Anda di halaman 1dari 47

Senin, 13 November 2017

Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat PT Hegar Daya


PENDAHULUAN
 Pemerintah memiliki kewajiban untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan;
 Diperlukan suatu perencanaan yang komprehensif untuk menyediakan tenaga listrik
yang lebih merata, andal dan berkelanjutan;
 Kewenangan pemerintah provinsi di bidang ketengalistrikan: penetapan Rencana Umum
Ketengalistrikan Daerah Provinsi.
 RUKD: arah dan strategi pengembangan untuk kesinambungan upaya penyediaan tenaga
listrik di daerah dengan mengintegrasikan potensi sumber energi yang dapat
dimanfaatkan, kebutuhan tenaga listrik masyarakat, kebijakan daerah dan fasilitas
pendukung ketenagalistrikan serta kualitas lingkungan hidup.

3
4
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
 Peraturan Pemerintah Nomor 142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
 Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Ketenagalistrikan
 Peraturan Menteri ESDM Nomor 24 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum
Ketenagalistrikan

11/13/2017 5
Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah bertujuan untuk :
 Sebagai salah satu rujukan dalam perencanaan pembangunan di wilayah
Provinsi Jawa Barat khususnya dalam hal penyediaan tenaga listrik.
 Memberikan acuan dalam penyusunan perencanaan ketenagalistrikan di
Provinsi Jawa Barat.
 Sebagai bahan penyusunan regulasi ketenagalistrikan daerah dan
sebagai rekomendasi untuk masukan daerah dalam RUKN
 Menyusun rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan dan investasi
yang dibutuhkan

11/13/2017 6
Manfaat dari kegiatan ini adalah :
 Tersedianya rujukan dalam perencanaan pembangunan di wilayah
Provinsi Jawa Barat khususnya dalam hal penyediaan tenaga listrik.
 Tersedianya acuan dalam penyusunan perencanaan ketenagalistrikan di
Provinsi Jawa Barat.
 Menjadi bahan penyusunan regulasi ketenagalistrikan daerah dan
sebagai rekomendasi untuk masukan daerah dalam RUKN
 Terencanakannya pengembangan sistem ketenagalistrikan dan investasi
yang dibutuhkan

11/13/2017 7
 Menentukan latar belakang penyusunan RUKD, penetapan visi dan misi sektor
ketenagalistrikan, pokok – pokok RUKN dan KEN, dan landasan hukum RUKD;
 Menentukan rekomendasi kebijakan dan strategi pengelolaan ketenagalistrikan daerah
yang menjabarkan kebijakan sektor ketenagalistrikan daerah;
 Menentukan rekomendasi arah pengembangan penyediaan tenaga listrik daerah;
 Menggambarkan kondisi penyediaan tenaga listrik daerah provinsi jawa Barat saat ini;
 Menghitung proyeksi kebutuhan tenaga listrik daerah provinsi Jawa Barat;
 Menghitung Kebutuhan Investasi penyediaan tenaga listrik di daerah provinsi Jawa
Barat;
 Sistematika penyusunan dokumen Rencana Umum Ketenagalistrikan (RUKD) harus
sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri ESDM nomor 24 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan;
 Data – data yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan
Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2017 merupakan data historis minimal 10 (sepuluh)
tahun terakhir
11/13/2017 8
Kompilasi
Data

Data Historis
Proyeksi Neraca Neraca Perencanaan
(minimal 10 Model Simulasi
tahun) Kebutuhan energi daya ketenagalistrikan
Linear, Kebutuhan
Jumlah Perencanaan
Regresi, tambahan
penduduk, lokasi dan
Logaritmik, daya,
PDRB, jumlah
dll kebutuhan
pelanggan penambahan
listrik, tambahan pembangkit,
konsumsi pembangkit, saluran
listrik, jaringan, Dikerjakan dengan dll distribusi dan
dll bantuan add-ins Simple-E transmisi,
investasi, dll

Pemetaan
Pemetaan kondisi Perencanaan
eksisting Ketenagalistrikan
9
GAMBARAN UMUM
PROVINSI JAWA BARAT
Kependudukan Provinsi Jawa Barat
Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat selalu mengalami
Jumlah rumah tangga di Provinsi Jawa Barat yang selalu
kenaikan (laju pertumbuhan rata-rata 1,54%). Hal ini
meningkat mengindikasikan meningkatnya kebutuhan
berdampak pada kebutuhan listrik yang juga akan
rumah tangga akan listrik di masa yang akan datang
meningkat setiap tahunnya.

KK
Jiwa Pertumbuhan Penduduk

12110023,27

12580863
12469059
11934011,73
11711493,36

12195244
47379400
46709600
46029600
45340800

11493700
44643500

11324000
43938800
43053732

10860700
10708100
41501564

10027407,39

10556200
10545000
40918290

10364000
38352980,26

39039888,8

40329051

10207000

10185000
37678157,89

39739100
37015209,06
36363924,84

9560700
35724100

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik
Perekonomian Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Nilai PDRB ADHK 2010, sektor yang paling banyak
Perhitungan PDRB perkapita didapat dari perbandingan
menyumbang nilai PDRB Prov Jawa Barat adalah sektor Industri. Diikuti
antara nilai PDRB dan jumlah penduduk pada tahun yang
oleh sektor bisnis. Semakin tinggi nilai PDRB persektor, maka kebutuhan
sama.
akan listrik pada sektor tersebut juga semakin tinggi.

Nilai PDRB ADHK 2010 Per Sektor Provinsi Jawa Barat (Rp. Juta) PDRB/Kapita Provinsi Jawa Barat
1400000
Rp. Juta
26,9
25,8
1200000
25,0
24,1
23,0
22,0
1000000
20,6 21,1
20,0
19,1
18,2
Rp. Milyar

800000 17,5
16,9
15,6 15,9 16,4
15,4
600000

400000

200000

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Lainnya 104749 105463 107224 113824 114789 116655 125500
PDRB Tambang 36637 34496 32286 33225 31098 28829 28180 26947 27648 29964 30127 29105 27214 26872 27291 27404 27139
PDRB Industri 255412 261785 278906 289780 299109 324413 350533 375764 409136 403772 416705 439478 459827 492919 518729 541008 566658
PDRB Publik 18044 19776 20908 22190 23400 24694 26018 27067 27626 28181 46894 49327 53813 56003 60882 66287 70340 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Bisnis 159717 165923 172561 184633 198648 209560 224358 241312 251073 271842 308210 342249 380332 403925 427523 455729 485909

Sumber: Badan Pusat Statistik


Sektor Industri Provinsi Jawa Barat
Golongan industri tekstil, industri kimia dan farmasi serta industri
Pada tahun 2006 terdapat 190 industri di Provinsi Jawa Barat. peralatan listrik merupakan tiga golongan industri dengan kenaikan biaya
Jumlah tersebut meningkat menjadi 10.216 industri pada konsumsi listrik yang paling signifikan sekaligus menjadi yang paling tinggi
tahun 2015. pada tahun 2014, masing-masing sebesar 4,9 Triliun, 5,9 Triliun dan 6,6
Triliun Rupiah.
Pertumbuhan Jumlah Industri di Provinsi Jawa Barat
Biaya Input Listrik Industri di Prov Jawa Barat Tahun 2014
Jumlah Unit Usaha Pertumbuhan Jumlah Usaha Industri

5943396

6650405
4929967
10.010

10.216
10.173
9.979

10.045
9.826
8.885
8.609

3126550

1878094
1551444

1305933
1196262

1124663
958016

803024
2.588

514430

491133
442496

417208
374100
313278
101121

34806
269
190

2006 S/D S/D S/D S/D S/D S/D S//D S/D S/D
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Potensi Sumber Energi Provinsi Jawa Barat
 Cadangan minyak bumi Jawa Barat: 606,33 MMSTB
 Cadangan minyak bumi luar Jawa Barat: 6.698,69 MMSTB  Intensitas radiasi matahari di Jawa Barat: 2.558
 Impor minyak bumi sesuai ketersediaan pasar Wh/m2 – 4.149 Wh/m2
 Potensi tersebut telah termanfaatkan sebagai
 Cadangan gas alam Jawa Barat: 4,28 TSCF PLTS di wilayah Jawa Barat dengan kapasitas
 Cadangan gas alam luar Jawa Barat: 147,05 TSCF terpasang: 6,5 kWp
 Impor gas alam lah sesuai ketersediaan pasar
 Kecepatan angin di Jawa Barat: 2m/s – 3m/s
 Cadangan batubara di luar Jawa Barat:  Belum ada pemanfaatan terhadap potensi
- Sumber daya: 124.796,74 juta ton tersebut
- Cadangan: 32.384,74 juta ton
 Impor batubara sesuai ketersediaan pasar  Kecepatan arus gelombang laut di Jawa Barat
bagian selatan: 1m/s – 2,5 m/s
 Potensi air di Jawa Barat yang dapat dibangkitkan menjadi  Belum ada pemanfaatan terhadap potensi
pembangkit listrik: 2.137,5 MW tersebut
 Sebesar 1.928 MW sudah dimanfaatkan oleh PLTA besar
dan 131,5 MW sudah dimanfaatkan sebagai PLTMH  Potensi energi dari tongkol jagung dan umbi-
di Jawa Barat umbian: 13,67 GCal/ tahun
 Potensi energi dari sampah perkotaan:
 Potensi geothermal di Jawa Barat yang dapat 7,128 GCal/ hari
dibangkitkan menjadi pembangkit listrik: 5.389 MWe  Belum ada pemanfaatan terhadap potensi
 Sebesar 1.085 MW sudah dimanfaatkan oleh PLTP tersebut
di Jawa Barat
Ketenagalistrikan Provinsi Jawa Barat

Sektor yang mengonsumsi listrik paling tinggi adalah sektor industri diikuti oleh sektor rumah tangga. Akan tetapi jika dilihat
berdasarkan jumlah pelanggan PLN, rumah tangga merupakan konsumen listrik PLN paling besar dengan persentase sekitar 90%.

60000 14000000

12000000
50000

10000000
40000

8000000

Pelanggan
GWh

30000
6000000

20000
4000000

10000
2000000

0 0
20002001200220032004200520062007200820092010201120122013201420152016 20002001200220032004200520062007200820092010201120122013201420152016

a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri

Konsumsi Listrik Provinsi Jawa Barat (GWh) Konsumen Listrik Provinsi Jawa Barat (Pelanggan)
Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
Ketenagalistrikan Provinsi Jawa Barat
Sektor bisnis merupakan sektor dengan tarif listrik paling mahal dan Meskipun pelanggan listrik PLN mayoritas adalah rumah tangga,
sektor rumah tangga merupakan yang paling murah. nyatanya di Provinsi Jawa Barat masih terdapat rumah tangga yang
Tarif rata-rata ini dipengaruhi oleh kebijakan yang diterapkan oleh belum menggunakan listrik dari PLN. Di lain sisi setiap tahunnya rasio
pemerintah elektrifikasi Provinsi Jawa Barat selalu meningkatdan ditargetkan 100%
di Tahun 2018

1400
120,00

1200
100,00

1000
80,00
800
Rp/kWh

60,00
600

40,00
400

200 20,00

0 0,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 2037
Tarif Rata-Rata (Nominal) a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri %

Tarif Rata-rata Listrik Provinsi Jawa Barat Rasio Elektrifikasi Listrik Provinsi Jawa Barat
Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat
25.000,00
Ketenagalistrikan Provinsi Jawa Barat
7.778,34 Data daya tersambung dan beban puncak akan mempengaruhi
perhitungan kebutuhan penambahan daya listrik berdasarkan hasil
20.000,00 7.317,38
simulasi kebutuhan listrik.
6.696,94
Daya tersambung setiap sektor mengalami kenaikan setiap tahun.
6.246,44 Daya tersambung paling tinggi terdapat pada
sektor Rumah tangga dan industri.
5.765,51
15.000,00

7.081,00
MW
5.051,44 959,06

7.024
859,91 3.301,34

6.585
4.446,77

6.253
786,78 3.021,67

5.595,0
4.225,28

5.375,0
4.153,00 715,64 3.177,71

4.816,0
3.980,15 2.847,01
10.000,00

4.554,0
3.713,29 639,22

4.287,1
10.139,76

4.255,2
4.012,6
3.674,76 2.274,39

3.899,0
3.872,5
9.458,51

3.853,0
587,80

3.785,0
3.521,5
544,49 1.986,77 8.749,86
8.189,72
500,58 1.802,00
468,72 1.622,98 7.423,45
432,69 1.490,87 6.772,21
399,53 1.376,72
372,48 1.446,49 6.192,06
5.000,00 1.102,78 5.728,64
5.424,33
5.117,95
4.556,804.681,08

-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rumah Tangga Bisnis Publik Industri
Beban Puncak Provinsi Jawa Barat
Daya Tersambung Persektor di Provinsi Jawa Barat
Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
PETA Tahun 2016: s/d Tahun 2026:
32 Pembangkit dengan Tambahan 87
PEMBANGKIT, kapasitas 8.177,5 MW dan Pembangkit dengan
Daya 7899 MW kapasitas 13.129 MW
DAN
GARDU INDUK
PROVINSI
JAWA BARAT
Tahun 2016:
8 GITET yaitu Bekasi
(sebagian), Cibatu,
Cirata, Bandung
Selatan, Tasikmalaya,
Ujung Berung (belum
optimal), Cibinong
dan Mandirancan
dengan kapasitas
8.000 MVA

s/d Tahun 2026:


Tambahan 39 GITET Tahun 2016:
dengan kapasitas s/d Tahun 2026:
86 GI dengan
13.502 MVA Tambahan 282 GI
kapasitas 11.060 MVA
dengan kapasitas
dan Beban Puncak
Sumber: RUPTL PLN 2017-2026 14.660 MVA
6,651 MW
PETA PEMBANGKIT,
GARDU INDUK, DAN
POTENSI ENERGI
PROVINSI JAWA BARAT
PETA PEMBANGKIT,
GARDU INDUK, DAN
PUSAT KEGIATAN
PROVINSI JAWA BARAT
MM2100, EJIP (NEGAI), Internasional Bekasi, KIIC, Taman Niaga Karawang Prima,
Jababeka, Lippo Cikarang, Patria Manunggal Jaya, Indotaisei Kota Bukit Indah, Kujang
Gobel, Pusat Kawasan Industri dan Pergudangan Cikampek, Mandalapratama Permai,
PETA PEMBANGKIT,
Bertaraf Internasional Marunda di Kab. Bekasi Mitrakarawang, Karawang 2000,
Suryacipta, di Kab. Karawang
Kota Bukit Indah, di
Kab. Karawang dan
GARDU INDUK, DAN
Kab. Purwakarta Lion, di POLA RUANG
Kab. Purwakarta
PROVINSI JAWA BARAT
Sentul, dan
Cibinong, di
Kab. Bogor
Kertajati Aerocity, di
Kab. Majalengka

Ciambar, di
Kab. Sukabumi

Rancaekek, di
Kab. Sumedang dan
Kab. Bandung

Kawasan Industri
Kawasan
Strategis
Provinsi
Jawa Barat

Sumber: Perda Provinsi Jawa Barat No 22 Tahun 2010 tentang RTRWP Jawa Barat
Infrastruktur
Strategis
Provinsi
Jawa Barat

Sumber: Badan Koordinasi Penataan Ruang


Daerah Provinsi Jawa Barat
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
di Provinsi Jawa Barat (Usulan)

KEK Aerotropolis Pengembangan KEK


Kertajati bertujuan untuk
KEK Jatigede Majalengka
Dalam rangka mempercepat
Sumedang
mempercepat KEK Pariwisata perkembangan
pencapaian Purwakarta daerah dan
pembangunan sebagai model
ekonomi nasional terobosan
KEK Walini
diperlukan pengembangan
Bandung Barat
peningkatan kawasan untuk
penanaman modal pertumbuhan
melalui penyiapan ekonomi, antara
kawasan yang lain industri,
memiliki keunggulan pariwisata dan
ekonomi dan perdagangan
geostrategis sehingga dapat
KEK Geopark
meningkatkan
Ciletuh-Pelabuhan Ratu KEK Pariwisata lapangan pekerjaan
Sukabumi Pangandaran
Sumber: kek.go.id
Isu Kebutuhan
Listrik
Provinsi
Jawa Barat

Sumber: PLN Disjabar


PROYEKSI KEBUTUHAN
TENAGA LISTRIK
PROVINSI JAWA BARAT
PROSES PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK RUKN
INPUT MODEL OUTPUT
(Data Historis – Minimal 10 Th) (Analisa Regresi) (Hasil Simulasi)
• Jumlah penduduk • Kebutuhan energi listrik:
• Jumlah rumah tangga  Rumah tangga : f (PDRB Perkapita, jumlah konsumen

D
rumah tangga, tarif listrik rumah
• Inflasi /Indeks Harga Konsumen PRAKIRAAN
tangga)
• PDRB real:
E  Bisnis : f (PDRB bisnis, tarif listrik bisnis) KEBUTUHAN
− Perkapita  Publik : f (PDRB publik, tarif listrik publik) ENERGI LISTRIK
− Bisnis (Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
M  Industri : f (PDRB industri, tarif listrik industri) (GWh):
Ulang; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda • Rumah tangga
• Pertumbuhan PDRB: Bappenas
Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan
A Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Real Estat; Jasa lainnya) • Pertumbuhan PDRB Industri: RIPIN Kemenperin
• Bisnis
− Publik (Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial • Jumlah konsumen rumah tangga: rasio elektrifikasi x
N Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial) jumlah rumah tangga
• Publik
D •
− Industri (Perikanan; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas)
Konsumsi listrik
• Rasio elektrifikasi: ditargetkan (± 99% pada tahun 2020)
• Pertumbuhan penduduk/rumah tangga: BPS
• Industri
• Jumlah konsumen • Skenario tarif: nilai riil tetap (nilai nominal naik sebesar
• Tarif listrik inflasi)
• Rasio elektrifikasi • Inflasi: Bappenas

S PRAKIRAAN PRODUKSI ENERGI LISTRIK (GWh)


(= prakiraan kebutuhan energi listrik + losses & pemakaian sendiri) Asumsi/Target:
U • Pemakaian
P
PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK (MW)
(= prakiraan produksi energi listrik / (load factor x 8.760 jam) Sendiri
• Losses T&D
P Data: PRAKIRAAN KEBUTUHAN DAYA (MW) • Load Factor
L • Kapasitas (= prakiraan beban puncak + reserve margin) • Reserve Margin
Y Eksisting (DMN) PRAKIRAAN KEBUTUHAN TAMBAHAN DAYA (MW)
(= prakiraan kebutuhan daya – kapasitas existing)
Asumsi dan Target yang digunakan
• Jumlah penduduk hingga tahun 2037 menggunakan hasil proyeksi BPS
• Jumlah rumah tangga hingga tahun 2037 menggunakan hasil proyeksi BPS
• Inflasi hingga tahun 2037 menggunakan hasil proyeksi BPS
• PDRB per sektor hingga tahun 2037 menggunakan hasil proyeksi Bappenas
• Rasio elektrifikasi hingga tahun 2037 menggunakan hasil proyeksi Dinas ESDM
Provinsi Jawa Barat.
Proyeksi Kebutuhan Listrik Pelanggan
Prov Jawa Barat
300.000

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri
Proyeksi Kebutuhan Listrik
• Terdapat peningkatan total kebutuhan listrik dari 59.128 GWh pada tahun 2017
menjadi 255.865 GWh pada tahun 2037 (rata-rata 7,89% per tahun)
• Sektor yang membutuhkan listrik terbesar adalah sektor industri, mendominasi
rata-rata sebesar 58,13% dari total kebutuhan listrik.
• Sektor yang membutuhkan listrik terkecil adalah sektor publik dengan kebutuhan
rata-rata 3,70% dari total kebutuhan listrik.
Proyeksi Jumlah Pelanggan Listrik
Prov Jawa Barat
25.000.000

20.000.000

15.000.000

10.000.000

5.000.000

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037

a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri


Proyeksi Jumlah Pelanggan Listrik
• Terdapat peningkatan dari 13.199.412 pelanggan pada tahun 2017 menjadi
20.041.074 pelanggan pada tahun 2037, sehingga terhitung rata-rata
pertumbuhan jumlah pelanggan sebesar 2,11% per tahun.
• Sektor yang memiliki jumlah pelanggan terbesar adalah sektor rumah tangga,
mendominasi rata-rata sebesar 87,77% dari total jumlah pelanggan.
• Sektor yang memiliki jumlah pelanggan terkecil adalah sektor industri dengan
jumlah pelanggan rata-rata 0,20% dari total jumlah pelanggan.
Asumsi dalam Penyusunan Neraca Daya
• Nilai susut jaringan yang digunakan dalam perhitungan berkurang dari 6,5% pada
tahun 2017 hingga menjadi 6% pada tahun 2037.
• Angka pemakaian sendiri yang digunakan dalam simulasi adalah 5%.
• Beban puncak dihitung dengan mempertimbangkan faktor beban yang
meningkat dari 88,4% pada tahun 2017 menjadi 90,2% pada tahun 2037.
• Kebutuhan daya pembangkit ditentukan dengan mempertimbangkan reserve
margin sebesar 30%.
Neraca Daya 2018 - 2027
Neraca Daya 2028 - 2037
KEBUTUHAN INVESTASI
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PROVINSI JAWA BARAT
Kebutuhan tambahan
Tahun Investasi
daya (tahun berjalan)
MW Juta USD
2018 985 1.477
2019 1.002 1.503
2020 1.015 1.523
2021 1.253 1.879
2022 1.311 1.966
2023 1.362 2.043
2024 1.397 2.095
2025 1.511 2.266
2026 1.699 2.548
2027 1.792 2.688
2028 1.868 2.803
2029 2.008 3.012
2030 2.133 3.200
2031 2.227 3.341
2032 2.383 3.575
2033 2.519 3.778
2034 2.623 3.934
2035 2.818 4.227
2036 3.012 4.517
2037 3.187 4.780
37
Asumsi biaya sebesar 1,5 juta USD/MW
Kebutuhan
TAHUN 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 Tambahan Daya
Kumulatif
Proyeksi Kajian Penyusunan RUKD 2018-2037 985 1.002 1.015 1.253 1.311 1.362 1.397 1.511 1.699 14.984
Rencana Pengembangan Pembangkit RUPTL 2017-2026 19 5.292 113 1.560 3.832 170 910 2.096 2.000 16.028
JTM JTR+SR GARDU Total
Tahun
Rp. Rp. Rp. Rp.
2018 50.528.000.158 34.267.114.576 14.110.000.000 98.905.114.734
2019 26.375.694.300 10.376.103.282 5.355.000.000 42.106.797.582

