Anda di halaman 1dari 11

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK DAN PEMBENTUKAN KARAKTER

MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK


DI SEKOLAH DASAR

Stephanus Lukito Cahyo Purnomo1)


Dr. Anselmus J. E. Toenlioe, M. Pd2)
Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang


email: capenxchayo@gmail.com

ABSTRAK: Anak-anak dilindungi oleh Undang-undang Perlindungan


Anak, guna mencegah eksploitasi terhadap anak. Tidak hanya di
Indonesia, komitmen perlindungan terhadap anak diguncangkan ke
seluruh penjuru dunia melalui salah satu badan PBB yaitu UNICEF.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan karakter, maka anak harus
memahami apa kewajibannya sebelum menuntut hak-haknya. Orangtua
berperan penting dalam pemenuhan kewajiban anak di sekolah, dan
guru harus memenuhi hak siswa ketika sudah melaksanakan
kewajibannya. Oleh karena itu, orangtua harus mengerti kewajiban
anak di sekolah, dan guru akan memberikan hak kepada siswa ketika
kewajiban sudah terlaksan.

Kata kunci: undang-undang perlindungan anak, pendidikan karakter,


sekolah dasar.

PENDAHULUAN pada anak-anak di Indonesi


diintegrasikan melalu sistem satuan
Pembentukan karakter pendidikan yang ada, mulai dari tingkat
merupakan salah satu tujuan Sekolah Dasar hingga Perguruang
pendidikan nasional. Pasal I UU Tinggi.
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan Sekolah Dasar (SD) merupakan
bahwa diantara tujuan pendidikan bentuk pendidikan dasar yang
nasional adalah mengembangkan melandasi jenjang pendidikan
potensi peserta didik untuk memiliki menengah (UU Sisidiknas, 2003: 6). Di
kecerdasan, kepribadian dan akhlak Indoensia, jenjang pendidikan sekolah
mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun dasar harus ditempuh selama 6 tahun.
2003 itu bermaksud agar pendidikan Dilihat dari jangka waktu belajar,
tidak hanya membentuk insan terlihat peran pendidikan sekolah dasar
Indonesia yang cerdas, namun juga sangat sentral untuk membekali dan
berkepribadian atau berkarakter, menyiapkan anak-anak untuk
sehingga nantinya akan lahir generasi menempuh jenjang pendidikan
bangsa yang tumbuh berkembang berikutnya yaitu Sekolah Menengah.
dengan karakter yang bernafas nilai- Gaya hidup Anak SD dipengaruhi oleh
nilai luhur bangsa serta agama. salah kemampuan, prestasi, penyesuaian,
satu permasalahan yang dihadapi jenis kelamin anak, penempatan kelas,
bangsa Indonesia adalah luntumya kelas sosial, dan konstelasi keluarga (
moral dan identitas kebangsaanpada Hayden, 1969:3). Dapat dikatakan
generasi muda (Susanto, 2012: 81). bahwa karatkter anak sekolah dasar
Oleh karena itu, pembetukan karakter

1
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 2

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat rawan secara ekonomi


tersebut. dan sosial atau kurang beruntung.
Dewasa ini, guru berperan Komitmen antara bangsa secara
untuk memfasilitasi peserta didik untuk internasional lainnya adalah
mengembangkan dirinya dari segi kesepakatan antar negara yang
Kognitif, Psikomotor, dan Afektif. tergabung dalam Perserikatan Bangsa-
Harapannya, siswa sekolah dasar Bangsa yang menyepakati ”Dunia yang
mampu mengklarifikasi nilai-nilai sikap layak bagi anak 2002” atau dikenal
yang ada dan mampu menerapkannya dengan ”world fit for children 2002”.
(Thompson, 2002: 10). Karena guru Beberapa kesepakatan yang diperoleh
hanya sebagai fasilitator, maka sekolah adalah (1) mencanangkan kehidupan
dan guru harus mampu menyediakan yang sehat, (2) memberikan pendidikan
lingkungan sekolah yang baik supaya yang berkualitas, (3) memberikan
terbentuk karakter peserta didik yang perlindungan terhadap penganiayaan,
terutama pada sekolah dasar. eksploitasi dan kekerasan.
Permasalahan lain muncul Sejalan dengan perlindungan
ketika sekolah dan guru sudah anak dan pendidikan karakter, UU PA
memberikan lingkungan yang baik menjadi ssesuatu yang dilematis bagi
untuk mendukukung pembentukan tenaga pendidik yang ingin
karakter yaitu berupa pengetahuan mendisiplinkan siswa. Seperti halnya
siswa yang didapatkan di luar artikel yang pernah ditulis oleh Apandi
lingkungan sekolah. Secara umum, dalam Kompasiana.com yang berjudul
pengetahuan yang diperoleh siswa di “Guru dalam Sanderaan Undang-
luar lingkungan sekolah dapat berupa undang Perlindungan Anak” yang
pengetahuan sikap yang baik dan kurang sedikit dapat disimpulkan
buruk. Untuk usia siswa sekolah dasar bahwa Guru sedikit takut untuk
yaitu usia 7 – 12 tahun, dimana usia bertindak/menindak siswa yang
tersebut masih rentan untuk melakukan melanggar hukum secara fisik karena
perilaku meniru dari apa yang dilihat adanya salah satu pasal yang terdapat
dan didengar. dalam UU PA. Oleh karena itu
Anak-anak dilindungi oleh diperlukan pemahaman yang sama
Undang-undang Perlindungan Anak, antara orangtua yang membimbing
guna mencegah eksploitasi terhadap pendidikan karakter anak di rumah dan
anak. Tidak hanya di Indonesia, lingkungan sekitarnya dengan guru
komitmen perlindungan terhadap anak sebagai orang yang bertanggungjawab
diguncangkan ke seluruh penjuru dunia terhadap pendidikan karakter di
melalui salah satu badan PBB yaitu lingkungan sekolah.
UNICEF. Sebagai komitmen dan Sejalan dengan pembelajaran
keseriusan antar bangsa terhadap tematik yang mengintegrasikan
anak usia dini, telah dicapai berbagai pendidikan karakter, rentan sekali
momentum dan kesepakatan penting dengan kekerasan fisik yang dilakukan
yang telah digalang secara oleh guru kelas kepada siswa. Karena
internasional. Salah satunya adalah spontanitas guru kelas dalam
Deklarasi Dakkar yang di antaranya membenarkan perilaku salah yang
menyepakati perlunya upaya dilakukan oleh siswa selama
memperluas dan memperbaiki pembelajaran yang berlangsung.
keseluruhan perawatan dan pendidikan Beberapa kasus sempat menimpa
anak usia dini, terutama anak-anak Guru yang sebenarnya ingin
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 3

