Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKHLAQ DAN DAWAH

AKHLAK SEORANG MUSLIM TERHADAP ALLAH


DAN RASULULLAH SAW

Dosen pembimbing:
AHMAD MAHDI

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.

RIZKAH MIRATUL HIDAYAH

(121411009)

RAHAYU EKA LESTARI

(121411012)

YUTHFI MAWADDAH

(121411030)

FULATUL ANIFAH

(121411033)

Kelas: IF 14 A
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI TEKNIK QOMARUDDIN GRESIK
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah serta inayahnya
kepada kami, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul :
Akhlak Seorang Muslim Terhadap Allah dan Rasulullah SAW.
Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada nabi Muhammad saw yang telah
membimbing dan mengarahkan kami untuk mengetahui kebesaran agama islam yang mulia.
Sesuai dengan tugas kami, disusunnya makalah ini untuk memenuhi tugas Akhlaq dan
dakwah.
Maka dari itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
bersangkutan. Diantaranya yaitu :
1. Bapak Ahmad Mahdiselaku dosen pembimbing kami.
2. Segenap keluarga terutama Orang Tua kami yang telah membantu, baik berupa material,
spiritual serta doa yang diberikan kepada kami.
3. Teman-teman saya yang senantiasa membantu serta mendorong kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Demikian atas makalah yang kami buat, mohon maaf bila ada kejanggalan kata yang
kurang berkenan dihati, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum War. Wab.
Bungah, 05 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan masalah 4
1.3 Tujuan
5

BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Menghadirkan Tauhidullah dalam kehidupan sehari-hari
6
2.2 Mengenal, mencintai, dan berdo'a kepada Allah 8
2.3 Melaksanakan Sunnah Rasul sebagai sarana mendapatkan Syafaatnya
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
24

24

DAFTAR PUSTAKA

25

17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah SWT adalah sember dari segala sumberdalam
kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala
isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah SWT
adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia dan lain
sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim maka
akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah SWT lah yang pertama kaliharus
dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika diperhatikan, akhlak kepada Allah SWT ini merupakan pondasi atau dasar dalam
berakhlak kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki
akhlak positif terhadap Allah SWT, maka ia tidak akan memiliki akhlah positif terhadap
siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah
SWT, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap
orang lain.
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim harus
mempunyai akhlak kepada Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW lah, satu-satunya
manusia terhebat di dunia ini. Yang telah membawa banyak perubahan bagi dunia yang
fana ini, dan beliaulah cahaya yang menerangi bumi yang dulu kala gelap gulita. Yang
sering dijuluki kekasih Allah SWT. Karena perilakunya beliau pula lah, yang sangat patut
untuk di contoh, ditiru dan di amalkan kesehariannya oleh kita para umatnya.

1.2Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara menghadirkan Tauhidullah dalam kehidupan sehari-hari?
b. Bagaimana cara mengenal, mencintai, dan berdo'a kepada Allah?
c. Bagaiman cara melaksanakan Sunnah Rasul sebagai sarana mendapatkan Syafaatnya ?

1.3Tujuan Masalah
a. Menjelaskan cara menghadirkan Tauhidullah dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menjelaskan cara mengenal, mencintai, dan berdo'a kepada Allah.

c. Menjelaskan cara melaksanakan Sunnah Rasul sebagai sarana mendapatkan


Syafaatnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menghadirkan Tauhidullah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Al-Quran, tuhan adalah Allah, dia hanya satu, satu dalam segala hal. Itulah
sikap tauhid (mengesakan tuhan). Selanjutnya tauhid dibagi menjadi 3, yakni tauhid
Rubbubiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah. Sikap tauhid ini merupakan fondasi beragama dan
menjadi dasar nilai dalam semua aktivitas manusia.
Secara istilah Tuhan adalah segala sesuatu yang paling dicintai. Apabila sesorang
lebih mencintai mobil barunya daripada segalanya maka mobil itu menjadi tuhan
baginya.Dengan demikian ada orang yang menuhankan harta, tahta, wanita, dll. Pendek
kata banyak manusia yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. Allah
menegaskan : Maka pernahkah kamu melihat orang-orang yang menjadikan hawa
nafsunya menjadi tuhannya ? (QS. 45:23).
a. Tauhid Rubbubiyah
Yaitu meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya Rabb (pencipta dan
pengatur) manusia. Allah-lah yang paling mengetahui karakter manusia dan cara
mengatur manusia. Manusia wajib meyakini bahwa hanya Allah dengan Al-quranNyalah yang pantas mengatur hidup manusia. Oleh karena itu, manusia harus
memiliki Al-Quran sebagai buku panduan hidupnya. Memilih dan menaati aturan
selain Al-Quran, atau aturan yang bertentangan dengan Al-Quran, termasuk syirik
rubbubiyah. Selain itu, yang termasuk syirik rubbubiyah adalah meyakini ada
aturan yang lebih baik daripada aturan Allah, memilih dan menaati peraturan hasil
karya manusia yang bertentangan dengan aturan Allah, meminta-minta secara ghaib
kepada selain Allah, dan meyakini adanya makhluk yang mengetahui hal-hal ghaib
mutlak (apa yang akan terjadi esok selain Allah ).

b. Tauhid Mulkiyyah
Yaitu meyakini bahwa hanya Allah-lah satu-satunya raja (malik) bagi
manusia. Allah menegaskan: Maha suci Allahyang ditangan-Nyalah segala

kerajaan dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 67:1). Karena Allah adalah
raja maka Allah-lah yang harus paling ditaati, paling dicintai, dan paling ditakuti.
Apabila manusia lebih menaati makhluk daripada Allah, maka ia telah melakukan
syirik mulkiyyah. Selian itu termasuk syirik mulkiyyah apabila lebih takut kepada
makhluk dari pada kepada Allah, lebih mencintai makhluk daripada mencintai
Allah, dan menjadikan makhluk sebagai tempat bergantung dalam soal nasib.
c. Tauhid Uluhiyah
Yaitu meyakini bahwa hanya Allah satu-satunya tuhan yang wajib
disembah. Manusia hanya mengabdi kepada Allah, melakukan segala sesuatu
semata-mata dengan niat beribadah kepada Allah. Apabila mengabdi kepada selain
Allah itu adalah syirik uluhiyah. Selain itu, yang termasuk syirik uluhiyah yaitu
beribadah karena motivasi pujian manusia atau motif-motif duniawi, melakukan
aktifitas sehari-hari bukan karena Allah, dan melakukan penyembelihan hewan
untuk mengabdi kepada selain Allah.

2.2 Mengenal, mencintai, dan berdo'a kepada Allah.


a. Cara Mengenal dan Mencintai Allah
Ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah,
mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah. Keempat
cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Quran dan di dalam As Sunnah baik global
maupun terperinci.
Ibnul Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: Allah mengajak
hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Quran dengan dua cara yaitu
pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta
menggali tanda-tanda kebesaran Allah seperti dalam firman-Nya: Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tandatanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal. (QS. Ali Imran: 190)
Juga dalam firman-Nya yang lain: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi dan pergantian malam dan siang, serta bahtera yang berjalan di lautan yang
bermanfaat bagi manusia. (QS. Al Baqarah: 164)
1. Mengenal Wujud Allah.
Yaitu beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh
fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syariat.Ketika
seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis
dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang
mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita
mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah
dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkannya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al
Quran: Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman ): Bukankah Aku ini Tuhanmu Mereka menjawab: (Betul Engkau
Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar
kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: Sesungguhnya kami bani Adam adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak
mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan
sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah
mereka.. (QS. Al Araf: 172-173)

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang
mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya
mengenal Rabbnya. Adapun bukti syariat, kita menyakini bahwa syariat Allah
yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk,
menunjukkan bahwa syariat itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana. (Lihat
Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin hal 4145)
2. Mengenal Rububiyah Allah
Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu
penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. Maknanya, menyakini
bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi
rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang
mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu
yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah.
Allah mengatakan: Katakanlah! Dialah Allah yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan
tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya. (QS. Al
Ikhlash: 1-4)
Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki
kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah
mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.
Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak
mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan
demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama
ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu
apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak
mengetahui jikalau tuhan-tuhan mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa
yang mereka inginkan dari sesembahan itu?
Allah telah menceritakan di dalam Al Quran bahwa mereka memiliki dua
tujuan. Pertama, mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya
sebagaimana firman Allah:

Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka


mengatakan): Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka
mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az Zumar: 3 )
Kedua, agar mereka memberikan syafaat (pembelaan ) di sisi Allah. Allah
berfirman:
Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan
mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: Mereka (sesembahan itu)
adalah yang memberi syafaat kami di sisi Allah. (QS. Yunus: 18, Lihat kitab
Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)
Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah
dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya:
Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka?
Mereka akan menjawab Allah. (QS. Az Zukhruf: 87)
Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan
bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan
Allah. (QS. Al Ankabut: 61)
Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari
langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab
Allah.(QS. Al Ankabut: 63)
3. Mengenal Uluhiyah Allah
Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah,
seperti berdoa, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta,
dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam.
Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk
perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik
kepada

Allah.

Allah berfirman di dalam Al Quran:


Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah
kami meminta. (QS. Al Fatihah: 5)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas
radhiallahu anhu dengan sabda beliau: Dan apabila kamu minta maka mintalah
kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada
Allah.(HR. Tirmidzi)

Allah berfirman:
Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun (QS. An Nisa: 36)
Allah berfirman:
Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang

sebelum

kalian,

agar

kalian

menjadi

orang-orang

yang

bertaqwa. (QS. Al Baqarah: 21)


Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas
mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan
sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Allah berfirman
kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. Kalau seandainya kamu
memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu
akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: Sungguh Aku telah
menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang
rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku. ( HR.
Muslim dari Anas bin Malik Radhiallahu Anhu )
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Allah berfirman
dalam hadits qudsi: Saya tidak butuh kepada sekutu-sekutu, maka barang siapa
yang melakukan satu amalan dan dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka
Aku akan membiarkannya dan sekutunya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah
Radhiallahu Anhu )
Contoh konkrit penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika
seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah
tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang
dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat itu
agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah
yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya.
Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beritikaf
di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang.
Ibnul Qoyyim mengatakan: Kesyirikan adalah penghancur tauhid
rububiyah dan pelecehan terhadap tauhid uluhiyyah, dan berburuk sangka terhadap
Allah.

4. Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah


Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia
telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman
bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang
telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang
tinggi berdasarkan firman Allah:
Dan Allah memiliki nama-nama yang baik. (Qs. Al Araf: 186)
Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi. (QS. An Nahl: 60)
Dalam hal ini, kita harus beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah
sesuai

dengan

apa

yang

dimaukan

Allah

dan

Rasul-Nya

dan

tidak

menyelewengkannya sedikitpun. Imam Syafii meletakkan kaidah dasar ketika


berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut: Aku beriman
kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang
dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari
Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah (Lihat Kitab Syarah
Lumatul Itiqad Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin hal 36)
Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang
menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita telah
berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan
dibenci dalam agama. Allah berfirman:
Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang
nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia
tampa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan
(mengharamkan) kalian berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu. (QS. Al Araf:
33)
Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta
pertanggungan jawaban. (QS. Al Isra: 36)

b. Cara Berdoa Kepada Allah


Bahwa suatu do'a akan diterima oleh Allah dengan 3 cara, yaitu:
1. Allah mengabulkan apa yang kita inginkan (Diperkenankan Langsung)

2. Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita asalkan kita mau bersabar dan
tawakal (Ditunda)
a. Ditunda dan dikabulkan di Dunia
b. Ditunda dan diabulkan di Akhirat
3. Allah akan memberikan kita sesuatu yang lebih baik dari do'a kita (Diganti Dengan
Yang Lain).
Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya itu bisa
segera didunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di akhirat kelak, atau bisa juga
digantikan dengan pengampunan dosa sesuai dengan kadar doanya itu, dengan
syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali silaturahim,
atau istijal (menuntut segera terkabul). Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah,
apa yang dimaksud dengan istijal itu? Beliau menjawab, Seseorang yang
berkata, Aku telah berdoa kepada Robku, namun belum juga dikabulkan (HR.
Ath-Thirmidzi).
Syarat Dan Adab Agar Do'a Kita Diijabah.
1. Mencari Yang Halal. Diriwayatkan oleh Hafizh bin Mardawaih dari Ibnu Abbas,
katanya: "Saya membaca ayat ini di hadapan Nabi saw .....

; Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik ... (Q.S. AlBaqarah:168), Tiba-tiba berdirilah Sa'ad bin Abi Waqash, lalu katanya: "Ya
Rasulullah! Tolong Anda doakan kepada Allah agar saya dijadikan orang yang
selalu dikabulkan doanya!" Ujar Nabi: "Hai Sa'ad! Jagalah soal makananmu, tentu
engkau akan menjadi orang yang makbul doanya! Demi Allah yang nyawa
Muhammad berada dalam genggaman-Nya! Jika seorang laki-laki memasukkan
sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima doanya
selama empat puluh hari. Dan siapa juga hamba yang dagingnya tumbuh dari
makanan haram atau riba, maka neraka lebiih layak untuk melayaninya!"
2. Menghadap Kiblat jika dapat. Nabi saw. pergi keluar buat shalat istisqa' - minta
hujan - Maka beliau berdoa dan memohonkan turunnya hujan sambil menghadap
kiblat.
3. Memperhatikan saat-saat yang tepat dan suasana utama. Seperti pada hari
Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum'at, sepertiga terakhir dari malam hari, waktu
sahur, ketika sedang sujud, ketika turun hujan, antara adzan dan iqamat, saat
mulai pertempuran, ketika dalam ketakuatan atau sedang ber-iba hati. Dari Abu

Umamah: "Seseorang bertanya:'Ya Rasulullah, doa manakah yang lebih didengar


Allah? Ujar Nabi: 'Doa di tengah-tengah akhir malam dan selesai shalat-shalat
fardhu'." (Riwayat turmudzi dengan sanad yang sah). Juga diterima dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: "Jarak yang paling dekat di antara hamba
dengan Tuhannya ialah ketiak ia sedang sujud, Maka perbanyaklah doa ketika itu,
karena besar kemungkinan akan dikabulkan!" (H.R.Muslim). Dan mengenai iii
sangat banyak hadits yang menerangkannya.
4. Mengangkat kedua tangan setentang bahu. Berdasarkan apa yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dari Ibnu Abbas, katanya: "Jika kamu meminta hendaklah dengan
mengangkat kedua tanganmu setentang kedua bahumu atau kira-kira setentangnya,
dan jika istighfar ialah dengan menunjuk dengan sebuah jari, dan jika berdoa
dengan melepas semua jari-jemari tangan!"
5. Memulai dengan memuji Allah, memuliakan dan mengucapkan shalawat Nabi.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasa'i, juga oleh
Turmudzi yang menyatakan sahnya, dari Fudhalah bin 'Ubeid: "Bahwa Rasulullah
saw. mendenganr seorang laki-laki berdoa selesai shalatnya tanpa membesarkan
Allah dan menucapkan shalawat Nabi, maka sabdanya: 'Orang ini terlalu tergesagesa'!" Lalu dipanggilnya orang itu, lalu katanya kepadanya - atau juga kepada
orang-orang lain - "Jika salah seorang diantaramu berdoa, hendaklah dimulai
dengan membesarkan Tuhannya yang Maga Agung dan Maha Mulia itu serta
menyanjung-Nya, lalu mengucapkan shalawat atas Nabi saw., serta setelah itu
barulah berdoa; meminta apa yang diinginkannya."
6. Khusu', menyatakan kerendahan diri dan menyederhanakan suara (antara
bisik-bisik dan jahar). Berdasarkan firman Allah swt.

dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"
(Q.S.Al-Isra':110). dan
" Berdoalah

kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas ." (Q.S.Al-A'raf:55). Dan telah
diterima dari Abu Musa Asy-ari bahwa ketika orang-orang mendoa dengan suara
keras, beliau bersabda; "Hai manusia! berdoalah dengan suara perlahan, karena
kamu tidaklah menyeru orang yang tuli ataupun berada di tempat yang jauh. yang

kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, dan tempat kamu
memohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu dari leher kendaraannya! Hai
Abdullah bin Qeis! Maukah kamu kutunjuki sebuah kalimat yang merupakan salah
satu perbendaharaan surga? Yaitu: 'Laa haula walaa Quwwata illaabillaah'."
7. Do'anya tidak mengandung dosa atau memutus tali silaturahim. Berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Sa'id Khudri bahwa Nabi saw.
bersabda: "Tidak seorang Muslim pun yang berdoa kepada Allah sedang doanya itu
tidak mengandung dosa atau bermaksud hendak memutuskan silaturahim, kecuali
akan diberi Allah salah satu diantar tiga perkara: Pertama akan dikabulkan-Nya doa
itu dengan segera. Kedua adakalanya

ditangguhkan-Nya untuk menjadi

simpanannya di akherat kelak. Dan ketiga, mungkin dengan menghindarkan orang


itu dari bahaya yang sebanding dengan apa yang dimintanya." Tanya mereka:
"Bagaimana kalau kami banyak berdoa?" Ujar Nabi saw. "Allah akan lebih
memperbanyak lagi!"
8. Tidak menganggapnya lambat akan dikabulkan Allah. Berdasarkan hadits yang
diriwayatkan Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: "Tentu doa seseorang
akan dikabulkan Allah, selama orang itu tidak gegabah mengatakan: 'Saya telah
berdoa, tetapi doa itu tidak juga dikabulkan Allah '!"
9. Berdoa dengan keinginan pasti akan dikabulkan (Optimis). Berdasarkan hadits
yang diriwayakan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda: "Janganlah salah seorang diantaramu mengatakan: 'Ya Allah ampunilah
daku jika Engkau menginginkannya, ya Allah, beri rahmatlah daku jika Engkau
mengingininya dengan tujuan untuk memperkuat permohonannya itu, karena Allah
Ta'ala, tak seorangpun yang dapat memaksa-Nya!"
10. Memilih kalimat-kalimat yang mencakup makna yang luas. Umpamanya
: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
Nabi saw. memandang utama berdoa dengan kalimat-kalimat yang mengandung arti
yang luas, dan tidak hendak menggunakan yang lain daripada itu. Bahwa Rasulullah
saw. bersabda: "Tak ada sebuah doa pun yang diucapkan oleh hamba yang lebih
utama dari: 'Allahumma innii as'alukal mu'afata fid dunya wal akhirah'(Ya Allah,
saya memohon pada-Mu keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat'!)"

11. Menghindari yang tak baik terhadap diri, keluarga dan harta benda sendiri.
Dari Jabir, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah kamu berdoa buruk
terhadap dirimu, begitupun terhadap anak-anakmu, terhadap pelayan-pelayanmu
dan harta bendamu! jangan sampai nanti doamu itu bertepatan dengan suara saat
dimana Allah bisa memenuhi permohonan, hingga doa burukmu itu akan benarbenar terkabul!"
12. Mengulangi doa sampai tiga kali. Diterima dari Abdullah bin Mas'ud: "Bahwa
Rasulullah saw. senang sekali berdoa dan istighfar tiga kali." (Riwayat Abu Daud).
13. Mulai berdo'a untuk diri pribadi, baru mendoakan orang lain. Firman Allah
Ta'ala:
: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah
kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami.(Q.S.AlHasyr:10). Juga diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, katanya: "Bila Rasulullah saw.
teringat akan seseorang lalu mendoakannya maka lebih dulu dimulainya dengan
dirinya sendiri!" (Riwayat Turmudzi dengan sanad yang sah).
14. Menyapu muka dengan kedua belah telapak tangan setelah berdoa. Mengenai
ini ada riwayat yang diterima dari berbagai jalan, tetapi semuanya lemah. Hanya
Hafizh mengisyaratkan bahwa keseluruhannya itu dapat meningkatkan hadits
tersebut ke derajat hadits hasan.
2.3 Melaksanakan Sunnah Rasul sebagai sarana mendapatkan Syafaatnya.
1. Mendahulukan Kaki Kanan Saat Memakai Sandal Dan Kaki Kiri Saat
Melepasnya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, Jika kalian memakai sandal maka
dahulukanlah kaki kanan, dan jika melepaskannya, maka dahulukanlah kaki kiri. Jika
memakainya maka hendaklah memakai keduanya atau tidak memakaikeduanya sama
sekali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Menjaga Dan Memelihara Wudhu
Diriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda,Istiqamahlah (konsistenlah) kalian semua (dalam
menjalankan perintah Allah) dan kalian tidak akan pernah dapat menghitung pahala
yang akan Allah berikan. Ketahuilah bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat, dan
tidak ada yang selalu memelihara wudhunya kecuali seorang mukmin. (HR. Ahmad
dan Ibnu Majah)

3. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak)


Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallambersabda,Siwak dapat membersihkan mulut dan sarana untuk
mendapatkan ridha Allah. (HR. Ahmad dan An-Nasa`i)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, Andaikata tidak
memberatkan umatku niscaya aku memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali
hendak shalat. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bersiwak disunnahkan setiap saat, tetapi lebih sunnah lagi saat hendak berwudhu,
shalat, membaca Al-Qur`an, saat bau mulut berubah, baik saat berpuasa ataupun tidak,
pagi maupun sore, saat bangun tidur, dan hendak memasuki rumah.
Bersiwak merupakan perbuatan sunnah yang hampir tidak pernah dilakukan oleh
banyak orang, kecuali yang mendapatkan rahmat dari Allah. Untuk itu, wahai
saudaraku, belilah kayu siwak untuk dirimu dan keluargamu sehingga kalian bisa
menghidupkan sunnah ini kembali dan niscaya kalian akan mendapatkan pahala yang
sangat besar.
4. Shalat Istikharah
Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwa ia berkata, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallammengajarkan kepada kita tata cara shalat istikharah untuk
segala urusan, sebagaimana beliau mengajarkan surat-surat Al-Qur`an kepada kami.
(HR. Al-Bukhari)
Oleh karena itu, lakukanlah shalat ini dan berdoalah dengan doa yang sudah lazim
diketahui dalam shalat istikharah.
5. Berkumur-Kumur Dan Menghirup Air dengan Hidung Dalam Satu Cidukan
Telapak TanganKetika Berwudhu
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallamberkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung secara
bersamaan dari satu ciduk air dan itu dilakukan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
6. Berwudhu Sebelum Tidur Dan Tidur Dengan Posisi Miring Ke Kanan
Diriwayatkan dari Al-Barra bin Azib Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, Jika kamu hendak tidur, maka berwudhulah
seperti hendak shalat, kemudian tidurlah dengan posisi miring ke kanan dan bacalah,

Ya Allah, Aku pasrahkan jiwa ragaku kepada-Mu, aku serahkan semua urusanku
kepada-Mu, aku lindungkan punggungku kepada-Mu, karena cinta sekaligus takut
kepada-Mu, tiada tempat berlindung mencari keselamatan dari (murka)-Mu kecuali
kepada-Mu, aku beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dan dengan nabi yang
Engkau utus. Jika engkau meninggal, maka engkau meninggal dalam keadaan fitrah.
Dan usahakanlah doa ini sebagai akhir perkataanmu. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)

7. Berbuka Puasa Dengan Makanan Ringan


Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallamberbuka puasa sebelum shalat maghrib dengan beberapa
kurma basah. Jika tidak ada maka dengan beberapa kurma kering. Jika tidak ada, maka
beliau hanya meminum beberapa teguk air. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan AtTirmidzi)
8. Sujud Syukur Saat Mendapatkan Nikmat Atau Terhindar Dari Bencana
Sujud ini hanya sekali dan tidak terikat oleh waktu. Diriwayatkan dari Abu
Bakrah Radhiyallahu Anhu ia berkata, Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
mendapatkan sesuatu yang menyenangkan atau disampaikan kabar gembira maka
beliau langsung sujud dalam rangka bersyukur kepada Allah. (HR. Abu Dawud, AtTirmidzi dan Ibnu Majah).
9. Tidak Begadang Dan Segera Tidur Selesai Shalat Isya`
Hal ini berlaku jika tidak ada keperluan saat begadang. Tetapi jika ada keperluan,
seperti belajar, mengobati orang sakit dan lain-lain maka itu diperbolehkan. Dalam
hadits shahih dinyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak suka
tidur sebelum shalat isya` dan tidak suka begadang setelah shalat isya`.
10. Mengikuti Bacaan Muadzin
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu Anhu bahwa dia mendengar
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Jika kalian mendengar adzan,
maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muadzin, kemudian bershalawatlah

kepadaku. Barangsiapa yang bershalawat kepadaku, maka Allah akan bershalawat


kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintakan wasilah untukku, karena wasilah
merupakan tempat di surga yang tidak layak kecuali bagi seorang hamba Allah dan
aku berharap agar akulah yang mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan
wasilah untukku maka ia akan mendapatkan syafaatku (di akhirat kelak). (HR.
Muslim)
11. Berlomba-Lomba Untuk Mengumandangkan Adzan, Bersegera Menuju Shalat,
Serta Berupaya Untuk Mendapatkan Shaf Pertama.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, Andaikata umat manusia mengetahui pahala
di balik adzan dan berdiri pada shaf pertama kemudian mereka tidak mendapatkan
bagian kecuali harus mengadakan undian terlebih dahulu niscaya mereka membuat
undian itu. Andaikata mereka mengetahui pahala bergegas menuju masjid untuk
melakukan shalat, niscaya mereka akan berlomba-lomba melakukannya. Andaikata
mereka mengetahui pahala shalat isya dan subuh secara berjamaah, niscaya mereka
datang meskipun dengan merangkak.(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
12. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu
Jika tidak mendapatkan izin dari tuan rumah, maka konsekuensinya anda harus
pergi. Namun, banyak sekali orang yang marah-marah jika mereka bertamu tanpa ada
perjanjian sebelumnya, lalu pemilik rumah tidak mengizinkannya masuk. Mereka tidak
bisa memaklumi, mungkin pemilik rumah memiliki uzur sehingga tidak bisa memberi
izin. Allah Taala berfirman, Dan jika dikatakan kepadamu, Kembalilah! Maka
(hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.(QS. An-Nuur: 28)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Adab meminta izin itu hanya
tiga kali, jika tidak diizinkan maka seseorang harus pulang. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
13. Mengibaskan Seprai Saat Hendak Tidur
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, Jika kalian hendak tidur, maka hendaknya dia
mengambil ujung seprainya, lalu mengibaskannya dengan membaca basmallah, karena

dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di atas kasurnya. Jika dia hendak
merebahkan tubuhnya, maka hendaknya dia mengambil posisi tidur miring ke kanan
dan membaca, Maha Suci Engkau, ya Allah, Rabbku, dengan-Mu aku merebahkan
tubuhku, dan dengan-Mu pula aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan nyawaku,
maka ampunkanlah ia, dan jika Engkau melepasnya, maka lindungilah ia dengan
perlindungan-Mu kepada hamba-hamba-Mu yang shalih. (HR. Muslim)
14. Meruqyah Diri Dan Keluarga
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa ia berkata, Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa meruqyah dirinya dengan doa-doa
perlindungan ketika sakit, yaitu pada sakit yang menyebabkan wafatnya beliau. Saat
beliau kritis, akulah yang meruqyah beliau dengan doa tersebut, lalu aku mengusapkan
tangannya ke anggota tubuhnya sendiri, karena tangan itu penuh berkah. (HR. AlBukhari)
15. Berdoa Saat Memakai Pakaian Baru
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu ia berkata,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika mengenakan pakaian baru, maka beliau
menamai pakaian itu dengan namanya, baik itu baju, surban, selendang ataupun jubah,
kemudian beliau membaca, Ya Allah, hanya milik-Mu semua pujian itu, Engkau telah
memberiku pakaian, maka aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan
tujuannya dibuat, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan
tujuannya dibuat. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
16. Mengucapkan Salam Kepada Semua Orang Islam Termasuk Anak Kecil
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhu, ia menceritakan,
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Apa ciri
keislaman seseorang yang paling baik?Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
menjawab, Kamu memberikan makanan (kepada orang yang membutuhkan) dan
mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu
kenal. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu bahwa ia menuturkan, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan melewati kumpulan anak-anak, lalu beliau
mengucapkan salam kepada mereka semua.(HR. Muslim)

