Anda di halaman 1dari 7

TUGAS LSI

“AQIDAH”
Sabtu, 14 Mei 2022

A. PENGERTIAN RASUL
 Rasul adalah seseorang yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT, tidak hanya
untuk dirinya sendiri, tetapi juga harus disampaikan kepada umatnya. 
Dalam sejarah agama Islam, rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT adalah Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena itu, apabila setelah Nabi Muhammad SAW wafat,
lalu ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang Rasul, maka umat
dapat melakukan penolakan dan menganggap orang tersebut sebagai orang yang
merusak agama.
 Rasul merupakan nabi yang diberikan wahyu oleh Allah SWT kemudian
diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan wahyu yang telah diberikan kepada
umat manusia.
 Rasul adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah tentang agama dan misinya.
Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu
dari Allah SWT dan memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.
 Rasul adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah untuk syari’at dan ia
diperintahkan untuk menyampaikan hal itu dan mempraktekkannya. Setiap rasul
harus menjadi nabi, tapi tidak setiap Nabi adalah utusan, dengan demikian, jumlah
nabi adalah jauh lebih banyak daripada jumlah rasul.

B. MENGENAL RASULULLAH
Wajib atas setiap Muslim dan Muslimah untuk mengenal Nabi Muhammad shallallāhu
‘alayhi wa sallam.
Beliau adalah;
 Muhammad Ibnu ‘Abdillāh Ibnu ‘Abdil Muththalib.
 Termasuk keturunan Nabi Ismā’īl bin Ibrāhīm ‘alayhimāssalām.
 Beliau Lahir di Mekkah.
 Dan diutus menjadi Nabi yang terakhir ketika berumur 40 tahun,
 Kemudian menyampaikan risalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla selama 23 tahun.
 Meninggal di kota Madīnah
 Setelah Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyempurnakan agama ini bagi Beliau dan
juga umatnya.

Mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidaklah cukup hanya mengenal
nama dan nasab Beliau, atau menghapal keluarga dan shahābat Beliau.
Mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah :
 Mengenal tugas Beliau sebagai seorang utusan Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada
kita.
 Dan mengetahui apa kewajiban kita terhadap Beliau.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus Beliau shallallāhu ‘alayhi wa


sallam kepada kita dengan membawa 4 perkara:
1. Membawa perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita jalankan.
2. Membawa larangan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita jauhi.
3. Membawa berita dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita benarkan.
4. Membawa tatacara ibadah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita beribadah
kepada Allāh dengan cara tersebut.
Kalau kita mena’ati Beliau di dalam 4 perkara ini, berarti kita pada hakekatnya telah
menaati Allāh. Karena perintah, larangan, berita dan cara ibadah adalah dari Allāh
Subhānahu wa Ta’āla. Sedangkan tugas Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam hanyalah
sekedar menyampaikan kepada kita.
a) Mengenal Beliau Sebagai Seorang Rasul Yang Diantara Tugasnya
Membawa Perintah Dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang utusan, membawa
perintah-perintah dari Allah. Beliau sampaikan perintah-perintah tersebut kepada
kita supaya kita jalankan sesuai kemampuan kita.
Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakan sesuai
kemampuan kalian”. (HR Muslim)

Dan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala ada 2 macam:


 Wajib
Amalan yang wajib apabila kita tinggalkan maka berdosa, seperti:
 Shalat 5 waktu
 Berpuasa Ramadhan
 Haji bagi yang wajib
 Memakai hijab bagi wanita
 Dan lain-lain.
Maka ini adalah amalan-amalan yang wajib.

 Sunnah (dianjurkan)
Adapun amalan yang sunnah apabila tidak dikerjakan seseorang tidak
berdosa, seperti:
 Shalat rawatib
 Shalat dhuha
 Puasa Senin dan Kamis
 Puasa Nabi Dawud
 Dan juga amalan-amalan sunnah yang lain.