membenarkan perilaku salah seorang memiliki esensi untuk membangun


siswa dengan hukuman fisik yang sumber daya manusia suatu bangsa.
menurut pandangan orangtua siswa hal Pelaksanaan pendidikan
tersebut terlalu berlebihan. karakter dapat dijalankan melalui
Kebalikannya, ada beberapa siswa kegiatan belajar mengajar di suatu
yang nekat membalas perbuatan guru lembaga pendidikan (Prasetya, 2014:
yang menurutnya tidak menyenangkan. 3). Agus Wibowo (2012: 36)
Besar harapan pemerintah untuk menyatakan pendidikan karakter
membenahi dan mempertahan karakter adalah pendidikan yang menanamkan
baik bangsa yang dicanangkan dan dan mengembangkan karakter-karakter
dilakukan melalui dunia pendidikan. luhur kepada anak didik, sehingga
Permasalahan yang muncul akibat mereka memiliki karakter luhur itu,
adanya UU PA dan pendidikan karakter menerapkan dan mempraktikkan dalam
harus segera terselesaikan supaya kehidupannya, entah dalam keluarga,
Guru tidak terbelenggu oleh UU PA sebagai anggota masyarakat, dan
dalam pelaksanaan pendidikan warga negara. Zubaedi (2011: 17-18)
karakter. berpendapat bahwa pendidikan
karakter dimaknai sebagai pendidikan
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHSAN yang mengembangkan nilai-nilai
Pendidikan Karakter karakter pada peserta didik sehingga
Krisis moral dalam masyarakat mereka memiliki nilai dan karakter
antara lain ditandai oleh: hilangnya sebagai karakter dirinya, sebagai
kejujuran, hilangnya rasa tanggung anggota masyarakat dan warga negara
jawab, tidak mampu berpikir jauh ke yang religius, produktif, dan kreatif.
depan, rendahnya disiplin, krisis Daryanto dan Darmiyatun (2013: 64)
kerjasama, krisis keadilan, dan krisis mengartikan pendidikan karakter
kepedulian (Soedjatmiko, 2015: 57). sebagai berbagai usaha yang
Martabat dan adab suatu bangsa akan dilakukan oleh para personil sekolah,
ditentukan oleh martabat dan adab bahkan yang dilakukan bersama-sama
warga negaranya (Pamungkas, 2013: dengan orang tua dan anggota
2). Nation and chararter building yang masyarakat. Kesuma, dkk. (2011: 5)
ditegaskan Bung Karno, Presiden RI menegaskan bahwa pendidikan
Pertama dalam membangun bangsa ini karakter ialah pembelajaran yang
adalah hal yang sangat filosofis dan mengarah pada penguatan dan
menyangkut pengembangan esensi pengembangan perilaku anak secara
pembangunan sumber daya rnanusia utuh yang didasarkan pada suatu nilai
(Susanto, 2012: 81). Pendidikan tertentu yang dirujuk oleh sekolah.
karakter merupakan upaya-upaya yang Pendidikan karekter adalah upaya yang
dirancang dan dilaksanakan secara dilakukan dengan sengaja untuk
sistematis untuk membantu peserta mengembangkan karakter yang baik
didik memahami nilainilai perilaku (good character) berlandaskan
manusia yang berhubungan dengan kebajikan-kebajikan inti (core virtues)
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, yang secara objektif baik bagi individu
sesama manusia, lingkungan, dan maupun masyarakat (Saptono, 2011:
kebangsaan (Prasetya, 2014: 3). Jadi, 23). Jadi, pendidikan karakter adalah
pendidikannkarakter merupakan usaha upaya yang dilakukan melalui lembaga
untuk memerbaiki dan membenahi krisi pendidikan secara sengaja untuk
moral yang sedang terjadi yang menanamkan dan mengembangkan
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 4

nilai-nilai karakter luhur yang dilakukan atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan


oleh para personil sekolah bersama- yang dimaksud adalah bagaimana
sama dengan keluarga dan masyarakat pendidikan karakter direncanakan,
supaya bisa dipraktikkan dan dilakukan dilaksanakan, dan dikendalikan dalam
oleh siswa dikehidupan bermasyarakat. kegiatan-kegiatan pendidikan di
Penyelenggaraan pendidikan sekolah secara memadai. Pengelolaan
karakter menjadi satu hal yang multlak tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai
dilakukan di jenjang pendidikan yang perlu ditanamkan, muatan
manapun, khususnya di jenjang kurikulum, pembelajaran, penilaian,
pendidikan dasar (Zulnurani, 2012: 2). pendidik dan tenaga kependidikan, dan
Pendidikan di sekolah dasar komponen terkait lainya (Alfajar: 2014:
merupakan jenjang pendidikan formal 30). Dengan demikian, menajemen
pertama yang akan menentukan arah sekolah merupakan salah satu media
pengembangan potensi peserta didik yang efektif dalam pendidikan karakter
(Wuryandani, 2012: 287). Sangatlah di sekolah.
penting pelaksanaan pendidikan
karakter mulai dilakukan di jenjang Pendidikan Karakter yang
sekolah dasar, karena sekolah dasar Terintegrasi di dalam
merupakan dasar pondasi anak usia Pembelajaran Tematik
dini untuk melanjutkan ke jenjang Proses pembelajaran tematik integratif
berikutnya. Apabila tercipta karakter berfokus pada tema tertentu.
yang buruk dan membudaya sejak Pengintegrasian mata pelajaran dalam
sekolah dasar, maka akan sedikit lebih pelaksanaan kegiatan tidak
susah untuk merubah karakter buruk menunjukkan sekat antar mata
tersebut di jenjang sekolah berikutnya. pelajaran. Setipa mata pelajaran yang
Nilai-nilai pendidikan karakter didintegrasikan melebur menjadi satu
yaitu yang bersumber dari agama, dalam sebuah tema. Pembelajaran
Pancasila, budaya, dan tujuan tematik integratif memberikan wadah
pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, kepada peserta didik agar mereka
(2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) memperoleh pembelajaran yang
Kerja keras, (6)Kreatif, (7) Mandiri, bermakna yang sesuai dengan
(8)Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, diversity peserta didik, sehingga tidak
(10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta ada isitilah ‘bonsai’ pengetahuan.
Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, Peserta didik belajar sesuai dengan
(13) Bersahabat/Komunikatif, (14) minat dan karakteristik belajar mereka.
Cinta Damai, (15) Gemar Pembelajaran tematik-integratif
Membaca,(16) Peduli Lingkungan, (17) merupakan pendekatan pembelajaran
Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab yang mengintegrasikan berbagai
(Zulnurani, 2012: 1). Untuk mendukung kompetensi dari ber-bagai mata
keberhasilan pendidikan karakter, perlu pelajaran ke dalam berbagai tema.
dilakukan sosialisasi tentang moral Pengintegrasian tersebut meliputi
dasar yang perlu dimiliki anak dan integrasi sikap, keterampilan dan
remaja untuk mencegah remaja pengetahuan dalam proses
melakukan kejahatan yang dapat pembelajaran dan integrasi berbagai
merugikan diri remaja itu sendiri konsep dasar yang berkaitan.
maupun orang lain (Wuryandani, 2012: (Muryaningsih & Mustadi, 2015).
288). Pendidikan karakter di sekolah Sejalan dengan pernyataan tersebut
juga sangat terkait dengan manajemen Qodriyah & Wangid, (2015)
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 5

menjelaskan bahwa pembelajaran terlaksana dengan baik lewat


tematik-integratif merupakan perencanaan yang matang
pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi Karakteristik Anak Sekolah
Dasar
dari berbagai mata pelajaran ke dalam
Tingkatan kelas di sekolah
berbagai tema. Pembelajaran tematik dasar dapat dibagi dua menjadi kelas
merupakan model pembelajaran rendah dan kelas atas. Kelas rendah
terpadu yang menggunakan tema terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga,
untuk mengaitkan beberapa mata sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah
pelajaran sehingga dapat memberikan dasar yang terdiri dari kelas empat,
pengalaman bermak-na kepada siswa. lima, dan enam (Supandi, 1992:44). Di
Indonesia, kisaran usia sekolah dasar
Melalui pembelajaran tematik, siswa
berada di antara 6 atau 7 tahun sampai
diajak memahami konsep-konsep yang 12 tahun. Usia siswa pada kelompok
dipelajari melalui pengalaman langsung kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun
dan menghubungkannya dengan sampai 12 tahun. Menurut Witherington
konsep lain yang sudah dipahaminya. (1952) yang dikemukakan Makmun
Pelaksanaan pembelajaran tematik di (1995:50) bahwa usia 9-12 tahun
memiliki ciri perkembangan sikap
sekolah dasar memiliki landasan yang
individualis sebagai tahap lanjut dari
kuat, baik dari aspek psikologis yang usia 6-9 tahun dengan cirri
terkait dengan perkembangan belajar perkembangan sosial yang pesat. Pada
siswa, maupun dari aspek yuridis tahapan ini anak/siswa berupaya
(Qodriyah & Wangid, 2015). semakin ingin mengenal siapa dirinya
Penempatan tema dalam penyusunan dengan membandingkan dirinya
pembelajaran tematik-integratif yakni dengan teman sebayanya. Jika proses
itu tanpa bimbingan, anak akan
tema didesain dengan
cenderung sukar beradaptasi dengan
pengintegrasikan materi pembelajaran lingkungannya. Untuk itulah sekolah
dari beberapa mata pelajaran, memiliki tanggung jawab untuk
sehingga pengalaman belajar yang menanggulanginya. Sekolah sebagai
diperoleh peserta didik lebih kongkrit. tempat terjadinya proses menumbuh-
Hal ini menjadikan pembelajaran lebih kembangkan seluruh aspek siswa
bermakna bagi peserta didik. Tema memiliki tugas dalam memabntu
perkembangan anak sekolah. Adapun
yang dimaksudkan dalam tugas-tugas perkembangan anak
pembelajaran tematik adalah pokok sekolah (Makmun, 1995:68),
pikiran yang menjadi pokok diantaranya adalah: (a)
pembicaraan (Wardani, 2012). Dalam mengembangkan konsep-konsep yang
pelaksanaan pembelajaran tematik perlu bagi kehidupan sehari-hari, (b)
interatif, disusunlah sebuah perangkat mengembangkan kata hati, moralitas,
dan suatu skala, nilai-nilai, (c)
pembelajaran yang berupa Silabus,
mencapai kebebasan pribadi, (d)
Subject Spesific Pedagogy (SSP), dan mengembangkan sikap-sikap terhadap
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelompok-kelompok dan institusi-
(RPP) dalam SSP. Penyusunan ini institusi sosial. Tugas-tugas
didasarkan pada Kompetensi Inti (KI) perkembangan yang tercapai pada
dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah masa kanak-kanak akhir dengan
ditetapkan dalam sistem pendidikan kisaran usia 6-13 tahun
(Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119)
nasional. Perangkat pembelajaran ini
akan memiliki keterampilan.
disusun agar pembelajaran dapat Keterampilan yang dicapai diantaranya
dilaksanakan secara terstruktur dan social-help skills dan play skill. Social-
help skills untuk membantu orang lain
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 6

di rumah, di sekolah, dan di tempat untuk melakukan tindakan yang


bermain seperti membersihkan merugikan dengan melakukan perilaku
halaman, merapihkan meja dan kursi. kenakalan. Beberapa sebab anak
Ini akan menambah perasaan harga melakukan kenakalan
diri dan sebagai anak yang berguna (Soesilowindradini, ttn:129) diantaranya
hingga menjadikan anak suka bekerja adalah: a)Tidak menghiraukan apa
sama (bersifat kooperatif). Play skill yang diharapkan dari mereka; b) Salah
terkait dengan kemampuan motorik pengertian dari aturan yang ada; c)
seperti melempar, menangkap, berlari, Mencoba orang-orang yang lebih
keseimbangan. Anak yang terampil berkuasa daripadanya (orang tua,
dapat membuat penyesuaian- guru); d) Adanya keinginan
penyesuaian yang lebih baik di sekolah menunjukkan kebebasan; e) Ingin
dan di masyarakat. mendapat pujian dari teman-temannya.
Akhir masa kanak-kanak Beberapa macam perbuatan
disebut gang age (Soesilowindardini, kenakalan anak: 1. di rumah:
ttn:24; Kusmaedi, Husdart, bertengkar, berlaku kasar terhadap
Hidayat,2004:65). Pada masa ini saudara-saudaranya, merusak milik
perkembangan sosial terjadi dengan orang lain, berdusta, mencomel; 2. di
cepat. Anak berubah dari self centered, sekolah: mencuri, menggangu,
yang egoistis, yang senang bertengkar membolos, membuat keributan,
menjadi anak yang kooperatif dan berdusta, berkata kasar dan kotor,
pandai menyesuaikan diri dengan merusak benda-benda milik sekolah,
kelompok. Mereka membuat kelompok bertengkar.
atau geng dengan alasan dua atau tiga Dari tahun ke tahun anak
teman tidaklah cukup baginya. Anak memiliki kecenderungan untuk lebih
ingin bersama dengan kelompoknya, banyak melanggar peraturan-peraturan
karena hanya dengan demikian (Soesilowindradini, ttn:131) disebabkan
terdapat cukup teman untuk bermain oleh: (a.) makin kurang senangnya
dengan jenis-jenis permainan yang dia kepada solah dan guru-gurunya (b.)
gemari (Soesilowindradini, ttn:124; merasa kurang disenangi dalam
Kusmaedi, Husdarta, Hidayat, 2004:63- kelompok sebaya daripada
64) atau melakukan aktivitas lainnya diharapkannya. Melihat gejala itu,
untuk mendapatkan kegembiraan. penjas melalui program
Dalam kelompoknya, secara bersama- pembelajarannya diharapkan dapat
sama anak-anak membuat sesuatu menjadi media untuk memecahkan
seperti mainan dari kayu, menonton persoalan tersebut. Melalui aktivitas
bersama-sama, melihat alam sekitar. bermain yang bervariatif dan bimbingan
Biasanya mereka memiliki tempat guru, anak merasa betah di sekolah.
berkumpul tertentu yang jauh dari Dengan peran guru sebagai mediator
jangkauan dan pengawasan orang tua. dan fasilitator, anak bergaul dan
Ketika terjadi pertentangan dengan mendapat pengakuan dari anggota
orang tua, anak lebih cenderung kelompoknya.
menentang orang tuanya dan Anak besar adalah anak yang
mengikuti kelompoknya. berusia antara 6 sampai dengan 10
Dalam hubungan dengan atau 12 tahun (Sugiyanto dan
kelompoknya anak belajar hidup dalam Sudjarwo, 1992:101). Beberapa sifat
masyarakat, misalnya dalam hal sosial yang dimiliki anak besar sebagai
bekerja sama dengan anak lain, hasil perkembangan dari usia 10
menerima tanggung jawab, membela sampai 12 tahun: (1.) Baik laki-laki
anak lain jikalau diperlakukan tidak adil, maupun perempuan menyenangi
dan secara sportif menerima permainan yang terorganisir dan
kekalahan. Tidak semua proses itu permainan yang aktif. (2.) Minat
berjalan lancar. Sebab ada kalanya terhadap olahraga kompetitif
anak mengalami kesulitan meningkat. (3.) Membenci kegagalan
melakukannya, bahkan berbalik arah atau kesalahan. (4.) Mudah
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 7

bergembira, kondisi emosional tidak dulu dianggap biasa-biasa saja, kini


stabil. dinilai melanggar HAM. Akibatnya, guru
seperti menghadapi dilema, di satu sisi
UU PA dan Pelaksanaan dia harus menegakkan disiplin dan tata
Pendidikan Karakter tertib sekolah, sementara disisi lain,
Sebuah Tulisan karya Idris khawatir dikriminalisasi oleh orang tua
Apandi tahun 2016. Beliau adalah atau LSM pembela anak atas tuduhan
seorang anggota dari Lembaga melakukan kekerasan terhadap anak.
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Dampak dari dilema tersebut, akhirnya
Jawa Barat. Berikut angapan dan guru menjadi kurang tegas terhadap
asumsi beliau tentang UU PA dan siswa yang nakal atau melanggar tata
pendidikan karakter. tertib sekolah. Para siswa siswa nakal
Saat ini di media sosial ini tersebut dibiarkan saja, dari pada
sedang ramai diberitakan seorang guru nantinya guru terkena masalah hukum.
SMP di Kabupaten Bantaeng yang Ketidaktegasan guru berdampak
ditahan atas tuduhan melakukan terhadap semakin rendahnya wibawa
kekerasan fisik terhadap muridnya. guru di hadapan siswa, khususnya di
Sebelum berita tersebut ramai di kalangan siswa-siswa yang nakal.
media, muncul juga berita seorang Mereka semakin seenaknya melanggar
guru di Sulawesi diadukan melakukan tata tertib sekolah, karena toh tidak
kekerasan psikis ke polisi gara-gara akan dihukum. Guru akhirnya cari
mengingatkan siswanya yang aman, tidak mau pusing dengan urusan
membuang sampah sembarangan. sikap, perilaku, etika, dan sopan santun
Dan beberapa tahun yang lalu, di siswa (walau hatinya mungkin
Majalengka, seorang guru dianiaya memberontak). Datang ke sekolah
oleh orang tua siswa dan mendekam di hanya mengajar, sampaikan materi
penjara gara-gara mencukur rambut sampai habis jam pelajaran, dan
siswa yang gondrong. pulang. Intinya, asal gugur kewajiban.
Para guru tersebut biasanya Proses pendidikan yang seharusnya
diadukan ke aparat kepolisian meliputi tiga ranah, yaitu sikap,
melanggar Undang-undang pengetahuan, dan keterampilan, lebih
Perlindungan Anak (UUPA). UUPA dominan pada ranah pengetahuan.
seolah telah menjadi “jebakan batman,” Akibatnya, banyak anak pintar tapi
menyandera, dan alat untuk melakukan sikap dan perilakunya kurang baik,
kriminalisasi bagi guru. Hal ini pun tidak jumlah kenakalan remaja semakin
lepas dari pemaknaan HAM yang meningkat dan semakin
kebablasan pasca bergulirnya arus mengkhawatirkan, bahkan sudah
reformasi. masuk ke kategori tindakan
Pasal yang biasanya dijadikan kriminalitas, seperti mencuri,
rujukan dalam laporan pengaduan merampok, menganiaya, memerkosa,
kekerasan terhadap anak oleh guru bahkan sampai membunuh. Hal
adalah Pasal 54 UU No. 23 Tahun tersebut tentunya tidak dapat dibiarkan.
2002 tentang Perlindungan Anak yang Ini adalah pekerjaan besar yang harus
menyatakan bahwa “Anak di dalam dan dipikirkan dan dicari solusinya antara
di lingkungan sekolah wajib dilindungi orang tua, sekolah, pemerintah, dan
dari tindakan kekerasan yang dilakukan masyarakat.
oleh guru, pengelola sekolah atau Setiap orang tua yang
teman-temannya di dalam sekolah menitipkan anaknya ke sekolah
yang bersangkutan, atau lembaga tentunya berharap anaknya diperlukan
pendidikan lainnya.” Adapun jenis-jenis baik oleh seluruh warga sekolah
kekerasan tercantum pada pasal 69, khususnya guru. Dengan kata lain,
yaitu kekerasan fisik, psikis, dan orang tua berharap anaknya merasa
seksual. nyaman di sekolah. Sekolah dapat
Tindakan hukuman disiplin yang menjadi rumah keduanya, dan guru
dilakukan oleh guru, yang pada waktu
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 8

diharapkan berperan sebagai orang tua Jika memang terjadi kekerasan


siswa di sekolah. (utamanya kekerasan ringan) terhadap
Ketika ada masalah yang anaknya, maka jangan buru-buru lapor
menimpa anaknya, maka orang tua polisi atau lapor LSM, apalagi
jangan lebay atau terlalu reaktif dan wartawan, karena bisa panjang
emosional. Jangan hanya mendengar urusannya, dan justru akan membuat
penjelasan sepihak dari anaknya, kegaduhan, bahkan menjadi polemik.
karena secara naluriah, yang namanya Lebih baik mencari solusi secara damai
anak, ketika dia melakukan kesalahan dan kekeluargaan, atau istilahnya win-
pun ingin agar dia dibela oleh orang win solution.
tuanya, dan secara naluriah orang tua Saya yakin tidak ada guru yang
pasti sayang sama anaknya, dan ingin ingin menganiaya muridnya, walau
membela anaknya. demikian, guru juga manusia, yang
Selain mendengarkan mungkin berbisa berbuat khilaf. Orang
penjelasan anak, orang tua harus tua dan guru saling introspeksi saja,
datang sendiri ke sekolah, untuk saling memaafkan, dan mengambil
meminta klarifikasi atau penjelasan dari hikmah dari peristiwa tersebut. Intinya,
pihak sekolah berkaitan dengan ada komunikasi yang baik antara guru
masalah yang dihadapi oleh anaknya, dan orang tua siswa.
jangan mewakilkan kepada pembantu Guru adalah ujung tombak
atau anggota keluarga yang lain, pembelajaran. Guru adalah sosok yang
karena mungkin saja informasi yang paling banyak berinteraksi dan
didapatkan juga tidak utuh. berkomunikasi dengan siswa. Oleh
Zaman dulu, ketika ada anak karena itu, pihak tertuduh pertama
lapor kepada orang tuanya karena ketika ada kasus yang menimpa siswa
dihukum oleh guru, orang tua justru adalah guru. Saya yakin pada
malah menambah hukumannya karena dasarnya setiap guru ingin agar anak
orang tua yakin guru tidak semata- didiknya menguasai ilmu yang
mata memberikan hukuman kepada disampaikannya, terampil, dan berbudi
anaknya, kalau anaknya tidak berbuat pekerti luhur. Tiap guru memiliki gaya,
kesalahan. Dengan kata lain, orang tua cara, dan karakter masing-masing
benar-benar percaya kepada guru. dalam menyampaikan materi pelajaran.
Bahkan pada saat Dulu ketika Saya duduk di
mendaftarkan anaknya, orang tua bangku sekolah di kenal istilah “guru
memberikan kebebasan kepada guru killer”. Predikat seperti itu biasanya
untuk melakukan apa saja kepada diberikan guru yang galak atau pelit
anaknya, yang penting anaknya dididik, nilai. Guru killer menjadi horor bagi
bisa baca, tulis, dan berhitung. siswa. Para siswa takut kalau
Zaman sekarang, ketika ada kebetulan ada jam pelajaran sang guru
kasus kecil saja, ada oknum orang tua killer.
lebay yang langsung lapor polisi Walaupun predikat tersebut
sambil bawa pengacara mengadukan kurang baik, tapi Saya yakin pada
kekerasan yang dilakukan guru dasarnya hati sang “guru killer” baik,
terhadap anaknya. ingin anak-anak didiknya disiplin,
Oknum orang tua tipe ini mengikuti pelajaran dengan baik, dan
biasanya berasal dari kalangan berprestasi, hanya cara
(merasa) berpendidikan (tapi kurang mengeskpresikannya terkesan arogan.
paham tugasnya sebagai orang tua), Seiring dengan perkembangan zaman,
pejabat, birokrat, aparat, atau merasa predikat “guru killer” sudah kurang
memiliki beking yang dapat relevan. Yang diperlukan saat ini
membantunya. Akibatnya, guru harus adalah guru yang humanis, demokratis,
bolak-balik ke kantor polisi karena tapi tegas dan berwibawa. Caranya
diinterogasi, dan tugasnya mengajar adalah dengan memperkuat
pun terbengkalai. kompetensi kepribadian. Kompetensi
ini merupakan salah satu kompetensi
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 9

yang perlu dimiliki oleh guru selain guru. Adalah benar guru juga adalah
kompetensi pedagogik, profesional, manusia biasa, yang sewaktu-waktu
dan sosial. bisa marah atau emosi, tapi disitulah
Kompetensi kepribadian erat perlunya pengendalian diri.
kaitannya dengan sikap, ucapan, dan Konsekuensi sebagai seorang guru, dia
perbuatan guru ketika mengajar. Hal ini harus memiliki kesabaran ekstra dalam
juga berkaitan dengan kematangan mendidik anak didiknya.
emosional guru. Pada pasal 3 ayat (5) Pasal 39 ayat (1) Undang-
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun undang Nomor 14 Tahun 2005
2008 tentang Guru disebutkan bahwa menyebutkan bahwa “Pemerintah,
indikator dari kompetensi kepribadian pemerintah daerah, masyarakat,
seorang guru antara lain : (a) beriman organisasi profesi, dan/ atau satuan
dan bertakwa, (b) berakhlak mulia, (c) pendidikan wajib memberikan
arif dan bijaksana, (d) demokratis, (e) perlindungan terhadap guru dalam
mantap, (f) berwibawa, (g) stabil, (h) melaksanakan tugas. Selanjutnya pada
dewasa, (i) jujur, (j) sportif, (k) menajdi pasal (2) disebutkan bahwa
teladan bagi peserta didik dan “perlindungan sebagaimana dimaksud
masyarakat, (l) secara objektif pada ayat (1) meliputi perlindungan
mengevaluasi kinerja sendiri, dan (m) hukum, perlindungan profesi, serta
mengembangkan diri secara mandiri perlindungan keselamatan dan
dan berkelanjutan. kesehatan kerja. Selain itu, juga
Selanjutnya, pada lampiran diperlukan perlindungan terhadap hak
Permendikbud Nomor 16 tahun 2007 kekayaan intelektual guru mengingat
tentang Standar Kompetensi dan banyak guru yang menulis karya ilmiah
Kualifikasi Guru diuraikan Kompetensi dan membuat karya inovatif seperti
Inti Guru dari aspek kompetensi buku pelajaran, buku referensi, alat
kepribadian guru antara lain: (1) peraga atau media pembelajaran,
bertindak sesuai dengan norma software,aplikasi, dan sebagainya.
agama, hukum, sosial, dan Berkaitan dengan hal tersebut
kebudayaan nasional Indonesia, (2) di atas, pemerintah, dalam hal ini
menampilkan diri sebagai pribadi yang Kemendikbud harus segera
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi merealisasikan perlindungan guru, agar
peserta didik dan masyarakat, (3) dalam melaksanakan tugas, guru
menampilkan diri sebagai sebagai merasa aman, nyaman, dan tenteram,
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, serta tidak mudah dikriminalisasi.
arif, dan berwibawa, (4) menunjukkan Tidak dapat dipungkiri bahwa
atos kerja yang tinggi , rasa bangga, banyaknya kasus kriminalisasi
dan rasa percaya diri, dan (5) terhadap guru membuat guru menjadi
Menjunjung tinggi kode etik profesi was-was ketika akan memberikan
guru. sanksi pelanggaran disiplin kepada
Dalam membina siswa, guru siswa karena khawatir melanggar
harus tegas, berani, berwibawa, dan undang-undang perlindungan anak.
penyayang. Guru disamping sebagai Akibatnya guru menjadi masa bodoh
seorang pengajar dan pendidik, juga ketika melihat ada siswa yang
harus berperan sebagai orang tua melanggar disiplin.
sekaligus teman bagi murid-muridnya. Jika hal ini terus dibiarkan,
Guru tidak boleh jaim, walau tetap maka akan menghambat pencapaian
harus menjaga wibawanya. Guru pun tujuan pendidikan nasional yaitu
harus memiliki hubungan yang dekat berkembangnya potensi peserta didik
dengan siswanya dalam konteks agar menjadi manusia yang beriman
sebagai guru dan murid. Menurut Saya, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
tindakan kekerasan yang dilakukan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
guru terhadap siswa siswa lebih berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
banyak disebabkan oleh kurang menjadi warga negara yang demokratis
matangnya kompetensi kepribadian serta bertanggung jawab.
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 10

