Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN

BERBAGAI PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu: Husni Mubarak, S.Pd.I., M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Meisy Lusiana (3022022030)


Liza Putri Darmawati (3022022051)
Siti Oktavia Rashafa (3022022022)
Nabil Nazhif M (3022022039)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehadirat-
Nya yang melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah berjudul “Berbagai Pendekatan Kepemimpinan” dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Kepemimpinan. Selain itu
pembuatan makalah ini juga bermaksud untuk mengembangkan pengetahuan para
pembaca.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna untuk
itu dengan kerendahan hati saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan maupun penyampaian informasi. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun saya nantikan supaya saya dapat menyusun makalah dengan lebih
baik lagi untuk kedepannya.

Langsa, 13 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pendekatan dalam Kepemimpinan.........................................................3
2.2 Jenis-jenis Pendekatan dalam Kepemimpinan.......................................3
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam sebuah organisasi, peran seorang pemimpin begitu sangat
urgensi. Karena pada dasarnya, manajemen atau administrasi organisasi tentunya
akan sangat dipengaruhi oleh tindak-tanduknya pemimpin. Terkait
kepemimpinan, sesungguhnya baru dapat berjalan jika seorang pemimpin
berusaha untuk mempengaruhi orang lain, baik lewat arahan, himbauan, saran,
bimbingan, dan sebagainya.
Kepemimpinan yang sangat diharapkan tentunya yang bersifat efektif. Guna
mencapainya, maka sudah selayaknya sifat kepemimpinan harus berubah jika
terjadi perubahan pada tugas kelompok, komposisi orang dalam kelompok atau
pada situasi kelompok.
Selain itu, untuk menjalankan kepemimpinan secara efektif perlu adanya
pemahaman terkait pendekatan-pendekatan apa saja yang ada di dalam sebuah
teori kepemimpinan. Pendekatan-pendekatan tersebut diantaranya, pendekatan
sifat, tingkah laku, dan kontingensi pada kepemimpinan.
Lebih jauh lagi, dalam makalah ini juga akan membahas seperti apa
pendekatan tingkah laku menurut Kouzes, karakteristik seorang karyawan, serta
bagaimana masa depan teori kepemimpinan nantinya.
Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik terkait berbagai pendekatan
kepemimpinan tersebut, harapannya kita dapat memilih dan mengaplikasikan
mana pendekatan yang menurut kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
Hingga dalam implementasinya, terwujud suatu sistem kepemimpinan yang
efektif dan efisien serta mampu membawa organisasi menuju perubahan yang
lebih baik lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan kepemimpinan?
2. Apa saja jenis-jenis pendekatan kepemimpinan?

4
5
1.3 Tujuan
1. Memahami pendekatan dalam kepemimpinan
2. Memahami jenis-jenis pendekatan kepemimpinan

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan dalam Kepemimpinan


Menurut Stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi
penting dalam kepemimpinan, diantaranya:1
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain (bawahan atau pengikut), kualitas
seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari
pemimpin.
2. Kepemimpinan ditentukan oleh bawahan yang tidak seimbang diantaranya
para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya
anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan
pimpinan.
3. Kepemimpinan disamping mempengaruhi bawahan juga mempunyai
pengaruh. Dengan kata lain seorang seorang pimpinan dapat mengatakan
kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.

2.2 Jenis-jenis Pendekatan dalam Kepemimpinan


Bila dianalisis secara mendalam, setidaknya terdapat empat pendekatan
kepemimpinan, yaitu pendekatan sifat, pendekatan kekuasaan, pendekatan
perilaku, dan pendekatan situasional.
1. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat merupakan salah satu pendekatan lama dalam
mempelajari tentang kepemimpinan. Dalam bukunya pak Wukir 2, disebutkan
bahwa pendekatan ini berkembang dari teori “Great Man” yang merupakan teori

1
Mansyur Hidayat Pasaribu, 2021, Penerapan Gaya Dan Pendekatan Kepemimpinan
Untuk Kepemimpinan Yang Efektif, Alignment: Journal of Administration and Educational
Management Volume 4, Nomor 2, hal. 246-247
2
Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta:
Multi Presindo, 2013), hal. 139

7
awal mengenai sifat-sifat pemimpin di zaman Yunani kuno dan Roma. Teori ini
menegaskan bahwa kualitas kepemimpinan diwariskan, terutama oleh orang-
orang dari kelas atas. Orang-orang pada zaman itu percaya bahwa pemimpin itu
dilahirkan, tidak diciptakan (leaders are born, not made).
Ada pula yang berpendapat bahwa seseorang menjadi pemimpin karena
sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih.
Pendekatan sifat menekankan kualitas pribadi pemimpin dan fokus terhadap
atribut yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin. Karena
bagaimanapun, keberhasilan suatu organisasi tergantung dari bagaimana sifat
pemimpinnya.
Masih dalam buku yang sama, ada kutipan dari seorang tokoh bernama
Stogdill (1948)3 :
Stogdill melakukan review terhadap literature sifat-sifat kepemimpinan
menunjukkan adanya asosiasi dengan faktor-faktor yang olehnya
diklasifikasikan ke dalam kapasitas (kecerdasan, kewaspadaan, fasilitas
verbal, originalitas, keputusan), prestasi (beasiswa, pengetahuan, prestasi
atletik), tanggung jawab (kebergantungan, inisiatif, ketekunan, sikap
agresif, kepercayaan diri, keinginan untuk unggul) dan status (posisi
sosio-ekonomi, popularitas). Namun, premis dasar dari pendekatan sifat-
sifat yaitu “seseorang harus mempunyai seperangkat sifat-sifat khusus
untuk diidentifikasikan sebagai pemimpin” tidak dapat dibuktikan.
Pada review kedua, Stogdill mengambil faktor penting lainnya untuk
dipertimbangkan yaitu situasi (level mental, status, keahlian, kebutuhan
dan ketertarikan pengikut, tujuan yang akan dicapai, dll). Dari sini, ia
menemukan hubungan yang lebih kuat lagi yang meningkatkan
kemungkinan menjadi pemimpin yang efektif.4

Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang mempengaruhi terhadap


keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu:5
a) Kecerdasan, Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
dipimpin. Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut
ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan
pengikutnya.
3
Ibid.
4
Ibid, hal.140
5
Ibid, hal. 145

8
b) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi
matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang
luas terhadap akitivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan
menghargai dan dihargai.
c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin seara realatif
mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja
berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang
ekstrinsik.
d) Sikap sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau
mengakui harga diri dan kehormatan pengikutnya dan mampu berpihak
kepadanya. Dalam istilah penelitian Universitas Ohio pemimpin itu
mempunyai perhatian dan kalau mengikuti istilah penemuan michigan
pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukanya beorientasi pada produksi.

2. Pendekatan Kekuasaan
Kekuasaan itu penting karena dengan kekuasaan, orang dapat
memerintahkan kemauannya dan mengontrol kepatuhan orang lain. Dengan
kekuasaan, perubahan dapat diciptakan sehingga pemimpin dapat mewujudkan
visi dan obsesinya.
Menurut Miriam Budiardjo (1984), ada satu inti bahwa kekuasaan
dianggap sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku
lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan
keinginan pelaku yang mempunyai kekuasaan. Sedangkan Sallie Westwood
(2002) membagi kekuasaan dalam:
a. Kekuasaan Rasialis (Kekuasaan yang mengunggulkan ras-ras tertentu)
b. Kekuasaan Kelas (Kekuasaan terjadi berdasarkan derajat sosial orang)
c. Kekuasaan Gender (Kekuasaan yang di dominasi oleh kaum lelaki)
d. Kekuasaan Spasial (Kekuasaan yang mencakup daerah-daerah tertentu)
e. Kekuasaan Visual (Kekuasaan dunia pencitraan dimana televisual power
menjadi sangat penting karena kekuasaan visual dapat mengalahkan
kekuasaan spasial, hal ini disebabkan karena televisual power tak mengenal

9
batas wilayah sejak ditemukannya internet).
Kekuasaan sesungguhnya netral. Namun, ia bisa dipakai untuk kebaikan
dan kesejahteraan atau sebaliknya disalahgunakan alias diselewengkan untuk
kepentingan si penggenggam kekuasaan. Menurut Wirawan, kekuasaan memiliki
beberapa karakteristik. Pertama, kekuasaan merupakan sesuatu yang abstrak.
Kedua, kekuasaan merupakan milik interaksi sosial, bukan milik individu. Ketiga,
pemegang kekuasaan yang egois cenderung menyalahgunakannya.
Kekuasaan bukan sejenis benda yang bisa diraba atau dicium, tetapi hanya
bisa dirasakan pengaruh dan dampaknya. Kalau tidak ditegaskan, kekuasaan
bersifat illegible, tidak kelihatan. Maka instansi tertentu membutuhkan seragam
yang mencantumkan tanda pangkat. Contohnya, polisi dan tentara. Beda pangkat
beda pula kewenangannya.
Kekuasaan cenderung identik dengan social power, maka ia harus berada
dalam suatu sistem sosial. Harus ada komunitas sosial. Oleh karena itu, kekuasaan
ada di mana-mana, di sekolah, di rumah, di kantor, di pasar, di pemerintahan, dan
sebagainya. Karena harus ada sistem sosial, itu berarti melibatkan banyak orang.
Kekuasaan itu bergulir. Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa Allah
memberikan dan mencabut kekuasaan pada mereka yang dikehendaki. Sedangkan
dalam khazanah Jawa, tak selamanya orang dapat menggenggam kekuasaan
sepenuhnya. Ada rumus cakramanggilingan dimana kekuasaan sangat dinamis
seperti roda berputar, bisa menguat pada suatu saat (posisi di atas) dan melemah
(posisi di bawah) di saat yang lain. Kekuasaan terkait dengan derajat pengaruh,
dan itu ditentuan oleh banyak faktor yang terkait dengan dukungan dan
kepatuhan. Makin tinggi trust, makin tinggi derajat pengaruh sang pemimpin.
Demikian pula sebaliknya.
Sejarah perebutan kekuasaan akrab diwarnai oleh praktik kudeta (coup
d’etat) dengan segala variannya. Ada kudeta berdarah dan ada kudeta damai.
Namun, kudeta selalu mengandung konsekuensi. Yang menjadi soal biasanya
adlaah pasca-kudeta di mana pemerintahan yang baru dihadapkan pada persoalan
yang tidak mudah. Ada yang berhasil menstabilkan dinamika politik namun
banyak juga yang gagal dan terjebak dalam lingkaran kudeta. Kata kudeta berasal

10
dari bahasa Perancis coup d’etat, yang berarti serangan atau pukulan pada negara.
Kudeta terjadi apabila ada sekelomppok kecil tentara yang kritis, menyusup,
mengambil alih, dan mengontrol pemerintahan. Kudeta merupakan tindakan
ilegal.
Menurut Wirawan dari para ahli, sumber kekuasaan berupa:
a. Posisi
b. Sifat Personal
c. Keahlian
d. Peluang untuk mengontrol informasi
Sedangkan ahli lain membaginya dalam lima hal, yakni:
a. Legitimasi, Otoritas, Peraturan, Undang-undang
b. Kontrol atas sumber keuangan dan informasi
c. Keahlian: kritikalitas
d. Hubungan sosial: kontak pertemanan, kekuasaan dalam angka
e. Karakteristik personal, seperti kharismatis, menarik.
Sumber kekuasaan berbeda dengan basis kekuasaan. Yang dimaksud
dengan basis kekuasaan adalah sumber hubungan kekuasaan antara pihak yang
mempengaruhi (agen) dan yang mempengaruhi (target). Basis kekuasaan berupa:
a. Paksaan
b. Imbalan
c. Persuasi
d. Pengetahuan

3. Pendekatan Perilaku
Dari akhir tahun 1940-an, fokus penelitian mulai berubah menjadi tingkah
laku kepemimpinan. Para peneliti tertarik untuk mengidentifikasi perilaku
pemimpin yang meningkatkan keefektifan bawahannya. Dengan adanya
perubahan fokus penelitian ini, opini awal mengenai pemimpi dengan kualitas
yang baik harus dipilih berubah menjadi opini bahwa dengan mengetahui perilaku

11
kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat dilatih agar sukses (Bryman,
1992).6
Perilaku kepemimpinan merupakan usaha mempengaruhi yang teramati
secara empiris yang bervariasi tergantung situasi, dimana gaya kepemimpinan
menunjukkan jangka panjang, pola perilaku situasional tidak berubah (Staehle,
1999).7
Terkadang, pendekatan perilaku juga disamakan artinya dengan
pendekatan gaya. Sikap dan gaya kepemimpinan itu menurut Ngalim Purwanto
akan tampak dalam kegiatannya sehari-hari, seperti cara member perintah,
membagi tugas dan wewenangnya, dan lain sebagainya.8
Adapun beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya:9
a. Kepemimpinan Otoriter
Yakni jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada
pada pemimpin atau kalau pemimpin itu menganut system sentralisasi wewenang.
Orientasinya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan
dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan.
Selain itu menurut Tannenbaum dan Schmid, kepemimpinan ini
orientasinya juga hanya diarahkan kepada tugas dan tercapainya tujuan organisasi
atau lembaga.10
b. Kepemimpinan Partisipatif
Yakni apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif,
menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para
bawahan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan
bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu
membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.
c. Kepemimpinan Delegatif

6
Ibid.
7
Ibid.
8
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 32
9
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2002), hal. 172
10
Ngalim Purwanto, loc.cit

12
Yakni apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada
bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil
keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa. Dalam hal ini, bawahan
dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan
psikologis (kemauan).
Perilaku hubungan didefinisikan sebagai perilaku pemimpin yang
melakukan komunikasi dua arah atau banyak arah. Situasi yang dimaksud
dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Beberapa faktor dalam situasi yang
mempengaruhi efektivitas pemimpin adalah: pemimpin, pengikut, rekan di posisi
kunci, organisasi, tujuan jabatan, dan waktu pengambilan keputusan.11

4. Pendekatan Situasi
Pendekatan situasional yaitu pendekatan yang menganggap bahwa kondisi
yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasitugas-tugas
yang dilakukan, keterampilan dan penghargaan bawahan, lingkungan organisasi,
pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Pandangan situasional ini telah
menimbulkan pendekatan contingency pada kepemimpinan, yang bermaksud
untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar
efektifitas gaya kepemimpinan tertentu.
Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin
dansituasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan
ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang
bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat
kepribadian dan situasional. Pendekatan situasional juga menekankan faktor
konstektual yang mempengaruhi proses kepemimpinan. Variabel situasional yang
penting seperti karakteristik bawahan, sifat pekerjaan pemimpin, jenis organisasi
dan sifat lingkungan eksternal. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa
tidakada satupun gaya kepemimpinan yang cocok dengan semua situasi.
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang
berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas –

11
Ibid, hal. 174

13
asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang
berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-
beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Pendekatan situasional bukan hanya merupakan hal yang penting bagi
kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan, tetapi
membantu pula cara pemimpin yang potensial dengan konsep-konsep yang
berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan
perilaku kepemimpinan yang tepat berdasarkan situasi. Peranan pemimpin harus
dipertimbangkan dalam hubungan dengan situasi dimana peranan itu
dilaksanakan.
Pendekatan situsional dalam kepemimpinan mengatakan bahwa
kepemimpinan dalam implementasinya, pendekatan yang dilakukan akan
berdampak positif dan bersifat tepat sasaran. Walaupun organisasi
menghendaki penyelesaian tugas- tugas yang tinggi. Disarankan agar manajer
memainkan perandirective yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan
tugas-tugas itu,tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi
antara atasan dan bawahan. Komunikasi dua arah menuntut keahlian
manajemen puncak mencernainformasi yang disampaikan para manajer dan
karyawan, terutama keluh kesah mereka (bottom-up ) dan keahlian
menyampaikan informasi dari pucuk pimpinan perusahaan ke seluruh manajer dan
karyawan (top-down) .Sementara itu,komunikasi tatap muka menuntut
manajemen puncak meluangkan waktu berkunjung ke lokasi kerja manajer dan
karyawan Kunjungan ini sangat bermanfaat bagi kelancaran komunikasi dua arah,
serta memompa semangat kerjamanajer dan karyawan. ditentukan tidak oleh sifat
kepribadian individu-individu,melainkan oleh persyaratan situasi sosial.
Kepemimpinan dipengaruhi oleh beberapa faktor situsional :
a. Faktor Leader (Pemimpin)
Faktor Leader (pemimpin), terjadi karena bukan perkara Siapa dan Apa
yang Anda ketahui serta yang dapat Anda kerjakan, melainkan bagaimana Anda
membuat mereka dapat mengikuti dengan keyakinan dan rasa percaya. Anda tidak
perlu meyakinkan Atasan atau orang lain kalau Anda layak diikuti. Menjadi

14
Pemimpin berarti Anda akan diikuti karena Cara Pandang, Perilaku, Tindakan
serta Sifat-sifat Anda, bukan karena Perintah dan Instruksi serta Kata-kata Anda.

15
b. Followers (Pengikut)
Faktor Followers (pengikut), Setiap orang mempunyai perbedaan dalam
menghadapi pekerjaannya, dan inipun memerlukan penanganan berbeda oleh
seorang Leader. Karyawan baru tentu perlu Supervisi lebih daripada orang lama,
demikian pula karyawan dengan semangat serta motivasi tinggi akan bertolak
belakang menanganinya dibanding seseorang yang tengah depresi. Kenalilah
orang-orang Anda, melalui sifat mereka seperti Motivasi, Emosi dan Kebutuhan.
c. Organisasi
Faktor Organisasi adalah faktor yang disebabkan oleh struktur organisasi
apakah baik atau buruk tergantung dari leader itu memimpin memiliki gaya
seperti apa untuk organisasinya kedepenya nanti, faktor ini memiliki beberapa
unsure bagaimana leader dapat memimpin dengan baik organisasinya.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendekatan kepemimpinan ada empat, yaitu pendekatan sifat, pndekatan
kekuasaan, pendekatan perilaku dan pendekatan situasi. Keempatnya memiliki
karakterisitik sendiri-sendiri, pendekatan sifat lebih mengarahkan bahwa
pemimpin ada karena dilahirkan, bukan dibentuk/dibuat. Pendekatan kekuasaan
yaitu pemimpin yang mengutamakan kekuasaan karena dengan adanya kekuasaan
maka disitulah terjadi perubahan. Pendekatan perilaku dengan meilhat perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Dan pendekatan situasi menganggap bahwa kondisi yang
menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi tugas-tugas yang
dilakukan, keterampilan dan penghargaan bawahan, lingkungan organisasi,
pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT


Bumi Aksara.
Pasaribu, Mansyur Hidayat. 2021. Penerapan Gaya Dan Pendekatan
Kepemimpinan Untuk Kepemimpinan Yang Efektif. Alignment: Journal of
Administration and Educational Management Volume 4, Nomor 2.
Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wukir. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah.
Yogyakarta: Multi Presindo.

18

Anda mungkin juga menyukai