Disusun
Oleh:
M. Saiful Azmi
Yuna Deswika
Hayatul Fina
Meliza
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehadirat-
Nya yang melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah berjudul “Ilmu Politik dan Hukum” dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial. Selain itu pembuatan makalah
ini juga bermaksud untuk mengembangkan pengetahuan para pembaca.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna untuk
itu dengan kerendahan hati saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan maupun penyampaian informasi. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun saya nantikan supaya saya dapat menyusun makalah dengan lebih
baik lagi untuk kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Politik Hukum ......................................................................3
B. Pengertian Politik Hukum Nasional .......................................................4
C. Tujuan Politik Hukum Nasional .............................................................4
D. Hubungan Hukum dan Politik.................................................................5
E. Pengaruh Politik Dalam Pembentukan Hukum Nasional........................6
F. Hukum dan Kekuasaan............................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk
merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan
sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan
investasi masa depan bangsa. Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan yang layak dan tanpa diskriminasi. Hak pendidikan ini juga berlaku
kepada orang berkebutuhan khusus atau penyandang cacat atau yang biasa disebut
difabel.
Difabel adalah istilah untuk orang yang berkebutuhan khusus.
Masyarakat sering memandang rendah terhadap difabel. Sikap negatif masyarakat
membawa dampak kesulitan fisik dan psikologis bagi kaum difabel. Secara
psikologis, kaum difabel harus menanggung beban rasa rendah diri. Secara fisik,
mereka menerima perlakuan yang kurang wajar, misalnya hambatan dalam
belajar, penyesuaian dalam kehidupan mayarakat, mencari pekerjaan,
aksesibilitas, dan sebagainya. Sebenarnya Hak- hak kaum difabel ini di atur dalam
undang undang Republik Indonesia. Seperti di undang-undang no 4 tahun 1997
tentang Penyandang Cacat secara tegas berbunyi "barang siapa yang tidak
menyediakan aksesibilitas atau tidak memberikan kesempatan dan perlakuan yang
sama bagi difabel sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan dikenakan sanksi administrasi".
Selama ini, pendidikan nasional kita masih belum banyak memberikan
perhatian serius kepada kaum difabel. Kaum difabel adalah mereka yang
mempunyai kemampuan berbeda, tidak seperti biasa. Sekali lagi, mereka
bukanlah orang cacat, melainkan berkemampuan berbeda. Sayang sekali,
kemampuan mereka yang berbeda ini kerap dianggap keganjilan, sehingga negara
juga memberikan pelayanan pendidikan yang masih ganjil.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 5 Ayat 1 dan 2
menyebutkan bahwa:
1
“Ayat satu menyebutkan bahwa, setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Ayat dua
menyebutkan bahwa, warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah diatas maka perumusan masalah yang
akan diteliti adalah bagaimana peran dalam memenuhi hak pendidikan kaum
difabel?
2
C. Tujuan
1. Mengetahui peran Pemerintah dalam pemenuhan hak kaum difabel.
2. Mengetahui sejauh mana pemenuhan hak pendidikan bagi kaum difabel
oleh Pemerintah.
D. Metode
Metode pengajaran yang umum digunakan dalam pengajaran anak
berkebutuhan khusus yaitu komunikasi, analisis tugas, intruksi langsung, prompts
dan pembelajaran kooperatif. Sangat penting bagi guru dalam memilih strategi
ataupun metode pengajaran yang efektif untuk anak berkebutuhan khusus.
Tujuannya adalah agar anak bisa mendapatkan pembelajaran yang baik dan
bermanfaat.
Dalam kegiatan belajar tidak akan lepas dari komunikasi, apabila tercipta
komunikasi yang baik antara siswa dengan guru maka akan tercipta suasana
belajar yang baik, dan sebaliknya apabila antara siswa dengan guru tercipta
komunikasi yang kurang baik, maka akan tercipta suasana belajar yang kurang
baik, karena itu metode pengajaran yang utama untuk anak berkebutuhan khusus
adalah komunikasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
hak dan asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Memperoleh pendidikan seperti yang disebutkan di atas merupakan hak setiap
warga negara seperti tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan”. Pernyataan ini diperkuat dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem pendidikan Nasional bab IV pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga negara
memmpunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.Hak
untuk memperoleh pendidikan juga tidak dibatasi oleh hambatan yang dimiliki
oleh seseorang, sesuai UU-RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4 dinyatakan
bahwa “ Warga negara yang memiliki hambatan fisik, mental dan intelektual atau
memiliki kecerdasan atau bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus’’.Hal tersebut juga telah ditegaskan dalam Deklarasi Salamanca yang
menyatakan bahwa selama memungkinkan seluruh anak seharusnya belajar
bersama-sama tanpa memandang kesulitan atau perbedaan yang mungkin ada
pada mereka.
Selain itu juga didukung oleh The World Conference on Special Needs
Education : Access and Equality , Juni 1994 di Salamanca, Spanyol yang
menyatakan bahwa semua bangsa harus memasukan pendidikan bagi anak-anak
yang berkebutuhan khusus ke dalam kebijakan pendidikannya, menjadi dasar
pelaksanaan pendidikan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Anak
berkebutuhan khusus yang disebutkan diatas adalah mereka yang sesuai dengan
UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5
ayat (2), (3), dan (4) yaitu:
a. Anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, atau sosial
sehingga berhak memperoleh pendidikan khusus
b. Anak di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat terpencil
sehingga berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
c. Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sehingga berhak
memperoleh pendidikan khusus.
5
Dapat disimpulkan berdasarkan Undang-Undang diatas, bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah :
1. Anak yang memiliki kelaianan fisik, antara lain tunanetra, tunarungu, dan
tuna daksa
2. Anak dengan kelaian emosional atau mental, anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif, autisme
3. Anak dengan kelainan intelektual, yaitu tunagrahita.
4. Anak dengan kelainan sosial, yaitu tunalaras.
5. Anak dengan potensi cerdas istimewa dan bakat istimewa
6. Anak di daerah terpencil seperti anak rimba, suku badui dan lain lain
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan yang
signifikan baik aspek psikis, sosial, emosional, dan indrawi yang menghambat
proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, sehingga membutuhkan
layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaaan mereka.
Pendidikan Difabel muncul sebagai suatu layanan pendidika program pemerintah
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dimana penyelenggaraannya
dengan cara memadukan anak-anak yang berkelainan atau berkebutuhan khusus
bersama anak normal lainnya, menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga
yang bersangkutan.
Tujuan pendidikan difabel yaitu agar semua anak mendapatkan hak
pendidikan dan kedudukan yang sama tak terkecuali bagi mereka yang
berkebutuhan khusus. Sekolah reguler yang berorientasi difabel ini merupakan
alat untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah,
mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan memberikan pendidikan yang
efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi karena akan
menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.
7
B. Saran
Agar menyediakan sekolah-sekolah umum yang mau dan mampu
menampung anak penyandang difabel (sekolah inklusif) dan lebih memberikan
fasilitas kepada sekolah inklusif guna menunjang pendidikan bagi siswa difabel,
karena saat ini sekolah inklusif yang telah berjalan dengan baik ternyata belum
memiliki fasilitas yang menyeluruh dengan adanya keterbatasan dana. Pemerintah
juga harus memperhatikan hak-hak anak difabel, apa yang dibutuhkan dan yang
dirasa kurang untuk fasilitas-fasilitas umum untuk para difabel juga harus
ditambah
8
DAFTAR PUSTAKA