Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

FLUID CIRCUIT AND FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Fluida
Fluida adalah zat yang terdefomasi secara terus-menerus (continue) akibat
terkena tegangan geser (shear stress). Hal ini menunjukkan terdapat tegangan
geser ketika fluida mengalir.

Keterangan:

= Tegangan geser fluida (N/m2)

= Viskositas fluida (kg/ms)



= Gradien kecepatan (m/s)

1.1.2 Macam Macam Fluida


A. Berdasarkan Laju Deformasi dan Tegangan Geser:
1. Newtonian Fluid
Fluida Newtonian adalah fluida yang tegangan geser dan regangan
gesernya linier. Hal ini berarti Fluida Newtonian memiliki viskositas dinamis
yang tidakakan berubah karena pengaruh gaya-gaya yang bekerja padanya.
Viskositas Fluida Newtonian bergantung pada temperatur dan tekanan.

Gambar 2.1 Variasi Linier Tegangan Geser Terhadap Laju Regangan Geser
Fluida Sumber: Bruce R. Munson (2013)
2. Non-Newtonian Fluid
Fluida Non-Newtonian adalah fluida yang tegangan gesernya tidak
berhubungan secara linier terhadap laju regangan geser. Fluida jenis ini
memiliki viskositas dinamis yang dapat berubah-ubah ketika terdapat gaya
yang bekerja pada fluida tersebut dan waktu. Contoh Fluida Non-Newtonian
adalah plastik, oli, getah karet.

Gambar 2.2 Variasi Linier Tegangan Geser Terhadap Laju Regangan Geser
Fluida Non-Newtonian
Sumber: Bruce R. Munson (2013)
B. Berdasarkan Sifat Mampu Mampat
1. Compressible Fluid
Compressible fluid ialah fluida yang memiliki massa jenis yang berubah
pada setiap alirannya. Dengan kata lain, massa jenis fluida ini tidak sama pada
setiap titik yang dialirinya. Hal ini disebabkan volume fluida ini yang berubah-
ubah, dapat membesar atau mengecil pada setiap penampang yang dialirinya.
Compressible fluid memiliki Bilangan Mach lebih besar dari 0,3. Bilangan Mach
yaitu perbandingan Antara kecepatan fluida per kecepatan suara. Seperti pada
persamaan dibawah ini.


= > 0.3

Dimana:

V = Kecepatan fluida (m/s2)

A = Kecepatan suara (m/s2)


Ma = Bilangan mach

2. Incompressible Fluid
Incompressible fluid ialah fluida yang memiliki volume dan massa jenis
tetap pada setiap alirannya. Dengan kata lain massa jenis fluida ini sama pada
setiap titik yang dialirinya. Incompressible fluid memiliki Bilangan Mach lebih
kecil dari 0,3.


= < 0.3

Pembagian kecepatan berdasarkan Bilangan Mach:

- Subsonic (Mach < 1,0)


- Sonic (Mach = 1.0)
- Transonic (0,8 < Mach < 1.3)
- Supersonic (Mach > 1.0)
- Hypersonic (Mach > 5.0)
C. Berdasarkan Sifat Aliran
1. Fluida dengan Aliran Laminer
Fluida dengan aliran laminer adalah fluida yang alirannya memiliki lintasan
lapisan batas yang panjang, sehingga seperti berapis-lapis. Aliran ini mempunyai
bilangan Re kurang dari 2300.

Gambar 2.3 Aliran Laminar


Sumber: Suharto (2015)

2. Fluida dengan Aliran Turbulen


Fluida dengan aliran turbulen adalah fluida yang alirannya mengalami
pergolakan (berputar-putar) dan mempunyai bilangan Re lebih dari 4000. Ciri-
ciri aliran ini tidak memiliki keteraturan dalam lintasa fluida, kecepatan fluida
tinggi.
Gambar 2.4 Aliran Turbulen
Sumber: Suharto (2015)

3. Fluida dengan Aliran Transisi

Fluida dengan aliran transisi adalah fluida yang alirannya merupakan aliran
peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran ini memiliki bilangan Re
Antara 2300-4000.

Gambar 2.5 Aliran Transisi


Sumber: Suharto (2015)

Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila bilangan Reynold kurang


daripada 2300, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila bilangan
Reynold lebih besar dari pada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang
antara 2300 dan 4000 aliran dapat laminer ke turbulen tergantung pada faktor-
faktor lain yang mempengaruhi.

D. Berdasarkan Bentuk Aliran


1. Fluida Statis

Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau
fluida dalam keadaan bergerak tetapi tidak terdapat perubahan kecepatan. Fluida
statis diasumsikan tidak memiliki gaya geser.
2. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir dengan kecepatan yang tidak
seragam. Biasanya fluida ini mengalir dari luas penampang tertentu ke luas
penampang yang berbeda.
1.1.3 Hukum Bernoulli
Hukum ini diterapkan pada zat cair yang mengalir dengan kecepatan berbeda
dalam suatu pipa. Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah
energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah
energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Syarat hukum Bernoulli adalah:

1. Steady state
2. Densitasnya relatif konstan
3. Gesekan diabaikan
4. Diacu pada titik yang terletak di 1 streamline

Secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli, yang pertama berlaku
untuk aliran tak termampatkan (incompressible flow) dan yang lain untuk fluida
termampatkan (compressible flow).

a. Aliran Tak Termampatkan


Aliran tak termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contohnya: air, minyak, emulsi, dll.
Asal mula Bernoulli:

v2

P1 P2

v1
Gambar 2.6 Prinsip Bernoulli
Sumber: Suharto (2015)
Besarnya tekanan akibat gerakan fluida dapat dihitung dengan
menggunakan konsep kekelan energi atau prinsip usaha-energi.

+ + =
1
+ 2 + =
2
2
+ + =
2
2
+ + =
2

Keterangan:

v = Kecepatan fluida (m/s)

V = Volume fluida (m3)

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)

h = Ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)

P = Tekanan fluida (Pa)

= Massa jenis fluida (kg/m3)

= Berat jenis fluida (N/m3)

b. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya
besaran kerapatan masa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contohnya
udara, gas alam, dll.

c. Aplikasi Hukum Bernoulli


Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan aplikasi hukum
Bernoulli yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang menunjang
kehidupan manusia masa kini. Berikut ini beberapa contoh aplikasi hukum Bernoulli
tersebut:
1. Hukum Bernoulli digunakan untuk menentukan gaya angkat pada sayap dan
badan pesawat terbang sehingga diperoleh ukuran presisi yang sesuai.
2. Hukum Bernoulli digunakan untuk mesin karburator yang berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar dan mencampurnya dengan aliran udara yang masuk.
Salah satu pemakaian karburator adalah dalam kendaraan bermotor, seperti
mobil.
3. Hukum Bernoulli berlaku pada aliran air melalui pipa dari tangki penampung
menujubak-bak penampung. Biasanya digunakan di rumah-rumah pemukiman.
4. Hukum Bernoulli juga digunakan pada mesin yang mempercepat laju kapal
layar.
1.1.4 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia dan gaya viskos yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan Reynold digunakan untuk membedakan aliran apakah turbulen
atau laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold
(Reynold Number). Angka ini dihitung dengan persamaan sebagai berikut :


= =

Keterangan:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
L = Panjang aliran dlam pipa (ft atau m)
= Viskositas kinematis, = (ft2/s atau m2/s)

1.1.5 Head
Head adalah energi per satuan berat, yang disediakan untuk mengalirkan
sejumlah zat cair untuk dikonversikan menjadi bentuk lain. Head mempunyai satuan
meter (m). Menurut Bernoulli ada 3 macam head fluida yaitu :

1. Head Tekanan
Head tekanan adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada permukaan
zat cair pada sisi tekan dengan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair
pada sisi isap.

Keterangan:


= Head tekanan(m)


= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi tekan (m)


= Head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap (m)

2. Head Kinetik
Head kinetik adalah head yang diperlukan untuk menggerakkan suatu zat dari
keadaan diam sampai tempat dan kecepatan tertentu.

2 2
=
2 2

Keterangan:
= Head kecepatan atau head kinetik (m)

2
= Kecepatan zat cair pada saluran tekan (m)
2

2
= Kecepatan zat cair pada saluran isap (m)
2

3. Head Potensial
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum plane). Jadi
suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang disebabkan oleh
posisinya atau disebut fluida mempunyai head sebesar Z kolom air.

Z = Zd Zs

Keterangan

Z = Head statis total atau head potensial (m)

Zd = Head statis pada sisi tekan (m)

Zs = Head statis pada sisi isap (m)

1.1.6 Losses
Kerugian energi atau istilah umumnya dalam mekanika fluida kerugian head
(headlosses) tergantung pada :
1. Bentuk, ukuran dan kekasaran saluran.
2. Kecepatan fluida.
3. Kekentalan.

Losses umumnya digolongkan sebagai berikut:


a. Minor Losses
Minor losses disebabkan oleh alat-alat pelengkap lokal atau yang diberi istilah
tahanan hidrolis seperti misalnya, perubahan bentuk saluran atau perubahan
ukurannya. Contoh dari beberapa alat-alat pelengkap-lokal adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7 Minor losses (a) gate, (b) orifice, (c) elbow dan (d) valve
Sumber: Suharto (2015)

2
=
2

Keterangan:
h = Kerugian aliran akibat valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang (m)
k = Koefisien hambatan valve, elbow, orifice, dan perubahan penampang
v = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)

b. Major Losses
Major losses adalah suatu kerugian yang dialami oleh aliran fluida dalam pipa yang
disebabkan oleh koefisien gesekan pipa yang besarnya tergantung kekasaran
pipa,diameter pipa dan bilangan Reynold. Koefisien gesek dipengaruhi juga oleh
kecepatan,karena distribusi kecepatan pada aliran laminar dan aliran turbulen
berbeda. Secara matematik dapat ditunjukkan sebagai berikut:

2
= . .
2

Keterangan:
hf = Major losses (m)
f = Koefisien gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)

Gambar 2.8 Moody Diagram


Sumber: Suharto (2015)

Untuk mendapatkan harga f dapat digunakan Grafik Moody (Moody Diagram).


Misalnya akan mencari koefisien gesekan dari suatu pipa, harga bilangan Reynold dapat
dicari terlebih dahulu dengan menggunakan:

Keterangan:

Re = Angka Reynold

V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)


L = Panjang aliran dalam pipa (ft atau m)

V = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s)

Kemudian angka kekasaran () dibagi dengan diameter pipa didapat suatu harga
/d. Dari bilangan Reynold ditarik garis keatas sampai pada garis /d. Kemudian ditarik
ke kiri sejajar garis bilangan Reynold, maka akan didapat harga f.

1.1.7 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya
gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu
fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut.
Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut
koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal
sekon (Pa.s). Alat yang digunakanuntuk mengukur viskositas yaitu viskometer. Rumus
viskositas adalah sebagai berikut :

Keterangan:

= Tegangan geser (N/m)

= Viskositas dinamik (Ns.m-2)

= Perubahan sudut atau kecepatan sudut dari garis (m/s)

Keterangan:

v = Viskositas kinematik (m2/s)

= Viskositas dinamik (Ns.m-2 atau kg m/s)

= Densitas atau massa jenis (kg/m)

Macam-Macam Viskositas:
1. Viskositas Dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas
dinamik disebut juga koefisien viskositas.

Gambar 2.9 Viskositas Dinamik


Sumber: Frank M. White (1991)
2. Viskositas Kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.
Viskositas ini dinyatakan dalam satuan Stoke (St) pada cgs dan m/s pada SI.

Gambar 2.10 Viskositas Kinematik


Sumber: Frank M White (1991)

Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas
akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun
kekentalannya.

Tabel 2.1 Kerapatan dan Kekentalan Udara Pada 1 atm

Sumber: Frank M White (1991)

Tabel 2.2 Kerapatan dan Kekentalan Air Pada 1 atm

Sumber: Frank M White (1991)


b. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan
volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
c. Tekanan
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar
tekanannya, cairan akan semakin sulit mengalir akibat dari beban yang
dikenakannya.

1.1.8 Macam Macam Katup


Katup adalah sebuah alat untuk mengatur aliran suatu fluida dengan
menutup,membuka atau menghambat sebagian dari jalannya aliran. Beberapa
macam katup yang sering digunakan, yaitu:
a. Gate Valve
Bentuk penyekat adalah piringan, atau sering disebut wedge, yang digerakkan
ke atas bawah untuk membuka dan menutup. Biasanya digunakan untuk posisi buka
atau tutup sempurna dan tidak disarankan untuk posisi sebagian terbuka.

Gambar 2.11 Gate Valve


Sumber: Frank M White (1991)
b. Globe Valve
Digunakan untuk mengatur banyaknya aliran fluida.

Gambar 2.12 Globe Valve


Sumber: Frank M White (1991)

c. Butterfly Valve
Bentuk penyekatnya adalah piringan yang mempunyai sumbu putar di
tengahnya.Menurut desainnya, dapat dibagi menjadi concentric dan eccentric.
Eccentric memliki desain yang lebih sulit tetapi memiliki fungsi yang lebih baik dari
concentric. Bentuknyayang sederhana membuat lebih ringan dibandingkan valve
lainnya.

Gambar 1.13 Butterfly Valve


Sumber: Frank M White (1991)

d. Ball Valve
Bentuk penyekatnya berbentuk bola yang mempunyai lubang menerobos
ditengahnya.
Gambar 2.14 Ball Valve
Sumber: Frank M White (1991)

e. Plug Valve
Seperti ball valve, tetapi bagian dalamnya bukan berbentuk bola, melainkan
silinder. Karena tidak ada ruangan kosong di dalam badan valve, maka cocok untuk
fluida yang berat atau mengandung unsur padat seperti lumpur.

Gambar 2.15 Plug Valve


Sumber: Suharto (2015)
1.1.9 Jenis Jenis Flowmeter
Flowmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur debit fluida. Ada 4
jenis flowmeter, yaitu:

a. Rotameter
Alat ini digunakan untuk mengukur tingkat aliran fluida dalam tabung
tertutup. Tersusun dari tabung dengan pelampung di dalamnya yang kemudian
didorong oleh aliran lalu ditarik ke bawah oleh gravitasi.
Gambar 2.16 Rotameter
Sumber: R.K. Rajput (2008)

b. Venturi
Alat ini digunakan untuk mengetahui beda tekanan. Efek venturi terjadi
ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa yang menyempit.

Gambar 2.17 Venturi


Sumber: R.K. Rajput (2008)

c. Nozzle
Alat ini digunakan untuk mengetahui laju aliran, kecepatan suatu fluida.

Gambar 2.18 Nozzle


Sumber: Faith A. Morrison (2012)
d. Orifice
Alat ini digunakan untuk mengukur besar arus aliran. Terdapat 3 jenis
orifice, yaitu :
1. Concentric Orifice
Digunakan untuk semua jenis fluida yang tidak mengandung partikel
padat.

Gambar 2.19 Concentric Orifice


Sumber: R.K. Rajput (2008)

2. Eccentric Orifice
Digunakan untuk fluida yang mengandung partikel padat

Gambar 2.20 Eccentric Orifice


Sumber: R.K. Rajput (2008)

3. Segmental Orifice
Digunakan untuk fluida khusus.
Gambar 2.21 Segmental Orifice
Sumber: R.K. Rajput (2008)
BAB II
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

2.1. Dasar Teori


2.1.1. Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau batang yang ditinjau dari satu
dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang, yang
biasanya dialami oleh benda yang mempunyai panjang. Sumbu pada sebuah batang akan
terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban
terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Defleksi dibedakan menjadi dua jenis, jenis pertama adalah defleksi vertikal
dimana perubahan posisi batang atau balok berarah vertikal. Jenis kedua adalah defleksi
horizontal dimana perubahan posisi suatu batang atau balok berarah horizontal.