Undang-undang perlindungan utamanya terhadap pihak guru selaku


anak bukan hanya mengatur tentang terlapor. Penyelesaian secara hukum
hak-hak anak, tetapi juga akan lebih efektif bagi oknum guru
kewajibannya. Pasal 19 UU yang terlibat kasus pencabulan atau
perlindungan anak menyebutkan tindakan kriminal untuk menimbulkan
bahwa Setiap anak berkewajiban untuk efek jera.
: (a) menghormati orang tua, wali, dan
guru; (b) mencintai keluarga, PENUTUP
masyarakat, dan menyayangi teman, Kesimpulan dan Saran
(c) mencintai tanah air, bangsa, dan Undang-undang Perlindungan
negara, (d) menunaikan ibadah sesuai Anak (UUPA) pada dasarnya bertujuan
dengan ajaran agamanya; dan (e) baik, yaitu untuk melindungi anak dari
melaksanakan etika dan akhlak yang tindak kekekerasan dan kesewenang-
mulia. wenangan. Walau demikian, UUPA
Berdasarkan kepada hal jangan sampai menyandera guru
tersebut di atas, maka para orang tua dalam mendidik anak didiknya.
dan anak-anak (siswa) pun perlu Berikanlah kembali otonomi mendidik
diberikan pemahaman tentang hak dan kepada guru. Saya yakin bahwa setiap
kewajibannya. Jangan hanya menuntut guru memiliki harapan agar setiap anak
hak-haknya saja, sementara didiknya menjadi anak yang cerdas,
kewajibannya kurang diperhatikan terampil, dan memiliki budi pekerti
sehingga menimbulkan luhur.
ketidakseimbangan. Perlu adanya komunikasi yang
Hukuman disiplin yang baik antara orang tua siswa dengan
diberikan guru kepada siswa biasanya pihak sekolah. Sosisalisasikan tata
dilakukan ketika siswa tidak tertib sekolah, jika ada masalah yang
melaksanakan kewajibannya, atau menimpa anak didik di sekolah,
tidak menghormati guru. Ibaratnya, kedepankan penyelesaian secara
tidak akan ada asap kalau tidak ada damai atau kekeluargaan, dan sebisa
api. Ini yang harus dipahami oleh orang mungkin hindari penyelesaian secara
tua siswa dan siswanya itu sendiri. hukum.
Oleh karena itu, setiap orang Selain itu, perlu adanya
tua harus mengingatkan kepada sosialisasi dan kesepahaman bersama
anaknya agar taat dan hormat kepada antara orang tua, guru, dan siswanya
guru, serta disiplin karena guru pun itu sendiri terhadap peran, hak dan
tidak mungkin ujug-ujug memberikan kewajiban masing-masing pihak
sanksi kalau tanpa alasan yang kuat. berdasarkan UUPA.
Ketika ada laporan dari warga
masyarakat, tugas polisi adalah
menerima dan menindaklanjutinya.
Dalam konteks laporan pengaduan
kekerasan yang dilakukan oleh guru
terhadap siswa, maka pihak kepolisian
sebaiknya tidak langsung mendorong
penyelesaian kasus pada ranah
hukum, tetapi diselesaikan secara
damai atau kekeluargaan.
Polisi menjadi mediator antara
pihak pelapor dan terlapor, mencari
jalan keluar yang paling baik yang bisa
diterima oleh kedua belah pihak. Selain
itu Penyelesaian secara hukum, akan
menguras waktu, biaya, dan tenaga
yang tidak sedikit, serta memberikan
tekanan psikologis yang luar biasa
Stephanus Lukito Cahyo Purnomo, Undang-undang Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter 11

Daftar Pustaka Soedjatmiko. dkk. 2015. Membentuk


Karakter Siswa Sekolah Dasar
Alfajar. 2014. Upaya Pengembangan Menggunakan Pendidikan
Pendidikan Karakter di Sekolah Jasmani dan Olahraga. Journal
Dasar Negeri Sosrowijayan. of Physical Education, Health
Skripsi diterbitkan online oleh and Sport Vol 2; No 2; 2015,
Universitas Negeri Yogyakarta. halaman: 55 – 63.
Apandi, Idris. 2016. Guru dalam Thompson, W. G.. 2002. The Effects of
Sanderaan Undang-undang Character Education on Student
Perlindungan Anak. (online) Behavior. Elektronik Tesis dan
http://www.kompasiana.com/idri Disertasi Program Pascasarjana
sapandi/guru-dalam-sanderaan- East Tennessee State
undang-undang-perlindungan- University.
anak_574007b33cafbdd60e3a4 Undang-undang Republik Indonesia
caa. Diakses tanggal 01 Juli Nomor 20 Tahun 2003 tentang
2016. Sistem Pendidikan Nasional.
Daryanto dan Darmiyatun, Suyatri. UNICEF. (2003). Dunia yang Layak
2013. Implementasi Pendidikan Bagi Anak-anak.
Karakter di Sekolah. Wardani, N. S. (2012). Pengaruh
Yogyakarta: Gava Media. pendidikan karakter pada
Hayden, J. G.. 1969. Characteristics of pembelajaran tematik terhadap
Elementary School Pupils hasil belajar siswa kelas iii sd,
Perceived as Possible Referrals 509–521.
to an Elementary Guidance Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter:
Counselor. Iowa: Iowa State Strategi Membangun Karakter
University Digital Respiratory. Bangsa Berperadaban.
Hermawan. 2013. Building the Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Personality of Students Through Wuryandani., dkk. 2012. Pendidikan
Competitive Approach on Karakter Disiplin di Sekolah
Physical Education Learning. Dasar. Jurnal Pendidikan
Journal of Physical Education, Karakter; 2012; Nomor 1,
Health and Sport Vol 2; No 2; Halaman: 286 – 296.
2015, halaman: 1 – 6. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Kesuma, Dharma., dkk. 2011. Karakter. Jakarta: Kencana.
Pendidikan Karakter: Kajian Zulnurani. 2012. Pendidikan Karakter:
Teori dan Praktik di Sekolah. Konsep, Implementasi Dan
Bandung: Remaja Rosdakarya. Pengembangannya di Sekolah
Muryaningsih, S., & Mustadi, A. (2015). Dasar di Kota Palu. Jurnal
Pengembangan RPP DIKDAS, No.1, Vol.1,
TematikIntegratif untuk September 2012, halaman: 1 –
Meningkatkan Karakter Kerja 11.
Keras di Sekolah Dasar. Jurnal
Prima Edukasia, 3(2), 190–201.
https://doi.org/10.21831/jpe.v3i2
.614 6
Qodriyah, S. H., & Wangid, M. N.
(2015). Pengembangan SSP
tematik integratif untuk
membangun karakter kejujuran
dan kepedulian siswa SD kelas
II.Jurnal Prima Edukasia, 3(2),
177.
https://doi.org/10.21831/jpe.v3i2
.722 2

Anda mungkin juga menyukai