IJTIHAD,ITTIBA’,TALFIQ,TAQLID
Dosen Pengampu
Arif Nursihah, M.A
Disusun Oleh:
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat
waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘Ijtihad,Ittiba’,Talfiq,Taqlid’ bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Fiqih. Pada makalah diuraikan
pengertian dari materi makalah ini. Selain itu, diulas hukum dari
perbuatan tersebut.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan
umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. IJTIHAD
Pengertian Ijtihad Kata ijtihad berasal dari kata “al-jahd” atau “al-juhd”
yang berarti “al-masyoqot” (kesulitan atau kesusahan) dan “athoqot”
(kesanggupan dan kemampuan) atas dasar pada firman Allah Swt dalam
QS. Yunus ayat 9 yang artinya: ..”dan (mencela) orang yang tidak
memperoleh (sesuatu untuk disedekahkan) selain kesanggupan”.
Tetapi pengertian ijtihad dapat dilihat dari dua segi baik etimologi
maupun terminologi. Dalam hal ini memiliki konteks yang berbeda.
Dasar-Dasar Ijtihad
Ijtihad bisa dipandang sebagai salah satu metode penggali sumber hukum.
Dasar-dasar ijtihad atau dasar hukum ijtihad ialah al-Qur’ an dan sunnah.
Di dalam ayat yang menjadi dasar dalam ber-ijtihad sebagai firman Allah
Swt dalam QS. al-Nisa’:105 sebagai berikut:
Fungsi Ijtihad
Hadis ini bukan hanya memberi legalitas ijtihad, akan tetapi juga
menunjukkan kepada kita bahwa perbedaan-perbedaan pendapat hasil
ijtihad bisa dilakukan secara individual (ijtihad fardi) yang hasil rumusan
hukumnya tentu relatif terhadap tingkat kebenaran.
Manfaat Ijtihad
Dalam hal ini, Ijtihad dianggap telah memiliki kedudukan dan legalitas
dalam Islam. Namun, Ijtihad hanya boleh dilakukan oleh orang-orang
tertentu saja yang telah memenuhi syarat.Jadi,beberapa manfaat Ijtihad
adalah sebagai berikut ini:
Tingkatan Mujtahid
1. Ijma’
Pengertian Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan
hukum agama Islam berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu
perkara. Hasil dari kesepakatan para ulama tersebut berupa fatwa yang
dilaksanakan oleh umat Islam.
2. Qiyas
Pengertian Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru
yang belum pernah ada sebelumnya, namun mempunyai kesamaan
(manfaat, sebab, bahaya) dengan masalah lain sehingga ditetapkan hukum
yang sama.
3. Maslahah Mursalah
Pengertian Maslahah Mursalah adalah suatu cara penetapan hukum
berdasarkan pada pertimbangan manfaat dan kegunaannya.
4. Sududz Dzariah
Pengertian Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang
mubah makruh atau haram demi kepentingan umat.
5. Istishab
Pengertian Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan
hingga ada alasan tepat untuk mengubah ketetapan tersebut.
6. Urf
Pengertian Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan
kebebasan suatu masyarakat selama tidak bertentangan dengan Al-quran
dan hadits.
7. Istihsan
Pengertian Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum
kepada hukum lainnya karena adanya dalil syara’ yang
mengharuskannya.
Macam-macam Ijtihad
Contoh Ijtihad
Untuk lebih memahami apa itu Ijtihad, kita bisa melihat contoh
penerapannya. Adapun contoh implementasi Ijtihad, seperti
dalam proses menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, dimana
para mujtahid atau ulama membahasnya berdasarkan hukum
Islam untuk menentukan dan menetapkan tanggal 1 Syawal.
B. ITTIBA’
Kata ittiba’ pada asalnya bermakna mengikuti jejak orang yang berjalan.
Kemudian digunakan untuk makna melakukan amalan seperti amalan
orang lain, sebagaimana dalam firman Allah,
ٍ بِِإحْ َسbَوالَّ ِذينَ اتَّبَعُوهُم
ان
م ِإنَّكَ َأنتَ ْال َع ِزي ُزbْ َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُزَ ِّكي ِه
َ ك َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت
َ ِم َر ُسواًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم آيَاتbْ ث فِي ِه
ْ َربَّنَا َوا ْب َع
ْال َح ِكي ُم
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” ((QS. Al-Hasyr: 7.))
Allah berfirman,
ُصيبَهُ ْم َع َذابٌ َألِي ٌم
ِ م فِ ْتنَةٌ َأوْ يbُْصيبَه
ِ ُفَ ْليَحْ َذ ِر الَّ ِذينَ يُخَالِفُونَ ع َْن َأ ْم ِر ِه َأن ت
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” ((QS. An-Nur: 63.))
Allah berfirman,
ِ م َوهَّللا ُ َغفُو ٌر رbْ م هَّللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُكbُ قُلْ ِإن ُكنتُ ْم تُ ِحبُّونَ هَّللا َ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك
َّحي ٌم
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” ((QS. Ali Imran: 31.))
Allah berfirman,
بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْمbق بِ ُك ْم عَن َسبِيلِ ِه ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُكم ِ َوَأ َّن ٰهَ َذا
َ ُم ْستَقِي ًما فَاتَّبِعُوهُ َواَل تَتَّبِعُوا ال ُّسبُ َل فَتَفَ َّرbص َرا ِطي
َتَتَّقُون
“Dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah agar kamu bertakwa.” ((QS. Al-An’am: 153.))
Hakikat Ittiba’
Ittiba’ dan taklid adalah dua hal yang berbeda, baik dari sisi hakikat dan
pengertiannya maupun dari sisi hukumnya.
Ittiba’ adalah menerima perkataan orang yang ucapannya adalah hujah,
yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atau dengan kata lain, menerima
perkataan seseorang yang disertai penjelasan hujah atas perkataan
tersebut. Dan ittiba’ adalah hal yang terpuji secara mutlak, karena ini
merupakan fondasi kepasrahan terhadap hukum Allah dan Rasul-
Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
C. TALFIQ
Pengertian Talfiq Dalam bahasa Arab, kata talfiq (ُ )التَّ ْلفِيقberasal dari
kata (ً ق – ت َْلفِيقا َ َّ )لَفyang berarti menggabungkan sesuatu dengan yang
ُ ِّق – يُلَف
lain.
Secara Syar’i
Talfiq, yaitu mendatangkan suatu cara (dalam ibadah atau mu’amalah)
yang tidak pernah dinyatakan oleh ulama mujtahid. Maksudnya, bertaklid
kepada madzhab-madzhab serta mengambil (menggabungkan) dua
pendapat atau lebih dalam satu masalah, yang memiliki rukun-rukun dan
cabang-cabang, sehingga memunculkan suatu perkara gabungan (rakitan)
yang tidak pernah dinyatakan oleh seorang pun (dari para imam
mujtahid), tidak oleh imam yang dulu dia ikuti madzhabnya maupun
imam ‘barunya’. Justru masing-masing imam tersebut menetapkan
batilnya penggabungan dalam ibadah tersebut.
Contoh Talfiq