalam (nahwu, sharaf, bayan, ma'ani, dan badi), mengetahui bahasa
Arab beserta ilmu- ilmu qawaidnya dan ilmu-ilmu balagahnya
e) Mengetahui Ushul fikih
f) Mengetahui asrarusysyari'ah (rahasia-rahasia tasyri’)
g) Mengetahui qawa'idu al-fiqhi (kaidah-kaidah fikih yang menyeluruh yang
disimpulkan dari dalil – dalil syara’).
E. Tingkatan Mujtahid
Adapun tingkatan – tingkatan mujtahid sebagai berikut.
a) Mujtahid mutlaq atau mustaqil (mandiri), yaitu ulama yang melakukan
ijtihad dan merumuskan sendiri kaidah-kaidah penggalian hukumnya.
b) Mujtahid mutlaq muntasib, yaitu ulama yang mengikuti metode imam
panutannya dalam menggali hukum berbagai bidang.
c) Mujtahid muqayyad atau mujtahid takhrij, yaitu para ulama yang menggali
hukum pada kasus-kasus yang belum diuraikan oleh imam panutannya.
d) Mujtahid murajjih, yaitu ulama yang memilah-milah pendapat suatu
mazhab dengan mengambil yang paling unggul dan sesuai tuntutan
kemaslahatan umat.
e) Mujtahid fatwa, yaitu ulama yang hafal dan paham terhadap kaidah-kaidah
imam mazhab, mampu menguasai persoalan yang sudah jelas maupun
sulit, namun masih lemah dalam menetapkan suatu putusan berdasarkan
dalil dan qiyas

4
BAB III
MENGANALISIS KONSEP BERMAZHAB
A. PENGERTIAN
Menurut bahasa, mazhab memiliki arti pendapat, aliran, kelompok,
pemikiran. Adapun menurut istilah mazhab adalah ijtihad atau pandangan seorang
mujtahid dalam memahami hukum yang berlandaskan Al-Qur'an dan hadis.
Kemunculan mazhab disebabkan perbedaan pemahaman terhadap Al-Qur'an
tentang ayat-ayat yang bersifat zanni ad-dalalah, yaitu ayat-ayat masih butuh
penafsiran. Ada empat mazhab besar yang diketahui dalam Islam sebagai berikut.
a. Mazhab Hanafi atau Hanafiah didirikan oleh Nu'man bin Sabit (lahir di
Irak tahun 80 H/699 M) pada masa kekuasaan Abdul Malik bin Marwan,
Daulah Bani Umayyah.
b. Mazhab Maliki atau Malikiah didirikan oleh Malik bin Anas bin Malik
bin Abi Amir al-Asybahi atau Imam Malik.
d. Mazhab Syafi'i atau Syafi'iyah didirikan oleh Muhammad bin Idris asy-
Syafi'i bin Utsman bin Syafi'i al-Hisyami al-Quraisyi al-Muthalibi.
d. Mazhab Hambali atau Hanabilah didirikan oleh Ahmad bin Muhammad
bin Hambal.
B. DASAR HUKUM BERMAZHAB
Adapun dasar yang dapat djadikan landasan kehujahan bermazhab
dijelaskan dalam hadis yang artinya, "Para ulama itu pewaris para nabi dan
sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham (kekayaan),
sebaliknya mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya
(ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak." (H.R. Abu Dawud).
Bermazhab merupakan metode untuk mengetahui hukum suatu peristiwa
merujuk fikih mazhab tertentu. Oleh karena itu, bermazhab sangat penting bagi
umat Islam agar benar dalam memahami dan mempraktikkan ajaran agama.
C. Klasifikasi Bermazhab
a. Taklid
1) Pengertian Taklid
Secara bahasa, taqlid berarti meniru, membuat tiruan. Adapun menurut
istilah, taqlid adalah mengikuti pendapat ahli hukum tanpa mengetahui dasar dan
alasannya. Adapun pengertian taqlid menurut para ulama sebagai berikut.
a) Imam al-Ghazali mendefinisikan taklid adalah menerima ucapan tanpa ada
hujah.
b) Ibnu Subki dalam kitab Jami'ul Jawami berpendapat bahwa taklid adalah
=mengambil suatu perkataan tanpa mengetahui dalil. c) Al-Asnawi dalam kitab
Nihayatul al-Ushul mengemukakan definisi taklid adalah mengambil perkataan
orang lain tanpa dalil.

2) Hukum bertaklid
a) Haram bertaklid. Hukum ini ditetapkan bagi umat Islam yang memiliki
kemampuan memahami hukum syariat Islam. Dasar yang digunakan
adalah Surah al-Baqarah ayat 170 di mana Allah Sw. mencela orang yang
bertaklid.

b) Mubah bertaklid. Hal ini diperuntukkan bagi orang yang tidak memiliki
kemampuan mengambil kesimpulan hukum dari Al-Qur'an dan hadis serta tidak
mengetahui hukum-hukum dalam ijmak dan qiyas.

b. Itibak
1) Pengertian Itibak
Itibak artinya mengikuti. Itibak adalah menerima atau mengikuti perkataan
orang yang diketahui dasar pendapatnya.
2) Hukum Itibak
Hukum itibak wajib dalam masalah agama mengikuti Nabi Muhammad saw..
Dasar itibak adalah Surah Ali 'Imran ayat 31. Itibak kepada selain Nabi
Muhammad saw. diperintahkan kepada para ulama dengan dasar Surah an- Nahl
c. Talfik
1) Pengertian Talfiq Talfiq secara bahasa artinya memper- temukan menjadi satu
atau merangkap. Talfiq adalah beramal dalam urusan agama dengan berpedoman
kepada petunjuk beberapa mazhab yang telah dipahami. Pada dasarnya talfiq
adalah berpindah mazhab dalam masalah-masalah tertentu.

2) Syarat bertalfiq

Adapun syarat melakukan talfiq sebagai berikut.

a) Dalil dari pendapat yang dikemukakan mazhab lain dinilai kuat dan rajjih. b)
Pendapat yang dikemukakan oleh mazhab lain dinilai lebih bersikap hati- hati
dalam menjalankan agama.
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ijtihad adalah sebuah usaha yang dilakukan dengan sungguh-
sungguh dengan berbagaimetode yang diterapkan beserta syarat-syarat
yang telah ditentukan untuk menggali danmengetahui hukum Islam untuk
kemudian diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.Tujuan
ijtihad dilakukan adalah upaya pemenuhan kebutuhan akan hukum karena
permasalahan manusia semakin hari semakin kompleks di mana
membutuhkan hukum Islam sebagai solusiterhadap problematika tersebut.
Jenis- jenis ijtihad adalah ijma’, qiyas, dan maslahah mursalah.
Sejak dulu hingga sekarang ijtihad senantiasa tetap diperlukan,
karena banyaknya kasusyang tidak secara tegas ditetapkan hukumnya oleh
Al-qur’an dan as-sunnah.

1.2 Saran
Demikian makalah ijtihad dalam mata kuliah yang tentunya masih
jauh dari kesempurnaan.Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam
menempuh pembelajaran, untuk itu kamimengharapkan kritik serta saran
yang membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami.Harapan kami
semoga dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Daftar pustaka

Syafe’i Drs Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.
Muniron, Ni’am. 2010. studi islam. STAIN Jember Press.
Yusuf Ali Anwar. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2002. Pengantar Studi
Islam.Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Anda mungkin juga menyukai