Anda di halaman 1dari 8

AHLAQ TERHADAP NABI MUHAMMAD SAW

(Makalah Ini Ditunjukan Untuk Syarat Mengikuti Pelajaran Budi Pekerti)

Kelompok 8
Disusun Oleh :
 FARIHAH FANIA. A
 FANI RIZKI
 IFAN LAZUARDI
 LUTFIRNO. F
 MANISHA NOOR. G

SMP NEGERI 1 PLUMBON


Jln. Pangeran Antasari No. 8 Kec. Plumbon Kab. Cirebon
TAHUN AJARAN 2015 / 2016
1. PENGERTIAN AKHLAK TERHADAP NABI MUHAMMAD

Bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat
dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik
dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi
pekerti yang tercela. Mengejar nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk
mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana yang hebat,
karena orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain,
asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya timbul persaingan
hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi agama untuk
mengendalikan segala perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan hidupnya. Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim
kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita
tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus
berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita
harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada
masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara
langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya. Pada dasarnya, utusan Tuhan
(rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan manusia lain. Namun
demikian, terkait dengan status “rasul” yang disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat
ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan
sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.
2. KEWAJIBAN ANAK TERHADAP NABI MUHAMMAD SAW.

Ada empat kewajiban kita atas diri Rasul Muhammad SAW:

1. Pertama: mengikuti sunnah, membantu agama dan syariatnya. Kewajiban kita kepada
Rasul yang pertama adalah bagaimana kita berupaya menghidupkan tradisi yang dirintis
oleh beliau.Sunnah-sunnah beliau menjadi tanggung-jawab kita untuk kita lestarikan.
Dengan menghidupkan sunnahnya, kita tergolong sebagai orang yang membantu agama
Islam dan perjuangan menegakkan syariat.

“Katakanlah, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya


Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Qs. Ali Imran: 31)

2. Kedua: setelah kita menunaikan kewajiban pertama yaitu mengikuti sunnah, maka
kewajiban kedua terhadap Nabi adalah mencurahkan perasaan cinta kepada beliau SAW.
Mencintai Nabi Muhammad merupakan kewajiban bagi kita semua. Beliau begitu
mencintai kita hingga di penghujung hayatnya masih sempat menyebut “Ummati,
ummati,ummati,” (umatku, umatku, umatku).  

3. Ketiga: mengagungkandan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Allah telah menegaskan


kewajiban yang ketigaini dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira


dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama)Nya, mengagungkan-Nya.dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi
dan petang.”

4. Keempat: dari kewajiban kita terhadap rasul yang wajib kita tunaikan adalah
memperbanyak membaca shalawat dan salam kepada beliau SAW. Allah memerintahkan
hal ini lewatfirman-Nya:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai


orang-orang yang beriman,bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatankepadanya.” (Qs. Al-Ahzab:56)
3. HIKMAH AKHLAK TERHADAP NABI

Segala puji bagai Allah yang telah memberikan ni'mat kepada kita yang seandainya kita
hitung – hitung nikmat Allah itu tentunya kita tak akan dapat menghitung jumlah ni'mat Yang
Allah berikan itu, maka dari itu Ayo…Marilah kita bersyukur kepada Allah dengan syukur
.yang sebenar-benar nya
Sholawat serta salam untuk Rasulullah saw , yang kita nantikan syafaatnya di yaumil Akhir
.kelak

Sudah menjadi pengetahuan kita bersama bahwa Rasulullah di utus untuk meluruskan
Akhlak manusia , sesuai dengan hadist riwayat ahmad
”.Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak

Ketika aisyah di Tanya apa Akhlak rasul beliau menjawab Akhlak rasul ialah Al- Qur'an,
jikalau akhlak rasul ialah Al-Qur'an maka sangatlah universal Akhlak rasul itu , akhlak tidak
bias di makanai hanya sebagai unggah-ungguh atau cara perilaku manusia, seperti cara
minum , cara makan , dan cara-cara yang lain … karena Al-qur'an bukan hanya mengatur itu
.namun Al-qur'an mengatur segalanya, dari yang kecil sampai yang besar
Maka yang di maksud rasul di utus untuk meluruskan Aklhak dan akhlak rasul ialah Al-
.Qur'an ialah

Pertama Akhlak manusia kepada Allah yaitu mentauhidkan Allah dan hanya beribadah pada
.Nya saja tidak menyekutukan Nya

Kedua Akhlak kepada Raulullah yaitu senantiasa itiba' (mengikuti beliau ) dalam ibadah dan
.perilaku

Ketiga Akhlak kepada sesama orang lain : seperti tawadhu' dll

Ke empat Akhlak kepada alam : tidak merusak nya . memperlakukan nya sembarang ngan

disini saya akan memberikan satu saja contoh akhlak rasulullah terutama Akhlak kepada
 sesama , semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua
4. TANDA KETAATANMU KEPADA TUHANMU DAN NABIMU

Seorang hamba yang mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tiada lain kecuali milik
Allah dan setiap yang tampak sempurna dari dirinya atau orang lain adalah dari dan karena
Allah, maka hal itu akan menuntut keinginan menaati-Nya dan mencintai segala yang
mendekatkan diri kepada-Nya.

Seorang hamba yang mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tiada lain kecuali milik
Allah dan setiap yang tampak sempurna dari dirinya atau orang lain adalah dari dan karena
Allah, maka hal itu akan menuntut keinginan menaati-Nya dan mencintai segala yang
mendekatkan diri kepada-Nya. 

Allah SWT berfirman, Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihimu" (QS Ali 'Imran [3]: 31).

Ketahuilah, wahai yang dikasihi Allah, bahwa kecintaan hamba kepada Allah dan Rasul-Nya
adalah ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Adapun kecintaan
Allah kepada hamba-Nya adalah limpahan ampunan-Nya kepadanya.

Ada yang mengatakan, apabila hamba mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tiada
lain kecuali milik Allah dan setiap yang tampak sempurna dari dirinya atau orang lain adalah
dari dan karena Allah, cintanya hanya milik dan kepada Allah. Hal itu menuntut keinginan
mentaati-Nya dan mencintai segala yang mendekatkan diri kepada-Nya. Oleh karena itu,
mahabbah ditafsirkan sebagai keinginan untuk taat dan kelaziman mengikuti Rasulullah
SAW dalam peribadatannya. Hal itu merupakan dorongan menuju ketaatan kepada-Nya.

'Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku, dia telah mencintaiku. Dan, barangsiapa yang
mencintaiku, pada hari kiamat dia bersamaku di surga.'"

Di dalam hadits masyhur disebutkan bahwa orang yang berpegang pada Sunnah Rasulullah
SAW ketika orang lain berbuat kerusakan dan terjadi pertikaian diantara para penganut
mazhab, dia memperoleh pahala dengan seratus pahala syuhada. Demikian disebutkan dalam
Syir'ah al-Islam.

- MENAATI NABI SAW DALAM SEMUA PERINTAHNYA


Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat tentang wajibnya mencintai dan mengagungkan Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi kecintaan dan pengagungan terhadap
seluruh makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi dalam mencintai dan
mengagungkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh melebihi apa yang telah
ditentukan syari’at, karena bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam seluruh perkara agama
akan menyebabkan kebinasaan.

A. Wajibnya Mencintai Dan Mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa


Sallam.
Pertama-tama, wajib bagi setiap hamba mencintai Allah dan ini merupakan bentuk ibadah
yang paling agung. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد ُحبًّا هَّلِل‬

“Dan orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” [Al-Baqarah:165]

Ahlus Sunnah mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengagungkannya


sebagaimana para Sahabat Radhiyallahu anhum mencintai beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam lebih dari kecintaan mereka kepada diri dan anak-anak mereka, sebagaimana yang
terdapat dalam kisah ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, yaitu sebuah hadits dari
Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu, ia berkata:

‫ ْي ٍء‬f ‫لِّ َش‬ff‫ي ِم ْن ُك‬ َّ َ‫ َألَ ْنتَ أَ َحبُّ إِل‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:ُ‫ فَقَا َل لَهُ ُع َمر‬،‫ب‬ ِ ‫آخ ٌد بِيَ ِد ُع َم َر ْب ِن ْال َخطَّا‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوه َُو‬
َ ‫ُكنَّا َم َع النَّبِ ِّي‬
ُ‫ فَإِنَّه‬:ُ‫ ر‬f‫هُ َع َم‬fَ‫ا َل ل‬ffَ‫ فَق‬.َ‫ك‬f‫ َحتَّى أَ ُكوْ نَ أَ َحبَّ إِلَ ْيكَ ِم ْن نَ ْف ِس‬f،‫ الَ َوالَّ ِذي نَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ فَق‬.‫إِالَّ ِم ْن نَ ْف ِسي‬
َ ‫ال لَهُ النَّبِ ُّي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْاآلنَ يَا ُع َم ُر‬ َّ َ‫ َألَ ْنتَ أَ َحبُّ ِإل‬،ِ‫ َوهللا‬، َ‫اآلن‬.ْ
َ َ‫ فَق‬.‫ي ِم ْن نَ ْف ِسي‬
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬

“Kami mengiringi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar
bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun
selain diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku
berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata
kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi
diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai
‘Umar.’”

5. > CONTOH MENTAATI NABI DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI


Menyintai Nabi Muhammad Saw. tidak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata,
tetapi juga harus dinyatakan dalam bentuk perbuatan nyata, misalnya:

1. Mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sampai kepada kita melalui
Alquran dan Hadits yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
2. Memercayai semua berita yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
3. Berjuang menegakkan, mengembangkan, dan membela ajaran-ajaran yang dibawa
Nabi Muhammad Saw. serta menjaga kemurnian ajaran-ajaran beliau dari berbagai
bentuk bid’ah dan khurafat.
4. Memuliakan Nabi Muhammad Saw. dengan memperbanyak membaca shalawat dan
salam kepada beliau.
5. Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabat Nabi Muhammad sebagaimana
memuliakan beliau.

 MANFAAT MENTAATI NABI MUHAMMAD


Salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh setiap muslim adalah iman kepada
para rasul, terutama Rasulullah saw. Bukti utama beriman kepada Rasulullah saw.
adalah ittiba’ (mengikuti Rasulullah saw.). Orang-orang yang melakukan ittiba’
kepada Rasulullah saw. akan meraih banyak nata-ij[1] (manfaat dan buah positif), di
antaranya: mahabbatullah (cinta dari Allah), rahmatullah (kasih sayang-Nya),
hidayatullah (petunjuk dari-Nya), mushahabatul akhyar fil jannah (bersama orang-
orang pilihan di surga), asy-syafa’ah (mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw.),
nadharatul wajhi (muka yang bersinar dan berseri di surga), mujawaratu ar-rasul
(menjadi tetangga Rasulullah saw. di surga), ‘izzatun-nafsi (meperoleh kemuliaan
jiwa di dunia dan akhirat), al-falah (kemenangan dan keberuntungan). Semua itu jelas
merupakan as-sa’adah (kebahagiaan) hakiki di dunia maupun di akhirat.
Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya telah ditegaskan bahwa beriman kepada
para rasul – alihimus salam – adalah salah satu rukun iman dari rangkaian kesatuan 6
rukun iman. Mengingkari salah satu rukun iman berarti mengingkari semuanya,
begitu pula dengan iman kepada rasul.

 AKIBAT TIDAK MENTAATI NABI MUHAMMAD


Allah berfirman: “Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Para pembaca rahimakumullah
Allah subhanahu wata’ala adalah Dzat yang maha mengetahui segala sesuatu baik
yang telah, akan atau sedang terjadi. Demikian pula Allah subhanahu wata’ala Maha
hikmah didalam menentukan setiap perkara. Tidaklah Allah menentukan suatu hukum
pasti itu bersumber dari pengetahuan-Nya yang luas dan terkandung didalamnya hikmah
yang banyak baik yang kita ketahui maupun tidak.
Setiap perintah Allah pasti mengandung sekian kebaikan yang akan diraih bagi
pelakunya, demikian pula setiap larangan Allah pasti mengandung sekian kejelakan yang
akan dituai oleh pelakunya.
Lalu, bagaimanakah jadinya jika larangan Allah dilanggar? Tentu, tidak lain
kejelekanlah yang akan dia dapatkan, kehinaanlah yang akan dia raih dan
kesengsaraanlah yang akan menimpanya.
Suatu contoh, nikah mut’ah ’ala syi’ah –walaupun yang cocok adalah Zina-.
Dengan jelas Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya. Dalilnya pun demikian
gambalang seperti matahari di siang bolong, akan tetapi karena mereka mendahulukan
akal dan syahwat hadits-hadits tentang pengharamannya pun dikesampingkan.
Allah yang Maha mengetahui lagi Maha bijaksana telah mengharamkan mut’ah.
Mengapa? Tentunya, terkandung di dalamnya sekian kebaikan untuk hamba-hamba-Nya.
Lalu apa jadinya jika ada yang menghalalkannya? Tidak lain dan tidak bukan yang akan
dia raih adalah kesengsaraan dan kehinaan di dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai