Anda di halaman 1dari 44

Pendidkan Pra Nikah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan bibit pertama dan cikal bakal kehidupan masyarakat, dan

aturan yang bersifat alami bagi alam semesta serta sunnatullah untuk menjadikan kehidupan

semakin bernilai dan mulia. Ketika Islam menganjurkan kepada laki-laki dan wanita agar

memilih jodoh yang baik semata-mata untuk mendapatkan keturunan yang baik dan mulia

yang mampu menjadikan pemimpin agama dan umat di masa yang akan datang dan anak

shalih yang kita harapkan bersama. (Rasjid, Sulaiman, 2006)

Namun sebelum memikirkan ke arah itu anda harus memilih isteri yang shalihah

untuk menjadi pendamping dan pendidik bagi anak-anak anda serta pemegang amanah bagi

rumahmu, karena rumah tangga yang Islami menjadi bibit terbentuknya masyarakat yang

Islami sekaligus berfungsi sebagai benteng aqidah yang kokoh maka hendaklah seorang

muslim membangun benteng yang kokoh lebih dahulu, karena hal itu lebih utama harus

diperhatikan.

Para lelaki dianjurkan untuk dapat memilih calon isterinya karena 4 hal, hal ini sesuai

dengan hadits Rasulullah Saw (Al-Bukhari, 2111)

( )

Artinya: Dari Abi Hurairah RA, Dari Nabi SAW bersabda; Dinikahi wanita itu karena empat hal:
karena hartanya, karena kemulyaannya (kebangsawannya), karena kecantikannya, dan
karena agamanya. Maka hendaklah kamu mencari yang beragama, niscaya akan selamat
kedua tanganmu (HR. Bukhari).
Artinya berpikirlah baik-baik dalam memandang kecantikan tubuh, kesempurnaan

akal, kemuliaan keturunan dan kelengkapan bentuk ciptaan serta perhatian terhadap agama

sebelum menikah harus menjadi landasan utama. Banyak kasus dan problema rumah yang

muncul akibat jauhnya dari manhaj Islam bahkan sering rumah tangga berantakan dan

bahtera rumah tangga pecah karena menjauh dari manhaj dan nilai ajaran Islam yang mulia.

Sementara anak-anak mengalami mengalami broken home dan hidup liar karena tidak

komitmen dengan manhaj Islam pada saat memilih pasangan hidup atau suami yang shalih

sebagai teman berjuang dalam mendidik anak dan membentuk keluarga yang sakinah.

Sebagaimana firman Allah Swt


( :(...
Artinya: Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Ia menciptakan untuk kalian isteri-isteri
dari jenis kalian sendiri agar kalian merasa tentram dengan mereka. Dijadikan-Nya di
antara kalian rasa kasih dan sayang. (Q.S, 30: 21)

Memilih pasangan hidup atas dasar pilihan yang benar, tepat dan sejalan dengan

manhaj Islam serta ajaran yang di bawa oleh Rasulullah dan para Shahabat, dan para tabiin.

Maka akan menjadi pondasi yang kokoh yang bisa melindungi dari berbagi kesalahannya.

Banyak fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang belum memiliki kematangan

pikiran dalam menuju ke jenjang pernikahan, baik dari segi faktor usia maupun kemampuan

finansial. Sehingga jarang permasalahan yang kerab timbul dalam rumah tangga tidak

mampu terelakkan lagi.

Dalam perkawinan dikenal adanya perjanjian perkawinan yang sering kali dibacakan

oleh calon suami setelah akad nikah, yakni adanya perjanjian talik talak. Perjanjian lainnya

yang sering dilakukan adalah perjanjian tentang harta bersama.

Perjanjian perkawinan adalah persetujuan yang dibuat oleh calon mempelai pada

waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, dan masing-masing berjanji akan menaati
apa yang tersebut dalam persetujuan itu, yang disahkan oleh pencatat nikah. perjanjian nikah

tersebut mempunyai syarat dan hukum. Namun hal ini yang sering dilangkahi oleh pasangan

suami istri dalam membina keluarga (Achmad Kuzari, 1995: 28).

Keluarga yang kuat adalah keluarga yang mampu mengelola kesulitan-kesulitan yang

dihadapi dengan cara bervariatif maupun kreatif. Ini menunjukkan keluarga tersebut

merupakan keluarga yang kuat, akan tetapi keluarga tersebut bukanlah keluarga yang tanpa

ada permasalahan, namun keluarga tersebut adalah keluarga yang tahan banting serta

cenderung mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Karakteristik keluarga yang kuat

adalah cenderung mampu melihat sisi positif dari suatu permasalahan, membangun suatu

kebersamaan dan komunikasi yang efektif, fleksibilitas dan mampu mengalokasikan waktu

bersama. Hal-hal yang mampu meningkatkan kekuatan suatu keluarga adalah adanya kasih

sayang, saling menghargai, memiliki waktu bersama, saling menguatkan, berkomitment,

komunikasi, kesiapan menghadapi perubahan, spiritualitas, komunitas dan ikatan keluarga,

peran yang jelas. (Amir Syarifuddin, 2007: 120).

Masalah-masalah yang muncul akhir-akhir ini terkait dengan perkawinan dan

keluarga berkembang pesat antara lain; tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah

tangga, kasus perkawinan sirri, perkawinan mutah, polighami, dan perkawinan di bawah

umur meningkat tajam yang sangat berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan sebuah

keluarga. Oleh sebab itu, dan seiring dengan meningkatnya populasi penduduk dan keluarga,

maka masyarakat bersama unsure terkait perlu kembali manata peran dan fungsinya agar

lebih sesuai dengan kondisi dan perkembangan terkini. Untuk menjawab persoalan tersebut,

masyarakat harus menyiapkan seluruh perangkat pelayanan tersmasuk SDM, sarana dan

prasarana yang memadai.

Pertengkaran dan perselisihan yang terjadi dalam keluarga akan menyebabkan

suasana yang panas dan tegang yang dapat mengancam keutuhan dan keharmonisan rumah
tangga. Tidak jarang, pertengkaran itu berakhir dengan perceraian dan kehancuran keluarga.

Fenomena ini merupakan salah satu hal yang paling dikhawatirkan oleh semua anggota

keluarga, termasuk di dalamnya anak-anak.

Oleh karena itu, dalam proses pembentukan sebuah keluarga diperlukan adanya

sebuah program pendidikan yang terpadu dan terarah. Program pendidikan dalam keluarga ini

harus pula mampu memberikan deskripsi kerja yang jelas bagi tiap individu dalam keluarga

sehingga masing-masing dapat melakukan peran yang berkesinambungan demi terciptanya

sebuah lingkungan keluarga yang kondusif untuk mendidik anak secara maksimal.

Dari hasil obsevasi awal yang penulis lakukan di gampong Ulee Jalan, Kecamatan

Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen kerab terjadi keributan dalam rumah tangga yang

disebabkan oleh faktor ekonomi, sehingga keributan tersebut berujung kepada pengadilan

adat di tingkat gampong, setelah terjadi keributan dalam rumah tangga, hal tersebut selalu

berdampak kepada hak dan kewajiban suami isteri selalu diabaikan, dan tanggunggjawab

mengasuh anak terlantarkan. Anak-anak dari keluarga yang diterlantarkan banyak yang

diputus sekolah dan memilih berkerja di kebun-kebun dan warung-warung kopi untuk

memenuhi kebutuhan hidup kesehariannya.

Dari pengakuan tokoh masyarakat di Ulee Jalan, bahwa penyebab utama terjadinya

keributan dalam rumah tangga diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua terhadap

hak dan kewajiban suami tehadap isteri dan kewajiban isteri ter-hadap suami, dan pada

akhirnya dampak yang terjadi adalah tidak adanya hak dan kewajiban suami isteri terhadap

anak mereka. Selain itu pada bulan Juli 2011 telah terjadi perceraian diakibatkan oleh faktor

keributan dan seringnya terjadi ketidak harmonisan dalam rumah tangga, hal ini menimpa

keluarga Musliadi dan Yusnidar yang masih 4 tahun usia pernikahannya (Hasil wawancara

dengan Tgk. Ismudi).


Dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir ini, kasus yang paling banyak di tangani

oleh Mahkamah Syariyah Kabupaten Bireuen adalah kasus tidak adanya tanggung jawab

suami terhadap isteri dan kasus tidak ada keharmonisan dalam rumah tangga, pada tahun

2010 kasus tidak adanya tanggung jawab sebanyak 84 kasus, dan kasus tidak ada

keharmonisan dalam rumah tangga sebanyak 87 kasus. Sedangkan kasus penganiayaan yang

ditangani oleh Mahkamah Syariyah Kabupaten Bireuen pada tahun 2010 sebanyak 8 kasus.

Sedangkan pada tahun 2011 terhitung dari bulan Januari sampai dengan bulan September,

untuk kasus tidak adanya tanggung jawab sebanyak 52 perkara, dan kasus tidak ada

keharmonisan dalam rumah tangga sebanyak 74 perkara, dan kasus penganiayaan terhitung

pada bulan Januari sampai dengan September 2011 sebanyak 8 kasus (Hasil wawancara

dengan Fauzi).

Mengingat kasus perceraian kian meningkat di Kabupaten Bireuen, Pemerintah

Gampong Ulee Jalan Kecamatan Peusangan Selatan melakukan pembinaan keagamaan bagi

pemuda-pemudi yang belum menikah lewat pengajian rutin yang dilakukan setiap pada

malam kamis di meunasah, lewat majelais talim seperti ini, pemuda dan pemudi dibina

mulai dari penguatan aqidah, masalah munakahat serta bagaimana menjalankan hubungan

keluarga dengan masyarakat. Pengajian tersebut menjadi target pemahaman awal bagi

pemuda dan pemudi yang ingin melangsungkan pernikahan. Pengajian tersebut wajib diikuti

oleh setiap pemuda pemudi gampong Ulee Jalan, kewajiban ini berdasarkan aturan Gampong

Ulee Jalan yang menyatakan bahwa bagi para pemuda dan pemudi yang berumur 16 tahun

keatas dan belum kawin dan yang tidak lagi aktif belajar dibalai pengajian, maka wajib

mengikuti pengajian di meunasah pada waktu yang telah ditetapkan. Bagi siapa saja yang

tidak mengikuti pengajian dan tanpa alasan yang jelas akan dikenakan sanksi, dengan denda

adat Rp. 50.000 per orang. (Qanun Pendidikan Gampong Ulee Jalan).
Selain itu, pemerintah gampong Ulee Jalan melalui imam gampong selalu melakukan

free test atau bimbingan bagi calon pengantin baik laki-laki maupun perempuan untuk

melihat kemampuan dan kesiapan calon pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan

(Hasil wawancara dengan Tgk.A.Rahim. ABD).

Pembinaan bagi calon pengantin merupakan suatu keabsahan pernikahan dari

kepedulian pemerintah, hal ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor: Dj.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon

pengantin. Salah satu isi butir peraturan tersebut pasal 1 ayat 2 adalah kursus calon

pengantin yang selanjutnya disebut dengan suscatin adalah pemberian bekal pengetahuan,

pemahaman dan ketrampilan dalam waktu singkat kepada catin tentang kehidupan rumah

tangga/keluarga. Kemudian pada bab IV bagian pertama penyelenggara pasal 4 ayat 1

disebutkan penyelenggara kursus catin adalah Badan Penasihatan, Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan (BP4) atau lembaga lain yang telah mendapat Akreditasi dari

Departemen Agama. Maka dalam hal ini pemerintah sangat diharapkan memberi kontribusi

yang lebih luas kepada masyarakat yang kurang memiliki bekal dalam menikah.

Pendidikan pra nikah atau pembinaan bagi calon pengantin merupakan kewajiban

yang harus diikuti oleh setiap pasangan pengantin, dan calon pengantin tersebut akan

mendapatkan sertifikat sebagai bukti telah lulus dalam mengikuti kursus catin tersebut hal ini

termaktub dalam Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen

Agama Nomor: Dj.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin. Salah satu isi butir

peraturan tersebut pasal 1 ayat 6 adalah sertifikat adalah bukti otentik

keikutsertaan/kelulusan dalam mengikuti kursus catin yang diselenggarakan oleh Departemen

Agama.

Kepala KUA bertugas membina pasangan yang akan menikah. Mekanisme kerja BP4

di KUA adalah sebatas Penasehat pra Nikah atau Kursus Calon Pengantin. KUA dengan BP4
melakukan pembekalan terhadap calon pengantin sesuai dengan rekomendasi izin menikah

dari pemerintah gampong yaitu geuchik dengan materi yang masih terbatas fiqh dan etika

pernikahan dalam Islam, namun pelatihan pra nikah di kecamatan Peusangan Selatan tidak

dilakukan secara kusus disebabkan oleh tidak adanya orang yang menikah setiap bulannya,

sehingga pembinaan bagi calon pengantin hanya dilakukan dengan cara tatap muka dengan

calon pengantin (Hasil wawancara dengan H.Sabri Ben Cut).

Maka tanggungjawab yang pertama dalam melaksanakan pendidikan pra nikah adalah

keluarga mempelai, terlebih pribadi calon pengantin dan wali dari kedua belah pihak. Orang

tua atau wali wajib memberi bimbingan kepada anaknya yang ingin melangsungkan

pernikahan tentang hal yang berhubungan dengan kewajiban suami kepada isteri, kewajiban

isteri terhadap suami dan kewajiban suami isteri terhadap anak, bahkan hubungan keluarga

dengan masyarakat.

Maka berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis melaksanakan penelitian yang

berjudul Metodologi Pendidikan Pra Nikah di Gampong Ulee Jalan Kecamatan Peusangan

Selatan, dengan harapan hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi pedoman bagi para orang

tua, calon pengantin, pemerintah, dan masyarakat luas lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas maka dapat penulis rumuskan permasalahnnya

sebagai berikut;

1. Bagaimana metodologi pendidikan pra nikah.?

2. Bagaimana peran masyarakat dalam proses pendidikan pra nikah di Gampong Ulee Jalan

Kecamatan Peusangan Selatan.?

3. Bagaimana masyarakat Gampong Ulee Jalan Kecamatan Peusangan Selatan evaluasi

kesiapan calon mempelai.?

1.3 Tujuan Penelitian


Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui metodologi pendidikan pra nikah.

2. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam proses pendidikan pra nikah di Gampong Ulee

Jalan Kecamatan Peusangan Selatan.

3. Untuk mengetahui hasil evaluasi masyarakat Gampong Ulee Jalan Kecamatan Peusangan

Selatan tentang kesiapan calon mempelai.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami metodologi pendidikan pra nikah

2. Sebagai landasan bagi setiap stacholder untuk mengevaluasi kesiapan calon mempelai

3. Untuk merefleksi peran dan tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan pra nikah

BAB II
KAJIAN TEORISTIS

2.1 Pengertian Pendidikan Pra Nikah

Kata-kata Pendidikan memiliki beberapa padanan kata. Padanan kata pendidikan

antara lain tarbiyah. Tarbiyah diartikan pendidikan bukan pengajaran atau keguruan, karena

pengertian pendidikan lebih luas dari pada sekedar mengajar atau mendidik. Padanan kata

kedua untuk pendidikan adalah tadib. Istilah tadib berasal dari adaba, yuadabu, tadiban.

Adaba artinya membudayakan atau memperadaban (civilization). Pendidikan adalah berbagai


usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang agar tercapai

perkembangan maksimal yang positif (Ahmad Syari, 2005: 67).

Sedangkan nikah adalah dihalalkannya seorang lelaki dan untuk perempuan

bersenangg-senang, melakukan hubungan seksual (Achmad Kuzari, 1995: 95).

Melihat pengertian kedua kata diatas, maka yang dimaksud dengan pendidikan pra

nikah adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit social

terkecil dalam masyarakat terhadap calon mempelai.

Ada beberapa macam yang menjadi tujuan nikah, hal ini dapat ditinjau dari beberapa

hal tersebut, antara lain adalah:

2.1.1 Tujuan Fisiologis

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang baik dan nyaman.

2. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan kosumsi makan-minum-pakaian yang

memadai

3. Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.

2.1.2 Tujuan Psikologis

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara wajar & apa adanya.

2. Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar dan nyaman.

3. Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis bagi perkembangan jiwanya.

4. Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota keluarga.

2.1.3 Tujuan Sosiologis

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga.


2. Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara individu anggota keluarga

dengan masyarakat sebagai unit sosial yang lebih besar.

2.1.4 Tujuan Dawah

Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Menjadi obyek wajib dawah pertama bagi sang dai.

2. Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona Islam) bagi masyarakat muslim

dan nonmuslim.

3. Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam dawah.

4. Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan kemaksiatan

Islam tidak mensyariatkan sesuatu melainkan dibaliknya terdapat kandungan

keutamaan dan hikmah yang besar. Demikian pula dalam nikah, terdapat beberapa hikmah

dan maslahat bagi pelaksananya :

1. Sarana pemenuh kebutuhan biologis (QS. Ar Ruum: 21)

2. Sarana menggapai kedamaian & ketenteraman jiwa (QS. Ar Ruum: 21)

3. Sarana menggapai kesinambungan peradaban manusia (QS. An Nisaa: 1, An Nahl: 72)

Rasulullah berkata: Nikahlah, supaya kamu berkembang menjadi banyak. Sesungguhnya

saya akan membanggakan banyaknya jumlah ummatku. (HR. Baihaqi)

4. Sarana untuk menyelamatkan manusia dari dekadensi moral.

Rasulullah pernah berkata kepada sekelompok pemuda : Wahai pemuda, barang

siapa diantara kalian mampu kawin, maka kawinlah. Sebab ia lebih dapat menundukkan

pandangan dan menjaga kemaluan. Namun jika belum mampu, maka berpuasalah, karena

sesungguhnya puasa itu sebagai wija (pengekang syahwat) baginya.

2.2 Tujuan Pendidikan Pra Nikah


Melihat realita dalam kehidupan masyarakat selama ini, telah banyak terjadi

penyimpangan-penyimpangan pada tatanan sosial. Hal tersebut bermuara dari peranan orang

tua dalam membina keluarganya dalam menuju kehidupan bermasyarakat.

Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang dari mereka

menemukan jalan buntu, baik yang berkecupan secara materi maupun yang berkekurangan.

Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa kebanyakan manusia sulit menemukannya? Mengapa

sering terjadi percekcokan dan pertengkaran di dalam rumah tangga, yang kadang-kadang

akibatnya meruntuhkan keutuhan rumah tangga?

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya

pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai

kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakat (Abd. Rahman Ghazaly, 2003: 73).

Dalam buku The National Studi on Family Strength, Nick dan De Frain

mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan keluarga yang sehat dan

bahagia, yaitu:

1. Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga


2. Tersedianya waktu untuk bersama keluarga.
3. Interaksi segitiga antara ayah, ibu dan anak
4. Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak
5. Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi (Abd. Rahman Ghazaly,
2003: 32).

Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan diatas, sujana memberikan beberapa

fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi biologis, edukatif, religius, protektif,

sosialisasi dan ekonomis.

Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi religius dianggap fungsi paling penting karena

sangat erat kaitannya dengan edukatif, sosialisasi dan protektif. Jika fungsi keagamaan dapat

dijalankan, maka keluarga tersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada suatu
system dan ketentuan norma beragama yang direalisasikan di lingkungan dalam kehidupan

sehari-hari.

Penanaman akidah sejak dini telah dijelaskan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat

132 yang berbunyi:

Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan kepada anak-anaknya, demikian juga Yakub.
Ibrahim berkata: hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam. (Q.S: 2: 132)

Secara garis besar pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu:

2.2.1 Pembinaan Akidah dan Akhlak

Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang anak dengan dasar-

dasar keimanan, ke-Islaman, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-

Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan

dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan

hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Bad al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian

memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya

membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya.

Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah

Allah peringatkan dalam al-Quran yang berbunyi:

Artinya: Jagalah diri kalian dan keluargakalian dari panasnya api neraka

Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasar dalam bukunya. Pertama,

senantiasa membacakan kalimat Tauhid pada anaknya. Kedua, menanam-kan kecintaan


kepada Allah dan Rasulnya. Ketiga, mengajarkan al-Quran dan keempat menanamkan nilai-

nilai pengorbanan dan perjuangan.

Selain itu pembinaan akhlak merupakan implementasi dari iman dalamsegala bentuk

perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan

teladan dari orang tua. Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara

ibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap individu

akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan teladan atau pun idola bagi mereka.

2.2.2 Pembinaan Intelektual

Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting dalam upaya

meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia

yang berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana firman-Nya

dalam surat al-Mujadalah yang berbunyi:

Artinya: Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu
diantara kalian.

Nabi Muhammad juga mewajibkan kepada pengikutnya untuk selalu mencari ilmu

sampai kapan pun.

3. Pembinaan Kepribadian dan Sosial

Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan

kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta

reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingat hal ini

sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa

seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya Kewajiban orang tua untuk menanamkan

pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda

dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada
anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya.

Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua

agar kelak sianak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.

Bangunan rumah tangga bagaikan bagunan missi kenabian. Jika bangunan runtuh,

maka maka runtuhlah missi kemanusiaan. Karena itu Rasulullah Saw bersabda: Perbuatan

halal yang paling Allah murkai adalah perceraian. Sebenarnya disini ada suatu yang sangat

rahasia. Tidak ada satu pun perbuatan halal yang Allah murkai kecuali perceraian. Mengapa

ini terjadi dalam perceraian? Tentu masing-masing kita punya jawaban, paling tidak di dalam

hati dan pikiran.

Keluarga sakinah sebagai idaman setiap manusia tidak mudah diwujudkan

sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan missi kenabian oleh setiap manusia. Perlu

persyaratan-persyaratan yang ketat dan berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini bertujuan

mewujudkan kesucian. Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan generasi penerus

ummat manusia.

2.3 Kurikulum Pendidikan Pra Nikah

Untuk mencapai keluarga Sakinah Warahmah Warabbul Ghafur yang mampu

menghadapai tatanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam membina keluarga

terdapat beberapa pendidikan yang harus dijalankan oleh suami istri sehingga proses

transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat

akan tercapai sesuai dengan tuntunan syariat. Maka Islam menawarkan beberapa macam

konsep pembelajaran Pendidikan Pra Nikah bagai calon mempelai, yaitu:

a. Materi hubungan Suami Istri dan konsep pembinaan keluarga Sakinah Warahmah Warabbul
Ghafur.
b. Materi hak dan tanggung jawab anak.
c. Materi hubungan antara suami dengan istri dengan anak dan keluarga.
d. Materi hubungan antara suami dengan istri dengan anak dan keluarga dan masyarakat (Amir
Syarifuddin, 1996: 20).

2.4 Metodologi Pendidikan


Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh lembaga maupun seseorang

terhadap seseorang lain agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.

Berkaitan dengan pembinaan keluarga yang sakinah harus dimulai dengan tahapan

pembinaan terhadap calon mempelai yang akan melangsungkan pernikahan. Urgensi

Pendidikan pra nikah harus menjadi tanggung jawab bersama, baik itu Lembaga

Pemerintahan yang menangani masalah nikah, pribadi calon mempelai, keluarga kedua belah

pihak, lembaga adat gampong, lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam meningkatkan

Capacity Building dan pihak lain yang peduli dalam terhadap perkembangan jiwa masyarakat

(Dewantoro Sulaiman, 2002: 89).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode yaitu field research yang bersifat kualitatif

adalah suatu penelitian yang mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel berkenaan dengan masalah dan unit yang

akan diteliti (Kartini Kartono, 2000; 119).

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan suatu penelitian ditentukan berdasarkan jenis penelitian apa yang

akan dilakukan. Jadi jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam peneltian ini adalah
deskriptif analisis yaitu usaha yang dapat membantu menganalisa terhadap kebenaran

masalah yang sedang diteliti.

3.1.3 Sumber Data Penelitian

Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Sumber data primer,

Sumber data primer yaitu sumber data yang dijadikan sebagai data pokok dalam

penelitian ini, yang diperoleh dari observasi dan interview.

b) Sumber data sekunder,

Sumber data sekunder adalah data pelengkap sebagai pendukung dalam penelitian ini

yang diperoleh dari buku Tata Cara Meminang Dalam Islam dan buku Perkawinan Masalah

Orang Muda, Orang Tua dan Negara karangan Abdullah Nasikh Ulwan, Elvi Lusiana, 100+

Kesalahan dalam Pernikahan. Buku Pintar Pernikahan karangan Abu Sahla dan Nurul

Nazara. Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara

Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di

Indonesia. Dewantoro Sulaiman, Agenda Pengantin, dan buku-buku lain yang relevan sesuai

dengan judul penelitian.

3.2 Subjek Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu menentukan mengenai subjek yang

diteliti yaitu lokasi letak dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Sedangkan yang menjadi subjek

disini adalah populasi dalam suatu penelitian. Maka yang dimaksud dengan populasi adalah

keseluruhan dari subjek penelitian (Suharsimin Arikunto, 2002; 109).

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah geuchik, tuha peut,

perangkat gampong, tokoh masyarakat gampong Ulee Jalan, dan Kepala Kantor Urusan

Agama Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen.


3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrument adalah alat, maka penelitian ini menggunakan instrumen penelitian untuk

mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,

namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada pedoman wawancara, maupun pada tahap

seleksi hasil wawancara, dengan melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat

kesimpulan.

Yang menjadi instrumen penelitian untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

antara lain:

1. Peneliti sendiri, di mana peneliti dapat mengungkap fenomena-fenomena yang terjadi

mengenai apa yang diteliti.

2. Pedoman wawancara, sebagai kerangka atau dasar dalam mengadakan wawancara dengan

pihak yang terlibat sebagai sumber data dalam penelitian ini.

3. Lembar seleksi calon pengantin, guna menilai kemampuan calon pengantin yang akan

menikah.

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang

diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan

(Sukardi, 2004; 75).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan data dengan cara mewawancarai

seseorang tersebut dengan percakapan langsung dan tatap muka (Suharsimin A.Kunto, 2003:
86). Maka dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan geuchik, tuha peut,

perangkat gampong, tokoh masyarakat gampong Ulee Jalan, dan Kepala Kantor Urusan

Agama Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen. Dengan harapan penulis dapat

memperoleh data yang lebih menyakinkan, karena berhadapan langsung dengan responden.

3.4.2 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah salah satu cara dalam mengumpulkan data melalui melihat

dan menulis arsip-arsip yang tersimpan di Gampong Ulee Jalan, dan Kantor Urusan Agama

Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen.

Dengan metode ini didapat informasi tentang letak geografis, Struktur organisasi, visi

dan misi, dan program kerja

3.5 Teknik Analisa Data

Keseluruhan data yang telah dikumpulkan dan diperoleh dari berbagai teknik

pengumpulan data sebelumnya akan dianalisis dengan menggunakan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

3.5.1 Tahap Reduksi.

Tahapan ini adalah hal yang dilakukan untuk menelaah seluruh data yang telah

terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang akan

diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari catatan hasil

wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang

dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti

3.5.2 Tahap Display.

Tahapan ini dilakukan untuk merangkul data temuan dalam penelitian ini, yang

disusun secara sistematis untuk mengetahui tentang hal yang diteliti di lapangan, sehingga

melalui teknik display data dapat memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan

terhadap data yang terkumpul.


3.5.3 Teknik Trigulasi Data

Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding dari suatu data. Hal ini dapat dicapai dengan

cara:

a. Membandikan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang dideapan umum dengan apa yang dikatakan

secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang

dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan

orang seperti, rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah dan tinggi, orang kaya

maupun pemerintah.

e. Membandikan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Lexy J.Moleong,

2008; 331).

Setelah ke tiga proses analisa data tersebut dilakukan, barulah kemudian

dikemukakan uraian pembahasan dan analisa secara mendalam sebagai hasil penelitian.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Umum Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Gampong Ulee Jalan
Tahun berdirinya Gampong Ulee Jalan sekitar tahun 1920, pada masa itu yang

merintis nama Gampong Ulee Jalan ialah seorang Petua yang bernama Tgk. Ben Lueng.

Dari keterangan beliau, pada masa itu tetangga gampong diseberang sungai menamai

Gampong Ulee Jungo karena di penghujung jalan dibatasi dengan sungai, tidak ada jembatan

untuk penghubung, yang ada hanyalah rakit penyeberang. Jadi Petua Tgk. Ben Lueng

menggantikan Gampong Ulee jungo menjadi Ulee Jalan nama gampong yang sekarang.

Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh penulis yang masih ada, maka sejarah
Gampong Ulee Jalan yang dapat ditelusuri dari tahun ;
1. Periode 19471959
Pelakasanaan pemerintahan pada tahun 19471959 dipegang oleh Geuchik Ibrahim,

beliau dipilih oleh 25 orang, yang pada masa itu Gampong Ulee Jalan hanya dihuni sebanyak

17 KK. Pemerintahan pada masa itu dilaksanakan tanpa pandang bulu sehingga kondisi

pemerintahan gampong berjalan lancar. Pembangunan yang ada pada waktu itu bersifat

swadaya yait membangun Meunasah. Memasuki tahun 1959 beliau mulai sakit-sakitan

sehingga beliau mengundurkan diri dari jabatan Geuchik Gampong (Arsip Gampong Ulee

Jalan).

2. Periode 1960 1971


Pada periode ini yang menjadi Geuchik Gampong Ulee Jalan Pak Hasan,
pembangunan yang beliau lakukan adalah membangun jalan gampong yang dananya dari
swadaya masyarakat.
3. Periode 1972- 1980

Pada masa ini yang menjadi pucuk pimpinan di desa Ulee Jalan adalah Bapak M. Nur

Ibrahim. Pada masa beliau pembangunan digerakkan di bidang jalan dan pasar dasar, Rehab

Meunasah dan Pembangunan kantor Desa.

4. Periode 1981 1983


Periode yang menjadi Geuchik Ulee Jalan adalah Pak Amat Zakaria, Beliau

membangun jalan padat karya dari Desa Ulee Jalan tembus ke Desa Pulo Manyang.

5. Periode 1984 1996

Pada periode ini pucuk pimpinan di Desa Ulee Jalan dipegang oleh Bapak Zulkifli M.

Gazimi, pada masa beliau pembangunan yang dilaksanakan yaitu membangun jembatan

penghubung antara Ulee Jalan dan Paya Croet yang dananya bersumber dari pemerintah.

6. Periode 1997 1999

Periode ini yang menjadi Geuchik gampong Ulee jalan adalah pak M. Yusuf Sulaiman

beliau melaksanakan pembangunan dibidang jalan, yaitu jalan Geugrong.

7. Periode 1999 2000

Pada masa ini yang menjadi pucuk pimpinan di Desa Ulee Jalan yaitu Bapak Ismail

Ali. Beliau melaksanakan pembangunan di bidang bantuan rumah terbakar pada masa konflik

(Arsip Gampong Ulee Jalan).

8. Periode 2001 2010

Pada periode 2001 sampai dengan sekarang pemerintahan Gampong Ulee Jalan di

nahkodai oleh Bapak Hanafiah Ibrahim, beliau dipilih langsung oleh masyarakat. Beliau

sangat aktif dalam memajukan gampong, banyak lobi yang beliau lakukan untuk

pembangunan desa yaitu untuk pengaspaln jalan lorong, tenda kenduri dan pembangunan

meunasah yang baru, selama 10 (sepuluh) tahun berjalannya pemerintahan yang di nahkodai

oleh Bapak Hanafiah Ibrahim banyak terobosan-terobosan dan program unggulan yang sudah

dilaksanakan di antaranya yaitu masuk dalam 10 besar Gampong Mawaddah Warahmah yang

dilaksanakan oleh Dinas Syariat Islam tingkat Kabupaten Bireuen.

9. Periode 2010- sampai dengan sekarang

Sejak April 2010 sampai dengan sekarang, gampong Ulee Jalan dipimpin oleh Tgk.

Ismudi, beliau adalah alumni dayah An-Nabawi Uteun Gathom Peusangan Selatan, program
utama beliau adalah peningkatan bidang pendidikan Agama Islam, bidang kesehatan, dan

bidang kesejahteraan masyarakat. Sejak beliau memimpin hampir 2 (dua) tahun, penegakan

syariat Islam terus berjalan, hal ini terbukti dengan adanya terbentu Qanun Gampong

Tentang Pendidikan. Selain pendidikan program-program yang menyentuh masyarakat

marginal terus diberdayakan, seperti dengan masuknya program LOGICA2 adanya

pembangunan sarana air bersih untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (hasil wawancara

dengan geuchik Ulee Jalan).

Sejarah pembangunan gampong Ulee Jalan Peusangan Selatan dibagi dalam beberapa

fase pembangunan, namun keseluruhan pembangunan 60 % bersumber dari swadaya

masyarakat

1. Tahun 1947 : Pembangunan Meunasah pertama yang dana bersumber dari sumbangan
masyarakat.
2. Tahun 1960 : Membangun jalan Gampong yang dananya dari swadaya masyarakat / gotong-
royong.
3. Tahun 1972 : Membangun jalan Gampong Pasar Desa, Rehab Meunasah dan Pembangunan
Kantor Desa.
4. Tahun 1981 : Membangun jalan padat karya dari Gampong Ulee Jalan keperbatasan
Gampong Pulo Panyang hasil swadaya masyarakat.
5. Tahun 1984 : Membangun jembatan beton untuk penghubung ke Gampong Paya Croet, Pulo
Panyang bersumber dari dana pemerintah.
6. Tahun 1997 : Membangun jalan ke kebun masyarakat hasil swadaya masyarakat
7. Tahun 1999 : Membangun rumah darurat bagi masyarakat yang rumahnya terbakar akibat
konflik.
8. Tahun 2001 : Pengaspalan jalan lorong Gampong 600 meter dan membeli tenda kenduri
bantuan dana dari IOM.
9. Tahun 2007-2010: Penyelesaian meunasah hasil swadaya masyarakat
10. Tahun 2011 : Pembangunan sarana air bersih bantuan hibbah CAGSIS Logica2 (Arsip
Gampong Ulee Jalan).
4.1.2 Letak Geografis Gampong
Gampong Ulee Jalan berada ditengah-tengah Kecamatan Peusangan Selatan dengan

luas wilayah 260 ha. Adapun batas-batas Gampong Ulee Jalan adalah;

a. Utara : Gampong Uteun Gathom dan Gampong Mee Rayeuk.


b. Selatan : Berbatasan dengan sungai Peusangan
c. Timur : Gampong Geulanggang Labu.
d. Barat : Gampong Pulo panyang, Gampong Paya Croet dan Gampong Alue Udeung.
Gampong Ulee Jalan terdiri dari 2 (dua) dusun, yaitu dusun Tgk. Ben Lueng dan
dusun T. M. Ali
4.3.3 Kondisi Demografis Gampong

Kondisi fisik dasar Gampong Ulee Jalan Kecamatan Peusangan Selatan dapat kita

lihat dari segi pemanfaatkan lahan, Gampong Ulee Jalan dengan luasnya 260 Ha, dalam

pemanfaatannya dikelompokkan ke dalam;

a. Perumahan : 82 Ha
b. Ladang : 95 Ha
c. Perkebunan : 78 Ha
d. Sawah Tadah Hujan : 3 Ha
e. Tanah kas Gampong : 2 Ha

Jumlah penduduk Gampong Ulee jalan pada akhir tahun 2010 mencapai dengan 742

jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki 276 jiwa, perempuan 466 yang secara keseluruhan

mencakup dalam 179 Kepala keluarga (KK) yang tersebar dalam 2 dusun. Orbitasi (jarak

Gampong dengan pusat kecamatan ) ;

1. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 150 m


2. Lama tempuh ke kecamatan : 5 menit
3. Jarak dari ibu kota kabupaten Bireun : 19 Km
4. Lama tempuh ke ibu kota kabupaten : 80 menit

Perkembangan penduduk pertahun :

a. Tahun 2004 : 302 Jiwa


b. Tahun 2005 : 337 Jiwa
c. Tahun 2006 : 462 Jiwa
d. Tahun 2008 : 665 Jiwa
e. Tahun 2010 : 742 Jiwa (Arsip Gampong Ulee Jalan).
Gampong Ulee Jalan merupakan gampong yang berada di kaki perbukitan, ada

beberapa masyarakat yang bekerja sebagai PNS Swasta, berdagang, dll. Budi daya

masyarakat dalam bergotong royong juga masih baik.

4.2 Temuan Khusus Penelitian

4.2.1 Pelaksanaan Pendidikan Pra Nikah di Gampong Ulee Jalan

Seorang muslim harus memiliki kecerdasan rohaniah dan kecerdasan intelektualitas,

peningkatan kualitas individu melalui pendidikan dan dengan memiliki kualitas hidup yang

tinggi, motif selanjutnya diarahkan agar manusia sebagai pribadi selalu bekerja keras, penuh

sungguh-sungguh, keahlian dan ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu sebagai manifestasi

motif semangat profesionalisme, dan selalu menghargai waktu. Dunia pendidikan dewasa ini

dalam membangun individu sumber daya manusia dan sumber daya umat (Islam).

Mengarahkan konsep orientasi pendidikan pada konsep Link and Match atau dalam istilah

pendidikan disebut dengan Sistem Pendidikan Ganda (PSG). Link and match diterjemahkan

sebagai upaya meningkatkan dan mempersiapkan peserta didik agar menjadi mandiri

(Dawam Raharjo, 1997: 71).

Konsep Link and Match mengandung tujuan agar menciptakan sumber daya individu

yang siap pakai sesuai dengan sektor-sektor pembangunan. Dengan memiliki keahlian pada

masing-masing sektor, dan saling melengkapi (Ashabiyah) antar berbagai sektor maka akan

dapat membawa kepada arah pembangunan sesuai yang diinginkan.

Hal ini tidak terlepas dari praktek pendidikan di gampong Ulee Jalan Kecamatan

Peusangan Selatan, bahwa untuk mempersiapkan sumber daya manusia perlu persiapan sejak

dini, baik pada tingkat anak-anak mau pun pemuda. Kemajuan di bidang pendidikan di

gampong Ulee Jalan telah diatur dalam Qanun Gampong yang diprakarsai oleh Logica2.
Disisi lain pendidikan bidang keagamaan bagi pemuda dan pemudi sangat menjadi

prioritas, hal ini mengingat bahwa pemuda merupakan SDM yang akan menggantikan posisi

pemimpin hari ini. Di gampong Ulee Jalan selama terpilihnya Tgk Ismudi sebagai geuchiek

baru, maka gebrakan yang pertama dilakukan adalah pelaksanaan pengajian bagi anak-anak

dan pemuda. Maka seiring waktu berjalan, kewajiban mengikuti pengajian bagi anak dan

pemuda tercantum dalam qanun gampong bidang pelayanan pendidikan.

Masalah-masalah yang muncul akhir-akhir ini terkait dengan perkawinan dan keluarga

berkembang pesat antara lain; tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga,

kasus perkawinan sirri, perkawinan mutah, polighami, dan perkawinan di bawah umur

meningkat tajam yang sangat berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan sebuah keluarga.

Oleh sebab itu, dan seiring dengan meningkatnya populasi penduduk dan keluarga, maka

masyarakat bersama unsur terkait perlu kembali menata peran dan fungsinya agar lebih sesuai

dengan kondisi dan perkembangan terkini. Untuk menjawab persoalan tersebut, masyarakat

harus menyiapkan seluruh perangkat pelayanan tersmasuk SDM, sarana dan prasarana yang

memadai (hasil wawancara dengan geuchik Ismudi Ulee Jalan).

Oleh karena itu, dalam proses pembentukan sebuah keluarga diperlukan adanya

sebuah program pendidikan yang terpadu dan terarah. Program pendidikan dalam keluarga ini

harus pula mampu memberikan deskripsi kerja yang jelas bagi tiap individu dalam keluarga

sehingga masing-masing dapat melakukan peran yang berkesinambungan demi terciptanya

sebuah lingkungan keluarga yang kondusif untuk mendidik anak secara maksimal.

Pengajian bagi pemuda dan pemudi memiliki waktu khusus, bagi pemuda jadwal

pengajiannya dilaksanakan setiap malam kamis, sedangkan bagi pemudi dilaksanakan pada

sore jumat. Materi yang diajarkan dalam pengajian tersebut adalah tentang metode baca al-

Quran, ilmu tauhid, kitab jawaked. Ini menjadi landasan yang sangap penting dalam

kehidupan sehari-hari, terlebih lagi al-Quran dan tauhid merupakan.


Pengajian rutinitas yang diikuti oleh pemuda-pemudi menjadi landasan pengetahuan

sebelum menikah atau lebih ditujukan kepada Pendidikan Pra Nikah. Sehingga dengan bekal

pendidikan sebelum nikah, para pemuda dan pemudi lebih memahami syariat Islam secara

sempurna.

Dalam pelaksanaan pengajian bagi masyarakat di gampong Ulee Jalan ini menjadi

tanggung jawab Teungku Imum Gampong, baik dalam memfasilitasi pengajiannya, mencari

pemateri (teungku seumeubeut), jadwal pengajian maupun materi / kitab yang akan dipelajari

dalam pengajian tersebut.

Jadwal pengajian bagi pemuda dilaksanakan pada malam kamis setiap minggunya,

dan pengajian bagi pemudi dilaksanakan hari Jumat setiap minggu yang bertempat di

meunasah gampong Ulee Jalan (hasil wawancara dengan Tgk. A.Rahim Imum Gampong

Ulee Jalan).

Selain pengajian rutin yang dilakukan oleh Pemerintah Gampong, upaya untuk

menciptakan keluarga yang sakinah bagi calon mempelai adalah:

a. Memberi bimbingan, penasehatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada
calon mempelai dengan pendekatan personality.
b. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
kelurga,
c. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di pengadilan agama,
d. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung

jawab, pernikahan dibawah umur dan pernikahan tidak tercatat,

Dan masih banyak usaha masyarakat bersama pemerintah gampong dalam

membimbing masyarakat khususnya calon mempelai yang ingin melangsungkan pernikahan.

Di dalam konsep keluarga Islami telah ditentukan hak-hak dan kewajiban bagi

masing-masing pihak suami dan isteri. Konsep ini jika benar-benar dijalankan akan menjamin

ketenangan dan kebahagiaan dalam keluarga. Jika suami dan isteri konsisten dengan

kewajiban dan hak-hak mereka, hal itu akan dapat mempererat tali cinta dan kasih antara
mereka. Selain itu, hal ini dapat menjauhkan segala kemungkinan timbulnya perselisihan dan

pertengkaran yang mengancam keutuhan rumah tangga yang dengan sendirinya berdampak

negatif pada kejiwaan anak (hasil wawancara dengan geuchik Ismudi Ulee Jalan).

Pertengkaran dan perselisihan yang terjadi dalam keluarga akan menyebabkan

suasana yang panas dan tegang yang dapat mengancam keutuhan dan keharmonisan rumah

tangga. Tidak jarang, pertengkaran itu berakhir dengan perceraian dan kehancuran keluarga.

Fenomena ini merupakan salah satu hal yang paling dikhawatirkan oleh semua anggota

keluarga, termasuk di dalamnya anak-anak.

Oleh sebab itu, keberadaan sebuah program yang jelas dalam menjalani kehidupan

akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku seseorang. Jika kita benar-benar

yakin pada nilai positif program tersebut dan menjalankannya dengan konsekuen, sebuah

karakter positif dalam perilaku kita akan terbentuk. Adanya program hidup yang sama, akan

menghasilkan perilaku yang sama pula. Oleh karena itu, program tunggal dapat dijadikan

parameter untuk mengetahui sejauh mana tindakan dan perilaku kita sesuai dengan program

itu.

Suami isteri harus bersepakat untuk menentukan satu program yang dengan jelas

menerangkan hak-hak dan kewajiban masing-masing dalam keluarga. Islam dengan

keterpaduan ajaran-ajarannya menawarkan sebuah konsep dalam membangun keluarga

muslim.

Konsep ini adalah konsep rabbani yang diturunkan oleh Allah, Tuhan Yang Maha

mengetahui. Dialah yang menciptakan manusia dan Dia pulalah yang paling mengetahui

kompleksitas kehidupan manusia. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa konsep yang

ditawarkan oleh Islam adalah satu-satunya konsep dan program hidup yang sesuai dengan

fitrah manusia (hasil wawancara dengan Tgk Abdullah guru pengajian di Ulee Jalan).

4.2.2 Materi Pendidikan Pra Nikah


Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang dari mereka

menemukan jalan buntu, baik yang berkecupan secara materi maupun yang berkekurangan.

Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa kebanyakan manusia sulit menemukannya?

Pengajian bagi pemuda dan pemudi di gampong Ulee Jalan Kecamatan Peusangan

Selatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman generasi penerus dalam bidang

keagaamaan. Hal ini juga tidak terlepas dari tujuan hidup dalam mencapai ridha Allah SWT.

Maka pengajian rutinitas pun dilakukan untuk bekal dan pembinaan dasar sebelum nikah,

sehingga materi-materi yang dipelajari adalah materi dasar. Adapun materi pengajian bagi

pemuda dan pemudi di gampong Ulee Jalan adalah;

a. Pembelajaran Al-Quran
b. Aqidah/iman
c. Hubungan antar sesama manusia (hasil wawancara dengan Sabri H.Bencut Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan Peusangan Selatan).
Materi tersebut disusun dan dipelajari menurut kebutuhan dan tuntutan perkembangan

kondisi, dengan harapan peserta didik lebih dapat mengamalkannya dengan maksimal dalam

kehidupan sehari-hari dalam membinan rumah tangga.

a. Materi Pembelajaran Al-Quran

Pembelajaran Al-Quran hanya dilakukan penekanannya pada dua sisi, yaitu dari sisi

adab membaca al-Quran dan sisi pengetahuan tajwid. Pembelajaran tentang adab dalam

membaca al-Quran sangat membawa pengaruh yang besar bagi mampu atau tidaknya

seseorang dalam membaca al-Quran. Kemudian masalah tajwid.

b. Aqidah

Faktor pertama dan terpenting adalah iman kepada Alloh dan hari akhir, takut kepada

Dzat Yang memperhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertaqwa dan

bermuraqabbah (merasa diawasi oleh Alloh) lalu menjauh dari kedhaliman dan kekeliruan di

dalam mencari kebenaran.


Di antara yang menguatkan tali iman yaitu bersungguh-sungguh dan serius dalam

ibadah serta saling ingat-mengingatkan. Hubungan suami istri bukanlah hubungan duniawi

atau nafsu hewani namun berupa interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika hubungan itu shahih

maka dapat berlanjut ke kehidupan akhirat kelak (hasil wawancara dengan Tgk Baharuddin

Tuha Peut di Ulee Jalan).

c. Hubungan antar sesama manusia

Perangkat tatanan kehidupan bersama menurut pola tertentu kemudian berkembang

menjadi apa yang disebut pranata sosial atau abstraksi yang lebih tinggi lai, dinamakan

kelembagaan atau institusi. Individu barulah individu apabila pola perilakunya yang khas

dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat. Kekhasan

atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif menjadikannya individu, menurut relasi

dengan lingkungan sosialnya yang bersifat majemuk serta simultan. Dari individu dituntut

kemampuan untuk membawa dirinya secara konsisten, tanpa kehilangan identitas nilai

etisnya. Relevan dengan relasi-relasi sesaat antara dirinya dengan berbagai perubahan

lingkungan sosialnya. Satuan-satuan lingkungan sosial yang melingkari individu terdiri dari

keluarga, lembaga, komunitas, masyarakat, dan nasion. Individu mempunyai karakter,

maka satuan lingkungan mempunyai karakteristik yang setiap kali berbeda fungsinya,

struktur, peranan, dan proses-proses yang berlangsung di dalam dirinya. Posisi, peranan dan

tingkah lakunya diharapkan sesuai dengan tuntutan setiap satuan lingkungan sosial dalam

situasi tertentu

d. Hubungan antara suami dengan istri

Mayoritas manusia tentu mendambakan kebahagiaan, menanti ketentraman dan

ketanangan jiwa. Tentu pula semua menghindari dari berbagai pemicu gundah gulana dan

kegelisahan. Terlebih dalam lingkngan keluarga. Ingatlah semua ini tak akan terwujud kecuali
dengan iman kepada Allah, tawakal dan mengembalikan semua masalah kepada-Nya,

disamping melakukan berbagai usaha yang sesuai dengan syari'at.

Pentingnya Keharmonisan Keluarga Yang paling berpengaruh buat pribadi dan

masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Allah dengan

hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap dan tinggal

dengan tentram di dalamnya.

Maka suami istri akan mendapatkan ketenangan pada pasangannya di kala datang

kegelisahan dan mendapati kelapangan di saat dihampiri kesempitan. Sesungguhnya pilar

hubungan suami istri adalah kekerabatan dan pershabatan yang terpancang di atas cinta dan

kasih sayang (hasil wawancara dengan Sabri H.Bencut Kepala Kantor Urusan Agama

Kecamatan Peusangan Selatan).

Hubungan suami istri bukanlah hubungan duniawi atau nafsu hewani namun berupa

interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika hubungan itu shahih maka dapat berlanjut ke kehidupan

akhirat kelak. Mencari kesempurnaan dalam keluarga dan aggotanya adalah hal yang sangat

susah dan merasa frustasi dalam usaha melakukan penyempurnan setiap sifat mereka atau

yang lainnya termasuk sia-sia juga.

Maka seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana

istri itu lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu

maka ia akan buntu. Jadi kelemahan wanita sudah ada sejak diciptakan, jadi bersabarlah

untuk menghadapinya. Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat apa yang

menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi kekurangan mereka. Istri

berbakti kepada suami sebagai pemimpin, pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat

kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri

dan mengerjakannya serta memperhatikan diri dan rumahnya. Inilah istri shalihah sekaligus
ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa

yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami dan tiada mengingkari kebaikannya.

Selain itu tumbuh pula kehidupan di rumah yang mulia dengan dipenuhi cinta kasih

dan saling pengertian antara sifat keibuan yang penuh kasih sayang dan kebapakan yang

tegas, jauh dari cekcok, perselisihan dan saling mendhalimi satu sama lain. Juga tak ada

permusuhan dan saling menyakiti.

e. Materi hubungan antara suami dengan istri dengan anak dan keluarga

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya

pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai

kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakat.

Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku sopan

santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan masyarakat. Keluarga

memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual,

spiritual maupun sosial.

Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan

kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta

reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatarbelakanginya. Mengingat hal ini

sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa

seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya Kewajiban orang tua untuk menanamkan

pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda

dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada

anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya.

Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua
agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya (hasil wawancara dengan

Sulaiman Ketua Pemuda gampong Ulee Jalan).

Hubungan suami-istri dibentuk oleh jaringan teman-teman dan anak di tempat mereka

hidup, tetapi teman tidak dapat menggantikan kepuasan hubungan suami-istri dengan

anaknya. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan

disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain

dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

Termasuk yang mengokohkan hal ini adalah pergaulan yang baik. Ini tidak akan

tercipt akecuali jika keduanya saling mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.

Mencari kesempurnaan dalam keluarga dan naggotanya adalah hal mustahil dan merasa

frustasi daklam usaha melakukan penyempurnan setiap sifat mereka atau yang lainnya

termasuk sia-sia juga.

1. Tugas Suami

Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri itu

lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu maka ia

akan buntu.

Jadi kelemahan wanita sudah ada sejak diciptakan, jadi bersabarlah untuk

menghadapinya. Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat apa yang

menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi kekurangan mereka. Dan

perhatikan sisi kebaikan niscaya akan banyak sekali. Dalam hal ini maka berperilakulah

lemah lembut. Sebab jika ia sudah melihat sebagian yang dibencinya maka tidak tahu lagi

dimana sumber-sumber kebahagiaan itu berada.

Apabila tidak begitu lalu bagaimana mungkin akan tercipta ketentraman, kedamaian

dan cinta kasih itu: jika pemimpin keluarga itu sendiri berperangai keras, jelek pergaulannya,
sempit wawasannya, dungu, terburu-buru, tidak pemaaf, pemarah, jika masuk terlalu banyak

mengungkit-ungkit kebaikan dan jika keluar selalu berburuk sangka.

Padahal sudah dimaklumi bahwa interaksi yang baik dan sumber kebahagiaan itu

tidaklah tercipta kecuali dengan kelembutan dan menjauhakan diri dari prasangka yang tak

beralasan. Dan kecemburuan terkadang berubah menjadi prasangka buruk yang

menggiringnya untuk senantiasa menyalah tafsirkan omongan dan meragukan segala tingkah

laku. Ini tentu akan membikin hidup terasa sempit dan gelisah dengan tanpa alasan yang jelas

dan benar.

2. Tugas Istri

Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri

mengetahui kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai pemimpin,

pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan

harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta memperhatikan

diri dan rumahnya.

Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah

suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan

suami dan tiada mengingkari kebaikannya.

Untuk itu seyogyanya memaafkan kekeliruan dan mangabaikan kekhilafan. Jangan

berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan mengkhianati ketika ia pergi. Dengan ini

sudah barang tentu akan tercapai saling meridhai, akan langgeng hubungan, mesra, cinta dan

kasih sayang.

Maka bertaqwalah wahai kaum muslimin! Ketahuilah bahwa dengan dicapainya

keharmonisan akan tersebarlah semerbak kebahagiaan dan tercipta suasana yang kondusif

bagi tarbiyah.
Selain itu tumbuh pula kehidupan di rumah yang mulia dengan dipenuhi cinta kasih

dan saling pengertian anatar sifat keibuan yang penuh kasih sayang dan kebapakan yang

tegas, jauh dari cekcok, perselisihan dan saling mendhalimi satu sama lain. Juga tak ada

permusuhan dan saling menyakiti.

3. Hak dan tanggung jawab anak

Di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nafkah, seorang

ayah berkewajiban untuk memberikan jaminan nafkah terhadap anaknya, baik pakaian,

tempat tinggal maupun kebutuhan lainnya, meskipun hubungan perkawinan orang tua si anak

putus. Suatu perceraian tidak berakibat hilangnya kewajiban orang tua untuk tetap memberi

nafkah kepada anak-anaknya sampai dewasa atau dapat berdiri sendiri.

Setelah terjadinya perceraian, Pengadilan memutuskan siapa di antara ayah dan ibu

yang berhak menjalankan kuasa orang tua demi kelangsungan pemeliharaan dan pengasuhan

anak, tidak jarang terjadi perebutan mengenai hak asuh anak, masing-masing bekas suami

isteri merasa paling berhak dan paling layak untuk menjalankan hak asuh (hasil wawancara

dengan Murhadi Al Pemuda Ulee Jalan).

Dalam ajaran Islam, ada dua periode perkembangan anak dalam hubungannya dengan

hak asuh orang tua, yaitu periode sebelum mumayyiz (anakbelum bisa membedakan antara

yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya, dari lahir sampai berumur tujuh atau

delapan tahun, menurut Kompilasi Hukum Islam sampai berusia 12 tahun, dan sesudah

mumayyiz. Sebelum anak mumayyiz, ibu lebih berhak menjalankan hak asuh anak karena ibu

lebih mengerti kebutuhan anak dengan kasih sayangnya apalagi anak pada usia tersebut

sangat membutuhkan hidup di dekat ibunya.

Masa mumayyiz dimulai sejak anak secara sederhana sudah mampu membedakan

mana yang berbahaya dan bermanfaat bagi dirinya, ini dimulai sejak umur tujuh tahun sampai

menjelang dewasa (balig berakal). Pada masa ini anak sudah dapat memilih dan memutuskan
apakah akan memilih ikut ibu atau ayahnya. Tetapi dalam kondisi tertentu ketika pilihan anak

tidak menguntungkan bagi anak, demi kepentingan anak hakim boleh mengubah putusan itu

dan menentukan mana yang maslahat bagi anak (Satria Efendi; 2002).

Dengan terjadinya perceraian, pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami

untuk memberikan biaya penghidupan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.

Sebagai ibu atau bapak mereka tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anak dan

jika ada perselisihan mengenai penguasaan anak pengadilan memberi putusan dengan

semata-mata mendasarkan kepada kepentingan anak. Seorang bapak bertanggung jawab atas

semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak dan jika bapak ternyata

tidak dapat memenuhi kewajibannya pengadilan dapat menentukan ibu ikut memikulnya.

Semua biaya hadlanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut

kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat mengurus diri

sendiri atau sampai usia 21 tahun. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadlanah dan

nafkah anak maka pengadilanlah yang memutuskannya. Kewajiban orang tua untuk

memelihara dan mendidik anak tetap melekat meskipun hubungan perkawinan orang tua

putus.

Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas kesejahteraan anak,

kewajiban memelihara dan mendidik anak sedemikian rupa, sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang menjadi orang yang cerdas, sehat, berbakti kepada orang tua, berbudi pekerti

luhur, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkemauan serta berkemampuan

meneruskan cita-cita bangsa berdasarkan Pancasila. Orang tua yang terbukti melalaikan

tanggung jawabnya, dapat dicabut kuasa asuhnya dengan putusan Hakim. Pencabutan kuasa

asuh tidak menghapuskan kewajiban orang tua untuk membiayai penghidupan, pemeliharaan

dan pendidikan anak sesuai kemampuan penghidupannya (Abdul Manan, 2005; 433).
Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak sebaik-baiknya sampai

anaknya kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban orang tua untuk memelihara dan

mendidi anak tetap melekat meskipun hubungan perkawinan orang tua putus. Anak

mempunyai hak tertentu yang harus dipenuhi orang tua, sebaliknya orang tua juga memiliki

hak yang harus dipenuhi anaknya.

Hak anak untuk mendapatkan penghidupan yang layak meliputi sandang, pangan,

pendidikan dan kesehatan merupakan nafkah anak (alimentasi) yang harus dipenuhi orang

tua, terutama ayah, baik dalam masa perkawinan atau pun setelah terjadi perceraian, sehingga

anak-anak dalam masa kecilnya akan melawati berbagai macam fase kehidupan.

Fase memberi tanggungjawab dimulai dari ketika anak genap berusia tujuh tahun

hingga empat belas tahun. Di masa ini anak tengah mempersiapkan dirinya untuk menjadi

manusia matang dan satu anggota dari masyarakatnya. Fase ini, anak mulai menghilangkan

kebiasaannya meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa dan mulai memperhatikan alam

dan lingkungan sekitarnya. Saat itulah daya pikir anak mulai terbuka dan mampu untuk

berimajinasi dan menangkap banyak masalah yang tidak kasat mata. Pada masa ini orang tua

harus memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikannya karena kini ia tengah berada di

awal hubungan sosialnya dalam lingkup yang lebih luas dengan masuknya ia ke sekolah.

Memang, mendidik anak sangat sulit sehingga diperlukan usaha dan keuletan yang

lebih besar dari orang tua dalam mendidik, menjaga dan mengontrol setiap gerak-gerik anak,

termasuk pola berpikir, perasaan, dan pelajaran sekolahnya. Selain itu, ayah dan ibu harus

memenuhi semua keperluannya yang beraneka ragam. Anak pada masa ini tengah

membutuhkan pengarahan intensif dari orang tuanya, juga bimbingan mereka dalam

mengarungi samudera kehidupan yang penuh tantangan dan liku-liku ini.

Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya budi pekerti yang luhur

merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada di pundak ayah dan ibu. Di lain pihak,
adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Karena itu, orang tua

harus pandai-pandai mempergunakan kesempatan ini untuk mendidiknya dengan benar.

Beban yang dipikul oleh orang tua dalam mendidik anak akan makin berat seandainya

masyarakat tempat mereka tinggal makin jauh dari Islam. Atau, bisa jadi secara realitas

masyarakatnya beragama Islam, tetapi bentuk kehidupan yang Islami tidak termanifestasikan

di dalamnya. Penyebabnya bermacam-macam, seperti pengaruh tradisi dan sikap konservatif,

atau pengaruh kerancuan sistem pendidikan anak-anak, yang terutama, biasa kita dapatkan

dari media massa seperti radio, televisi, film, dan lain-lain. Anak-anak memiliki potensi yang

kuat untuk menghapal apapun yang sampai ke pendengarannya. Karena itu, proses belajar

menjadi sangat penting untuk menanamkan berbagai pengetahuan dan membuatnya tetap

melekat dalam ingatan anak.

Harus juga diperhatikan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan di sini tentulah

tidak sebatas pendidikan baca tulis. Segala hal yang memungkinkan untuk diajarkan kepada

anak-anak, harus diajarkan. Jadi, pendidikan di sini meliputi seluruh bidang ilmu seperti

kedokteran, humaniora, sastra, sejarah, filsafat, dan lain-lain. Yang juga tidak boleh dilupakan

adalah pentingnya aspek pendidikan ruhani dan ibadah.

Anak juga perlu bantuan khusus dari orang tua dalam hal melatih diri bersikap patuh

sehingga berbagai macam kesulitan yang mungkin ada pada kepatuhan itu bisa

diminimalisasi. Atau, lebih jauh lagi, si anak tidak merasa asing dengan kepatuhan dan

mampu mengadaptasikannya dengan watak dan budi pekertinya sehingga kepatuhan itu

menjadi kebiasaan sehari-hari. Diharapkan, kelak si anak akan melaksanakan berbagai

macam bentuk kepatuhan dengan gembira, tanpa desakan, keterpaksaan, atau sikap malas.

Metode yang ditawarkan Islam dalam melatih kepatuhan anak sangat memperhatikan

kemampuan akal dan fisik si anak. Sebagai contoh, dalam hal latihan melaksanakan shalat.

Karena itu, orang tua harus selalu memberikan dorongan kepada anak-anak agar
membiasakan diri taat menjalankan perintah agama dengan cara yang paling efektif, mungkin

dengan pemberian perhatian, pujian, atau bisa juga dengan pemberian hadiah yaitu bisa

berupa materi atau spiritual (Hibbana, 2002; 129).

Anak-anak juga sangat perlu diarahkan kepada hal-hal yang benar dan baik. Mereka

juga memerlukan pengawasan dalam hal cara berpikir, serta pengembangan imajinasi dan

humanisme. Tentu saja, semua bentuk pengawasan itu harus dilakukan dengan cara yang

benar jangan sampai membebani si anak. Dalam waktu-waktu tertentu, sebaiknya orang tua

melakukannya dengan cara seakan-akan dia adalah seorang kawan yang sedang mencoba

membantu si anak dari kesulitan yang ia hadapi. Pengawasan dalam hal pergaulan anak perlu

lebih ditekankan dibandingkan dengan pengawasan di rumah. Orang tua harus memilihkan

kawan-kawan bermainnya.

Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah bahwa jangan sampai si anak merasa

tidak diacuhkan oleh orang tuanya. Kondisi pengawasan melekat harus selalu terjaga. Orang

tua terkadang bisa meminta bantuan pihak-pihak lain untuk ikut mengawasi anaknya

terutama dalam situasi yang di sana orang tua tidak bisa melakukannya. Dalam hal ini,

mereka bisa memberikan kepercayaan kepada famili dan kawan terdekat, sekolah-sekolah

dan institusi tempat si anak beraktivitas sosial memiliki peran pengawasan yang sangat besar

dalam pendidikan si anak agar ia tidak terjerumus ke dalam penyimpangan perilaku.

Orang tua berkewajiban untuk mengarahkan pandangan, pikiran, dan kecenderungan

anak-anak ke arah pribadi-pribadi teladan sejak Nabi Adam a.s. hingga orang-orang mulia

zaman sekarang. Pada diri mereka terdapat teladan-teladan yang secara historis memiliki

konteks yang khas, tetapi semuanya mengandung nilai kemuliaan, kebajikan, dan

kepemimpinan dalam hidup. Dampak dari peneladanan itu akan termanifestasikan dalam

kepribadian, mental, logika, dan paradigma hidup mereka.

i. Evaluasi Pendidikan Pra Nikah


Pelaksanaan pendidikan pra nikah di tingkat gampong tidaklah berbentuk training

didalam forum. Pendidikan seperti ini merupakan pelaksanaan pengajian di level gampong.

Maka di setiap gampong selalu dilaksanakan pengajian pada waktu tertentu. Khususnya di

gampong Ulee Jalan, pengajian rutin bagi pemuda dilakukan pada setiap malam kamis.

Dalam pengajian tersebutlah termuat materi-materi pendidikan pra nikah.

Perangkat gampong dan masyarakat telah sepakat mengadakan pengajian, baik bagi

pemuda, pemudi, juga dilaksanakan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu rumah tangga. Pengajian

yang telah diaktifkan kembali setelah terpilih Tgk. Ismudi sebagai Geuchiek Ulee Jalan

merupakan program kerja utama Geuchiek dalam menegakan syariat Islam di gampong

tersebut.

Maka seiring pengajian diaktifkan, maka segala bentuk aturan pun mulai di tetapkan.

Peraturan tersebut tertuang dalam Qanun Pendidikan Gampong Ulee Jalan, pada bagian

ketiga pasal 14 ayat 6 dan 7 yaitu Bagi para pemuda dan pemudi yang berumur 16 tahun

keatas dan belum kawin dan yang tidak lagi aktif belajar dibalai pengajian, maka wajib

mengikuti pengajian di meunasah pada waktu yang telah ditetapkan. Bagi siapa saja yang

tidak mengikuti pengajian dan tanpa alasan yang jelas 3 kali berturut-turut akan dipanggil

deberi nasehat, dan apbila masih kedapatan melanggar, maka akan dikenakan denda adat

Rp. 50.000 per orang; Kemudian pasal 7 adalah Bagi seluruh warga Gampong Ulee Jalan

laki-laki dan perempuan (Tua dan muda) majib mengikuti majelis talim/pengajian pada

waktu masing-masing yang telah ditetapkan dalam musyawarah bersama, dan bagi siapa

saja yang tidak mengikuti majelis talim/pengajian selama 5 kali berturut-turut dan 15 kali

secara berselang dalam waktu satu tahun, maka dikenakan sanksi sebagai berikut :

a. Diberi pengarahan/nasehat selam tiga kali oleh pengawas amar maruf nahi mungkar
b. Apabila poin pertama tidak diindahkan maka dikenakan denda adat sebesar Rp. 100.000 per
orang dalam sekali pertemuan majelis talim
c. Apabila poin a dan b tidak diindahkan maka pihakn perangkat gampong akan membaikot
seluruh kegiatan terhadap tersangka selama 6 bulan terkecuali musibah kematian untuk
dilakukan fardhu kifayah saja.
Bagi para pemuda dan pemudi yang memiliki hajatan pernikahan, maka wali dan calon

pengantin harus melapor 3 bulan sebelum hari pernikahan. Dalam kurun waktu 3 bulan wali

dan calon pengantin dievaluasi oleh Tgk Imum gampong dengan kewajiban melapor 2

minggu sekali setiap bulannya, sehingga Tgk.Imum gampong dapat menilai kemajuan yang

dicapai oleh para wali dan calon pengantin sendiri (hasil wawancara dengan Tgk.Ismudi Guru

Pengajian Gampong Ulee Jalan).

Pada bulan ke 3 berjalan, calon pengantin dites oleh Tgk Imum dengan mempersilahan

calon pengantin mengisi jawaban pada blangko yang telah disediakan oleh Tgk Imum, masa

pengujian tersebut dilakukan selama 2 kali di gampong, dan pada kali yang ke dua, Tgk

Imum langsung membubuhi nilai pada jawaban yang telah dijawab/diisi oleh calon

pengantin. Ada pun form yang diisi oleh Tgk Imum sebagai hasil testing calon pengantin

adalah sebagai berikut:

Tabel
Tabel Test Calon Pengantin
NILAI
NO MATERI POKOK SUB MATERI
ANGKA HURUF
1 Al-Quran Adab
Tajwid
Seni Bacaan
2 Aqidah Rukun Iman
Sifat Wajib bagi Allah
Sifat Wajib bagi Rasul
Nama-nama Malaikat 10
3 Akhlaq Hubungan dengan Allah
Hubungan dengan
manusia
Adab/sopan santun
terhadap suami
4 Munakahat Arti dan tujuan
perkawinan
Cerai dan akibat
perceraian
Macam-macam talak
Penyelesaian konflik RT
5 Ibadah Syarat shalat
Syarat puasa
Syarat nikah
Rukun mandi wajib
Rukun shalat
Rukun nikah
6 Syariah Arti: wajib, sunat,
makruh, haram, mubah
Contoh wajib ain dan
wajib kifayah
7 Doa-doa Bersetubuh
Niat mandi wajib

Setelah melalui tahapan seleksi bersama imam gampong, maka calon pengantin

dipersilahkan oleh Tgk. Imum untuk menghadap Sekretaris/Keurani Gampong untuk

meminta diisikan form rekomendasi belum menikah dan form asal usul calon pengantin.

Kemudian form tersebut dibawa menghadap Geuchik untuk dibubuhi tanda tangan geuchiek.

Setelah mendapat rekomendasi dari Pemerintahan Gampong setempat, maka calon

pengantin langsung mengahadap pihak Kantor Urusan Agama (KUA). Di KUA, calon

pengantin kembali di test kemampuannya apa yang telah dipelajari di gampong. Apabila

calon pengantin berhasil mengikuti test di KUA, maka pihak BP4 Kecamatan akan

mengeluarkan sertifikat kelulusan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di gampong Ulee Jalan tentang

metodologi pendidikan pra nikah, maka yang menjadi kesimpulannya adalah;

5.1.1 Pendidikan pra nikah Pengajian rutinitas yang diikuti oleh pemuda-pemudi menjadi landasan

pengetahuan sebelum menikah atau lebih ditujukan kepada Pendidikan Pra Nikah. Sehingga

dengan bekal pendidikan sebelum nikah, para pemuda dan pemudi lebih memahami syariat

Islam secara sempurna. Dalam pelaksanaan pengajian bagi masyarakat di gampong ulee Jalan

ini menjadi tanggung jawab Teungku Imum Gampong, baik dalam memfasilitasi

pengajiannya, mencari pemateri (teungku seumeubeut), jadwal pengajian maupun materi /

kitab yang akan dipelajari dalam pengajian tersebut.

5.1.2 Peran masyarakat dalam proses pendidikan pra nikah di Gampong Ulee Jalan Kecamatan

Peusangan Selatan dengan cara memberi bimbingan, penasehatan dan penerangan mengenai

nikah, talak, cerai, rujuk kepada calon mempelai dengan pendekatan personality, memberikan

bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kelurga,

memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di pengadilan agama, dan

menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab,

pernikahan dibawah umur dan pernikahan tidak tercatat,

5.1.3 Proses evaluasi kesiapan calon mempelai kususnya bagi para pemuda dan pemudi yang

memiliki hajatan pernikahan, maka wali dan calon pengantin harus melapor 3 bulan sebelum

hari pernikahan. Dalam kurun waktu 3 bulan wali dan calon pengantin dievaluasi oleh Tgk

Imum gampong dengan kewajiban melapor 2 minggu sekali setiap bulannya, dan pada bulan

ke 3 berjalan, calon pengantin dites oleh Tgk Imum dengan mempersilahan calon pengantin

mengisi jawaban pada blangko yang telah disediakan oleh Tgk Imum, masa pengujian

tersebut dilakukan selama 2 kali di gampong, dan pada kali yang ke dua, Tgk Imum langsung

membubuhi nilai pada jawaban yang telah dijawab/diisi oleh calon pengantin.

5.2 Saran
5.2.1 Melalui penelitian ini kami mengharapkan kepada Pemerintah untuk dapat melakukan

pembinaan bagi calon pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan.

5.2.2 Kepada masyarakat supaya membina dan melestarikan calon pengantin dalam membina

keluarga.

5.2.3 Kepada calon pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan hendaknya menjidikan

keluarganya yang sakinah mawaddah warahmah warabbul ghafur.

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana Media Group, 2003
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta,
Kencana, 2005
Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-Bait wa al-Madrasah
wa al-Mujtama, Beirut: Dar al-Fikr, 1983
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995
Al-Bukhari, Sahih Bukhari, Juz III, Beirut: Dar Al Fikr, t.t
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Kencana: Jakarta. 2007
Dewantoro Sulaiman, Agenda Pengantin, Hidayatul Insan: Solo, 2002
Hibana. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta; PGTWI Press, 2002
Kartini Kartono, Pengantar Metodelogy Research Sosiologi, Bandung: Alumni, 2000
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya,
Bandung: Trigenda Karya, 1993
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesi Modern, Jakarta: Amani, t.t
Qanun Gampong Ulee Jalan Kecamatan Peusangan Selatan tentang Pelayanan Pendidikan di
Gampong
Rasjid, Sulaiman. Fikh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo,1996
Satria Effendi, Makna, Urgensi dan Kedudukan Nasab dalam Perspektif Hukum Keluarga Islam,
Artikel Jurnal Mimbar Hukum, Jakarta, Al-Hikmah dan DITBINBAPERA Islam No. 42
Tahun X 1999
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Reneka Cipta,
2002
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara,
2010
Suntoro Eko, dkk., Bergerak Menuju Mukim dan Gampong, Yokyakarta: IRE, 2007
Zakiyah Dradjat, Ilmu Pendidkan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2002

Anda mungkin juga menyukai