Gambar. 2.1 Defleksi

2.1.2. Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Seperti yang telah dipaparkan, defleksi terjadi karena adanya pembebanan
vertikal dan horizontal pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi
karena pembebanan saja, akan tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan yang
dialami oleh balok atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya
merubah bentuk (lendutan) pada batang atau balok tersebut, sedangkan deformasi dapat
merubah bentuk dan ukuran serta volume balok tersebut.
Selain itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat
berdasarkan dimensi dari balok atau batang, jika defleksi maka batangnya hanya
memiliki satu dimensi (p / l) sedangkan jika deformasi memiikik lebih dari satu dimensi
(p, l, t).

Gambar. 2.2 Defleksi


Gambar. 2.3 Deformasi
2.1.3. Macam Macam Deformasi
Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan karena adanya
gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, geser, dan torsi.
Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu :

2.1.3.1. Deformasi Elastis


Deformasi Elastis adalah perubahan yang terjadi jika ada gaya yang bekerja,
serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain jika beban dihilangkan, maka
benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.

2.1.3.2. Deformasi Plastis


Deformasi Plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya pembebanan
yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk material tidak dapat
kembali ke keadaan semula.

Gambar. 2.4 Grafik Deformasi

Gambar tersebut merupakan gambar dari uji tarik. Dari gambar tersebut dapat
dilihat batas elastisitas dinyatakan dengan titik A. Bila bahan diberi beban sampai titik
A, kemudian bebannya dihilangkan maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi
semula yaitu regangan nol pada titik O. Batas proporsional adalah titik sampai dimana
penerapan hukum hooke masih bisa ditolelir. Pada titik B regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar
regangan OE adalah regangan plastis. Tegangan tarik maksimum pada gambar
ditunjukkan dengan titik C merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan
dalam uji tarik. Kekuatan patah pada gambar ditunjukkan dengan titik d, merupakan
besar tegangan dimana beban yang diuji mengalami fracture atau patah.

2.1.4. Teori Castigliano


Metode Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan dari sebuah
system linear elastis berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip persamaan energi.
Konsep dasar teori yaitu bahwa perubahan energi adalah gaya dikalikan perpindahan
yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan dengan perubahan energi dibagi dengan
perpindahan yang dihasilkan. Ada dua teorema dalam teori Castigliano, yaitu :

2.1.4.1. Teori Pertama Castigliano


Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur
elastis dinyatakan sebagai fungsi persamaan perpindahan qi, maka turunan parsial dari
energi regangan terhadap perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.
Dirumuskan dengan :

=

Dimana :
U = energi regangan

2.1.4.2. Teori Kedua Castigliano


Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan, yang menyatakan, jika
energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi persamaan gaya
Qi, maka turunan parsial dari energi regangan terhadap persamaan gaya memberikan
persamaan perpindahan qi, searah Qi.
Dirumuskan dengan :

=

Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di ujung, dan
perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua Castigliano.

=

2 2
= =
0 2 0 2

Dimana, E adalah Modulus Young dan I adalah momen inersia penampang dan M(L) =
P L adalah pernyataan untuk momen pada titik berjarak L dari ujung, maka :

2 3
= =
0 2 3

2.1.5. Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar sebuah benda
disekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya
adalah hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lurus (d).

M = F.d

Dimana : M = Momen (Nm)


F = Gaya (N)
d = Jarak tegak lurus (m)
Arah momen gaya tergantung dari kesepakatan, misalnya searah jarum jam
(CW/ClockWise) atau berlawanan arah jarum jam (CCW/Counter ClockWise) begitu
pula dengan kesepakatan tanda positif dan negative dari CW dan CCW.
Macam macam momen :

2.1.5.1. Momen Gaya (Torsi)


Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika resultan gaya
yang mempengaruhi benda tidak sama dengan nol. Jika resultan gaya adalah nol maka
benda mungkin akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Untuk mengubah
kecepatan dibutuhkan gaya. Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton. Peristiwa yang
sama juga berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi momen gaya. Dengan
adanya momen gaya maka benda akan mengalami perubahan kecepatan sudut. Momen
gaya merupakan besaran vektor dan secara matematis dituliskan:

= .

Keterangan : = Momen Gaya (Nm)


F = Gaya (N)
R = Jarak tegak lurus (m)

2.1.5.2. Momen Kopel


Momen kopel dinotasikan dengan M, satuannya Nm. Kopel adalah pasangan
dua buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan sejajar. Besarnya kopel
dinyatakan denganmomen kopel (M). Momen kopel seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah merupakan besaran vektor dengan satuan Nm. Pengaruh kopel
terhadap benda yaitu dapat menyebabkan banda berotasi.

Momen Kopel dapat dirumuskan dengan formula : M = F d.

Gambar. 2.5. Momen Kopel

2.1.5.3. Momen Inersia


Momen inersia merupakan ukuran kelebaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen inersia
berperan dalam rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, menentukan hubungan
antara momentum sudut dan kecepatan sudut, sertamomen gaya dan percepatan
sudut.daftar dari momen inersia dari berbagai benda dapat dilihat pada gambar di
bawah.
I = k.m.r2
Keterangan : I = Momen Inersia (Kgm2)
k = konstanta inersia
m = massa (kg)
r = jari jari objek dari pusat massa (m)
Gambar. 2.6. Momen

2.1.5.4. Momen Bending


Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar yang
bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak lurus
sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada rangka atap
rumah.

=

Keterangan : M = Momen Bending (Nm)
I = Momen Inersia (Kgm2)
y = jarak dari sumbu netral ke permukaan benda (m)

= tegangan bending (Pa)


BAB III
CENTRIFUGAL FAN TESTING APPARATUS
3..1 Dasar Teori
3.1.1. Pengertian Fan
Fan adalah piranti yang menimbulkan aliran suatu fluida gas dengan cara
menciptakan sebuah beda tekan melalui pertukaran momentum dari bilah atau sudu fan
ke partikel partikel fluida gas. Impeller fan mengubah energi mekanik rotasional
menjadi energi kinetik maupun statik dalam fluida gas. Pembagian energi mekanik
menjadi energi kinetik dan statik yang dihasilkan dan efisiensi energi yang dihasilkan
bergantung pada jenis bilah fan yang dirancang.
Fan banyak digunakan di dunia industri. Fan pada umumnya digunakan untuk
memindahkan sejumlah volume udara atau fluida gas melalui suatu saluran (duct).
Selain itu, fan juga diaplikasikan guna memasok udara dalam proses pemindahan bahan
tersuspensi di dalam aliran gas, pengeringan, pengeringan asap, pengondensasian
menara, pemasokan udara untuk proses pembakaran boiler, pembuangan debu, aerasi
sampah, pendinginan proses proses industrial, dan ventilasi ruangan.
Pemilihan yang tepat terhadap dimensi dan tipe fan merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitannya dengan sistem energi yang efisien. Fan biasanya digunakan
untuk tekanan rendah. Tekanan yang dihasilkan biasanya kurang dari 0,5 lb/in 2 (3,45
kPa).
Fan menghasilkan tekanan total yang merepresentasikan statik dan energi
kinetik yang diberikan oleh impeller kepada udara. Bilah bilah impeller fan yang
berputar mengkonversikan energi mekanik menjadi statik dan energi kinetik melalui
perubahan vektor kecepatan dari udara.

3.1.2. Fenomena Volute


3.1.3. Hukum Kontinuitas
3.1.4. Pengukuran Tekanan
3.1.5. Variasi Pengukuran Tekanan

Anda mungkin juga menyukai