Anda di halaman 1dari 37

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3

2.1 Definisi ..................................................................................................... 3

2.2 Proses Terjadinya Perpindahan Panas ...................................................... 7

2.3 Konduktivitas Thermal(Daya Hantar Panas) ......................................... 14

2.4 Perpindahan Kalor Konduksi di dalam Zat Padat .................................. 16

2.5 Aliran Kalor Melintasi Lempeng ........................................................... 17

2.6 Analisis Permukaan Diperpanjang ......................................................... 20

III. METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................................... 22

3.1 Alat dan Bahan ....................................................................................... 22


DAVID ERI HARTANTO 1415021032
ii

3.2 Prosedur Praktikum ................................................................................ 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 26

4.1 Hasil........................................................................................................ 26

4.1 Pembahasan ............................................................................................ 29

V. PENUTUP ........................................................................................................ 31

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 31

5.2 Saran ....................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding. ...................................... 8

Gambar 2.2 Proses perpindahan panas secara konduksi ......................................... 9

Gambar 2.3 Perpindahan panas konduksi pada bidang datar .................................. 9

Gambar 2.4 Proses perpindahan panas secara konveksi ....................................... 11

Gambar 2.5 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat ke fluida
yang mengalir ........................................................................................................ 11

Gambar 2.6 Proses perpindahan panas secara radiasi ........................................... 13

Gambar 2.7 Pemanasan Suatu Lempeng pada Keadaan Stedi. ............................. 18

Gambar 2.8 Sirip pendingin .................................................................................. 20

Gambar 3.1 Mesin TD1002 Heat Transfer Experiment Base Unit ....................... 22

Gambar 3.2 Mesin TD1002C Extended Surface Heat Transfer Experiment ........ 23

Gambar 3.3 Komputer dan software VDAS ......................................................... 23

Gambar 4.1 Grafik pengaruh jarak terhadap temperatur eksperimental ............... 27

Gambar 4.2 Grafik pengaruh jarak terhadap temperatur eksperimental ............... 27

Gambar 4.3 Grafik pengaruh jarak terhadap temperatur eksperimental ............... 28

Gambar 4.4 Grafik pengaruh ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 terhadap 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 ....................................... 29

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 oC. ............................... 14

Tabel 3.1. Tabel pengambilan data ....................................................................... 24

Tabel 4.1 Data hasilpercobaanextended surface heat transfer .............................. 26

Tabel 4.2 Data hasilperhitungan ........................................................................... 28

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Heat Transfer adalah ilmu yang mempelajari tentang kecepatan perpindahan

panas dari sumber panas (heat body) ke penerima panas (cold body). Manfaat

ilmu ini adalah untuk membantu merancang alat yang berhubungan dengan

panas atau preheater, misalnya cooler, condenser, reboiler, dan evaporator.

Pada industri setelah alat preheater dirancang kemudian dibutuhkan

parameter-parameter seperti faktor kekotoran yang mengindikasikan layak

atau tidak suatu alat penukar panas (Heat Exchanger). Perpindahan panas

merupakan ilmu yang bertujuan untuk mengetahui perpindahan energi serta

perpanjangan dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu

di antara benda atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu

ada kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan

laju perpindahan panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu

untuk mengetahui laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi

tertentu.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


2

Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih

tinggi ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Menurut penyelidikan,

perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam beberapa golongan cara

perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian lain

melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-

partikel zat yang mengalir. Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah

melalui pancaran yang merupakan juga satu cara perindahan panas.

Umumnya perpindahan panas berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini.

Perindahanpanas melalui cara pertama disebut perpindahan panas melalui

konduksi. Cara kedua, perindahan panas melalui konveksi dan cara ketiga

melalui radiasi. Prinsip dasarnya adalah jika ada dua benda dengan suhu yang

berbeda dan kalor menyentuh langsung bidang permukaan zat, maka

kalorakan mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang

bersuhu lebih rendah. Setiap benda mempunyai konduktivitas termal

(kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan mempengaruhi panas

yang dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih dingin. semakin

tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, maka semakin cepat benda

tersebut mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum perpanjangan perpindahan panas pada

permukaan adalah sebagai berikut.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


3

1. Untuk menunjukkan bagaimana transfer panas dari permukaan bar padat

atau batang.

2. Untuk menunjukkan bagaimana memprediksi suhu dan aliran panas melalui

bar yang solid untuk sekitarnya.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses berpindahnya energi kalor

atau panas (heat) karena adanya perbedaan temperatur. Dimana, energi kalor

akan berpindah dari temperatur media yang lebih tinggi ke temperatur media

yang lebih rendah. Proses perpindahan panas akan terus berlangsung sampai

ada kesetimbangan temperatur yang terjadi pada kedua media tersebut. Proses

terjadinya perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan

radiasi.

Perpindahan kalor adalah perpindahan energi yang disebabkan oleh

perbedaan temperatur. Kalor berpindah dari suatu titik yang bersuhu tinggi

menuju titik lain yang bersuhu lebih rendah. Perpindahan kalor terbagi atas

tiga mekanisme perpindahan, yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi.

Perpindahan kalor secara konduksi termasuk peristiwa perpindahan panas

dengan perantara yang bersifat konduktor. Perpindahan kalor konduksi

merupakan perpindahan kalor yang terjadi jika dalam suatu bahan yang

bersifat kontinu terdapat gradient suhu, dimana kalor akan mengalir tanpa

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


5

disertai oleh suatu gerakan zat. Prinsip dasarnya adalah jika ada dua benda

dengan suhu yang berbeda dan kalor menyentuh langsung bidang permukaan

zat, maka kalorakan mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda

yang bersuhu lebih rendah. Setiap benda mempunyai konduktivitas termal

(kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan mempengaruhi panas

yang dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih dingin. Semakin

tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, maka semakin cepat benda

tersebut mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain.

Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Kalor adalah energi yang

berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih

rendah ketika kedua benda bersentuhan. Kalor bisa diibaratkan seperti air

yang secara spontan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah

tanpa peduli berapa banyak air yang sudah berada di bawah.Panas juga

mengalir secara spontan dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

bertemperatur rendah tidak peduli seberapa besar ukuran kedua benda itu

(ukuran benda menentukan banyaknya kandungan kalor) (Kern, 1965).

Suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang

terjadi.Dua kemungkinan tersebut adalah kalor sensibel (sensible heat) dan

kalor laten (latent heat). Kalor sensibel (sensible heat) adalah kalor yang

dihasilkan pada peristiwa perubahan temperatur dari zat yang menerima atau

melepaskan kalor. Apabila suatu zat menerima kalor sensibel maka akan

mengalami peningkatan temperatur dan jika zat tersebut melepaskan kalor

sensibel maka akan mengalami penurunan temperatur. Yang kedua adalah

terjadi perubahan fase zat. Kalor jenis ini disebut dengan kalor laten (latent
DAVID ERI HARTANTO 1415021032
6

heat). Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, pada awalnya akan

terjadi perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan

mencapai keadaan jenuh dan menyebabkan perubahan fase. Kalor yang

demikian itu disebut sebagai kalor laten. Pada suatu zat terdapat dua macam

kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau kalor laten penguapan

(pengembunan). Kalor laten suatu zat biasanya lebih besar dari kalor

sensibelnya, hal ini karena diperlukan energi yang besar untuk merubah fase

suatu zat (MC Cabe, 1985).

Suhu adalah ukuran rata-rata energi kinetik partikel dalam suatu benda. Kalor

yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk dua cara, yaitu

untuk merubah wujud benda dan untuk menaikkan suhu benda itu. Besar

kalor yang diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan

suhu tergantung pada :

1. Kalor jenis benda

2. Perbedaan suhu kedua benda

3. Massa benda

Bila dua buah benda atau zat yang suhunya berbeda berada dalam kontak

termal,maka kalor akan mengalir (berpindah) dari benda yang suhunya lebih

tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah.Dalam proses perpindahan energi

tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang terjadiatau yang lebih

dikenal dengan laju perpindahan panas.Perpindahan energi kalor ini akan

terus berlangsung hingga kedua benda tersebut mencapai kesetimbangan

terperatur (Rudiwarman, 2011).

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


7

Pengaliran kalor itu dapat berlangsung dengan 3 ragam mekanisme, yaitu

konduksi,konveksi, dan radiasi.Konduksi adalah perpindahan kalor di mana

zat perantaranya tidak ikut berpindah. Konveksi adalah perpindahan kalor di

mana zat perantaranya ikut berpindah akibat adanya perbedaan massa jenis

atau kerapatan. Radiasi adalah perpindahan kalor secara pancaran yang

berupa gelombang elektromagnetik. Namun akan lebih banyak dibahas

tentang perpindahan kalor secara konduksi (Rendi, 2014).

2.2 Proses Terjadinya Perpindahan Panas

2.2.1 Perpindahan panas secara konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor

dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah

yang bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas)

atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara

langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum. Konduksi

tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel dalam zat itu.

Contoh perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor

pada logam cerek pemasak air atau batang logam pada dinding tungku

(Rendi, 2014).

Salah satu peristiwa sehari-hari yang menyangkut tentang perpindahan

kalor secara konduksi adalah saat menyeduh teh.Beberapa saat setelah

ujung sendok tercelup teh panas, ujung yang sedang dipegang akan

terasa panas juga walaupun tidak ikut tercelup teh. Proses pindahnya

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


8

panas dari teh ke sendok itu adalah perpindahan secara konduksi. Hal

ini disebabkan bahwa dalam setiap benda (sendok) terdapat bagian-

bagian yang lebih kecil, yaitu pertikel. Ketika ujung sendok dikenai

panas, maka partikel-partikel di ujung sendok tersebut akan bergetar di

sekitar tempatnya dan membentur partikel-partikel lain di sekitarnya.

Partikel yang terbentur akan ikut bergetar juga di sekitar tempatnya dan

membentur lagi partikel di sekitarnya. Begitu seterusnya sampai getaran

ini merambat ke ujung yang lain (panas dan temperatur benda adalah

akibat dari sikap brutal molekul/partikelnya) (Rendi,2014).

wall

Tpanas

Tdingin

Gambar 2.1 Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding.

(Sumber : Rendi,2014)

Perpindahan panas secara konduksi Perpindahan panas secara konduksi

adalah perpindahan panas yang terjadi pada suatu media padat, atau

pada media fluida yang diam. Konduksi terjadi akibat adanya

perbedaan temperatur antara permukaan yang satu dengan permukaan

yang lain pada media tersebut. Ilustrasi perpindahan panas secara

konduksi seperti digambarkan pada gambar 2.2 berikut ini.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


9

Gambar 2.2 Proses perpindahan panas secara konduksi

(Sumber : maslatip.com)

Konsep yang ada pada konduksi merupakan suatu aktivitas atomik dan

molekuler. Sehingga peristiwa yang terjadi pada konduksi adalah

perpindahan energi dari partikel yang lebih energetik (molekul yang

lebih berenergi atau bertemperatur tinggi) menuju partikel yang kurang

energetik (molekul yang kurang berenergi atau bertemperatur lebih

rendah), akibat adanya interaksi antara partikel-partikel tersebut.

Proses perpindahan panas secara konduksi pada steady state melalui

dinding datar suatu dimensi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Perpindahan panas konduksi pada bidang datar

(Sumber: Incropera dan DeWitt, 3rd ed.)

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


10

Persamaan laju konduksi dikenal dengan Hukum Fourier (Fourier Law

of Heat Conduction) tentang konduksi, yang persamaan matematikanya

dituliskan sebagai berikut ( Kreith, Frank, 1997)

𝑑𝑡
𝑞𝑘𝑜𝑛𝑑 = −𝑘. 𝐴. 𝑑𝑥.........................................(1)

Dimana:

qkond = Laju perpindahan panas konduksi (W)

k = Konduktivitas thermal bahan (W/m.K)

A = Luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m)

𝑑𝑡
= Gradien temperatur pada penampang tersebut (K/m)
𝑑𝑥

Tanda (-) diselipkan agar memenuhi hukum thermodinamika II, yang

menyebutkan bahwa, panas dari media bertemperatur lebih tinggi akan

bergerak menuju media yang bertemperatur lebih rendah.

2.2.2 Perpindahan Panas Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang

terjadi dari suatu permukaan media padat atau fluida yang diam menuju

fluida yang mengalir atau bergerak, begitu pula sebaliknya, yang terjadi

akibat adanya perbedaan temperatur. Ilustrasi perpindahan panas secara

konveksi digambarkan seperti Gambar 2.4

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


11

Gambar 2.4 Proses perpindahan panas secara konveksi

(Sumber: nasrul.files.wordpress.com)

Suatu fluida memiliki temperatur (T) yang bergerak dengan kecepatan

(V), diatas permukaan benda padat gambar 2.5. Temperatur media

padat lebih tinggi dari temperatur fluida, maka akan terjadi perpindahan

panas secara konveksi dari benda padat ke fluida yang mengalir.

Gambar 2.5 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat

ke fluida yang mengalir

(Sumber: Incropera dan DeWitt, 3rd ed)

Laju perpindahan panas konveksi mengacu pada Hukum Newton

tentang pendinginan dimana:

Qkonv = h.As.(Ts.T∞)..................................(2)

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


12

Qkonv = Laju perpindahan panas konveksi (W)

ℎ = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2..K)

As = Luas permukaan perpindahan panas (m2)

Ts = Temperatur permukaan (K)

T∞ = Temperatur fluida (K)

Menurut perpindahan panas konveksi, aliran fluida dapat

diklasifikasikan menjadi:

1. Konveksi paksa (forced convection). Terjadi bila aliran fluida

disebabkan oleh gaya luar. Seperti: blower, pompa, dan kipas angin.

2. Konveksi alamiah (natural convection). Terjadi bila aliran fluida

disebabkan oleh efek gaya apungnya (bouyancy forced effect). Pada

fluida, temperatur berbanding terbalik dengan massa jenis (density).

Dimana, semakin tinggi temperatur suatu fluida maka massa

jenisnya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya.

2.2.3 Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas radiasi dapat dikatakan sebagai proses perpindahan

panas dari satu media ke media lain akibat perbedaan temperatur tanpa

memerlukan media perantara. Peristiwa radiasi akan lebih efektif terjadi

pada ruang hampa, berbeda dari perpindahan panas konduksi dan

konveksi yang mengharuskan adanya media perpindahan panas.

Ilustrasi perpindahan panas secara radiasi digambarkan seperti gambar

2.6.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


13

Gambar 2.6 Proses perpindahan panas secara radiasi

(Sumber: maslatip.com)

Besarnya radiasi yang dipancarkan oleh permukaan suatu benda nyata

adalah:

𝑄𝑟𝑎𝑑. 𝑔 = 𝜀. 𝜎. 𝑇𝑆4 . 𝐴.......................................(3)

Sedangkan, untuk benda hitam sempurna (black body), dengan nilai

emisivitas (ε = 1) memancarkan radiasi (qrad.b), sebesar:

qrad.b = 𝜎. 𝑇𝑆4 . 𝐴 ...............................................(4)

Untuk laju pertukaran panas radiasi keseluruhan, antara permukaan

dengan sekelilingnya (surrounding) dengan temperatur sekeliling (Tsur),

adalah:

qrad= 𝜀. 𝜎. ( Ts4 – Tsur4).A..................................(5)

Dimana:

qrad = laju pertukaran panas radiasi (W)

𝜀 = Nilai emisivitas suatu benda (0≤ ε ≤ 1)

𝜎= Konstanta proporsionalitas, disebut juga konstanta Stefan

Boltzmann. Dengan nilai 5,67 10 (W/m2.K)

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


14

A= Luas bidang permukaan (m2)

Ts= Temperatur benda (K) Dalam hal ini semua analisis tentang

temperatur dalam pertukaran panas radiasi adalah dalam temperatur

mutlak (absolut) yaitu Kelvin (K).

2.3 Konduktivitas Thermal(Daya Hantar Panas)

Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut

konduktivitas termal.Pada umumnya konduktivitas termal itu sangat

tergantung pada suhu.Konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat

bahan itu dapat menghantarkan panas konduksi. Pada umumnya nilai (k)

dianggap tetap, namun sebenarnya nilai k dipengaruhi oleh suhu (T)

(Rudiwarman, 2011).

Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 oC.

Konduktivitas Termal Bahan W/m.°C Btu/h . ft . ºF

(K)

Perak ( murni ) 410 237

Tembaga ( murni ) 385 223

Aluminium ( murni ) 202 117

Nikel ( murni ) 93 54

Besi ( murni ) 73 42

Baja karbon, 1% C 43 25

Timbal (murni) 35 20,3

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


15

Baja karbon-nikel 16,3 9,4

Kuarsa ( sejajar sumbu ) 41,6 24

Magnesit 4,15 2,4

Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7

Batu pasir 1,83 1,06

Kaca, jendela 0,78 0,45

Kayu maple atau ek 0,17 0,096

Serbuk gergaji 0,059 0,034

Wol kaca 0,038 0,022

Air-raksa 8,21 4,74

Air 0,556 0,327

Amonia 0,540 0,312

Minyak lumas, SAE 50 0,147 0,085

Freon 12, 22FCCI 0,073 0,042

Hidrogen 0,175 0,101

Helium 0,141 0,081

Udara 0,024 0,0139

Uap air ( jenuh ) 0,0206 0,0119

Karbon dioksida 0,0146 0,00844

Sumber:Rudiwarman, 2011

Konduktivitas termal merupakan suatubesaran intensif bahan yang

menunjukkan kemampuan untuk menghantarkan panas (Anonim 2,

2014).Konduktivitas termal adalah suatu fenomena transport dimanaper

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


16

bedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satudaerah benda

panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Konduktivitas

termal dari material adalah laju perpindahan panas dengan konduksi per

satuan panjang per derajat Celcius .Hal ini dinyatakan dalam satuan

W/m°C.Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Konduktor →bahan yang mudah dalammenghantarkankalor (mempunyai

konduktivitas yang baik)Contoh :aluminium, besi, baja, tembaga.

2. Isolator→bahan yang lebih sulit dalam menghantarkan kalor (mempunyai

konduktivitas yang jelek). Contoh :plastik, kayu, kain, kertas, kaca.

2.4 Perpindahan Kalor Konduksi di dalam Zat Padat

Aliran kalor konduksi terjadi jika dalam suatu bahan kontinu terdapat

gradient suhu, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan

zat. Pada logam-logam padat, konduksi termal merupakan akibat dari gerakan

elektron yang tidak terikat. Konduktivitas termal berhubungan erat sekali

dengan konduktivitas listrik. Pada zat padat yang bukan penghantar listrik,

konduksi termal merupakan akibat dari transfer momentum oleh masing-

masing molekul di samping gradient suhu. Contoh perpindahan kalor secara

konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek pemasak air atau

batang logam pada dinding tungku.

Hukum Fourier yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada

setiap waktu. Hukum tersebut dapat dituliskan sebagai:

dq ∂T
= −k ∂n ....................................................(6)
dA

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


17

dimana

A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap kalor(m²)

n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan itu(m / det)

q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap

permukaan(kj/det,W)

T = suhu( °C, °F )

k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)(W/m.°C)

Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan

stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan

fungsi posisi saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu

konstan. Untuk aliran stedi satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :

q 𝑑T
= −k 𝑑n ............................(7)
A

Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang

disebut konduktivitas termal (Rudiwarman, 2011).

Hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi adalah

kesebandingan antara laju aliran kalor melintasi permukaan isothermal dan

gradient suhu yang terdapat pada permukaan itu.

2.5 Aliran Kalor Melintasi Lempeng

Permukaan-permukaan luar dinding tegak lurus terhadap bidang gambar, dan

kedua permukaan itu isothermal. Arah aliran kalor tegak lurus terhadap

dinding. Karena keadaan stedi, tidak ada penumpukan ataupun pengurasan

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


18

kalor di dalam lempeng itu, dan q konstan di sepanjang lintas aliran kalor.

Jika x adalah jarak dari sisi yang panas, maka persamaan 2 dapat dituliskan :

q 𝑑T
= −k 𝑑x .......................................(8)
A

T1

T2

x1 x2

Gambar 2.7 Pemanasan Suatu Lempeng pada Keadaan Stedi.

(Sumber : Rudiwarman, 2011)

Oleh karena hanya x dan T yang merupakan variabel dalam Persamaan

integrasi langsung akan menghasilkan :

q T1−T2 ∆T
= k x2−x1 = .......................................(9)
A ∆x

Dimana ∆T = beda suhu melintas lempeng

∆x = tebal lempeng

Bila konduktivitas termal k berubah secara linier dengan suhu, maka k diganti

dengan nilai rata-rata k̅. Nilai k̅ dapat dihitung dengan mencari rata-rata

aritmetik dari k pada kedua suhu permukaan, T1 dan T2, atau dengan

menghitung rata-rata aritmetik suhu dan menggunakan nilai k pada suhu itu.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


19

Persamaan dapat dituliskan dalam bentuk :

∆T
q= ..............................................(10)
R

dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2

Karena dalam aliran kalor stedi semua kalor yang melalui tahanan pertama

harus seluruhnya melalui tahanan kedua pula, dan lalu tahanan ketiga, maka

qa, qb dan qc tentulah sama, dan ketiganya dapat ditandai dengan q.

q ka ∆Ta kb ∆Tb kc ∆Tc


= = = .....................(11)
A ∆xa ∆xb ∆xc

Selanjutnya,

q x x x
(T1 − T8 ) = (∆Ta + ∆Tb + ∆Tc ) = ( a + b + c ) ………... (12)
A k k k a b c

atau

q
= U(TI − TO )....................................(13)
A

dimana

1 x x x
= (ka + kb + kc ) = R ..........................(14)
U a b c

U adalah overall heat transfer coefficient koefisien perpindahan panas

menyeluruh (overall heat transfer coefficient, U) merupakan aliran panas

menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan konveksi. Koefisien

perpindahan panas menyeluruh dinyatakan denganW/m2oC. Koefisien

perpindahan panas menyeluruh menyatakan mudah atau tidaknya panas

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


20

berpindah dari fluida panas ke fluida dingin. Besar kalor yang mengalir per

satuan waktu pada proses konduksi ini tergantung pada :

1. Berbanding lurus dengan luas penampang batang

2. Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan

3. Berbanding terbalik dengan panjang batang

2.6 Analisis Permukaan Diperpanjang

Dalam modul ini, pertimbangan akan terbatas pada analisis steady state sirip

persegi panjang atau pin dari luas penampang konstan. sirip annular atau sirip

yang melibatkan penampang meruncing dapat dianalisis dengan metode yang

serupa, tetapi akan melibatkan solusi dari persamaan yang lebih rumit yang

hasilnya. Metode numerik program integrasi atau komputer dapat digunakan

untuk keuntungan dalam kasus tersebut.

Pertimbangkan sirip pendingin di bawah ini:

Gambar 2.8 Sirip pendingin

(Sumber: maslatip.com)

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


21

terletak pada permukaan permukaan yang panas di Ts dan dikelilingi oleh

pendingin pada suhu T- yang sirip ini terletak pada permukaan permukaan

yang A c, Ini adalah daerah melalui dengan panas dilakukan. Dan panjang

keseluruhan, L. Perhatikan bahwa sebagai energi dilakukan di sepanjang

sirip, beberapa bagian hilang, oleh konveksi, dari sisi. Dengan demikian

aliran panas bervariasi sepanjang sirip. Kami selanjutnya dicatat bahwa panah

menunjukkan arah titik aliran panas di kedua arah x dan y. Ini merupakan

indikasi bahwa ini adalah benar-benar aliran panas dua atau tiga dimensi,

tergantung pada geometri sirip. Namun, cukup sering, akan lebih mudah

untuk menganalisis sirip dengan memeriksa sistem satu dimensi setara.

Sistem setara akan melibatkan pengenalan heat sink (sumber panas negatif),

yang menghapus sejumlah energi yang setara dengan apa yang akan hilang

melalui sisi oleh konveksi. Pertimbangkan panjang diferensial sirip

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum extended surface

heattransfer adalah sebagai berikut:

1.Mesin TD1002 Heat Transfer Experiment Base Unit

Gambar 3.1 Mesin TD1002 Heat Transfer Experiment Base Unit

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


23

2.Mesin TD1002C Extended Surface Heat Transfer Experiment

Gambar 3.2 Mesin TD1002C Extended Surface Heat Transfer Experiment

3. Komputer dan software VDAS

Gambar 3.3 Komputer dan software VDAS

3.2 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum yang dilakukan pada praktikum extended

surfaceheat transfer adalah sebagai berikut:

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


24

1. Menghubungkan dan menyiapkan eksperimen seperti yang ditunjukkan

pada fit percobaan (Umum) pada halaman 31, tetapi anda tidak perlu

koneksi air pendingin.

2. Membuat tabel kosong, mirip dengan Tabel 1. Jika anda memiliki VDAS,

pilih percobaan yang benar. Perangkat lunak ini akan membuat tabel untuk

anda secara otomatis ketika Anda mulai mengambil data.

Tabel 3.1. Tabel pengambilan data

Experiment

Ambient

Temperatur

Power (W) T1(K°) T2(K T3(K°) T4(K°) T5(K°) T6(K°) T7(K°)

°)

Distance 0 0.05 1 0.15 2 0.25 3

From T1

3. Menggunakan termometer yang akurat untuk memeriksa suhu udara lokal

untuk referensi.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


25

4. Beralih pada pemanas dan atur ke 4 Watt. Menyesuaikan daya sampai T 1

sekitar 90 ° C.

5. Tunggu setidaknya 30 menit untuk menstabilkan suhu dan kemudian

mengambil data dari T1 sampai T7.

6. Sebagai perbandingan, mengulang percobaan pada satu atau lebih

kekuatan pemanas kurang dari 10 W.

7. Matikan pemanas.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun data hasil percobaan yang diperoleh setelah melakukan praktikum

extended surface heat transfer ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Data hasilpercobaanextended surface heat transfer

Time Ambient Heater T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7


(s) Temperature Power (°C) (°C) (°C) (°C) (°C) (°C) (°C)
(°C) (W)
0.0 28 2.5 30.6 30.1 29.9 29.7 29.8 29.8 29.7
0.5 28 2.5 30.7 30.1 29.9 29.8 29.8 29.8 29.7
10 28 2.5 30.8 30.1 29.9 29.8 29.8 29.8 29.7
15 28 2.5 30.9 30.2 29.9 29.8 29.8 29.8 29.7
20 28 2.5 31 30.2 29.9 29.8 29.9 29.8 29.7
25 28 2.5 31.1 30.2 29.9 29.8 29.8 29.8 29.7
30 28 2.5 31.2 30.3 29.9 29.8 29.8 29.8 29.7
35 28 2.5 31.3 30.3 29.9 29.8 29.8 29.8 29.7
40 28 2.5 31.4 30.3 29.9 29.8 29.8 29.8 29.7
45 28 2.5 31.5 30.4 30.0 29.8 29.8 29.8 29.7
JarakdariT1 (mm) 0 0.5 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


27

Tabel tersebut didapatkan setelah melakukan percobaan dengan interval

waktu5s dan dilakukan dengan 10 kali pembacaan dengan daya 2.5 watt dan

suhu lingkungan 28°C.Berikut ini merupakan 3 grafik pengaruh jarak

terhadap temperatur eksperimental dari hasil pembacaan ke-2, ke-6 dan ke-9

yang didapatkan dari hasil percobaan yang dilakukan.

Data Pembacaan ke-2


30.8 𝑇1
30.6

30.4

30.2 𝑇2
30 𝑇3
𝑇4 𝑇5 𝑇6
29.8 𝑇7
29.6
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak dari pusat cakram (mm)

Gambar 4.1 Grafik pengaruh jarak terhadap temperatur eksperimental

Data Pembacaan ke-6


31.2
𝑇1
31
30.8
30.6
30.4
30.2
𝑇2
30 𝑇3 𝑇6
𝑇4 𝑇5
29.8 𝑇7
29.6
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak dari pusat cakram (mm)

Gambar 4.2 Grafik pengaruh jarak terhadap temperatur eksperimental

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


28

Data Pembacaan ke-9


31.6
𝑇1
31.4
31.2
31
30.8
30.6
30.4 𝑇2
30.2
30 𝑇3
𝑇4 𝑇5 𝑇6
29.8 𝑇7
29.6
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Jarak dari pusat cakram (mm)

Gambar 4.3 Grafik pengaruh jarak terhadap temperatur eksperimental

Ketiga data tersebut dipilih karena merupakan keadaan yang paling steady.

Dari ketiga data tersebut kemudian dilakukan perhitungan temperatur rata-

rata (𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 ) untuk mencari nilai ℎ𝑐𝑜𝑛𝑣 dan ℎ𝑟𝑎𝑑 sehingga bisa didapatkan

nilai ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 . Berikut ini merupakan tabel data dari hasil perhitungan yang

didapatkan.

Tabel 4.2 Data hasilperhitungan

Data pembacaanke- 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 ℎ𝑐𝑜𝑛𝑣 ℎ𝑟𝑎𝑑 ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

2 29.957°C 0.15579 5.249x10-3 0.161039

6 30.0428°C 0.157 5.27x10-3 0.16227

9 30.1°C 0.132 5.2894x10-3 0.1372

Kemudian dari hasil perhitungan yang didapatkan tersebut dibuat grafik hasil

perhitungan ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 terhadap 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 dari tiga buah data yang dilakukan

perhitungan tersebut.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


29

Pengaruh ℎ_𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 terhadap 𝑇_𝑚𝑒𝑎𝑛


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000
𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 1 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 2 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 3

Gambar 4.4 Grafik pengaruh ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 terhadap 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛

4.1 Pembahasan

Praktikum extended surface heat transfer ini dilakukan dengan menggunakan

aplikasi VDAS pada silinder pejal dengan diameter 10 mm dengan interval

pembacaan selama 5 detik dengan 10 kali pembacaan. Data hasilpraktikum

yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1 diatas.Kemudian dari data hasil

praktikum tersebut dapat diambil 3 sampel data untuk dilakukan perhitungan

dan analisa untuk mengetahui besarnya koefisien perpindahan panas

konveksi. Data yang diambil yaitu data pada pebacaan ke-2, pembacaan ke-6

dan pembacaan ke- 9 karena memiliki temperatur yang relatifsteady.

Setelah dilakukan perhitungan terhadap ketiga data tersebut didapatkan hasil

perhitungan seperti yang terdapat pada tabel 4.2 diatas.Pada data pembacaan

ke-2 diperoleh hasil temperatur rata-rata atau𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 yaitu sebesar 29.957° C

dan kemudian di dapatkan nilai koefisien konveksi sebesar 0.15579W/m2K

dan nilai hrad=5.249x10-3, sehingga diperoleh ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0.161039. Selanjutnya

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


30

pada data pembacan ke-6 diperoleh hasil temperatur rata-rata atau 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛

yaitu sebesar 30.0428°C, nilai ℎ𝑟𝑎𝑑 = 5.27x10-3 dan nilai koefisien konveksi

sebesar 0.157W/m2K kemudian didapatkan nilai ℎ𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0.16227.

Selanjutnya pada data pembacan ke-9 diperoleh hasil temperatur rata-rata

atau 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 yaitu sebesar 30.1, ℎ𝑟𝑎𝑑 = 5.289x10-3 kemudian di dapatkan nilai

koefisien konveksi sebesar 0.132 W/m2K. Kemudian data hasil perhitungan

tersebut dijadikan grafik untuk mempermudah proses analisis hasilpraktikum

yang dilakukan seperti yang terlihat pada keempat grafik diatas.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


31

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ada pun kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum extended surface

heat transfer ini adalah sebagai berikut:

1. Dari perhitungan ketiga data yang diambil sebagai sampel karena

merupakan yang relative steady diperoleh rata-rata nilai koefisien

perpindahan panas konveksi sebesar 184.183 W/m2K.

2. Dari hasil praktikum diketahui bahwa dapat memprediksi suhu dan aliran

panas melalui batang padat kelingkungannya dilakukan dengan

menggunakan perhitungan jarak antar titik yang ingin di cari suhunya

dengan titik 𝑇1 .

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebaiknya praktikan maupun asisten datang tepat waktu.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


32

2. Sebaiknya sebelum praktikum praktikan memahami tentang prosedur

praktikum yang akan dilakukan untuk mempermudah jalannya praktikum.

3. Sebaiknya pratium di adakan dalam jadwal perkuliahan sehingga tidak di

lakukan pada akhir semester

4. Sebaiknya modul yang akan di gunakan di persiapkan terlebih dahulu

sehingga mempermudah jalanya paktikum

5. Sebaiknya praktikan mendengarkan dengan cermat penjelasan dari asisten

agar dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan arahan yang diberikan

oleh asisten.

DAVID ERI HARTANTO 1415021032


DAFTAR PUSTAKA

Kariman.2013. “Macam-macam Konveksi”. Dapat diunduh di:

https://blog.ruangguru.com/perpindahan-kalor.Diaksespada 12

juli2018 pukul 21.15 wib.

Kern. 1965. Makalah Perpindahan Perpanjangan Panas. Bandung: Politeknik


Negeri Bandung

Najib.2014. “perpindahan panas satu dimensi”. Dapat diakses di:

https://perpindahan-panaswordpress.com/2014/06/22//. Diakses pada 12

juli2018 pukul 21.45wib.

Rendi. 2014. Perpindahan Panas Secara Konveksi. Palembang: Universitas


Sriwijaya

Rudiwarman. 2011. Praktikum Dasar Fluida. Yogyakarta: Universitas


Pembangunan nasional “veteran” Yogyakarta

DAVID ERI HARTANTO 1415021032

Anda mungkin juga menyukai