Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Fluida
Fluida adalah zat yang terdefomasi secara terus-menerus (continue) akibat
terkena tegangan geser (shear stress). Hal ini menunjukkan terdapat tegangan
geser ketika fluida mengalir.

=

Keterangan:
= Tegangan geser fluida (N/m2)
= Viskositas fluida (kg/ms)

= Gradien kecepatan (m/s)

1.1.2 Macam Macam Fluida


A. Berdasarkan Laju Deformasi dan Tegangan Geser:
1. Newtonian Fluid
Fluida Newtonian adalah fluida yang tegangan geser dan regangan gesernya
linier. Hal ini berarti Fluida Newtonian memiliki viskositas dinamis yang
tidakakan berubah karena pengaruh gaya-gaya yang bekerja padanya. Viskositas
Fluida Newtonian bergantung pada temperatur dan tekanan.

Gambar 1.1 Variasi Linier Tegangan Geser Terhadap Laju Regangan


Geser Fluida Sumber: Bruce R. Munson (2013)

1
2. Non-Newtonian Fluid
Fluida Non-Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak
berhubungan secara linier terhadap laju regangan geser. Fluida jenis ini memiliki
viskositas dinamis yang dapat berubah-ubah ketika terdapat gaya yang bekerja
pada fluida tersebut dan waktu. Contoh Fluida Non-Newtonian adalah plastik, oli,
getah karet.

Gambar 1.2 Variasi Linier Tegangan Geser Terhadap Laju Regangan


Geser Fluida Non-Newtonian Sumber: Bruce R. Munson (2013)

B. Berdasarkan Sifat Mampu Mampat


1. Compressible Fluid
Compressible fluid ialah fluida yang memiliki massa jenis yang berubah
pada setiap alirannya. Dengan kata lain, massa jenis fluida ini tidak sama pada
setiap titik yang dialirinya. Hal ini disebabkan volume fluida ini yang berubah-
ubah, dapat membesar atau mengecil pada setiap penampang yang dialirinya.
Compressible fluid memiliki Bilangan Mach lebih besar dari 0,3. Bilangan Mach
yaitu perbandingan Antara kecepatan fluida per kecepatan suara. Seperti pada
persamaan dibawah ini.

= > 0.3

Dimana:

v= Kecepatan fluida (m/s2)


A = Kecepatan suara (m/s2)
Ma = Bilangan mach

2
2. Incompressible Fluid
Incompressible fluid ialah fluida yang memiliki volume dan massa jenis
tetap pada setiap alirannya. Dengan kata lain massa jenis fluida ini sama pada
setiap titik yang dialirinya. Incompressible fluid memiliki Bilangan Mach lebih
kecil dari 0,3.

= < 0.3

Pembagian kecepatan berdasarkan Bilangan Mach:
- Subsonic (Mach < 1,0)
- Sonic (Mach = 1.0)
- Transonic (0,8 < Mach < 1.3)
- Supersonic (Mach > 1.0)
- Hypersonic (Mach > 5.0)

C. Berdasarkan Sifat Aliran


1. Fluida dengan Aliran Laminer
Fluida dengan aliran laminer adalah fluida yang alirannya memiliki lintasan
lapisan batas yang panjang, sehingga seperti berapis-lapis. Aliran ini mempunyai
bilangan Re kurang dari 2300.

Gambar 1.3 Aliran Laminar


Sumber: Suharto (2015)
2. Fluida dengan Aliran Turbulen
Fluida dengan aliran turbulen adalah fluida yang alirannya mengalami
pergolakan (berputar-putar) dan mempunyai bilangan Re lebih dari 4000. Ciri-ciri
aliran ini tidak memiliki keteraturan dalam lintasa fluida, kecepatan fluida tinggi.

Gambar 1.4 Aliran Turbulen


Sumber: Suharto (2015)

3
3. Fluida dengan Aliran Transisi
Fluida dengan aliran transisi adalah fluida yang alirannya merupakan aliran
peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran ini memiliki bilangan Re
Antara 2300-4000.

Gambar 1.5 Aliran Transisi


Sumber: Suharto (2015)
Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila bilangan Reynold kurang
daripada 2300, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila bilangan
Reynold lebih besar dari pada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang
antara 2300 dan 4000 aliran dapat laminer ke turbulen tergantung pada faktor-
faktor lain yang mempengaruhi.

D. Berdasarkan Bentuk Aliran


1. Fluida Statis
Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam)
atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tidak terdapat perubahan kecepatan.
Fluida statis diasumsikan tidak memiliki gaya geser.
2. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir dengan kecepatan yang tidak
seragam. Biasanya fluida ini mengalir dari luas penampang tertentu ke luas
penampang yang berbeda.

1.1.3 Hukum Bernoulli


Hukum ini diterapkan pada zat cair yang mengalir dengan kecepatan
berbeda dalam suatu pipa. Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup

4
sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Syarat hukum Bernoulli adalah:

1. Steady state
2. Densitasnya relatif konstan
3. Gesekan diabaikan
4. Diacu pada titik yang terletak di 1 streamline
Secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli, yang pertama
berlaku untuk aliran tak termampatkan (incompressible flow) dan yang lain untuk
fluida termampatkan (compressible flow).

a. Aliran Tak Termampatkan


Aliran tak termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Contohnya: air, minyak, emulsi, dll.

Asal mula Bernoulli:

Gambar 1.6 Prinsip Bernoulli


Sumber: Suharto (2015)

Besarnya tekanan akibat gerakan fluida dapat dihitung dengan


menggunakan konsep kekelan energi atau prinsip usaha-energi.

+ + =
1
+ 2 + =
2
2
+ + =
2

5
2
+ + =
2

Keterangan:

v = Kecepatan fluida (m/s)


V = Volume fluida (m3)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = Ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
P = Tekanan fluida (Pa)
= Massa jenis fluida (kg/m3)
= Berat jenis fluida (N/m3)

b. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan masa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contohnya udara, gas alam, dll.
c. Aplikasi Hukum Bernoulli
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi hukum
Bernoulli yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang
menunjang kehidupan manusia masa kini. Berikut ini beberapa contoh aplikasi
hukum Bernoulli tersebut:
1. Hukum Bernoulli digunakan untuk menentukan gaya angkat pada sayap
dan badan pesawat terbang sehingga diperoleh ukuran presisi yang sesuai.
2. Hukum Bernoulli digunakan untuk mesin karburator yang berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar dan mencampurnya dengan aliran udara yang
masuk. Salah satu pemakaian karburator adalah dalam kendaraan
bermotor, seperti mobil.
3. Hukum Bernoulli berlaku pada aliran air melalui pipa dari tangki
penampung menujubak-bak penampung. Biasanya digunakan di rumah-
rumah pemukiman.
4. Hukum Bernoulli juga digunakan pada mesin yang mempercepat laju
kapal layar.

6
1.1.4 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia dan gaya viskos yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan Reynold digunakan untuk membedakan aliran apakah turbulen
atau laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold
(Reynold Number). Angka ini dihitung dengan persamaan sebagai berikut :


= =

Keterangan:

Re = Angka Reynold (tanpa satuan)


v = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
L = Panjang aliran dlam pipa (ft atau m)
= Viskositas kinematis, = (ft2/s atau m2/s)

1.1.5 Head
Head adalah energi per satuan berat, yang disediakan untuk mengalirkan
sejumlah zat cair untuk dikonversikan menjadi bentuk lain. Head mempunyai
satuan meter (m). Menurut Bernoulli ada 3 macam head fluida yaitu :

Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi tekan dengan head tekanan yang bekerja pada
permukaan zat cair pada sisi isap.

Keterangan:


= Head tekanan(m)


= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan (m)


= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap (m)

7
Head Kinetik
Head kinetik adalah head yang diperlukan untuk menggerakkan suatu zat
dari keadaan diam sampai tempat dan kecepatan tertentu.

2 2
=
2 2

Keterangan:
= Head kecepatan atau head kinetik (m)
2
= Kecepatan zat cair pada saluran tekan (m)
2

2
= Kecepatan zat cair pada saluran isap (m)
2

Head Potensial
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum plane).
Jadi suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang disebabkan
oleh posisinya atau disebut fluida mempunyai head sebesar Z kolom air.

Z = Zd Zs

Keterangan

Z = Head statis total atau head potensial (m)


Zd = Head statis pada sisi tekan (m)
Zs = Head statis pada sisi isap (m)

1.1.6 Losses
Kerugian energi atau istilah umumnya dalam mekanika fluida kerugian
head (headlosses) tergantung pada :
1. Bentuk, ukuran dan kekasaran saluran.
2. Kecepatan fluida.
3. Kekentalan.

Losses umumnya digolongkan sebagai berikut:

8
a. Minor Losses
Minor losses disebabkan oleh alat-alat pelengkap lokal atau yang diberi istilah
tahanan hidrolis seperti misalnya, perubahan bentuk saluran atau perubahan
ukurannya. Contoh dari beberapa alat-alat pelengkap-lokal adalah sebagai berikut:

Gambar 1.7 Minor losses (a) gate, (b) orifice, (c) elbow dan (d) valve
Sumber: Suharto (2015)

2
=
2

Keterangan:

h = Kerugian aliran akibat valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang


k = Koefisien hambatan valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)

b. Major Losses
Major losses adalah suatu kerugian yang dialami oleh aliran fluida dalam pipa
yang disebabkan oleh koefisien gesekan pipa yang besarnya tergantung kekasaran
pipa,diameter pipa dan bilangan Reynold. Koefisien gesek dipengaruhi juga oleh
kecepatan,karena distribusi kecepatan pada aliran laminar dan aliran turbulen
berbeda. Secara matematik dapat ditunjukkan sebagai berikut:

2
= . .
2
Keterangan:
hf = Major losses (m)

9
f = Koefisien gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)

Gambar 1.8 Moody Diagram


Sumber: Suharto (2015)

Untuk mendapatkan harga f dapat digunakan Grafik Moody (Moody


Diagram). Misalnya akan mencari koefisien gesekan dari suatu pipa, harga
bilangan Reynold dapat dicari terlebih dahulu dengan menggunakan:

Keterangan:
Re = Angka Reynold
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
L = Panjang aliran dalam pipa (ft atau m)
V = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s)

10
Kemudian angka kekasaran () dibagi dengan diameter pipa didapat suatu
harga /d. Dari bilangan Reynold ditarik garis keatas sampai pada garis /d.
Kemudian ditarik ke kiri sejajar garis bilangan Reynold, maka akan didapat harga
f.

1.1.7 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka
makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam
fluida tersebut. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan
besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas
adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa.s). Alat yang digunakanuntuk mengukur
viskositas yaitu viskometer. Rumus viskositas adalah sebagai berikut :

Keterangan:
= Tegangan geser (N/m)
= Viskositas dinamik (Ns.m-2)

= Perubahan sudut atau kecepatan sudut dari garis (m/s)

Keterangan:
v = Viskositas kinematik (m2/s)
= Viskositas dinamik (Ns.m-2 atau kg m/s)
= Densitas atau massa jenis (kg/m)

1.1.8 Macam-Macam Viskositas:


1. Viskositas Dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate.
Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas.

11
Gambar 1.9 Viskositas Dinamik
Sumber: Frank M. White (1991)

2. Viskositas Kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.


Viskositas ini dinyatakan dalam satuan Stoke (St) pada cgs dan m/s pada SI.

Gambar 1.10 Viskositas Kinematik


Sumber: Frank M White (1991)

12
Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas
akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurun kekentalannya.
Tabel 1.1 Kerapatan dan Kekentalan Udara Pada 1 atm

Sumber: Frank M White (1991)

Tabel 1.2 Kerapatan dan Kekentalan Air Pada 1 atm

Sumber: Frank M White (1991)

13
b. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
c. Tekanan
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar tekanannya,
cairan akan semakin sulit mengalir akibat dari beban yang dikenakannya.

1.1.9 Macam Macam Katup

Katup adalah sebuah alat untuk mengatur aliran suatu fluida dengan
menutup,membuka atau menghambat sebagian dari jalannya aliran. Beberapa
macam katup yang sering digunakan, yaitu:

a. Gate Valve
Bentuk penyekat adalah piringan, atau sering disebut wedge, yang
digerakkan ke atas bawah untuk membuka dan menutup. Biasanya digunakan
untuk posisi buka atau tutup sempurna dan tidak disarankan untuk posisi
sebagian terbuka.

Gambar1.11 Gate Valve


Sumber: Frank M White (1991)

14
b. Globe Valve
Digunakan untuk mengatur banyaknya aliran fluida.

Gambar 1.12 Globe Valve


Sumber: Frank M White (1991)
c. Butterfly Valve
Bentuk penyekatnya adalah piringan yang mempunyai sumbu putar di
tengahnya.Menurut desainnya, dapat dibagi menjadi concentric dan eccentric.
Eccentric memliki desain yang lebih sulit tetapi memiliki fungsi yang lebih
baik dari concentric. Bentuknyayang sederhana membuat lebih ringan
dibandingkan valve lainnya.

Gambar 1.13 Butterfly Valve


Sumber: Frank M White (1991)

15
d. Ball Valve
Bentuk penyekatnya berbentuk bola yang mempunyai lubang menerobos
ditengahnya.

Gambar 1.14 Ball Valve


Sumber: Frank M White (1991)
e. Plug Valve
Seperti ball valve, tetapi bagian dalamnya bukan berbentuk bola,
melainkan silinder. Karena tidak ada ruangan kosong di dalam badan valve,
maka cocok untuk fluida yang berat atau mengandung unsur padat seperti
lumpur.

Gambar 1.15 Plug Valve


Sumber: Suharto (2015)

1.1.10 Jenis Jenis Flowmeter


Flowmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur debit fluida.
Ada 4 jenis flowmeter, yaitu:

16
a. Rotameter
Alat ini digunakan untuk mengukur tingkat aliran fluida dalam tabung
tertutup. Tersusun dari tabung dengan pelampung di dalamnya yang kemudian
didorong oleh aliran lalu ditarik ke bawah oleh gravitasi.

Gambar 1.16 Rotameter


Sumber: R.K. Rajput (2008)
b. Venturi
Alat ini digunakan untuk mengetahui beda tekanan. Efek venturi terjadi
ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa yang menyempit.

Gambar 1.17 Venturi


Sumber: R.K. Rajput (2008)
c. Nozzle
Alat ini digunakan untuk mengetahui laju aliran, kecepatan suatu fluida.

Gambar 1.18 Nozzle


Sumber: Faith A. Morrison (2012)

17
d. Orifice
Alat ini digunakan untuk mengukur besar arus aliran. Terdapat 3 jenis
orifice, yaitu :
1. Concentric Orifice
Digunakan untuk semua jenis fluida yang tidak mengandung partikel
padat.

Gambar 1.19 Concentric Orifice


Sumber: R.K. Rajput (2008)
2. Eccentric Orifice
Digunakan untuk fluida yang mengandung partikel padat

Gambar 1.20 Eccentric Orifice


Sumber: R.K. Rajput (2008)
3. Segmental Orifice
Digunakan untuk aliran fluida dengan kandungan sedimen yang
tinggi ataupun lumpur dan gas kotor yang kandungannya lebih berat dari
cairan.

Gambar 1.21 Segmental Orifice


Sumber: R.K. Rajput (2008)

18
1.1.11 Tujuan Pengujian
Fluid Circuid Friction Experimental Apparatus
1. Mengetahui pengaruh faktor gesekan aliran dalam berbagai pipa
pada bilangan reynold tertentu
2. Mengetahui pengaruh koefisien head pipe, glove valve, gate valve
dan cock pada bilangan reynold tertentu
3. Mengetahui koefisien aliran untuk orifice, nozzle dan pipa venturi

1.2 Spesifikasi Alat


1.2.1 Fluid Circuid Friction Experimental Apparatus

Gambar 1.22 Fluid Circuid Friction Apparatus


MODEL : FLEA-2000AL
Pompa air
Laju aliran x head : 73 liter/menit x 15
Motor penggerak
Daya : 0,75 kW
Tangki penyimpanan air
Kapasitas : 50 100 liter
Pengaturan kerugian gesek
Jaringan pipa, nominal (in) : B, B, 1 B, 1 1/4 B,
Perubahan penampang : Pembesaran dan pengecilan
secara berangsur angsur.
Peralatan pipa : Katup pintu air (gerbang),
katup bola, dank ran.

19
Belokan : 90o radius kecil dengan
penghubug ulir (skrup) dan
radius besar yang disambung
dengan las.
Peralatan
Flow meter : Orifice meter, nozzle,
venturi meter, rota meter.
Manometer pipa U (air raksa) : 550 mm (air raksa tidak di
suplai)
Manometer U terbalik (air) : 550 mm
Penunjuk tekanan : 32 point

Kebutuhan Pendukung
1. Listrik 3 fase 220/380 v, 50/60 Hz
2. Suplai air dingin pada tekanan utama (manis) dan kering

Dimensi dan berat


Panjang : 3200 mm
Lebar : 700 mm
Tinggi : 1700 mm
Volume : 8 m3
Berat : 800 kg

20
Water Pipe Line Detail

Gambar 1.23 Water Pipe Line Detail


Sumber : http://blog.ub.ac.id/afrizalh/files/2012/10/FDM.png

21
1.3 Cara Pengambilan Data
1.3.1 Fluid Circuid Friction Apparatus
a. Persiapan
1. Tutup semua katup ventilasi udara, katup pressure tapping
selection dan katup pembuangan (control aliran).
2. Buka semua katup pengatur aliran, katup bola, katup gerbang,
drank ram agar air dapat mengalir.
3. Tekan switch motor penggerak pada posisi ON agar pompa
dapat bekerja mensirkulasi air.
4. Buka katup ventilasi udara (katup VA-1 dan VA-2)
untuk mengeluarkan udara dari jaringan pipa.
b. Pengukuran
1. Putar katup control aliran (VF-1) untuk mengubah debit aliran
yang diinginkan dapat dilihat pada Rotameter.
2. Buka katup water inverse U-TUBE manometer (L dan R)
3. Buka katup ventilasi manometer air.
4. Buka katup pada pressuer tapping selection untuk mengetahui
perbedaan tekanan antara 2 titik (hanya 2 katup yang terbuka),
apabila ingin mengetahui perbedaan tekanan titik yang lain,
tutup katup dan buka pada katup yang diinginkan dan
seterusnya.
5. Amati perbedaan tekanan yang terjadi pada manometer air.
6. Akhir dari pengujian, tutup semua katup dan matikan power
switch (OFF).

22
1.3.2 Hasil Pengujian Fluid Circuit Friction Apparatus
KELOMPOK 1
Data hasil pengujian aliran pada pipa lurus

No. Q1 v1 Qn Re
1 0.0000833 0.164543854 0.0001001409 4928.554103
2 0.0001389 0.274239756 0.0001712674 8214.256838
3 0.0001944 0.383935658 0.0002458047 11499.95957
4 0.0002500 0.493631561 0.0003174641 14785.66231
5 0.0003056 0.603327463 0.0003871972 18071.36504
6 0.0003611 0.713023365 0.0004523001 21357.06778
7 0.0004167 0.822719268 0.0005189001 24642.77051
8 0.0004722 0.93241517 0.0005896847 27928.47325
9 0.0005278 1.042111072 0.0006606646 31214.17598

Data hasil pengujian aliran pada cock valve

No. Q1 v1 Cn Re
1 0.0000833 0.105308066 0.83216052 6160.692628
2 0.0001389 0.175513444 0.810947842 10267.82105
3 0.0001944 0.245718821 0.79105261 14374.94947
4 0.0002500 0.315924199 0.787490515 18482.07788
5 0.0003056 0.386129576 0.789147058 22589.2063
6 0.0003611 0.456334954 0.798388223 26696.33472
7 0.0004167 0.526540331 0.802980442 30803.46314
8 0.0004722 0.596745709 0.800804564 34910.59156
9 0.0005278 0.666951086 0.798858875 39017.71998

Data Hasil pengujian aliran pada nozzle

No. Q1 v1 Cn Re
1 0.0000833 0.105308066 0.007530047 3942.843282
2 0.0001389 0.175513444 0.00813245 6571.40547
3 0.0001944 0.245718821 0.006915349 9199.967658
4 0.0002500 0.315924199 0.008366718 11828.52985
5 0.0003056 0.386129576 0.006160947 14457.09203
6 0.0003611 0.456334954 0.006817143 17085.65422
7 0.0004167 0.526540331 0.007530047 19714.21641
8 0.0004722 0.596745709 0.007738491 22342.7786
9 0.0005278 0.666951086 0.005631891 24971.34079

23
KELOMPOK 2
Data hasil pengujian untuk pipa inch
Q1
No. Q (m/detik) v (m/s) h Re d
1 0.5 0.000138889 1.096959023 0.014 0.005792113 16341.79425
2 0.7 0.000194444 1.535742633 0.099 0.0208972 22878.51195
3 0.9 0.00025 1.974526242 0.212 0.027070721 29415.22965
4 1.1 0.000305556 2.413309851 0.268 0.022908593 35951.94735
5 1.3 0.000361111 2.852093461 0.401 0.024541814 42488.66505
6 1.5 0.000416667 3.29087707 0.545 0.025053186 49025.38274
7 1.7 0.000472222 3.729660679 0.55 0.019684022 55562.10044
8 1.9 0.000527778 4.168444289 0.73 0.020915326 62098.81814
9 2.1 0.000583333 4.607227898 0.88 0.02063921 68635.53584

Data hasil pengujian untuk Gate Valve


No. Q Q1 v (m/s) h f Re
1 0.3 0.00008333 0.105308066 0.001 1.767391636 3942.843282
2 0.5 0.000138889 0.175513444 0.002 1.272521978 6571.40547
3 0.7 0.000194444 0.245718821 0.002 0.649245907 9199.96765
4 0.9 0.00025 0.315924199 0.003 0.589130545 11828.5298
5 1.1 0.000305556 0.386129576 0.004 0.525835528 14457.0920
6 1.3 0.000361111 0.456334954 0.005 0.47060724 17085.6542
7 1.5 0.000416667 0.526540331 0.008 0.565565324 19714.2164
8 1.7 0.000472222 0.596745709 0.01 0.550398779 22342.7786
9 1.9 0.000527778 0.666951086 0.012 0.528748744 24971.3407

Data hasil pengujian untuk Orifice


No. Q Q1 v (m/s) h Co Re
1 0.3 0.00008333 0.105308066 0.056 0.100517016 3942.843282
2 0.5 0.000138889 0.175513444 0.138 0.106719261 6571.40547
3 0.7 0.000194444 0.245718821 0.265 0.107817051 9199.967658
4 0.9 0.00025 0.315924199 0.534 0.097652694 11828.52985
5 1.1 0.000305556 0.386129576 0.6528 0.107948089 14457.09203
6 1.3 0.000361111 0.456334954 0.9792 0.104164563 17085.65422
7 1.5 0.000416667 0.526540331 1.4824 0.097683431 19714.21641
8 1.7 0.000472222 0.596745709 1.904 0.097684981 22342.7786
9 1.9 0.000527778 0.666951086 2.176 0.102126043 24971.34079

24
KELOMPOK 3
Data hasil pengujian untuk pipa 3/4 inch
No. Q Q1 V Re H f
1 0,23 6,38889E-05 0,2242671 5038,077527 0,005 0,018559216
2 0,5 0,000138889 0,487537 10952,34245 0,02 0,01570852
3 0,7 0,000194444 0,6825522 15333,27943 0,044 0,017632013
4 0,9 0,00025 0,8775672 19714,21641 0,067 0,016241834
5 1,1 0,000305556 1,0725821 24095,15339 0,092 0,014929585
6 1,3 0,000361111 1,2675970 28476,09037 0,13 0,015104346
7 1,5 0,000416667 1,4626120 32857,02735 0,185 0,016144868
8 1,7 0,000472222 1,6576269 37237,96433 0,233 0,015830818
9 1,9 0,000527778 1,8526419 41618,90131 0,28 0,015229867

Data hasil pengujian untuk glove valve


No. h Q Q1 v F Rey
1 0,003 0,3 8,33333E-05 0,1053080 5,302174909 3942,843282
2 0,02 0,5 0,000138889 0,1755134 12,72521978 6571,40547
3 0,042 0,7 0,000194444 0,2457188 13,63416405 9199,967658
4 0,055 0,9 0,00025 0,3159241 10,80072667 11828,52985
5 0,09 1,1 0,000305556 0,3861295 11,83129938 14457,09203
6 0,121 1,3 0,000361111 0,4563349 11,38869522 17085,65422
7 0,18 1,5 0,000416667 0,5265403 12,72521978 19714,21641
8 0,217 1,7 0,000472222 0,5967457 11,94365351 22342,7786
9 0,271 1,9 0,000527778 0,6669510 11,94090914 24971,34079

Data hasil pengujian untuk orifice


No. Q Q1 H D V Re f
1 0,3 8,33333E-05 0,06 0,03175 0,105308 3942,843 0,097059
2 0,5 0,000138889 0,175 0,03175 0,175513 6571,405 0,09472
3 0,7 0,000194444 0,36 0,03175 0,245719 9199,968 0,092457
4 0,9 0,00025 0,607 0,03175 0,315924 11828,53 0,091546
5 1,1 0,000305556 0,884 0,03175 0,38613 14457,09 0,092717
6 1,3 0,000361111 1,251 0,03175 0,456335 17085,65 0,09211
7 1,5 0,000416667 1,741 0,03175 0,52654 19714,22 0,090091
8 1,7 0,000472222 2,149 0,03175 0,596746 22342,78 0,091901
9 1,9 0,000527778 2,72 0,03175 0,666951 24971,34 0,091298

25
KELOMPOK 4
Data hasil pengujian aliran pada pipa lurus
No. Q V Re
1 8,33333E-05 0,164544 0,036813 4902,544
2 0,000138889 0,27424 0,013253 8170,907
3 0,000194444 0,383936 0,006762 11439,27
4 0,00025 0,493632 0,00409 14707,63
5 0,000305556 0,603327 0,002738 17975,99
6 0,000361111 0,713023 0,00196 21244,36
7 0,000416667 0,822719 0,001473 24512,72
8 0,000472222 0,932415 0,001146 27781,08
9 0,000527778 1,042111 0,000918 31049,45

Data hasil pengujjian aliran pada glove valve


No. Q QV CV Re
1 8,33333E-05 0,292522 0,047651 6536,717
2 0,000138889 0,487537 0,042886 10894,53
3 0,000194444 0,682552 0,042667 15252,34
4 0,00025 0,877567 0,044342 19610,15
5 0,000305556 1,072582 0,041202 23967,96
6 0,000361111 1,267597 0,041554 28325,77
7 0,000416667 1,462612 0,041218 32683,58
8 0,000472222 1,657627 0,040437 37041,4
9 0,000527778 1,852642 0,044401 41399,21

Data hasil pengujian aliran pada venturi


No. V Qv Cv Re
1 0,105308 8,45E-05 0,985725 3922,031
2 0,175513 0,000143 0,971938 6536,718
3 0,245719 0,000203 0,959773 9151,405
4 0,315924 0,000258 0,970442 11766,09
5 0,38613 0,000315 0,969936 14380,78
6 0,456335 0,000101 1,130126 16995,47
7 0,52654 0,00012 1,094286 19610,15
8 0,596746 0,000133 1,120361 22224,84
9 0,666951 0,00015 1,113591 24839,53

26
1.3.3 Contoh Perhitungan
Perhitungan Eksperimen untuk mengukur kerugian gesek pada pipa inch
A. Laju Aliran (Q1)

1 = 3600
0,5
= 3600 = 0,000138889 m/detik

Dengan Q didapat dari Rotameter

B. Kecepatan air dalam pipa (v)


1
= /4(2 )

0,000138889
= = , /
3,14/4(0,0127)2
Dengan diameter pipa, yaitu 0,0127

C. Koefisien gesek untuk air dalam pipa ()


2...
= ( 2 ).

2 .9,8 .(0,014).0,0127
= = 0,007342757
(1,096959023 )2 2

Dengan l adalah panjang pipa = 2 m

D. Bilangan reynold untuk aliran dalam pipa


. 0,0127 1,096959023
= = 16341,79425
0,000000848

Dimana v adalah viskositas kinematik air pada temperature 27 oC (m2/s)

Perhitungan experiment untuk mengukur kerugian head pada peralatan


pipa Gate Valve
A. Laju Aliran (Q1)

1 = 3600
0,3
= 3600 = 0.00008333 m/detik

Dengan Q didapat dari Rotameter

27
B. Kecepatan air dalam pipa
1
= /4(2 )

8.33333E 05
= = . /
3,14/4(0,0357)2
Dengan diameter pipa, yaitu 0,0357

C. Koefisien Gesek untuk air dalam gate valve


(78)
= 1 2
( 1 ) 2
4

0,001
= (0.105308066 )2 2 9,8

= 0,254514115

D. Bilangan reynold untuk aliran dalam pipa

1 1
(1 ).(1 ) 0,0357 0,138752911
4 4
= = 16341,79425
0,000000848

Dimana v adalah viskositas kinematik air pada temperature 27 oC (m2/s)

Perhitungan Experimen untuk pengukuran dengan orifice


A. Laju Aliran (Q1)

1 = 3600
0,3
= = . m/detik
3600

Dengan Q didapat dari Rotameter

B. Kecepatan air dalam pipa


1
= /4(2 )

0.00008333
= = . /
3,14/4(0,0357)2
Dengan diameter pipa, yaitu 0,0357

28
C. Laju aliran teoritis pada pipa orifice

= 4 2 2.
3,14
= 0,03572 2 . 9,8 . 0,056
4

= 0,00127449 m3/s

D. Koefisien aliran pada pipa orifice



co =
,
= ,

= 0,108976052

E. Bilangan reynold untuk aliran dalam pipa


1 1
(1 ).(1 ) 0,0357 0,138752911
4 4
= = 16341,79425
0,000000848

Dimana v adalah viskositas kinematik air pada temperature 27 oC (m2/s)

Grafik dan Pembahasan

Pipa inch
HUBUNGAN ANTARA BILANGAN REYNOLD DENGAN
KOEFISIEN GESEK

0.075

HUBUNGAN ANTARA
Koefisien Gesek

BILANGAN REYNOLD
0.05 DENGAN KOEFISIEN
GESEK2
Poly. (HUBUNGAN
ANTARA BILANGAN
0.025 REYNOLD DENGAN
KOEFISIEN GESEK2)

0
0 20000 40000 60000 80000
Bilangan Reynold

Grafik 1. Hubungan Antara Bilangan Reynold dengan Koefisien Gesek

29
Pembahasan :

Pada grafik ini dapat dilihat hubungan antara bilangan reynold dengan
koefisien gesek. Dari grafik terlihat bahwa semakin besar bilangan reynoldnya
semakin besar pula kecepatan fluida, hanya saja peningkatan koefisien geseknya
semakin berkurang lalu konstan dan cenderung membentuk polinomial yang
parabola koefisien geseknya cenderung keatas.
Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada bilangan reynold 16341,79425
koefisien geseknya sama dengan 0,005792113 sedangkan pada bilangan reynold
22878,51195 koefisien geseknya meningkat menjadi 0,0208972 hal ini
menunjukkan kenaikan bilangan reynold berbanding lurus dengan kenaikan
koefisien gesek, tapi pada bilangan reynold 55562,1044 kita dapat melihat bahwa
koefisien geseknya adalah 0,001968402, hal ini menunjukkan berkurangnya
peningkatan koefsien gesek. Berkurangnya koefisien gesek dikarenakan semakin
besar bilangan reynold maka semakin besar pula kecepatan fluida, sehingga waktu
kontak fluida dengan dinding pipa semakin sebentar, menyebabkan nilai koefisien
gesek semakin kecil dan grafik cenderung menurun.
Secara teoritis persamaan untuk bilangan reynold dan koefisien gesek adalah
sebagai berikut.
. 2...
Re = dan = ( 2 ).

Dimana dapat diketahui bahwa bilangan Reynold berbanding lurus dengan


kecepatan, dan faktor kerugian gesek berbanding terbalik dengan kecepatan fluida.
Apabila kecepatan semakin tinggi, maka bilangan Reynoldnya juga akan semakin
tinngi, sedangkan faktor kerugian geseknya akan semakin rendah, jadi bilangan
reynoldnya berbanding terbalik dengan koefisien gesek.
Dari rumus dan grafik di atas sesuai dengan teori dan asumsi, dimana
semakin besar reynoldnya maka koefisien geseknya semakin kecil karena
kecepatannya (v) berbanding terbalik dengan koefisien gesek pada valve. Jika di
grafik semakin konstan, itu disebabkan karena peningkatan nilai kecepatan aliran
yang diimbangi oleh besar perbedaan tekanannya (h). Selain hal tersebut semakin

30
besar diameter pipa (d), maka nilai kerugian gesekan juga semakin meningkat,
begitu pula dengan bilangan reynold.

Gate valve

HUBUNGAN ANTARA BILANGAN REYNOLD DENGAN


KOEFISIEN KERUGIAN GESEK

0.3

0.25
HUBUNGAN ANTARA
Kerugian Gesek

0.2 BILANGAN REYNOLD


DENGAN KOEFISIEN
KERUGIAN GESEK2
0.15

0.1 Poly. (HUBUNGAN


ANTARA BILANGAN
REYNOLD DENGAN
0.05 KOEFISIEN KERUGIAN
GESEK2)
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Bilangan Reynold

Grafik 2. Hubungan Antara Bilangan Reynold Dengan Koefisien Kerugian


Gesek pada Gate Valve
Pembahasan :
Grafik diatas menjelaskan dimana sumbu X merupakan bilangan reynold
dan sumbu Y koefisien kerugian gesek (gate valve). Pada percobaan tersebut
terlihat bahwa grafik cenderung menurun. Hal tersebut disebabkan semakin tinggi
angka reynold maka kecepatan fluida akan semakin tinggi, dan semakin tinggi
kecepatan fluida menyebabkan koefisien gesek semakin rendah. Fenomena
tersebut disebabkan semakin cepat fluida lama waktu kontak antara dinding pipa
dan fluida semakin sebentar. Berbeda dengan head losses ketika bilangan reynold
semakin bertambah maka koefisien kerugian gesek akan meningkat pula, hal
tersebut terjadi karena nilai koefisien gesek sangat kecil sedangkan nilai v

31
berkebalikan atau lebih besar. Maka v akan lebih dominan untuk mempengaruhi
hasil perhitungan sehingga grafik cenderung naik. Bidang kontak antara fluida dan
dinding merupakan faktor yang mempengaruhi koefisien gesek pada fluida.
Berdasarkan rumus :
. (78)
Re = dan f= 1 2
( 14) /2

Diketahui bahwa bilangan reynold berbanding lurus dengan kecepatan


aliran sedangkan kerugian gesek berbanding terbalik dengan kecepatan aliran,
sehingga semakin besar kecepatan aliran, semakin besar pula bilangan reynoldnya,
namun kerugian geseknya semakin kecil. Hal ini desebabkan semakin tinggi
kecepatan air dalam pipa maka semakin sedikit atau semakin cepat kontak antara
fluida dengan dinding valve yang membuat koefisien gesek semakin rendah.

Pipa Orifice

HUBUNGAN ANTARA BILANGAN REYNOLD DENGAN


KOEFISIEN ALIRAN
0.18

0.15
Koefisien Aliran Orifice

0.12
HUBUNGAN ANTARA
BILANGAN REYNOLD
0.09 DENGAN KOEFISIEN ALIRAN
2
Poly. (HUBUNGAN ANTARA
0.06
BILANGAN REYNOLD
DENGAN KOEFISIEN ALIRAN
2)
0.03

0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Bilangan Reynold

Grafik 3. Hubungan Antara Bilangan Reynold dengan Koefisien Aliran

32
Pembahasan :
Koefisien aliran orifice dilihat dari rasio antara jumlah aliran sebelum
masuk orifice dibanding jumlah aliran teoritis pada orifice. Pada saat bilangan
reynold rendah, aliran pada pipa cenderung laminar, akan tetapi apabila bilangan
reynold semakin tinggi, aliran pada pipa akan semakin turbulen. Semakin cepat
fluida mengalir, maka bidang kontak antara fluida dengan dinding orifice akan
semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bilangan reynold maka
koefisien aliran orifice semakin kecil.
Grafik hubungan antara bilangan reynold dengan koefisien aliran pada
orifice dilihat dari rumus berikut.

co = ,

dimana = 4 2 2.

Hubungan pada rumus diatas menyatakan bahwa dengan perubahan Q1 dan QO


yang terukur berubah sehingga CO cenderung konstan. Grafik yang konstan sesuai
dengan rumus berikut.
.
Re =

Semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula bilangan reynold, begitu
juga Q1 dab Co yang bertambah besar. Jadi saat aliran tersebut turbulen maka
koefisien alirannya menjadi lebih rendah daripada laminer.

Gambar 1.24 Orifice

33
1.3.4 Data Perbandingan Dari Masing Masing Kelompok
Pipa lurus dengan diameter inch, inch, dan 1 inch

GRAFIK HUBUNGAN BILANGAN REYNOLD


DENGAN KERUGIAN GESEKAN
0.04

0.035 kelompok 2 (1/2 inch)

0.03
kelompok 4 (1 inch)
KERUGIAN GESEKAN

0.025

kelompok 3 (3/4 inch)


0.02

0.015
Poly. (kelompok 2 (1/2
inch))
0.01
Poly. (kelompok 4 (1 inch))
0.005

0 Poly. (kelompok 3 (3/4


0 20000 40000 60000 80000 inch))
BILANGAN REYNOLD

Grafik 4. Hubungan Bilangan Reynold dengan Kerugian Gesekan pada pipa 1


Inch

Pembahasan :
Grafik tersebut membandingkan besar bilangan reynold dengan kerugian
gesek yang dialami fluida dengan besar penampang pipa yang berbeda pula. Dari
grafik dapat dilihat bahwa semakin tinggi bilangan reynold maka kerugian gesek
yang terjadi semakin menurun lalu konstan, hal ini disebabkan karena semakin
tinggi kecepatan fluida maka lama kontak antara dinding pipa dengan fluida
semakin sebentar, hal tersebut sesuai dengan asumsi dasar teori yang menyatakan
sebagai berikut.
. 2...
Re = dan = ( 2 ).

Grafik di atas membandingkan besar bilangan reynold dengan kerugian gesek


yang dialami fluida dengan besar penampang pipa berdiameter , , dan 1 inch.

34
Semakin tinggi kecepatan aliran (v) maka akan meningkatkan bilangan reynold
(Re) dan menurunkan besar . Jika di grafik semakin konstan, itu disebabkan
karena peningkatan nilai kecepatan aliran yang diimbangi oleh besar perbedaan
tekanannya (h). Semakin kecil diameter pipa, menyebabkan kecepatan fluida
yang semakin meningkat, sehingga berujung pada meningkatnya bilangan
reynold. Semakin cepat fluida mengalir melalui pipa, semakin kecil kontak antara
fluida tersebut dengan dinding pipa yang menyebabkan koefisien geseknya
semakin menurun.

Peralatan pipa gate valve, glove valve, dan cock valve

GRAFIK HUBUNGAN BILANGAN REYNOLD


DENGAN KOEFISIEN GESEK PADA VALVE
BILANGAN REYNOLD
kelompok 3 (glove valve)
0 10000 20000 30000 40000

14
kelompok 2 (gate valve)
12

10 Kelompok 1 (Cock Valve)


KOEFISIEN GESEK

8
Poly. (kelompok 3 (glove
6 valve))

4 Poly. (kelompok 2 (gate


valve))
2
Poly. (Kelompok 1 (Cock
0 Valve))

-2

Grafik 5. Hubungan Bilangan Reynold dengan Koefisien Gesek pada Valve

Pembahasan :
Grafik tersebut membandingkan besar bilangan reynold dengan kerugian
gesek yang dialami fluida dengan jenis valve yang berbeda pula. Dari grafik dapat
dilihat bahwa semakin tinggi bilangan reynold maka kerugian gesek yang terjadi
semakin menurun lalu konstan, hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan

35
1 1
(14).(14) (78)
f= 1 2
( 14) 2

Semakin tinggi kecepatan aliran (v) maka akan meningkatkan bilangan Reynold
(Re) dan membuat konstan nilai koefisien kerugian geseknya disebabkan
peningkatan besar v diimbangi dengan perbedaan tekanan (h) yang semakin besar
pula. Dari grafik dapat dilihat kerugian gesek terbesar ada pada glove valve. Hal
tersebut dikarenakan bentuk konstruksi dari glove valve yang menyebabkan
bidang kontak antara fluida dan dinding valve lebih besar akibat banyaknya
belokan.

Pada peralatan pipa venturi, nozzle, dan orifice

HUBUNGAN ANTARA BILANGAN REYNOLD DENGAN


KOEFISIEN ALIRAN PADA VENTURI, NOZZLE, dan
ORIFICE
1.4

1.2 kelompok 2 (orifice)


KOEFISIEN ALIRAN ORIFICE

1
kelompok 4 (venturi)
0.8
kelompok 1 (nozzle)
0.6

0.4 Poly. (kelompok 2


(orifice))
0.2
Poly. (kelompok 4
0 (venturi))
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Poly. (kelompok 1
BILANGAN REYNOLD
(nozzle))

Grafik 6. Hubungan Antara Bilangan Reynold dengan Koefisien Aliran pada


Venturi, Nozzle, dan Orifice
Pembahasan :
Grafik di atas membandingkan besar bilangan reynold dengan koefisien
alir pada orifice, nozzle, dan venturi. Dari grafik dapat kita lihat bahwa semakin

36
tinggi bilangan reynold maka koefisien aliran yang terjadi akan konstan, hal ini
sesuai dengan dasar teori yang menyatakan :


= 4 2 2. co =

Semakin tinggi kecepatan aliran (V) maka akan meningkatkan


bilangan reynold (Re) dan membuat konstan nilai koefisien kerugian geseknya,
dikarenakan peningkatan besar v di imbangi dengan perbedaan tekanan (h)
yang semakin besar pula. Nilai koefisien aliran paling tinggi adalah venturi
kemudian orifice dan nozzle. Hal ini disebabkan karena bentuk venturi dari
diameter sempit mengalami enlargement yang menyebabkan bidang kontak
antara aliran fluida dengan dinding venturi semakin luas sehingga waktu kontak
yang dialami antara dinding venturi dengan fluida semakin lama yang
mengakibatkan nilai koefisen aliran semakin besar. Sedangkan pada nozzle dan
orifice tidak mengalami enlargement, melainkan setelah memasuki ruang nozzle
maupun orifice tidak ada penampang yang menghalangi aliran fluida sehingga
waktu kontak antara aliran fluida dengan dinding orifice ataupun nozzle semakin
sebentar, yang mengakibatkan koefisien gesek semakin kecil.

1.4 Kesimpuan dan Saran


A. Kesimpulan
Dalam serangkaian tahapan praktikum dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin tinggi kecepatan aliran fluida, maka semakin besar pula bilangan
reynoldnya. Dan semakin besar bilangan reynold, maka akan semakin meningkat
pula kecepatan aliran fluida, sehingga waktu kontak antara fluida dengan dinding
pipa semakin sebentar, hal tersebut menyebabkan nilai koefisien gesek pada grafik
cenderung menurun sesuai dengan teori dan asumsi. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan pada fluid circuit agar jalannya aliran air mempunyai efisiensi
yang tinggi, salah satunya yang diteliti adalah perbedaan tekanan dan debit yang
dapat mempengaruhi hal-hal berikut.
Kerugian gesek yang dihasilkan
Efisiensi Orifice pada aliran air

37
BAB II
CENTRIFUGAL FAN TESTING APPARATUS
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Fan
Fan adalah piranti yang menimbulkan aliran suatu fluida gas dengan cara
menciptakan sebuah beda tekan melalui pertukaran momentum dari bilah atau
sudu fan ke partikel partikel fluida gas. Impeller fan mengubah energi mekanik
rotasional menjadi energi kinetik maupun statik dalam fluida gas. Pembagian
energi mekanik menjadi energi kinetik dan statik yang dihasilkan dan efisiensi
energi yang dihasilkan bergantung pada jenis bilah fan yang dirancang.
Fan banyak digunakan di dunia industri. Fan pada umumnya digunakan
untuk memindahkan sejumlah volume udara atau fluida gas melalui suatu saluran
(duct). Selain itu, fan juga diaplikasikan guna memasok udara dalam proses
pemindahan bahan tersuspensi di dalam aliran gas, pengeringan, pengeringan
asap, pengondensasian menara, pemasokan udara untuk proses pembakaran boiler,
pembuangan debu, aerasi sampah, pendinginan proses proses industrial, dan
ventilasi ruangan.
Pemilihan yang tepat terhadap dimensi dan tipe fan merupakan hal yang
sangat penting dalam kaitannya dengan sistem energi yang efisien. Fan biasanya
digunakan untuk tekanan rendah. Tekanan yang dihasilkan biasanya kurang dari
0,5 lb/in2 (3,45 kPa).
Fan menghasilkan tekanan total yang merepresentasikan statik dan energi
kinetik yang diberikan oleh impeller kepada udara. Bilah bilah impeller fan yang
berputar mengkonversikan energi mekanik menjadi statik dan energi kinetik
melalui perubahan vektor kecepatan dari udara. Ada dua jenis Fan, yaitu
Centrifugal Fan dan Axial Fan. Detailnya adalah sebagai berikut.
Centrifugal Fan
Centrifugal fan bekerja dengan menghisap fluida dari arah aksial dan
mengalirkannya ke arah tangensial. Fan sentrifugal meningkatkan kecepatan
aliran fluida dengan impeler yang berputar. Kecepatan meningkat sampai
mencapai ujung sudu dan kemudian diubah ke tekanan oleh volute.

38
Gambar 2.1: Centrifugal Fan
Sumber : Avallone, et al (ed). (2007: 1446)

Axial Fan
Aksial fan menggerakan aliran fluida sepanjang sumbu fan. Cara kerja
aksial fan pada impeller pesawat terbang yaitu dengan putaran blades fan
menghasilkan pengangkatan aerodinamis yang menekan udara.

Gambar 2.2: Axial Fan


Sumber : Avallone, et al (ed).( 2007: 1446)
2.1.2 Fenomena Volute

Volute merupakan saluran melengkung yang luas penampangnya


semakin lama semakin membesar yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan
fluida pada saat keluar.

39
Fenomena volute yaitu mengubah energy kecepatan menjadi energy
tekanan. Ketika fluida yang masuk diputar oleh fan maka kecepatan bertambah
dan fan yang berputar akan meneruskan dan memberikan gaya putar centrifugal
kepada fluida sehingga fluida bergerak keluar dengan tekanan tinggi, sesuai
dengan luas penampang volute yang semakin lama semakin membesar.
Sehubungan dengan hukum kontinuitas, jika semakin besar luas
penampang suatu ruang maka kecepatan akan berkurang sedangkan tekanannya
bertambah, begitu juga sebaliknya.

Gambar. 2.3: Fenomena Volute


Sumber : White. (2003 : 714)

2.1.3 Hukum Kontinuitas

Hukum kontinuitas disebut juga hukum kekekalan massa, bahwa laju


perubahan massa alir fluida yang terdapat dalam ruang yang ditinjau pada selang
waktu tertentu, harus sama dengan perbedaan antara jumlah laju massa alir yang
masuk dengan laju massa alir yang keluar dalam ruang yang ditinjau.
Persamaan kontinuitas untuk fluida tak termampatkan
Pada fluida tak termampatkan, massa jenis fluida selalu sama di setiap
titik yang dilaluinya. Massa alir fluida yang mengalir dalam pipa dengan luas
penampang A1 (diameter pipa besar) selama selang waktu tertentu adalah
sebagai berikut.

40

=

Dimana : m1 = m2
= .V
m1 = 1
V1 = A1L1 = A1v1t
m1 = A1v1t

Mengingat bahwa dalam aliran steady, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar. Maka :

m1 = m2

A1v1t = A2v2t

A1v1 = A2v2

Jadi pada fluida tak termampatkan, berlaku persamaan kontinuitas:


1 v1 = 2v2

Dimana :
A1 = Luas penampang 1
A2 = Luas penampang 2
dan
v1 = Kecepatan aliran fluida pada penampang 1
v2 = Kecepatan aliran fluida pada penampang 2
Av = Laju aliran volume v/t alias debit

Persamaan kontinuitas untuk fluida termampatkan


Untuk kasus ini massa jenis fluida berubah ketika dimampatkan
1 = 2
1v1 = 2 v2

Selang waktu aliran fluida sama : 1 v1 = 2 v2


Bedanya pada fluida tak termampatkan hanya terletak pada massa jenis fluida.

41
2.1.4 Pengukuran Tekanan

Pada kenyatannya dalam sebuah fan terdapat dua jenis tekanan, yaitu
tekanan masuk dan tekanan keluar. Untuk menghitung tekanan suatu fluida gas
dengan cara membandingkan dengan tekanan atmosfir digunakan alat yang
disebut dengan manometer.
Manometer digunakan untuk menetukan perbedaan tekanan diantara dua
titik di saluran pembuangan udara. Perbedaan tekanan kemudian dapat
digunakan untuk menghitung kecepatan aliran di saluran dengan menggunakan
persamaan Bernoulli. Macam-macam manometer, antara lain :
Manometer U
Manometer pipa U diisi cairan setengahnya (biasanya berisi minyak,
air atau air raksa) dimana pengukuran dilakukan pada satu sisi pipa,
sementara tekanan (yang mungkin terjadi karena atmosfer) diterapkan pada
tabung yang lainnya.Perbedaan ketinggian cairan memperlihatkan tekanan
yang diterapkan.

Gambar 2.4: Manometer Pipa U


Sumber : Avallone, et al (ed).( 2007: 334)
Manometer pipa U satu sisi
Manometer pipa U satu sisi sebenarnya pada prinsipnya sama
dengan manometer pipa U, akan tetapi manometer pipa U satu sisi digunakan
untuk mengukut tekanan lebih dari 1 atm. Sebelum digunakan tinggi
permukaan raksa sama dengan tekanan dalam pipa U satu adalah 1 atm.

42
Gambar 2.5: Manometer Pipa U Satu Sisi
Sumber : Avallone, et al (ed). (2007: 334)

Manometer pipa miring


Manometer pipa-U kurang peka untuk mendeteksi perbedaan
tekanan yang sangat kecil, karena perbedaan ketinggian pada kedua kaki
juga sangat kecil, maka manometer ini dimodifikasi dengan cara
memiringkan salah satu kaki pipa-U agar kenaikan tinggi cairan yang
kecil tetap dapat terlihat, dengan memiringkan salah satu kaki manometer
pipa-U maka panjang jarak yang ditempuh cairan semakin panjang dan
memungkinkan penggunaan skala yang teliti.

Gambar 2.6: Manometer Pipa Miring


Sumber : Avallone, et al (ed). (2007: 334)

2.1.5 Variasi Pengukuran Tekanan

Venturi
Venturi adalah sebuah pipa yang berfungsi menurunkan tekanan fluida
yang terjadi ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa yang menyempit.

43
Kecepatan fluida dipaksa meningkat untuk mempertahankan debit fluida yang
sedang bergerak tersebut, sementara tekanan pada bagian sempit ini harus turun
akibat pemindahan energi potensial tekanan menjadi energi kinetik. Hal ini juga
berhubungan dengan hukum kontinuitas.

Gambar 2.7: Venturi


Sumber : White. (2003 : 181)

Nozzle
Nozzle adalah alat yang digunakan untuk mengekspansikan fluida
sehingga kecepatannya meningkat dan tekanannya menurun. Fungsi Nozzle
adalah pressure control untuk mesin dan perangkat percepatan konversi energi
gas menjadi energi kinetik.

Gambar 2.8: Nozzel


Sumber : White. (2003 : 59)

Persamaan untuk venturi dan nozzle adalah sebagai berikut.

1 12 2 22
+ = + + 1
2 2

44
2.2 Tujuan Pengujian Sentrifugal Fan Apparatus
1. Melihat grafik karakteristik dari sebuah fan sentrifugal.
2. Mengukur debit dengan mempergunakan venturi dan iris damper.
3. Pengaruh rpm terhadap keluaran.

2.3 Centrifugal Fan Apparatus

Gambar 2.9 Centrifugal Fan Apparatus

No. Tipe : WG25


1 Aliran volume (tanpa hambatan) : 6,3
3/menit
2 Kenaikan tekanan statis tertutup penuh :m1180 Pa
3 Daya motor (nominal) : 0,4 kw
4 Rpm motor, Blow out : 2700

Unit Penggerak
No. Tipe : HM 2000
1 Merk : GUNT AT100 Drive Unit
2 Pout : 100 200 watt
3 Putaran Blower : 2700 rpm

45
2.4 Centrifugal Fan Apparatus
a. Pengaruh Putaran Fan Terhadap Tekanan Statis
1. Kenaikan Tekanan Statis
Hindari motor dan pada putara rendah, misalnya pada
500 rpm, kenaikan tekanannya diukur.
Putaran fan dinaikkan menjadi 750 rpm dan tekanannya
diukur lagi, ulangi hal ini dengan menaikkan putaran
sebesar 250 rpm sehingga mencapai putaran 2700 rpm.
2. Beda Tekanan Pada Saluran Masuk Fan
Hidupkan motor dan pada putaran rendah, misalnya pada
500 rpm, kenaikan tekanannya diukur.
Putaran fan dinaikan menjadi 750 rpm dan tekanannya
diukur lagi. Ulangi hal ini dengan menaikan putaran sebesar
250 rpm sehingga mencapai putaran 2700 rpm.
b. Pengaruh Pembukaan Damper Terhadap Tekanan Statis
Susunlah alas pengujian sesuai pada pembagian, tatapi ujung
atasnya terpasang damper
Hubungkan titik-titik pengukuran tekanan dengan
ujung-ujung manometer.
Hidupkan motor listrik
Naikkan putarannyas sehingga mencapai putaran 2700 rpm.
Posisi damper terbuka penuh, ukurlah tekanan-tekanannya.
Ulangi langkah 3, tetapi posisi daper terbuka
Ulangi langkah 4, tetapi posisi damper dibuka penuh.

c. Pengaruh Kecepatan Aliran Volume Dengan Venturimeter


1. Pengaruh Putaran Fan Terhadap Tekanan Efektif Ventury
Susunlah alat sesuai pada pembagian
Hubungkan titik-titik pengukur tekanan pada venture
dengan ujung-ujung manometer U.
Hidupkan motor listrik.

46
Naikkan putaran fan pelan-pelan sehingga mencapai
putaran 2700 rpm.
Pada putaran ini penguran P dan tekanan pada outlet dari
fan dilakukan pada tiga posisi damper
- Terbuka penuh
- Terbuka kira-kira setengah
- Tertutup penuh

d. Pengaruh Pembukaan Conical Iris Terhadap Tekanan Efektif Venturi


Susunlah alat pengujian sesuai pembagian tetapi venture
diganti dengan conical iris.
Hubungkan titik titik pengukuran tekanan pada conical iris
dengan ujung manometer U.
Hidupkan motor listrik.
Naikan putaran fan pelan pelan sehingga putarannya mencapai
2700 rpm.
Pada putaran ini pengukuran P conical iris dilakukan pada
enam bentuk kerucut.

47
2.5 Data Hasil Centrifugal Fan Testing Apparatus

Pengaruh Putaran Fan Terhadap Tekanan Statis

Saluran Masuk Saluran Keluar Kenaikan


Putaran
No Tekanan Statis
Fan
H P H P H P
1 600 -0.002 -0.01962 0.004 0.03924 0.004 0.03924
2 800 -0.004 -0.03924 0.004 0.03924 0.006 0.05886
3 1000 -0.006 -0.05886 0.006 0.05886 0.008 0.07848
4 1200 -0.008 -0.07848 0.006 0.05886 0.01 0.0981
5 1400 -0.01 -0.0981 0.008 0.07848 0.014 0.13734
6 1600 -0.012 -0.11772 0.01 0.0981 0.02 0.1962
7 1800 -0.014 -0.13734 0.012 0.11772 0.024 0.23544
8 2000 -0.016 -0.15696 0.014 0.13734 0.03 0.2943
9 2200 -0.02 -0.1962 0.016 0.15696 0.038 0.37278
10 2400 -0.026 -0.25506 0.018 0.17658 0.044 0.43164
15000 -0.118 -1.15758 0.098 0.96138 0.198 1.94238

Pengaruh Bukaan Damper terhadap Tekanan Statis


Terbuka Terbuka Tertutup
No Posisi Damper Penuh Setengah Penuh
Tekanan Keluar
1 dengan H 0.026 0.038 0.032
Tekanan Atmosfer P 0.25506 0.37278 0.31392
Tekanan Masuk
2 dengan H -0.02 -0.004 0
Tekanan Atmosfer P -0.1962 -0.03924 0
Beda Tekanan Masuk H 0.048 0.044 0.05
3
dan Keluar P 0.47088 0.43164 0.4905

Pengaruh Putaran Fan Terhadap Tekanan Efektif Venturi


No Putaran Fan H P P
1 600 0.004 0.03924 39.2
2 800 0.006 0.05886 58.8
3 1000 0.008 0.07848 78.4
4 1200 0.01 0.0981 98
5 1400 0.014 0.13734 137.2
6 1600 0.018 0.17658 176.4
7 1800 0.024 0.23544 235.2
8 2000 0.032 0.31392 313.6
9 2200 0.038 0.37278 372.4
10 2400 0.046 0.45126 450.8
15000 0.2 1.962 1960

48
Pengaruh Buakaan Damper Terhadap Tekanan Efektis Venturi
Terbuka Terbuka Tertutup
No Posisi Damper Penuh Setengah Penuh
H 0.056 0.02 0
1 Tekanan Efektif
P 0.54936 0.1962 0
2 Aliran Volume V 0.001225505 0.000732379 0

2.6 Contoh Perhitungan

Perhitungan volume aliran

2.
= . .

Dimana : = koefisien aliran fluida = 1.03
= koefisien ekspansi = 0.99
A = luas penampang damper ( m2)
= beda tekanan (kPa)
= berat jenis udara = 1.32 (kg/m3)
Diketahui : tebuka penuh : 0.1666 kPa
tertutup setengah : 0.05978 kPa
tertutup penuh : 0 kPa
Terbuka penuh
3,14 0,04 2 . 0,54936
V = 1.033 x 0,99 x [m3/s] = 0,001169065 m3/s
4 1.32

Tertutup setengah
3,14 0,04 2 . 0,1962
V = 1.033 x 0,99 x [m3/s] = 0,00069865 m3/s
4 1.32

Tertutup penuh
3,14 0,04 2 . 0
V = 1.033 x 0,99 x [m3/s] = 0,000732379 m3/s
4 1.32

49
Grafik dan Pembahasan
Grafik hubungan Putaran Fan dengan Tekanan.

0.5

0.4
Hubungan
Putaran Fan
0.3 dengan Tekanan
Masuk
Hubungan
BEDA TEKANAN

0.2
Putaran Fan
dengan Tekanan
0.1
Keluar
Hubungan
0 Putaran Fan
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 dengan Tekanan
Statis
-0.1 Poly. (Hubungan
Putaran Fan
-0.2 dengan Tekanan
Masuk)
-0.3
PUTARAN FAN

Pembahasan :
Pada P saluran masuk terlihat bahwa semakin besar putaran maka
semakin besar pula P nya. Pada tekanan masuk P semakin besar dan nilai
tekanannya negative terhadap atmosfer. Hal ini karena selisih antara P dan
tekanan udara luar. Bila putaran ditambah, tekanan masuk makin kecil sebab
putaran sudu fan semakin cepat, sehingga kecepatan alir fluida meningkat, dan
otomatis tekanannya turun dan lebih rendah dari pada atmosfer.
Pada saluran keluar P semakin besar, karena saat udara dari atmosfer
sesaat setelah melewati baling-baling fan bertekanan tinggi. Pada hal ini
disebabkan oleh fenomena volute. Sehingga kecepatan alir fluida turun dan
tekanan keluar naik.
Pada tekanan statis P semakin besar, karena saat udara dari atmosfer
sesaat setelah melewati baling-baling fan bertekanan tinggi. Pada hal ini
disebabkan oleh fenomena volute. Sehingga kecepatan alir fluida turun dan
tekanan keluar naik. Pada tekanan statis nilai P lebih besar dibandingkan tekanan
keluar. Hal ini dikarenakan tekanan masuk yang lebih rendah dari pada atmosfer.

50
Grafik Pengaruh Bukaan Damper terhadap Tekanan

0.6

0.4

Tekana Keluar
BEDA TEKANAN

0.2 Tekanan Masuk


Beda Tekanan

0 Poly. (Tekana Keluar)


0 0.5 1 Poly. (Tekanan Masuk)
Poly. (Beda Tekanan)
-0.2

-0.4
BUKAAN DAMPER

Pembahasan :
Pada grafik dapat dilihat bahwa perbedaan pada tekanan masuk bertambah
besar dan bernilai negatif seiring dengan semakin besarnya bukaan damper. Pada
bukaan damper kecil, perbedaan tekanan di sisi masuk sangat kecil dan juga
terdapat tekanan balik dari tekanan sisi keluar sehingga tekanan udara sisi masuk
damper sama dengan tekanan udara luar (atmosfer). Setelah damper dibuka maka
udara dapat mengalir dan memperbesar kecepatan udara di sisi masuk. Hal ini
menyebabkan P semakin besar dan bernilai negatif terhadap tekanan atmosfer.
Pada saat bukaan damper kecil tekanan pada sisi keluar akan mencapai
maksimal karena semua energi kinetik dari impeler dirubah menjadi energi
tekanan yang menyebabkan fluida termampatkan pada saluran alir fluida.
sehingga tekanan pada sisi keluar lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Tetapi
setelah damper dibuka udara mengalir dan memperbesar kecepatan di sisi keluar
yang menyebabkan beda tekanan keluar turun.
Pada beda tekanan statis P memiliki tekanan tertinggi dikarenakan
perbedaan tekanan dibandingkan dengan tekanan masuk yang memiliki tekanan
dibawah tekanan atmosfer. Pada grafik terjadi penyimpangan disebabkan
kesalahan dalam pengambilan data.

51
Grafik pengaruh putaran terhadap tekanan efektif venturi

500
450
400
350
TEKANAN EFEKTIF

300
250
200
150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600
PUTARAN FAN

Pembahasan :
Pada grafik terlihat bahwa putaran pada 600 rpm, beda tekanan pada
nozzle venturi terendah dan pada putaran 2400 rpm beda tekanannya tertinggi. Ini
dikarenakan semakin besar putaran maka semakin besar energi yang dihasilkan
dan semakin besar kecepatan putaran maka semakin besar tekanan yang
dihasilkan sehingga perbedaan tekanan pada nozzle venturi besar. Hal ini sesuai
rumus
Q1 = Q2
A1V1 = A2V2
Dimana :
A2 < A1
V2 > V1

Gambar 2.10: Venturi


Sumber : White. (2003 : 181)

52
Rumus diatas menunjukkan bahwa jika luas penampang kecil, maka
kecepatan aliran akan meningkat. Sehingga tekanan yang terjadi mengecil dengan
itu jika putaran fan ditambah maka kecepatan naik, dan sebaliknya tekanan
menurun.

Grafik Hubungan Bukaan Damper Dengan Volume Aliran


0.0014

0.0012

0.001

0.0008 Hubungan Bukaan


Damper dengan Aliran
V

0.0006 Volume
Poly. (Hubungan Bukaan
0.0004 Damper dengan Aliran
Volume )
0.0002

0
0 0.5 1
BUKAAN DAMPER

Pembahasan :
Pada saat damper tertutup tidak ada udara mengalir keluar, semakin besar
bukaan damper maka volume aliran udara juga semakin besar. Hal ini
dikarenakan pada saat damper terbuka. volume aliran udara yang dapat mengalir
semakin banyak sehingga nilai beda tekanan pada sisi masuk dan keluar semakin
besar begitu juga sebaliknya.
2
= . .

Dimana :
V= Aliran volume (m3/s) d =Selisih diameter
= Koefisien gesek P = Selisih tekanan(kPa)
= Koefisien kecepatan aliran = Berat jenis udara
Jika P naik, volume aliran (V) juga akan naik pula karena P sebanding
dengan V. Begitu pula sebaliknya jika P turun maka V akan turun juga. Saat

53
damper terbuka penuh tekanan pada titik masuk lebih besar dari pada tekanan saat
keluar yang menyebabkan P nya tinggi. Sedangkan pada saat damper tertutup,
udara berkumpul pada venturi baik pada A1 maupun pada A2 sehingga P pada
venturi sama dengan nol.

2.7 Kesimpulan

Dari data hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Dari semua pembahasan di atas kita ketahui bahwa, antara kecepatan


udara, luas penampang dan tekanan, selalu berkaitan dengan Hukum - hukum
yang ada, seperti Hukum kontinuitas dan Hukum Bernoulli. Dalam Hukum
kontinuitas, kita dapat melihat hubungan antara Luas Penampang dan kecepatan
dengan rumus,
A1v1 = A2v2
Dari sini dapat dilihat apabila luas penampang (A) besar, maka
kecepatannya (v) akan rendah. Begitu pula sebaliknya, jika luas penampang kecil
maka kecepatannya akan tinggi. Dengan rumus ini terihat hubungan antara luas
penampang dan kecepatan.
Adapun Hukum Bernoulli ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut.
1 12 2 22
+ + 1 = + + 2
2 2

Dari persamaan tersebut dapat diketahui apabila semakin tinggi


tekanannya (P), maka semakin rendah kecepatannya (v). Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah tekanannya maka semakin tinggi kecepatannya. Dari 2 Hukum
diatas, kita temukan bahwa masing- masing rumus tersebut saling berhubungan
nilai v nya. Oleh karena itu, dengan rumus diatas kita dapat mengetahui hubungan
antara luas penampang (A), kecepatan (v) dan tekanan (P). Apabila luas
penampang besar, maka tekanan yang dihasilkan juga besar dan Jika luas
penampang kecil, maka tekanan yang dihasilkan juga kecil.

Dari Percobaan diatas, kita dapat mengetahui bagaimana proses masuknya


udara kedalam centrifugal fan, kemudian bagaimana kondisi udara setelah keluar
dari Fan. Selain itu juga, kita dapat mengetahui perbandingan tekanan yang

54
terjadi diluar dan didalam fan. Kemudian bagaimana caranya tekanan dapat
meningkat setelah masuk ke dalam fan.
Dari beberapa percobaan diatas, ada beberapa hasil dari percobaan yang
kurang sesuai dengan hukum-hukum yang berkaitan. Selisih ini terjadi karena
kesalahan dalam proses pengambilan data.

55
DAFTAR PUSTAKA

White, F.M. 2005. Fluid Mechanics . New York: McGraw Hill Laboratorium
Fenomena Dasar Mesin FT-UB
Vierck, R.K. 1967. Vibration Analysis. Pennsylvania: International Text .
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2017. Universitas Negeri Malang. UM Press.

56

Anda mungkin juga menyukai