Kita kerjakan perintah-perintah tersebut sesuai dengan kemampuan kita,


misal :
 Bila kita tidak mampu shalat wajib dengan berdiri, maka kita duduk.
 Apabila seseorang tidak mampu melaksanakan sholat berjama’ah di
masjid karena sakit, maka silahkan dia melaksanakan shalat tersebut
dirumahnya.
 Apabila seseorang tidak mampu berpuasa Ramadhan karena sakit atau
bepergian, maka bisa dia ganti pada hari-hari yang lain.
 Orang yang tidak mampu shalat malam 11 raka’at, maka dia bisa shalat
malam lebih sedikit dari itu.
 Demikian pula orang yang tidak mampu berpuasa Dawud ‘alayhissalam,
maka bisa berpuasa dengan puasa yang lebih ringan dari itu.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah memerintah kita dengan sebuah
perintah kecuali di dalam perintah tersebut ada hikmah dan juga kebaikan
bagi kita semua.

b) Mengenal Beliau Sebagai Seorang Rasūl Yang Diantara Tugasnya Adalah


Membawa Larangan-Larangan Dari Allāh Subhānahu Wa Ta’āla.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang utusan membawa
larangan-larangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala  Beliau sampaikan larangan-
larangan tersebut kepada kita semua, supaya kita menjauhi.
Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Apa yang aku larang maka hendaklah kalian jauhi.” (HR Muslim)

Dan larangan Allāh Subhānahu Wa Ta’āla ada 2 macam :


a. Haram
Larangan yang haram apabila dikerjakan maka berdosa, seperti :
 Berzina
 Membunuh tanpa haq
 Riba
 Berdusta
 Ghībah (membicarakan orang lain)
 Sihir
 Perdukunan
 Minum minuman keras
 Dan lain-lain.

b. Makruh
Adapun larangan yang makruh, maka apabila dikerjakan perbuatan tersebut
dibenci akan tetapi tidak sampai kepada dosa, seperti misalnya :
 Memakan bawang merah & bawang putih dalam keadaan masih mentah
 Makan minum dengan bersandar
 Tidur sebelum shalat ‘Isya
 Dan lain-lain.
Kita sebagai seorang Muslim dan juga Muslimah hendaklah meninggalkan
larangan-larangan tersebut. Dan yakin bahwasanya Allāh Subhānahu Wa Ta’āla
tidaklah melarang sesuatu kecuali di sana ada hikmahnya dan ada kebaikan bagi
diri kita. Terkadang kita mengetahui hikmah tersebut dan terkadang kita tidak
mengetahuinya.

c) Mengenal Beliau Shallallāhu ‘Alayhi Wa Sallam Sebagai Seorang Rasūl


Yang Diantara Tugasnya Adalah Membawa Berita Dari Allāh Subhānahu
Wa Ta’āla.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang utusan, diantara tugasnya
adalah membawa berita-berita dari Allāh.
 Baik berita di masa lalu, seperti: kisah-kisah para Nabi & umat-umat
terdahulu.
 Maupun berita di masa yang akan datang, seperti: kejadian setelah mati dan
kejadian-kejadian di hari akhir.
Kewajiban kita sebagai seorang yang beriman adalah membenarkan berita-berita
tersebut, bila memang dalilnya shahīh.
Allāh berfirman:
“Dan tidaklah Beliau berbicara dari hawa nafsunya. Tidaklah ucapan Beliau kecuali
wahyu yang diwahyukan kepada Beliau.” (QS An-Najm: 3-4)

 Kalau kita benarkan Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka sebenarnya


kita telah membenarkan Allāh.
 Dan kalau kita dustakan Beliau, maka sebenarnya kita telah mendustakan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla .
 Akal yang sehat tidak akan bertentangan dengan dalil yang shahīh.
 Apabila dalil yang shahīh sepertinya tidak masuk akal, maka ketahuilah
bahwasanya kekurangan ada di dalam akal kita yang memang sangat terbatas,
bukan pada dalil.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dikenal oleh kaumnya sebagai orang yang
jujur semenjak sebelum Beliau diutus menjadi nabi. Tidak pernah Beliau sekalipun
berdusta :
 Baik kepada anak kecil, sebaya maupun kepada orang tua.
 Baik ketika bercanda maupun dalam keadaan sungguh-sungguh.

d) Mengenal Rasulullah Sebagai Utusan Yang Membawa Tata Cara


Beribadah Dari Allāh Subhānahu Wa Ta’āla.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika mengutus seorang Rasūl untuk menyampaikan
perintah beribadah, juga mengutus Rasūl tersebut untuk menyampaikan tata cara
ibadah tersebut.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam : 
 Membawa perintah shalat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan juga membawa
tata caranya.
 Membawa perintah puasa dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan juga membawa
tata caranya.
 Cara ibadah tidak diserahkan kepada akal kita masing-masing atau kepada
budaya atau kepada guru kita.
 Akan tetapi tata cara ibadah adalah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla melalui
lisan Rasul-Nya shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
 Dan Allāh tidak menerima amal ibadah kecuali yang dilakukan sesuai dengan
cara yang telah diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


“Barang siapa yang mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada dalilnya dari kami
maka amalan tersebut tertolak.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imām Muslim
rahimahullāh).

 Barang siapa yang mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad shallallāhu


‘alayhi wa sallam, maka hendaklah dia mencukupkan diri dengan ibadah yang
sudah Beliau ajarkan.
 Tidak boleh dia membuat ibadah yang baru yang tidak diajarkan oleh
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
 Dan tidak boleh dia beribadah, kecuali setelah yakin bahwa dalilnya shahīh.
 Alhamdulillāh, semua ibadah yang mendekatkan diri kita kepada surga telah
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ajarkan.

Beliau pernah mengatakan:


“Tidaklah tersisa sesuatupun yang mendekatkan diri kepada surga dan menjauhkan
dari neraka kecuali sudah diterangkan kepada kalian.” (Hadits shahih diriwayatkan
oleh Thabrāni di dalam Al Mu’jāmil Kabīr)

Lebih baik seseorang beribadah sedikit tetapi berdasarkan dalil yang shahih, dari
pada dia beribadah yang banyak akan tetapi tidak berdasarkan dalil yang shahih.

e) Mengenal Inti Dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam


Inti dakwah Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah sama dengan inti dakwah
Nabi-nabi sebelum Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Yaitu mengajak manusia
untuk meng-Esa-kan Allāh di dalam ibadah dan meninggalkan kesyirikan.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :
“Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang Rasul kecuali Kami wahyukan
kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku, maka
hendaklah kalian menyembah-Ku.” (QS Al Anbiya: 25)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman tentang Nabi Nūh, Rasul yang pertama:
“Sungguh Kami telah mengutus Nūh kepada kaumnya maka dia berkata, ‘Wahai
kaumku sembahlah Allāh, kalian tidak memiliki sesembahan selain Dia’.” (QS Al
A’rāf: 59)

Ucapan yang semakna juga diucapkan oleh Nabi-nabi setelah Beliau. (Lihat Surat
Al Araf: 65, 73 & 85).
 Demikian pula Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, selama 10 tahun pertama,
Beliau berdakwah kepada tauhid dan mengingatkan manusia dari kesyirikan.
 Kemudian turunlah kewajiban shalat 5 waktu pada tahun ke-10 kenabian dan
tidak disyariatkan kebanyakan syariat kecuali di kota Madinah.
 Ketika manusia sudah memiliki aqidah yang kuat (tauhid yang benar), seperti
puasa Ramadhān, zakat, haji, adzan dan lain-lain.
 Yang demikian karena amal ibadah tidak diterima oleh Allāh kecuali bila
dalam diri seseorang ada tauhid.
 Oleh karena itu, wasiat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada
Mu’ādz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman untuk berdakwah adalah :
“Hendaknya engkau mengajak kepada syahādat “Laailahaillallah” dan
syahādat “Muhammadarrasullah.” (HR Bukhāri dan Muslim)

Dan sampai akhir hayat Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Beliau berusaha
menjaga tauhid dan membentengi umat dari kesyirikan. Lima hari sebelum
Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia, Beliau mengingatkan
umat Islam bahwa orang-orang sebelum mereka dahulu menjadikan kuburan
Nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah atau masjid. Maka Beliau shallallāhu
‘alayhi wa sallam melarang menjadikan kuburan sebagai masjid. (HR
Muslim). Yang demikian karena membangun masjid di atas kuburan adalah
pintu menuju kesyirikan. Semua ini menunjukkan bahwasanya inti dakwah
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah TAUHID.

f) Mengenal Rasūlullāh Sebagai Nabi Terakhir


Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal pada tahun ke-11 Hijriah setelah
menyempurnakan tugas menyampaikan risalah dari Allāh. Beliau Shallallāhu ‘alayhi
wa sallam meninggal dunia sebagaimana manusia yang lain yang juga meninggal
dunia.
Allãh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
“Setiap jiwa akan merasakan kematian.” (QS Āli ‘Imrān: 185)

Dan Allãh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman:


“Sesungguhnya engkau akan meninggal dunia dan mereka akan meninggal
dunia” (QS Az Zumār: 30 )

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah Rasul terakhir, tidak ada Rasul
sepeninggal Beliau.
Allãh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
“Bukanlah Muhammad bapak salah seorang laki-laki di antara kalian, akan tetapi
Beliau adalah Rasūlullāh dan penutup para Nabi.” (QS Al Ahzab: 40)

Dalil-dalil dari hadits Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bahwasanya Beliau adalah
Nabi terakhir mencapai derajat mutawatir.

Dan sebagian ulama mengatakan :


Kalau seseorang tidak mengetahui bahwa Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam
adalah Nabi terakhir maka dia bukan Muslim, karena ini termasuk perkara yang
diketahui secara darurat di dalam agama Islam.
Di antara hadits yang menunjukkan bahwasanya Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa
sallam adalah Nabi yang terakhir adalah sabda Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
“Sesungguhnya akan ada di antara umatku 30 orang pendusta, semuanya mengaku
menjadi Nabi dan aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi
setelahku”. (Hadits shahih diriwayatkan oleh Abū Dāwūd)
Dan di dalam sebuah hadits yang Mutaffaqun ’alaih, Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa
sallam bersabda :
“Dan aku adalah Al ‘Āqib (yang terakhir) yang tidak ada setelahnya Nabi.”
Meskipun Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia Allãh
Subhānahu wa Ta’āla akan menjaga agama ini dengan menjaga sumbernya yaitu Al
Qurān dan juga Al Hadīts dan menyiapkan para ulama yang amanat untuk
menyampaikan keduanya kepada umat.
Allãh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qurān dan sesungguhnya Kami akan
menjaganya” (QS Al Hijr: 9)
Dan Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham akan tetapi mereka mewariskan
ilmu.” (HR Abū Dāwūd, Tirmidzi dan Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani rahimahullāh)

C. PENTINGNYA RASUL BAGI UMAT MANUSIA


1) Memberi petunjuk untuk mengetahui sang pencipta
Untuk menuntun manusia ke jalan yang benar dan memberitahukan kepada
mereka tentang  tuhan sang pencipta yang esa yaitu Allah Swt, maka Allah Swt
mengutus rasul untuk melakukan hal tersebut. Allah Swt berfirman:
“Dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, jauhilah Tagut”. (Q.S an-Nahl: 36)

2) Memberitahu Umatnya Tentang Hal Gaib


Sebagai hambanya yang lemah, kita tidak bisa mengetahui hal-hal gaib yang
meliputi keadaan akhirat kelak, alam kubur, hari hisab, hari pembangkitan, surga,
neraka, malaikat, dsb, kecuali dari penjelasan dari para rasul. Dari penjelasan
mereka, tentang hal ini, kita bisa meyakini dan tidak ragu terhadap hal gaib yang
diciptakan oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman:
“…Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah
memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Kerena itu,
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya...” (Q.S Ali Imron: 179)

3) Kebutuhan manusia terhadap suri tauladan yang baik


Untuk membentuk seorang agar mempunyai akhlak yang baik, maka tidaklah cukup
ia diajarkan akhlak melalui lisan saja. Akan tetapi, harus ada suri tauladan yang
baik di sisinya. Sehingga, pembentukan akhlak yang baik akan lebih cepat dan
meresap pada diri orang tersebut, dikarenakan ia mecontohi suri tauladanya.
Oleh karena itu, Allah Swt mengutus rasulnya, untuk menjadi suri tauladan yang
baik bagi umat. Contohnya ialah ketika nabi Muhammad Saw diutus menjadi suri
tauladan bagi umatnya, baik dari ketika ia diutus sampai zaman sekarang ini, Allah
Swt berfirman:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik…”(Q.S al-
Ahzab: 21)

4) Mengajak Manusia Menuju Kebenaran yang Sesungguhnya


Manusia tidak mampu mengetahui seluruh kejadian yang telah terjadi, yang sedang
terjadi, dan yang akan terjadi. Sehingga, manusia membutuhkan ajaran yang pasti
menuju kebenaran. Oleh karena itu, Allah Swt mengutus rasulnya dengan
membawa ajaran yang berasal dari Allah Swt yang sesuai untuk segala tempat dan
waktu, sehingga manusia bisa terbimbing menuju kebenaran yang sesungguhnya.

D. SIFAT DAN AKHLAQ RASULULLAH


1) Sifat Rasulullah
a) Siddiq
artinya jujur atau benar. Sifat nabi Muhammad yang sidiq tersirat dalam
kehidupan sehari-harinya sebagai pebisnis atau pedagang pada
masanya.
b) Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Nabi Muhammad memiliki julukan
sebagai Al-Amin yang artinya dapat dipercaya.
c) Tabligh
artinya menyampaikan. Sifat tabligh dalam diri Nabi Muhammad SAW
tercermin dalam bagaimana Nabi Muhammad menyampaikan wahyu
dari Allah SWT kepada sahabat dan umatnya, yang kemudian itu
menjadi pelajaran penting bagi umat Islam di dunia sampai sekarang
d) Fathonah
artinya cerdas. Nabi Muhammad memiliki sifat fathonah maksudnya
ialah seseorang yang dapat menggunakan kecerdasannya. Nabi
Muhammad memaksimalkan kemampuan intelektualnya untuk
melakukan dakwah dan berdagang.

2) Akhlaq Rasulullah
Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an. Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah
seorang yang mengamalkan Al-Qur’an, mengamalkan perintahnya dan menjauhi
larangannya, yang hal ini telah tertanam dalam diri beliau sebagai watak dan
pembawaannya serta sebagai akhlaq yang telah terpatri.

E. TUGAS-TUGAS RASULULLAH
Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT salah satunya adalah untuk menyempurnakan
akhlak umat manusia. Di dalam Al Quran juga disebutkan tugas yang diemban Nabi
Muhammad SAW saat berdakwah yaitu pada surah al-Baqarah ayat 129 sebagai berikut :
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab
(Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al Baqarah: 129).
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa tugas Nabi Muhammad SAW adalah :
1) Menyempurnakan akhlak manusia.
2) Membacakan ayat-ayat Allah kepada umat-Nya
3) Mengajarkan kitab al-Quran
4) Mengajarkan as-sunnah
5) Mensucikan umat-Nya

Selain itu, tugas-tugas Rasul yang lain adalah :


a) Menyampaikan risalah dari Allah Swt
b) Mengajak kepada tauhid Allah Swt. dan menjauhi perilaku musyrik (menyekutukan
Allah)
c) Memberi kabar gembira kepada orang mukmin
d) Menunjukkan kepada umat-Nya jalan yang lurus
e) Menyucikan jiwa manusia serta mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah dan
f) Sebagai hujjah bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai