Anda di halaman 1dari 17

MAZHAB-MAZHAB KALAM DALAM ISLAM:

KHAWARIJ, SYI’AH, QADARIYAH, JABARIYAH

Disusun oleh:
Kelompok 6

Nama : Nuri Purnama Sari (1042022011)


Chintiya Rahma Lubis (1042022006)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris
Sem/Unit : I/1
MK : Tauhid dan Adab
Dosen Pengampu : Zulkifli, S.Pd.I., M.Pd.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Zulkifli, S.Pd.I., M.Pd. Yang Telah Mengizinkan kami
Mengerjakan Makalah ini.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat sehat
dan waktu luang yang dilimpahkan-Nya sehingga kami bisa menyusun dan
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Mazhab-Mazhab Kalam dalam Islam:
Khawarij, Syi’ah, Qadariyah, Jabariyah” tanpa ada halangan.
Sholawat dan salam selalu kami haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju
zaman yang penuh ilmu pengetahuan. Hal ini dapat kita refleksikan bersama
melalui Sirah Nubuwwah yang sangat luar biasa. Bagaimana Nabi berhasil
menjadi seorang pemimpin, pendidik, panglima perang dan banyak hal lain yang
begitu sempurna telah Nabi contohkan kepada kita.
Dan tak lupa kami ucapkan ribuan terima kasih kepada bapak Zulkifli,
S.Pd.I., M.Pd. yang selalu memberikan bimbingan kepada kami terutama dalam
mata kuliah Ulumul Qur’an serta ucapan terima kasih pada semua rekan-rekan
yang menjadi teman diskusi selama perkuliahan ini.
Semoga Allah selalu melindungi kita dimanapun kita berada. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, penyusun khususnya dan pembaca pada
umumnya. Penyusun sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk perbaikan kami selanjutnya. Atas perhatiannya dari pembaca kami ucapkan
terima kasih.
Langsa, 11 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Mazhab..................................................................................3
2.2 Khawarij..................................................................................................3
2.2.1 Pengertian Khawarij.......................................................................3
2.2.2 Pemikiran Khawarij.....................................................................5
2.3 Syi’ah.......................................................................................................6
2.3.1 Pengertian Syi’ah...........................................................................6
2.3.2 Pemikiran Syi’ah............................................................................6
2.4 Qadariyah.................................................................................................8
2.4.1 Pengertian Qadariyah.....................................................................8
2.4.2 Pemikiran Qadariyah......................................................................8
2.5 Jabariyah................................................................................................10
2.5.1 Pengertian Jabariyah....................................................................10
2.5.2 Pemikiran Jabariyah.....................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam pada masa Rasulullah SAW apabila terdapat kekurangan paham
terhadap suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan kepada Rasulullah
SAW, sehingga bisa cepat terselesaikan. Kemudian sepeninggal Rasulullah SAW,
para sahabat menggunakan pengalaman yang diperoleh dari perkataan, perbuatan
dan kebiasaan beliau ketika masih hidup. Ketika sampai pada masa tahap ini
mereka berpegang kepada Al-Qur’an, As Sunnah dan kepada perkataan sahabat.
Seiring perkembangan zaman persoalan semakin bertambah jumlahnya dari waktu
ke waktu, sementara tidak seluruhnya solusi permasalahan ditemukan dalam Al-
Quran, As Sunnah maupun perkataan sahabat.1
Perbedaan adalah salah satu yang tidak bisa dielakkan dalam kehidupan
umat manusia di muka bumi ini. Ia merupakan sunnatullah yang berlaku
sepanjang masa. Termasuk yang tidak bisa dielakkan adalah perbedaan pendapat
sekalipun dalam masalah pemahaman atau penafsiran hukum-hukum agama.
Karena perbedaan pendapat merupakan sebuah keniscayaan, maka hal tersebut
tidak patut untuk menjadi sebab kita berpecah belah dan bercerai-berai. Perbedaan
juga terjadi dalam segi penafsiran dan pemahaman hukum yang berlaku. Seperti
yang kita ketahui hukum tidaklah selalu dalam hal penerapannya pada masa awal
Islam. Pada masa itu Nabi Muhammad sebagai tolak ukur dan akhir dari setiap
permasalahan yang ada. Akan tetapi perbedaan itu semakin jelas terlihat ketika era
para sahabat dan para tabi'in yang ditandai dengan adanya berbagai aliran atau
mażhab yang bercorak kedaerahan dengan tokoh dan kecenderungan masing-
masing. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran, yaitu
muta’zilah, syiah, khawarij, jabariyah, dan qadariyah serta aliran-aliran lainnnya.