17. Berwudhu Sebelum Mandi Besar (Mandi Junub)


Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anhu, Jika Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam ingin mandi besar, maka beliau membasuh tangannya terlebih dahulu,
lalu berwudhu seperti hendak shalat, kemudian memasukkan jemarinya ke airdan
membasuh rambutnya dengan air. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
menuangkan air tiga ciduk ke kepalanya dengan menggunakan tangannya, lalu
mengguyur semua bagian tubuhnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
18. Membaca Amin Dengan Suara Keras Saat Menjadi Makmum
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, Jika imam membaca Amin maka kalian
juga harus membaca Amin karena barangsiapa yang bacaan Amin-nya bersamaan
dengan bacaan malaikat maka diampunkan dosa-dosanya yang telah berlalu. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kaum salafus-shalih mengeraskan
bacaan Amin sehingga masjid bergemuruh.
19. Mengeraskan Suara Saat Membaca Zikir Setelah Shalat
Di dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan, Ibnu Abbas Radhiyallahu
Anhuma mengatakan, mengeraskan suara dalam berzikir setelah orang-orang selesai
melaksanakan shalat wajib telah ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam. Ibnu Abbas juga mengatakan, Aku mengetahui orang-orang telah selesai
melaksanakan shalat karena mendengar zikir mereka. (HR. Al-Bukhari)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, Disunnahkan mengeraskan suara saat
membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat.
Sunnah ini tidak dilakukan di banyak masjid sehingga tidak dapat dibedakan
apakah imam sudah salam atau belum, karena suasananya sepi dan hening. Caranya
adalah imam dan makmum mengeraskan bacaan tasbih (Subhanallah), tahmid
(Alhamdulillah) dan takbir (Allahu Akbar) secara sendiri-sendiri, bukan satu komando
dan satu suara. Adapun mengeraskan suara ketika berzikir dengan satu komando, satu
suara dan dipimpin oleh imam maka dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ulama. Ada yang mengatakan sunnah secara mutlak, ada yang memandang

sunnah dengan syarat-syarat tertentu dan ada pula yang mengatakan bahwa zikir
berjamaah adalah perbuatan bidah.
20. Membuat Pembatas Saat Sedang Shalat Fardhu Atau Shalat Sunnah
Diriwayatkan dari Abu Said al-Kudri Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, Ketika kalian hendak shalat, maka buatlah
pembatas di depannya dan majulah sedikit, dan janganlah membiarkan seseorang
lewat di depannya. Jika ada orang yang sengaja lewat di depannya, maka hendaknya
dia menghalanginya karena orang itu adalah setan. (HR. Abu dawud dan Ibnu
Majah)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, ia berkata,
Rasulullah menancapkan tombak di depannya, lalu shalat di belakang tongkat itu.
(HR. Al-Bukhari)
Sunnah ini sering diabaikan, terutama saat melakukan shalat sunnah.
Wahai saudaraku! Jadilah seperti orang yang diungkapkan oleh Abdurrahman bin
Mahdi, Aku mendengar Sufyan berkata, Tiada satu hadits pun yang sampai kepadaku
kecuali aku mengamalkannya meskipun hanya sekali.
Muslim bin Yasar mengatakan, Aku pernah melakukan shalat dengan memakai
sandal padahal shalat tanpa sandal sangat mudah dilakukan. Aku melakukan itu hanya
ingin menjalankan sunnah RasulShallallahu Alaihi wa Sallam.
Ibnu Rajab menuturkan, Orang yang beramal sesuai ajaran Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam,meskipun amal itu sangat kecil, maka itu akan lebih baik
daripada orang yang beramal tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam meskipun dia sangat bersungguh-sungguh.
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mengikuti sunnah rasul-Mu dan
mengikuti jejaknya. Ya Allah, kumpulkanlah kami dan kedua orang tua kami
bersamanya di surga wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dalam Al-Quran, tuhan adalah Allah, dia hanya satu, satu dalam segala hal. Itulah
sikap tauhid (mengesakan tuhan). Selanjutnya tauhid dibagi menjadi 3, yakni tauhid
Rubbubiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah. Sikap tauhid ini merupakan fondasi beragama dan
menjadi dasar nilai dalam semua aktivitas manusia.

3.2Penutup
Sebaiknya pembaca terus mencari berbagai informasi dari berbagai sumber tentang
materi ini untuk menambah pengetahuan. Dan diharapkan kepada para mahasiswa agar
dapat memilah dan selalu mencari suatu hal yang baru, jangan terpaku pada satu
pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai