Perpindahan Panas
Oleh:
Kelompok 6
Kelas B
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Lembar Penugasan..............................................................................................i
Lembar Pengesahan............................................................................................ii
Abstrak.................................................................................................................iii
Daftar Isi...............................................................................................................iv
Daftar Gambar....................................................................................................v
Daftar Tabel..........................................................................................................vi
BAB I Pendahuluan
1.1 Pernyataan Masalah.......................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Kalor..............................................................................................2
2.2 Konduktivitas Termal.....................................................................4
2.3 Perpindahan Kalor Konduksi pada Benda Padat...........................6
2.3.1 Aliran Kalor Melintasi Lempeng...................................................7
BAB III Metode Percobaan
3.1 Bahan- Bahan yang Digunakan.....................................................10
3.2 Alat - Alat yang Digunakan...........................................................10
3.3 Persiapan Peralatan........................................................................10
3.3 Prosedur Percobaan........................................................................11
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hubungan Jarak Thermocouple dengan Temperatur.....................12
4.2 Perbandingan Konduktivitas Panas pada aliran Linier dan Radial16
4.3 Perbandingan Konduktivitas Panas Hasil Percobaan dengan
Literatur pada Berbagai Jenis Bahan.............................................17
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan....................................................................................20
5.2 Saran..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN A PERHITUNGAN.......................................................................22
LAMPIRAN B DATA PERHITUNGAN...........................................................24
LAMPIRAN C DOKUMENTASI......................................................................26
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 0C.................................4
v
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Kalor adalah energi yang
berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah ketika kedua benda bersentuhan. Kalor bisa diibaratkan seperti air yang
secara spontan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah tanpa
peduli berapa banyak air yang sudah berada di bawah. Panas juga mengalir secara
spontan dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah
tidak peduli seberapa besar ukuran kedua benda itu (ukuran benda menentukan
banyaknya kandungan kalor) (Kern, 1965).
Suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan
yang terjadi. Dua kemungkinan tersebut adalah kalor sensibel (sensible heat) dan
kalor laten (latent heat). Kalor sensibel (sensible heat) adalah kalor yang
dihasilkan pada peristiwa perubahan temperatur dari zat yang menerima atau
melepaskan kalor. Apabila suatu zat menerima kalor sensibel maka akan
mengalami peningkatan temperatur dan jika zat tersebut melepaskan kalor
sensibel maka akan mengalami penurunan temperatur. Kemudian hal kedua yang
terjadi adalah perubahan fase zat. Kalor jenis ini disebut dengan kalor laten
(latent heat). Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, pada awalnya akan
terjadi perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan
mencapai keadaan jenuh dan menyebabkan perubahan fase. Kalor yang demikian
itu disebut sebagai kalor laten. Pada suatu zat terdapat dua macam kalor laten,
yaitu kalor laten peleburan atau kalor laten penguapan (pengembunan). Kalor
laten suatu zat biasanya lebih besar dari kalor sensibelnya, hal ini karena
diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu zat (MC Cabe, 1985).
Suhu adalah ukuran rata - rata energi kinetik partikel dalam suatu benda.
Kalor yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara, yaitu
untuk merubah wujud benda dan untuk menaikkan suhu benda itu. Besar kalor
2
yang diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan suhu
tergantung pada :
1. kalor jenis benda
2. perbedaan suhu kedua benda
3. massa benda
Bila dua buah benda atau zat yang suhunya berbeda berada dalam kontak
termal, maka kalor akan mengalir (berpindah) dari benda yang suhunya lebih
tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Dalam proses perpindahan energi
tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang terjadi atau yang lebih dikenal
dengan laju perpindahan panas. Perpindahan energi kalor ini akan terus
berlangsung hingga kedua benda tersebut mencapai kesetimbangan temperatur.
Pengaliran kalor itu dapat berlangsung dengan 3 ragam mekanisme, yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi adalah perpindahan kalor di mana zat
perantaranya tidak ikut berpindah. Konveksi adalah perpindahan kalor di mana zat
perantaranya ikut berpindah akibat adanya perbedaan massa jenis atau kerapatan.
Radiasi adalah perpindahan kalor secara pancaran yang berupa gelombang
elektromagnetik (Artono, 2002).
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor
dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi dan momentum. Konduksi tidak disertai dengan
perpindahan partikel-partikel dalam zat itu. Contoh perpindahan kalor secara
konduksi adalah perpindahan kalor pada logam cerek pemasak air atau batang
logam pada dinding tungku (Artono, 2002).
3
Salah satu peristiwa sehari – hari yang menyangkut tentang perpindahan
kalor secara konduksi adalah saat menyeduh teh. Beberapa saat setelah ujung
sendok tercelup teh panas, ujung yang sedang dipegang akan terasa panas juga
walaupun tidak ikut tercelup teh. Proses pindahnya panas dari teh ke sendok itu
adalah perpindahan secara konduksi. Hal ini disebabkan bahwa dalam setiap
benda (sendok) terdapat bagian – bagian yang lebih kecil, yaitu pertikel. Ketika
ujung sendok dikenai panas, maka partikel – partikel di ujung sendok tersebut
akan bergetar di sekitar tempatnya dan membentur partikel – partikel lain di
sekitarnya. Partikel yang terbentur akan ikut bergetar juga di sekitar tempatnya
dan membentur lagi partikel di sekitarnya. Begitu seterusnya sampai getaran ini
merambat ke ujung yang lain (Artono, 2002).
(K)
4
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu maple atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12, 22FCCI 0,073 0,042
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air ( jenuh ) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844
Sumber: Rudiwarman, 2011.
5
b. Isolator → bahan yang lebih sulit dalam menghantarkan kalor (mempunyai
konduktivitas yang buruk)
Contoh: plastik, kayu, kain, kertas, kaca
...................................................................................................(1)
dimana A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran
kalor (m²)
n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan (m / det)
q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap
permukaan (kj / det,W)
T = suhu ( °C, °F )
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan) (W/m.°C)
6
posisi saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk
aliran stedi satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :
.......................................................................... (2)
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Kern, 1965).
.......................................................................... (3)
Oleh karena hanya x dan T yang merupakan variabel dalam Pers. (3), integrasi
langsung akan menghasilkan :
................................................................................(4)
= tebal lempeng
diganti dengan nilai rata-rata . Nilai dapat dihitung dengan mencari rata-rata
7
aritmetik dari k pada kedua suhu permukaan, T 1 dan T2, atau dengan menghitung
rata-rata aritmetik suhu dan menggunakan nilai k pada suhu itu.
Persamaan (4) dapat dituliskan dalam bentuk :
.....................................................................................................(5)
dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2 (Artono, 2002).
ka kb kc
TI
TO
xa xb xc
Gambar 2.1 Dinding Rata dalam Susunan Seri
(Artono, 2002)
Karena dalam aliran kalor stedi semua kalor yang melalui tahanan
pertama harus seluruhnya melalui tahanan kedua pula, dan lalu tahanan ketiga,
maka qa, qb dan qc tentulah sama, dan ketiganya dapat ditandai dengan q.
..............................................................(6)
Selanjutnya,
8
....................................(7)
atau
..........................................................................................(8)
dimana
.......................................................................(9)
9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
10
5. HT11 distabilkan dan dicatat hasil T1-T8.
6. Percobaan diulangi untuk linier dan radial dengan menggunakan beberapa
jenis bahan yang berbeda
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
b. Brass 25 mm (Aliran Linier)
Hubungan antara jarak thermocouple dengan temperatur pada kondisi
linier pada bahan Brass 25 mm dapat dilihat pada Gambar 4.2.
13
Gambar 4.3 Hubungan antara Temperatur dengan Jarak Thermocouple pada
Kondisi Linier dengan Bahan Stainless Steel 25 mm
14
Gambar 4.4 Hubungan antara Temperatur dengan Jarak Thermocouple pada
Kondisi Linier dengan Bahan Aluminium 25 mm
15
Gambar 4.5 Hubungan antara Temperatur dengan Jarak Thermocouple pada
Kondisi Radial dengan Bahan Brass
16
Konduktivitas panas aliran radial bahan Brass cenderung lebih stabil
dibandingkan konduktivitas panas aliran linier bahan Brass. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan laju perpindahan panas pada aliran radial akan seragam
pada masing-masing lapisan, karena berada dalam keadaan steady state dimana
laju perpindahan panas berbanding lurus dengan konduktivitas panas yang sesuai
dengan Hukum Fourier.
17
a.
b.
c.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada aliran linear proses perpindahan panas, semakin besar jarak
thermocouple maka temperatur yang mengalir di dalam bahan akan
semakin rendah (T1 > T8).
2. Nilai konduktivitas panas aliran linier suatu bahan lebih besar
dibandingkan konduktivitas panas pada aliran radial, dimana konduktivitas
panas aliran linier bahan Brass 1,985754W/moC, sedangkan konduktivitas
panas aliran radial bahan Brass 0.053035W/moC.
3. Nilai konduktivitas terbesar pada aliran linier yaitu Brass 13 mm sebesar
11,70W/m.oC, pada Brass 25 mm 11,77W/m.oC, alumunium 0,263 W/m.oC
dan stainless steel sebesar 0,25 W/m.oC
5.2 Saran
1. Tegangan diatur dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan saat menentukan
arus listriknya.
2. Agar pengujian dilakukan berulang (duplo) agar hasil yang didapat lebih
akurat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Holman, J.P. 1986. Heat Transfer. New York: McGraw Hill, Ltd.
20
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
TRata-rata = = = 32,50 oC
Q =VxI
= (4 V) (0,00019 A)
= 0,00076 Watt
k1 = = = 4,64713376 W/moC
k2 = = = 2,3236 W/moC
k3 = = = 4,6471 W/moC
21
kliteratur = 57,3 W/moC
TRata-rata = = = 30,66667oC
Q =VxI
= (4 V) (0,00019 A)
= 0,00076Watt
Konduktivitas Panas
22
LAMPIRAN B
DATA PERHITUNGAN
A. Linier
1. Brass 13 mm
Δx 13 = 0,03 m
Δx 45 = 0,015 m
Δx 68 = 0,03 m
D = 0,0013 m
A = 1,33 x 10-6
V
I (A) Tave Q k1 k3 k2 kliteratur kave
(Volt)
4 0,00019 29,33333 0,00076 0,52079229 8,593073 0,277196 57,17333 3,130354
2. Brass 25 mm
Δx 13 = 0,03 m
Δx 45 = 0,015 m
Δx 68 = 0,03 m
D = 0,0025 m
A = 4,9 x 10-6
V
I (A) Tave Q k1 k3 k2 kliteratur kave
(Volt)
4 0,00019 32,50 0,00076 4,64713376 4,6471 2,3236 57,3 3,8726
3. Stainless Steel 25 mm
Δx 13 = 0,03 m
Δx 45 = 0,015 m
Δx 68 = 0,03 m
D = 0,0025 m
A = 4,91 x 10-6
23
V
I (A) Tave Q k1 k3 k2 kliteratur kave
(Volt)
4 0,00019 31,8333 0,00076 0,1291 1,549 0,0704 26 0,5828
5,5 0,00035 32,1667 0,001925 0,327 5,8854 0,1731 26 2,1285
4. Aluminium 25 mm
Δx 13 = 0,03 m
Δx 45 = 0,015 m
Δx 68 = 0,03 m
D = 0,0025 m
A = 4,91 x 10-6
V
I (A) Tave Q k1 k3 k2 kliteratur kave
(Volt)
4 0,00019 30,8333 0,0008 0,1408 4,6471 0,0726 117,617 1,6202
5,5 0,00034 31,3333 0,0019 0,3363 11,434 0,1732 117,627 3,9813
5. Brass Radial
R6 = 0,05 m
R1 = 0,007 m
X = 0,0032
A = 0,020096 m
2
V
I (A) Tave ΔT Q kave kliteratur
(Volt)
4 0,00019 30,66667 3 0,00076 0,024785 57,226667
24