1
Muslim Ibrahim, 1991, Pengantar Fiqh Maqaran, Jakarta: Erlangga, hal. 43.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian mazhab?
2. Bagaimanakah pemahaman tentang mazhab khawarij?
3. Bagaimanakah pemahaman tentang mazhab syi’ah?
4. Bagaimanakah pemahaman tentang mazhab qadariyah?
5. Bagaimanakah pemahaman tentang mazhab jabariyah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mazhab.
2. Untuk mengetahui pemahaman tentang mazhab khawarij.
3. Untuk mengetahui pemahaman tentang mazhab syi’ah.
4. Untuk mengetahui pemahaman tentang mazhab qadariyah.
5. Untuk mengetahui pemahaman tentang mazhab jabariyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mazhab


Madżhab berasal dari kata żahaba-yażabu-żahaban yang artinya jalan yang
dilalui dan dilewati yang menjadi tujuan seseorang.2 Ulama fiqh berbeda dalam
mendefinisikan mażhab, adapun definisi-definisi tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:3
 Wahbah Zuhaili memberi batasan mazhab sebagai segala hukum yang
mengandung berbagai masalah, baik dilihat dari aspek metode yang
mengantar pada kehidupan secara keseluruhan maupun aspek hukumnya
sebagai pedoman hidup.
 Mażhab menurut Ibrahim al-Bajuri dan Muhammad Syata al-Dimyati
adalah pendapat para Imam yang berkaitan dengan hukum.
 Muslim Ibrahim mendefinisikan mażhab sebagai hasil ijtihad seorang
mujtahid tentang hukum dalam Islam yang digali dari ayat Al-Qur'an atau
hadits yang dapat diijtihadkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa, yang
dimaksud dengan mażhab meliputi dua pengertian. Pertama, mażhab adalah jalan
pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang Imam mujtahid dalam
menetapkan hukum atau peristiwa berdasarkan al-Quran dan hadits. Kedua,
mażhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam mujtahid tentang hukum suatu
peristiwa yang diambil dari Al-Qur'an dan hadits.
2.2 Khawarij
2.2.1 Pengertian Khawarij
Kata khawarij menurut bahasa merupakan jamak dari ‫رجي‬HH‫ خ‬secara
harfiah berarti orang-orang yang keluar, mengungsi atau mengasingkan diri. 4
Istilah ini bersifat umum yang mencakup semua aliran dalam Islam yang
2
Luwis Ma’luf, 1986, Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-Alam, Bayrut: Dar Al Masyariq,
hal. 239-240.
3
Muslim Ibrahim, Op.cit., hal. 47.
4
Abdul Aziz Asy-Syinawi, 2016, Biografi Empat Imam Mazhab, Jakarta Timur: Ummul
Qura, hlm. 98.

3
memisahkan diri atau keluar dari jamaah ummat, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Asy-Syahrastani:
“Tiap yang memberontak kepada imam yang benar yang disepakati oleh jamaah
dinamakan khawarij”
Berdasarkan pengertian menurut bahasa khawarij juga dapat diartikan
setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam. Penganut aliran ini
adalah kelompok yang memberontak melawan ‘Ali, amir al-mu’minin, pada
waktu arbitrasi dan berkumpul di Harurah dekat kufah. Para pemimpin mereka
adalah ‘Abdullah ibn Al-Kawwa’,’Attab ibn Al-‘Awar’,’Abdullah ibn Wahab Al-
Rasibi’,’Urwah ibn Jarir, Yazid ibn ‘Ashim Al-muharibi, dan Hurqush ibn Zuhair
Al-Bajali yang dikenal sebagai Dzu Al-Tsudayyah. Pada hari nahrawan mereka
berjumlah dua belas ribu orang, yang mengorbankan [tidak lagi melaksanakan]
sholat dan puasa. Kelakuan semacam ini pernah dikatakan oleh Nabi, “Shalat dan
puasa dari siapapun diantara kamu akan sedikit lebih bermanfaat dibandingkan
shalat dan puasa mereka. (kahawarij), karena keimanan mereka tidak akan
mencapai hati mereka. “Orang-orang ini juga adalah para pemberontak yang
kepada mereka Nabi katakan, “Dari keturunan orang ini, akan muncul seseorang
yang akan lari dari agama, sebagimana lepasnya sebuah anak panah keluar dari
busurnya.5
Mereka ini dinamakan Khawarij karena mereka memisahkan diri atau ke
luar dari jamaah umat. Mereka memang menerima sebutan khawarij dengan
pengertian sebagai orang-orang yang ke luar pergi berperang untuk menegakkan
kebenaran. Hal ini mereka dasarkan pada ayat:
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi
Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian
kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh
Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”(QS. An-Nisa (4):100).

5
Ibid., hal. 101-102.

4
2.2.2 Pemikiran Khawarij
Secara umum hasil pemikiran dari kelompok Khawarij adalah:6
1. Persoalan Khalifah
a. Kelompok khawarij mengakui khalifah-khalifah Abu Bakar, Umar dan
separo zaman dari khalifah Ustman bin Affan . Pengangkaatan ketiga
khlalifah tersebut sah sebab telah dilaksanakan dengan Syura yaitu
musyawarah ahlul halli wal aqdi. Akan tetapi diakhir masa kekhakifahan
Usman bin Affan tidak diakui oleh mereka, karena khalifah telah
melakukan penyelewengan dalam menetapkan pejabat-pejabat negara.
b. Khalifah Ali bin Abi Thalib, awalnya pengangkatan sebagai khalifah
diakui oleh kelompok khawarij, namun kemudian khalifah melakukan
dosa besar dengan menerima tahkim, maka mereka pun tidak mengakui
Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan menghukumnya kafir
c. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
d. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang
muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.
e. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
2. Persoalan Fatwa Kafir
a. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir,karena itu halal
darahnya, halal hartanya, halal anak istrinya dan kampung halamnya
adalah Darul Harb.
b. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah,
Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim
termasuk yang menerima dan mambenarkannya di hukum kafir.
3. Persoalan Iman dan Ibadah
Kaum khawarij berpendapat bahwa yang dikatan “iman itu bukanlah
pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, tetapi amal ibadat

6
Mahfuzah Saniah, Muhammad Alfan Sidik, 2020, Pemikiran Khawarij: Studi Historis
Genealogis Pemikiran Islam, Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 1, hal. 75-76.

5
menjadi rukun iman pula” Barang siapa yang tidak mengerjakan sembahyang,
puasa, zakat dan lain-lain, maka orang tersebut telah menjadi kafir.
4. Persoalan Dosa
Bagi kaum khawarij semua dosa adalah besar, jadi mereka tidak mengenal
perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil. “sekalian pendurhakaan pada
Tuhan (dosa) besar”

2.3 Syi’ah
2.3.1 Pengertian Syi’ah
Syiah berasal dari bahasa Arab yaitu “Syīʿah” yang berarti pengikut juga
mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.7
Dengan demikian apabila ada umgkapan “syiah Ali” itu berarti “pengikut Ali”.
Syiah secara terminologis adalah sebagian kaum muslimin yang dalam
bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi
Muhammad SAW. atau orang yang disebut sebagai Ahlul-Bait.
Syiah secara lingusitik adalah pengikut. Seiring dengan bergulirnya masa
secara terminologis syiah hanya dikhususkan untuk orang-orang yang meyakini
bahwa hanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam yang berhak menentukan
penerus risalah islam sepeninggalnya.
Syiah secara umum adalah kekasih, penolong, pengikut dan lain
sebagainya, yang mempunyai makana membela suatau ide atau memebela
seseorang seperti kata hizb (partai) dalam pengertian yang modern. Kata Syiah
digunakan untuk menjuluki sekelompok umat islam yang mencintai Ali bin Abi
Thalib secara khusus dengan sangat fanatik.8
2.3.2 Pemikiran Syi’ah
Didalam sekte Syi’ah Itsna ‘Asyariah dikenal konsep Usul Ad-Din.
Konsep ini menjadi akar atau fondasi pragmatisme agama. Konsep Usuluddin
mempunyai lima akar, yaitu sebagai berikut :9
1. Tauhid (the devine unity)
7
Abdul Aziz Asy-Syinawi, Op.cit., hlm. 89
8
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, 2011, Ilmu Kalam, Bandung: CV Pustaka Setia, hal.
89-90.
9
Ibid., hal. 116.

6
Tuhan adalah Esa, baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan
adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendiri-Nya.Tuhan adalah qadim.
Maksudnya, Tuhan bereksistensi sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu
diciptakan oleh Tuhan. Tuhan Maha tahu, Maha mendengar, selalu hidup,
mengerti semua bahasa, selalu benar, dan bebas berkehendak. Keesaan Tuhan
tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri,
tidak dibatasi oleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa
2. Keadilan (the devine justice)
Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta merupakan keadilan. Ia
tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadilan. Karena ketidakadilan
dan kezaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan
ketidakmampuan, sementara Tuhan adalah Mahatahu dan Mahakuasa. Segala
macam keburukan dan ketidakmampuan adalah jauh dari keabsolutan dan
kehendak Tuhan.
3. Nubuwwah (appostleship)
Setiap makhluk di samping telah diberi insting, secara alami juga masih
membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia. Rasul
merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus
memberikan acuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk di alam
semesta. Dalam keyakinan Syi’ah ltsna ‘Asyariah Tuhan telah mengutus 124.000
Rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia.
4. Ma’ad (the last day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadapi pengadilan Tuhan di
akhirat, setiap muslim harus yakin keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah
dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit
dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.
5. Imamah (the devine guidance)
Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan
petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada
keturunan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Selanjutnya, dalam sisi
yang bersifat mahdhah, Syi’ah ltsna ‘Asyariah berpijak pada delapan cabang

7
agama yang disebut dengan furu’ ad-din. Delapan cabang tersebut terdiri atas
shalat, puasa, haji, zakat, khumus atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan,
jihad, aI-amr bi aI-ma’ruf, dan an-nahyu ‘an al-munkar.

2.3 Qadariyah
2.3.2 Pengertian Qadariyah
Kata Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara yang berarti kemampuan
dan kekuatan. Nama Qadariyah juga berasal dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qudrah atau kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendaknya sendiri, bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk pada qadar atau ketentuan Allah.10
Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi
segala perbuatannya. Seseorang dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan
manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbutannya. Harun Nasution menegaskan
bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.11
2.3.3 Pemikiran Qadariyah
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah
disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga
perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.
Ahmad Amin juga menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih luas di kupas
oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin
Mu’tazilah akibatnya, orang menamakan Qadariyah dengan Mu’tazilah karena
kedua aliran ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan
untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan tuhan.12

10
Alkhendra, 2000, Pemikiran Kalam. Bandung: Alfabeta, hal. 43.
11
Rosihan Anwar, 2006, Ilmu Kalam. Bandung: Puskata Setia, hal. 70.
12
Ibid., hal. 73.

8
a. Manusia Mempunyai Qudroh
Ali Mushthafa Al Gurobi antara menyatakan “bahwa sesungguhnya Allah
telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat
melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah
memberi beban kepada manusia, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan kesia-
siaan itu bagi Allah itu adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi”.
Pemahaman yang dimiliki Qodariyah ditujukan kepada qudrat yang
dimiliki manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat manusia dengan qudrat
Tuhan. Qudrat Tuhan bersifat abadi, kekal, berada pada zat Allah, tunggal, tidak
berbilang. Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses, bertambah dan
berkurang, dapat hilang.13
b. Pendapat Aliran Qodariyah Tentang Taqdir
Faham takdir dalam pandang Qadariyah bukanlah dalam pengertian
takdir yang umum di pakai bangsa Arab ketika itu, yaitu faham yang mengatakan
bahwa nasib manusia telah di tentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatan-
perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan
sejak azali terhadap dirinya. Dalam faham Qadariyah, takdir itu ketentuan Allah
yang di ciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu
hukum yang dalam istilah Al-Quran adalah sunatullah. Seseorang diberi ganjaran
baik dengan balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan
balasan neraka kelak di akhirat, itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri, bukan
akhir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan atau tindakan
salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.
Hampir semua paham-paham Qadariyah bertentangan dengan apa yang
dipahami ahlu al-sunnah wa al-jamaah. Adapun paham yang dikembangkan kaum
qadariyah diantaranya adalah:14
1. Meletakkan posisi manusia sebagai makhluk yang merdeka dalam tingkah
laku dan semua perbuatan, baik dan buruknya. Mereka meyakini bahwa
manusia mempunyai kekuatan untuk menentukan nasibnya tanpa ada

13
Ibid., hal. 74-75.
14
Alkhendra, Op.cit., hal. 44.

9
intervensi dari Allah Swt. Jadi manusia mendapatkan surga dan neraka karena
kehendak mereka sendiri bukan karena taqdir. Paham ini merupakan ajaran
terpenting dalam keyakinan qadariyah.
2. Kaum qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Esa, dalam artian bahwa Allah
tidak memiliki sifat-sifat Azaly, seperti ilmu, kudrah dan hayat. Menurut
mereka Allah mengetahui semuanya dengan zatNya, dan Allah berkuasa
dengan zatNya, serta hidup dengan zatNya, bukan dengan sifat-sifat
qadimNya tersebut. Mereka juga mengatakan, kalau Allah punya sifat qadim
tersebut, maka sama dengan mengatakan bahwa Allah lebih dari satu.
3. Takdir merupakan ketentuan Allah SWT terhadap hukum alam semesta sejak
zaman azali, yaitu hukum yang dalam Al-Qur’an disebut sunnatullah, seperti
matahari terbit dari timur, rotasi bumi dll. Tidak termasuk perbuatan dan
tingkah laku manusia.
4. Kaum qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama.
Agama tidak menyebabkan sesuatu menjadi baik karena diperintahkannya,
dan tidak pula menjadi buruk karena dilarangnya. Bahkan perintah atau
larangan agama itu justru mengikuti keadaan segala sesuatu, kalau sesuatu itu
buruk, tentu saja agama melarangnya, begitu sebaliknya.

2.4 Jabariyah
2.4.1 Pengertian Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Dalam
istilah Inggrisnya paham ini disebut fatalism atau predestination. Dalam kamus
Jhon M. Echols, pengertian fatalism adalah kepercayaan bahwa nasib menguasai
segala-galanya, sedangkan predestination adalah takdir. Di dalam kamus Munjid
dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah
adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah
Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan

10
semua perbuatan kepada Allah.15 Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan
perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur). Sehingga makna secara umum adalah
bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh Qodo dan Qadar Tuhan.
2.4.2 Pemikiran Jabariyah
Asy-Syahratsani berpendapat bahwa aliran jabariyah dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu ekstrim dan moderat.
1. Jabariyah ekstrim
Disebut sebagai jabariyah ekstrim adalah karena pendapatnya bahwa
perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari manusia senditi,
tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Salah satu tokoh dari aliran
Jabariyah ekstrim adalah Jahm bin Sofyan. Ia adalah seorang da’i yang fasih dan
lancar (orator), menjabat sebagai sekretaris Harits bin Surais, seorang mawali
yang menentang pemerintahan Bani Umayah dari Khurasam.16
Berikut beberapa pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan
teologi:17
a. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa
b. Surga dan neraka tidak kekal
c. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati
d. Kalam tuhan adalah makhluk
Selain Jahm bin Sofyan, Ja’d bin Dirham pun merupakan tokoh aliran
Jabariyah yang pada awalnya dipercaya mengajar di lingkungan Bani Umayah,
tetapi setelah tampak pemikirannya yang kontroversial, Bani Umayah
menolaknya. kemudian Ja’d lari dari kuffah dan bertemu dengan Jahm, lalu
mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk disebarluaskan.
Berikut beberapa pikiran Ja’d yang secara umum sama dengan Jahm:
a. Al-Qur’an adalah makhluk
b. Allah tidak memiliki sifat yang serupa dengan makhluknya
c. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

15
Abdul Aziz Asy-Syinawi, Op.cit., hal. 105
16
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 286-287.
17
Taib Thakhir Abd. Mu’in, Ilmu Kalam, Cet. Ke- 8. 1980. Jakarta : Penerbit Wijaya, hal.
102.

11
2. Jabariyah moderat
Sebagai jabariyah moderat adalah karena pendapatnya bahwa Tuhan
menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia
mempunyai bagian di dalamnya. An-Najjar adalah salah satu tokoh jabariyah yang
para pengikutnya disebut An-Najjariyah/Al-Husainiyah.18
Berikut beberapa pendapat An-Najjar dalam aliran jabariyah moderat:19
a. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil
bagian/peran dalam mewujudkan perbuatannya
b. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat,kecuali Tuhan memindahkan potensi
hati (ma’rifat) pada manusia.
Tokoh lain yang memprakarsai ajaran jabariyah moderat adalah Adh-
Dhirar. Secara umum Pendapat-pendapatnya hampir sama dengan pendapat An-
Najjar.

18
Harun Nasution, Op.cit., hal 289.
19
Taib Thakhir Abd. Mu’in, Op.cit,. hal 106.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang Islam yang tidak sepaham dengan mukmin dan mereka bukan
musyrik tetapi kafir. Membunuh orang adalah kafir, orang yang tidak
mengikuti pahamnya tidak boleh di bunuh dan orang yang berbuat dosa
dialah orang yang kafir kepada agama. Dan juga ajaran agama aliran terbesar
dalam islam yang meyakini bahwa hanya nabi yang pantas menjadi khalifah
dan meyakini bahwa rasul adalah nabi Muhammad Saw dan menunjuk ali bin
abi Thalib sebagai penerus pemimpin islam. Kemudian manusia mempunyai
kebebasan berkehendak dan melakukan perbuatan tidak ada hubungannya
dengan allah dan manusia tidak mempunyai daya dan kehendak apapun
karena hanya allah lah yang mampu berkehendak. Dan memiliki keyakinan
sendiri bahwa manusia terpaksa dengan takdir tanpa memiliki pilihan dan
usaha dengan apa yang di perbuatnya.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat diterima oleh semua pihak. Kami sebagai
penyusun mengaharapkan kepada pembaca supaya dapat mengkritik mekalah
ini untuk tujuan membangun bagi kebaikan mendatang. Karena kami yakin
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat baik untuk penyusun maupun pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alkhendra. 2000. Pemikiran Kalam. Bandung: Alfabeta.


Anwar, Rosihan. 2006. Ilmu Kalam. Bandung: Puskata Setia.
Asy-Syinawi, Abdul Aziz. 2016. Biografi Empat Imam Mazhab. Jakarta Timur:
Ummul Qura.
Ibrahim, Muslim. 1991. Pengantar Fiqh Maqaran. Jakarta: Erlangga.
Ma’luf, Luwis. 1986. Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-Alam. Bayrut: Dar Al
Masyariq.
Mu’in, Taib Thakhir Abdul. Ilmu Kalam. 1980. Jakarta: Penerbit Wijaya.
Nasution, Harun. Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press.
Rozak, Abdul, Rosihon Anwar. 2011. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Saniah, Mahfuzah, Muhammad Alfan Sidik. 2020. Pemikiran Khawarij: Studi
Historis Genealogis Pemikiran Islam. Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam,
Vol. 1, No. 1.

14

Anda mungkin juga menyukai