Oleh:
1503618070
Dosen:
Abstrak
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam
menentukan kemajuan dan kondisi suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa ada
di tangan pendidikan. Sehingga baik buruknya sisitem pendidikan akan berdampak
pada kualitas bangsa itu sendiri. Ketika proses pendidikan berjalan terarah dengan
baik, maka peradaban bangsa pun akan menjadi lebih maju. Tetapi sebaliknya, jika
proses pendidikan tidak berjalan pada garis tujuan yang telah ditetapkan, maka
pendidikan akan menjadi tidak terarah dan hanya akan menghasilkan sesuatu yang sia-
sia. Sistem pendidikan di Indonesia telah mengatur dan mendefinisikan bahwa tujuan
pendidikan adalah untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun, sampai saat ini tujuan tersebut belum tercapai. Hal ini disebabkan karena
sistem penyelenggaran pendidikan tidak sesuai dan sejalan dengan definisi peserta
didik yang dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2003. Gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan merupakan akibat dari sistem pendidikan yang tidak memberikan ruang bagi
anak untuk mengembangkan potensi, bakat dan minatnya. Oleh karena itu, perlu kita
pahami dan renungkan bersama, apa yang sebenarnya menjadi tugas dan tanggung
jawab peserta didik serta hak dan kewajibannya guna mencapai tujuan pendidikan
nasional yang telah ditetapkan.
PENDAHULUAN kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 bertanggung jawab.
Pasal 1 ayat 1 yakni, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk Serta pendidikan harus membuat
mewujudkan suasana belajar dan individu menjadi agresif dan rasional.
proses pembelajaran agar peserta didik Hal ini juga sesuai dengan anjuran
secara aktif mengembangkan potensi Positivisme sebagai suatu aliran filsafat
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual berakar pada tradisi ilmu sosial yang
keagamaan, pengendalian diri, dikembangkan dengan mengambil cara
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, ilmu alam menguasai benda, yakni
serta keterampilan yang diperlukan dengan kepercayaan adanya
dirinya, masyarakat, bangsa dan universalisme and generalisasi, melalui
Negara. metode determinasi, ‘fixed law’ atau
kumpulan hukum teori (Schoyer, 1973).
Serta dengan definisi pendidikan Positivisme berasumsi bahwa
yang tercantum dalam UU SISDIKNAS, penjelasan tungal dianggap
secara tidak langsung mengartikan ‘appropriate’ untuk semua fenomena.
bahwa pendidikan tidak ada kaitannya
dengan persoalan politik dan ekonomi Pendidikan dalam kontek itu
masyarakat. Dengan keyakinan seperti tidaklah mentransformasi struktur dan
itu tugas pendidikan juga tidak ada sistem dominasi, tetapi sekedar
sangkut pautnya dengan persoalan menciptakan agar sistem yang ada
politik dan ekonomi. Hal ini sesuai berjalan baik. Dengan kata lain
dengan paradigma liberal memisahkan pendidikan justru menjadi bagian dari
masalah masyarakat yakni persoalan masalah dan gagal menjadi solusi.
ekonomi dan politik dengan proses Kuatnya pengaruh filasafat positivisme
pendidikan yang ada. dalam pendidikan dalam kenyataannya
mempengaruhi pandangan pendidikan
Begitu pula yang tercantum terhadap masyarakat.
dalam Pasal 3 yang berbunyi,
Pendidikan nasional berfungsi Metode yang dikembangkan
mengembangkan kemampuan dan pendidikan mewarisi positivisme seperti
membentuk watak serta peradaban obyektivitas, empiris, tidak memihak,
bangsa yang bermartabat dalam rangka detachment (berjarak), rasional dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, bebas nilai. Murid dididik untuk tunduk
bertujuan untuk berkembangnya pada struktur yang ada dengan mencari
potensi peserta didik agar menjadi cara-cara dimana peran, norma, dan
manusia yang beriman dan bertakwa nilai nilai serta lembaga yang dapat
kepada Tuhan Yang Maha Esa, integrasikan dalam rangka
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, melanggengkan sistem tersebut.
IMPLEMENTASI UU NO.20 TAHUN akan semakin mengubur bakat serta
2003 SISDIKNAS minat anak yang sesungguhnya ia bisa
lebih unggul dari anak yang lain.
Kenyataan di lapangan
membuktikan bahwa pelaksanaan Selain itu, para pendidik juga
undang-undang tersebut sangat cenderung menyamaratakan
berbeda dengan ketentuan yang telah kemampuan siswanya. Padahal setiap
ditetapkan oleh pemerintah, khususnya anak mempunyai kemampuan yang
tentang hak peserta didik. Dimana berbeda, misalnya kecepatan
dalam pasal 12 telah disebutkan bahwa memahami pelajaran, kemampuan
setiap peserta didik berhak mendengarkan, melihat, menulis atau
mendapatkan pelayanan pendidikan membaca, masing-masing mempunyai
sesuai dengan bakat, minat dan tingkat kemampuan dan daya serap
kemampuannya. Tetapi ternyata yang berbeda dan tidak bisa
implementasi di lembaga pendidikan disamaratakan. Tetapi, kenyataannya
tidak memenuhi hak peserta didik dalam para guru sering memaksa kemampuan
hal tersebut. siswa agar selalu sama. Dan sekali lagi
guru menganggap siswa yang
Disadari atau tidak, sistem mempunyai daya serap rendah adalah
pendidikan di Indonesia masih lebih siswa yang bodoh.
mengedepankan sisi kognitif peserta
didik. Hal ini menyebabkan banyak Fakta lain, menunjukkan bahwa
pendidik maupun masyarakat kita pendidikan yang seharusnya dapat
memandang bahwa anak yang tidak dinikmati oleh setiap anak ternyata tidak
pandai dalam mata pelajaran di sekolah sesuai fakta. Banyak anak, terutama
adalah anak yang bodoh. Padahal dari masyarakat yang kurang mampu
belum tentu bodoh, karena bisa saja si (miskin) tidak dapat bersekolah karena
anak mempunyai potensi dan bakat ketiadaan biaya. Jangankan untuk biaya
yang lebih unggul dalam bidang lain, sekolah, untuk biaya makan dan
misalnya olahraga, seni ataupun bidang kebutuhan sehari-hari pun mereka
lainnya. Pandangan tersebut harus bersusah payah mencari nafkah.
menyebabkan adanya perbedaan Bahkan terkadang sampai ada satu
perlakuan yang diberikan pada anak. keluarga yang tidak makan sampai
beberapa hari karena tidak mempunyai
Dan dengan adanya perbedaan apa-apa. Padahal, sudah tertulis jelas
perlakuan tersebut justru akan semakin dalam undang-undang No 20 tahun
menyebabkan anak menjadi lemah 2003 pasal 12 ayat 1 bahwa setiap anak
serta merasa bahwa potensi yang berhak mendapatkan biaya pendidikan
dimilikinya tidak dihargai. Sehingga bagi mereka yang orang tuanya tidak
pada akhirnya, anak terpaksa mengikuti mampu untuk membiayainya.
suatu bidang pelajaran atau pendidikan
yang sebenarnya tidak ia sukai dan
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL UU tugas hidup dengan baik tanpa
NO. 20 TAHUN 2003 bantuan dari orang lain”.