TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Bentuk Sudu Impeller (Warman Slurry pump Handbook, 2009)
6 Universitas Sriwijaya
7
2. Casing
Casing adalah bagian terluar dari rumah pompa yang berfungsi sebagai pelindung
semua elemen yang berputar. Bentuk casing secara umum untuk pompa slurry
adalah semi-volute dengan celah lebar pada bagian cutwater (Gambar 2.2),
sehingga kecepatan aliran (lifting velocity) dengan menggunakan casing pompa
slurry lebih lambat dibandingkan dengan casing pompa air bersih, dengan tujuan
untuk memperkecil kehausan pada casing. Efisiensi pada kebanyakan casing
terbuka lebih rendah dari tipe volute, meskipun demikian casing tipe volute
menawarkan masa pakai dengan tingkat kompromi yang paling baik untuk slurry.
Gambar 2.2 Bentuk Casing Pompa (Warman Slurry pump Handbook, 2009)
P1 V 12 P2 V 22
Z1 Z 2 .…………………………............ (2.1)
2g 2g
Universitas Sriwijaya
8
P1 V 12 P2 V 2 2
Z1 H L H P Z 2……………………. (2.2)
2g 2g
Dimana :
P
= Head tekanan udara
V2 = Head kecepatan
2g
Z = Head potensial
HL = Head loss
Hp = Head pompa
Hp = z + HL…………………………………………………………… (2.3)
Dimana :
Hp = head pompa (m)
Z = ketingian diukur dari bidang referensi (m)
vd = kecepatan aliran pada pipa keluar (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
HL = kehilangan energi / head loss (m)
Universitas Sriwijaya
9
𝛻𝐷
𝑅𝐸 = 𝜈 ……………………………………………………………... (2.4)
Keterangan :
RE = Angka Reynold
𝜵 = Kecepatan laju aliran
𝛎 = Kinematika viskositas slurry
Universitas Sriwijaya
10
Dengan persamaan diatas untuk mineral timah (berat jenis = 7) pada ukuran
butir 20 mesh, kecepatan aliran (lifting velocity) yang dibutuhkan adalah 2,4
m/detik. Sedangkan melalui hasil percobaan yang pernah dilakukan, untuk dapat
mengangkut mineral timah dengan ukuran 20 – 150 mesh adalah pada kecepaan
2,96 – 3,62 m/detik.
2. Berdasarkan konsentrasi slurry dan berat jenis solid material
Perhitungan slurry yang akan digunakan adalah berdasarkan konsentrasi
slurry dan berat jenis slurry. Prasetyo (2014), menjelaskan semakin besar
presentase volume solid maka semakin besar pula nilai berat jenis (spesific
gravity/SG) untuk material (S.G.m), berat konsentrasi (consentration weight/Cw)
dan Volume konsentrasi (concentration volume/Cv) yang akan mempengaruhi
jumlah kapasitas dalam pemindahan tanah dengan menggunakan pompa slurry.
Berikut disampaikan secara singkat prosedur perhitungan SG dan persentase solid:
1. Ambil slurry dengan volume tertentu, misal (A) ml
2. Timbang berat slurry tersebut, misal (B) gram
3. Keringkan dalam oven sampai semua airnya habis
4. Timbang padatan yang tersisa, misal (C) gram
Penjelasan :
a. Perhitungan persen solid
Persen solid = ( Berat Solid / Berat Slurry ) x 100 %
= C / B x 100 %
b. Perhitungan SG Padatan
SG = ( Berat Padatan / Volume Padatan )
Universitas Sriwijaya
11
Formula Durand :
𝑠−𝑠1
𝑉𝐿 = 𝐹𝐿 √2𝑔𝐷[ 𝑠1 ].......................................................................... (2.6)
Keterangan:
VL = Batas kecepatan aliran
g = 9,81 m/detik2
D = Diameter pipa
S = SG solid
S1 = SG air
Universitas Sriwijaya
12
Keterangan:
H = Head total pompa (m)
hs = Head statis merupakan perbedaan tinggi antara tinggi air di sump dengan
titik buangan (m)
∆hp = Perbedaan head tekan yang bekerja pada permukaan air (m)
Hf = Kerugian pada jalur pipa yang sangat panjang (m)
hsv = Kerugian akibat fiting-fiting (belokan) pada pipa (m)
hv = Head kecepatan pada ujung pipa keluar (m)
Universitas Sriwijaya
13
Pemilihan diameter pipa yang optimal juga merupakan bagian yang penting
dalam sistem pemompaan slurry. Penggunaan pipa yang terlalu kecil dapat
menghasilkan debit yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan membutuhkan power
pompa yang tinggi.
Universitas Sriwijaya
14
Gambar 2.4 Panjang Ekivalen Fitting dan Valve (Warman Slurry pump
Handbook, 2009)
Keterangan:
g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik2)
v = kecepatan aliran rata-rata di dalam pipa (m/detik)
Universitas Sriwijaya
15
Keterangan:
g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik2)
v = kecepatan aliran rata-rata di dalam pipa (m/detik)
Nilai Hfs dan Hfd harus diestimasikan secara terpisah, dengan estimasi terpisah
Hs, nilai yang didapat siap digunakan pada perhitungan NPSHa.
1,85
10,666 𝑄
𝐻𝑓 = × 𝐿 ………………………………………………. (2.12)
𝐶1,85 𝐷4,85
Keterangan:
Hf = Julang kerugian (m)
Q = laju aliran (m3/s)
D = diameter pompa (m)
L = panjang pipa (m)
C = koefesien
Universitas Sriwijaya
16
𝐿 𝑣2
𝐻𝑓 = 𝑓 × × ……………...………………………………….. (2.13)
𝐷 2𝑔
Dimana :
Hf = Kerugian Gesek (m)
L = Total panjang pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)
f = Factor gesekan Darcy
V = Kecepatan/Velocity (m/detik)
g = Percepatan Gravitasi (9.81 m/detik²)
Untuk mengevaluasi gesekan Darcy, digunakan grafik faktor gesekan pipa (f)
seperti (Gambar 2.5).
Gambar 2.5 Grafik Gesekan Pipa (Warman Slurry pump Handbook, 2009)
Universitas Sriwijaya
17
𝑉2
𝐻𝑠𝑣 = 𝑓 (2 𝑔) ………………...……………………………………… (2.14)
atau
𝐷 3,5 𝜃 0,5
𝑓 = [0,31 + 1,847 (2𝑅) ] × (90) ……………………...………. (2.15)
Keterangan :
D = Diameter dalam Pipa (m)
R = Jari jari lengkung sumbu belokan (m) = Sudut belokan (derajat)
V = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/detik)
𝑉𝑑 2
ℎ𝑣 =. ……………………………………………………………. (2.16)
2×𝑔
Keterangan:
g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik2)
Vd = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
Universitas Sriwijaya
18
𝑁
Ƞ = 𝑁 𝑃 × 100%................................................................................... (2.17)
𝑀
Keterangan:
Ƞ = Efisiensi Perfomansi Pompa
NP = Daya pompa
NM = Daya Mesin
Selain itu, kapasitas pompa juga dipengaruhi oleh kecepatan dan luas
penampang dengan rumus :
Q = A x V…………………………………………………………….. (2.19)
Dimana :
Universitas Sriwijaya
19
𝐻𝑤
𝐻𝑅 = ............................................................................................. (2.20)
𝐻𝑚
Keterangan:
Hw = Head air
Hm = Head slurry
Universitas Sriwijaya
20
efisiensi rasio pompa air dengan efisiensi pompa slurry yang perhitungannya
berdasarkan perhitungan untuk fluida air.
Efficiency Ratio (ER) dinyatakan sebagai perbandingan :
𝑒𝑤
......................................................................................................... (2.21)
𝑒𝑚
Keterangan:
ew = Efisiensi pompa air
em = Efisiensi pompa slurry
Universitas Sriwijaya
21
Gambar 2.6 Grafik Head Ratio (HR) (Warman Slurry Pump Handbook, 2009)
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
23
c. Waktu edar
Waktu edar merupakan waktu yang diperlukan alat mekanis untuk
menyelesaikan satu siklus kerja. Waktu edar terdiri dari : waktu gali, waktu
putar, waktu buang, dan waktu putar kembali.
d. Swell Faktor
Tenriajeng (2003) menjelaska bahwa faktor pengembangan (swell factor)
adalah persentase dari pemberaian volume material terhadap volume asli yang
dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan,
untuk lempung biasanya mempunyai swell factor 85 % (Tabel 2.3).
Menurut Tenriajeng (2003), untuk menghitung Swell Factor dapat digunakan
rumus seperti di bawah ini :
Vinsitu
Swell Factor = x 100 % …………………………… (2.22)
Vloose
Universitas Sriwijaya
24
2. Bulldozer
(Tenriadjeng, 2003) menjelaskan bahwa Bulldozer merupakan salah satu alat berat
yang memiliki roda rantai dan bisa dipekerjakan berbagai bidang pertambangan
dan memiliki kemampuan traksi yang tinggi. alat gusur berupa alat yang
dilengkapi dengan kemampuan dorong/gusur akibat adanya gaya dorong yang
diberikan (dozing) dan gaya tarikan akibat adanya gaya tarik.
3. Dump Truck
Menurut (Tenriadjeng, 2003) dump truck merupakan suatu alat yang digunakan
untuk memindahkan material dengan jarak menengah, yaitu 500 meter atau lebih.
Di dalam penggunaannya syarat yang penting, agar dump truck dapat bekerja
secara efektif adalah jalan kerja yang keras dan rata, tetapi ada kalanya dump
truck didesain agar mempunyai “cross country ability” yaitu suatu kemampuan
berjalan di luar jalan biasa.
4. Monitor
Shah (2012), menjelaskan bahwa Abrasive jet water machining atau monitor
adalah proses permesinan yang non konvensional dimana material dihapus oleh
erosi akibat tekanan tinggi dan kecepatan air yang tinggi sehingga menyebabkan
abrasive pada tanah yang di semprotkan. Banyaknya tekanan air yang dihasilkan
oleh monitor dipengaruhi oleh diameter nozzle, daya motor penggerak, panjang
diameter pipa serta perbedaan tinggi monitor terhadap permukaan air. Tekanan
yang keluar dari monitor harus disesuaikan dengan tekanan yang diperlukan
untuk memecahkan lapisan tanah.
Dalam operasinya, monitor selalu bersama-sama kerjanya dengan pompa
tanah, sehingga kemampuan semprot monitor harus sesuai dengan kemampuan
pompa slurry. Kemampuan semprot monitor ini dipengaruhi oleh :
a. Sifat dan macam lapisan
Lapisan tanah mempunyai berat jenis dan ukuran butir yang berbeda-beda.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa berat jenis tanah yang
mengandung bijih timah primer di Pulau Bangka antara 1,90-2,00 (Tabel 2.4)
dan berikut beberapa parameter ukuran butir terhadap ukuran screen yang ada
pada jig dari material yang ada (Tabel 2.5).
Universitas Sriwijaya
25
Tabel 2.4 Berat Jenis Dari Berbagai Lapisan Tanah (Prodjosumarto, 1993)
Tabel 2.5 Ukuran Butir Dari Berbagai Jenis Material (Prodjosumarto, 1993)
c. Teknik penyemprotan
Secara umum teknik penyemprotan dapat dibagi atas tiga cara sebagai berikut :
1) Slicing
Slicing adalah sistem penggalian dengan menghancurkan langsung lapisan
tanah menjadi bagian-bagian yang kecil. Cara penghancuran ini dilakukan
dengan menggerakkan monitor secara horizontal ke kiri dan ke kanan pada
seluruh permukaan lapisan.
2) Under cutting
Universitas Sriwijaya
26
Under cutting adalah cara penyemprotan dari bagian bawah sehingga bagian
atas akan runtuh dengan sendirinya.
3) Side cutting
Side cutting adalah suatu cara penyemprotan dari arah samping.
Untuk penggalian tanah dengan menggunakan monitor, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan yaitu :
1) Tekanan semprot
Untuk meruntuhkan lapisan tanah, diperlukan tekanan air yang keluar dari
mulut monitor yang disebut nozzle, dan setiap lapisan tanah juga memiliki
standar tekanan semprot (Tabel 2.6). Tekanan air semprot ini dipengaruhi
oleh :
Daya dan putaran pompa mempengaruhi besar tekanan penyemprotan.
Apabila kehilangan tekanan bertambah besar, maka tekanan semprot
akan berkurang sebanding dengan kehilangan tekanan tersebut dan
begitupun sebaliknya.
Diameter nozzle, juga mempengaruhi tekanan penyemprotan dengan
bertambah besarnya diameter nozzle, maka tekanan semprot yang
dihasilkan akan berkurang.
Tabel 2.6 Tekanan Semprot Berbagai Jenis Tanah (POP PT. Timah Persero Tbk,
2013)
2) Jarak semprot
Jarak semprot yaitu jarak pancaran dari ujung nozzle ke titik
penyemprotan. Dengan jarak yang berbeda akan menghasilkan volume hasil
galian yang berbeda pula. Oleh karena itu jarak semprot harus
diperhitungkan untuk memperoleh hasil galian yang besar. Pada saat
Universitas Sriwijaya
27
Tabel 2.7 Jarak Semprot Minimum Berbagai Lapisan Tanah (POP PT. Timah
Persero Tbk, 2013)
5. Pompa
Pompa merupakan alat yang digunakan untuk menghisap air dan tanah yang
berupa slurry dari lubang hisap ke instalasi pencucian. Jumlah slurry yang dapat
dipindahkan pompa tanah tergantung kecepatan aliran dan diameter pompa.
Skema dari pompa hasenda yang dipakai pada TB 2.1 tempilang dapat terlihat
pada (Gambar 2.7).
Gambar 2.7 Skema Pompa (POP PT. Timah Persero Tbk, 2013)
Universitas Sriwijaya
28
6. Jigging
Gaudin (1977), menjelaskan bahwa jigging merupakan salah satu proses
pemisahan atau pengolahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari
masing-masing mineral. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gaya tekan (pulsion)
dan gaya isap (suction) pada suatu media cair yang dilengkapi dengan suatu
saringan dan media penghambat semi stasionary (bed) berupa mineral atau batuan
hematite (Gambar 2.8).
Gambar 2.8 Pan American Jig (POP PT. Timah Persero Tbk, 2013)
Universitas Sriwijaya