39
• Ketenagalistrikan: PT PLN (Persero)
dan BUMD Listrik
• EBT: BUMD bidang pembangunan
Strategi Anggaran Pemerintah infrastruktur EBT, Pendanaan Desa
Alokasi Anggaran didasarkan Mandiri Enegri
pada skala prioritas pemenuhan • Pengguna Energi (Energi Efisien dan
kebutuhan yang mampu Konservasi): insentif (perlu audit)
mendorong peningkatan efisiensi
pemanfaatan energi,
pertumbuhan ekonomi wilayah,
dan kesenjangan masyarakat Masalah utama: Kesenjangan antara
pilihan pendanaan yang tersedia dengan
kemampuan pinjaman pihak swasta
Swasta penyedia jasa. Beberapa jenis pola
Dilakukan untuk (PMDN dan PMA) pinjaman:
• Program-program terkait • Jaminan pinjaman dari pemerintah
pembangunan fisik • Fasilitasi pinjaman lunak
• Penerapan teknologi baru • Pola investasi parsial

40
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
SISTEM KETENAGALISTRIKAN
PROVINSI JAWA BARAT
 Penyediaan tenaga listrik dan bauran Energi Primer
 Jenis pembangkit yang menjadi prioritas di Jawa Barat adalah pembangkit berbahan
bakar panas bumi, gas bumi, pump storage, dan PLTU efisien (misal: teknologi fluidized
bed).
 Manajemen permintaan dan penyediaan tenaga listrik
 Pasokan tenaga listrik harus dapat memenuhi setiap permintaan beban pada setiap saat
 Peran IPP dan WILUS harus diarahkan untuk mendukung peningkatan pelayanan tenaga
listrik dalam jangka pendek.
 Dalam jangka panjang peran PLN sebagai satu-satunya penyedia tenaga listrik harus
mampu mendukung pasokan tenaga listrik sesuai pertumbuhan beban.
 Ketersediaan sumber energi terbarukan khususnya tenaga air dan panas bumi harus
dioptimalkan sesuai dengan ketersediaannya.
 Kendala reserve margin, keandalan dan kualitas daya listrik harus menjadi pertimbangan
dalam menjamin kesinambungan pelayanan tenaga listrik

42
 Investasi dan pendanaan tenaga listrik

Hubungan antara Investasi dan Harga Listrik

 Perizinan
 penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima dengan mengedepankan transparansi,
efisiensi dan akuntabilitas
43
 Penetapan wilayah usaha
 Penetapan wilayah usaha dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Gubernur sesuai
dengan kewenangannya, kecuali yang izinnya diberikan oleh Menteri
 Harga jual dan sewa jaringan tenaga listrik
 Mekanisme jual beli dan transaksi tenaga listrik juga diatur oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Barat sesuai dengan kewenangannya.
 Tarif tenaga listrik dan subsidi
 mempertimbangkan harga ekonomi, pajak, dan insentif.

44
 Program listrik perdesaan
 dengan tujuan utama pemerataan akses terhadap listrik dan subsidi silang.

 Perlindungan konsumen
 kemampuan/kompetensi SDM penyedia tenaga listrik.

 Penyelesaian perselisihan
 Pemerintah Provinsi Jawa Barat sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi
penyelesaian perselisihan tersebut, melalui konsultasi, negosiasi dan perdamaian,
mediasi, konsiliasi, dan arbitrasi
 Penegakan ketentuan pidana bidang ketenagalistrikan
 dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang ketenagalistrikan dan harus dilakukan dengan cara-cara yang
profesional, bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

45
 Bidang keteknikan
 Setiap perangkat, peralatan, dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan Standar
Nasional Indonesia
 Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib dilengkapi dengan sertifikat laik
operasi.
 Tenaga teknik yang berkerja pada usaha ketenagalistrikan juga wajib memiliki sertifikat
kompetensi ahli ketenagalistrikan.

 Perlindungan lingkungan
 Melalui pemenuhan baku mutu lingkungan hidup, AMDAL/UKL-UPL, izin lingkungan dan Audit
lingkungan hidup
 melalui kebijakan pemberian Kompensasi tanah, bangunan dan tanaman di bawah ruang
bebas SUTT/SUTET/SUTTAS
 melakukan pendekatan penggunaan teknologi sistem pembangkit tenga listrik yang efisien
dan ramah lingkungan

46
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai