Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 4

JIGGING DAN FLOTASI

Nama : M. Fawwaz Luthfi R.


NIM : 03021181520005
Kelas : A Kampus Indralaya

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
A. JIGGING
Jigging adalah proses pemisahan mineral yang berharga dengan mineral
tidak berharga berdasarkan pada perbedaan berat jenis mineral tersebut dengan
aliran fluida yang vertical. Mekanisme Jigging terdiri dari 3 faktor, yaitu :
 Differential Acceleration
Jarak tempuh yang dilalui suatu partikel pada selang waktu yang singkat lebih
banyak dilalui oleh partikel mineral yang berat dari pada partikel mineral yang
ringan. Sehingga terjadi suatu pengendapan partikel mineral berat di bagian
bawah.
 Hindered Settling Classification
Pengendapan terjadi pada sekelompok partikel yang menjadi satu. Mekanisme
pengendapan tidak terjadi pada satu partikel saja. Banyak teori yang telah
membuktikan bahwa jigging lebih efektif daripada sorting karena pada jigging,
partikel akan bergerak selama proses akselerasi dan karena proses inilah, mineral
berat akan memiliki kemampuan akselerasi dan kecepatan yang lebih daripada
partikel ringan.
 Consolidation Trickling
Partikel yang berukuran kecil mengatur dirinya sendiri di antara partikel yang
berukuran besar sesuai dengan densitasnya masing-masing.
Proses pengendapan ini diawali oleh adanya pulsion atau gaya keatas pada fluida
sehingga fluida menggerakkan seluruh partikel mineral kemudian terjadi
pengendapan akibat perbedaan densitas.

Gambar A.1 Skematik Siklus Proses Pemisahan dengan Jigging


dimana :
(A) Pulsion
(B) Differential acceleration
(C) Hindered settling
(D) Interstitial trickling

Cara kerja alat jigging adalah pada saat feed dimasukkan dengan laju
konstan, diafragma akan naik dan turun sehingga menimbulkan tekanan pada air
didalam alat jigging. Pada saat diafragma turun, maka akan menimbulkan tekanan
yang menyebabkan air naik. Pada saat air naik, partikel yang lebih ringan akan
terangkat lebih tinggi daripada partikel yang lebih berat. Pada saat diafragma
turun, partikel yang lebih ringan akan terlambat turun dan partikel yang lebih
berat akan turun dengan cepat, yang sering disebut dengan pulsion dan suction.
Lalu pada saat melewati ragging, partikel yang lebih kecil akan tersaring sehingga
akan terpisah antara partikel berat dan partikel ringan. Partikel berat akan turun
melewati ragging dan menuju hutch sedangkan partikel yang ringan akan
terangkat dan keluar bersama overflow.

Gambar A.2 Aliran dan Distribusi Partikel dalam Jigging

Jig terdiri dari beberapa bagian dasar, yaitu :


o Ragging
Ragging adalah suatu lapisan diatas bed yang terdiri dari partikel berat. Densitas
ragging biasanya lebih besar daripada densitas mineral ringan dalam umpan dan
lebih kecil dari densitas mineral berat pada umpan. Fungsi ragging adalah menjaga
agar mineral berat dapat terpisahkan dari mineral pengotornya pada saat suction
dan pulsion.
o Diafragma
Berfungsi untuk melakukan pulsion dan suction sehingga pemisahan dapat terjadi,
dengan naik-turunnya diafragma, maka akan menimbulkan tekanan yang
menyebabkan bed pada jig turun-naik dan dimungkinkannya pemisahan material.
o Hutch
Berfungsi untuk menampung konsentrat yang dihasilkan lalu menyalurkannya ke
proses selanjutnya.

Salah satu proses pemisahan dengan metoda Jigging adalah dengan konsentrasi
yang memanfaatkan perbedaan specific gravity. Untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya proses konsentrasi gravimetric, harus diketahui harga criteria
konsentrasinya dengan :

(𝑺𝑮 𝒎𝒊𝒏𝒆𝒓𝒂𝒍 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 − 𝑺𝑮 𝒎𝒆𝒅𝒊𝒂)


𝑲𝑲 =
(𝑺𝑮 𝒎𝒊𝒏𝒆𝒓𝒂𝒍 𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 − 𝑺𝑮 𝒎𝒆𝒅𝒊𝒂)

Bila KK > 2,5 atau harganya negatif, maka antar mineral berat dengan mineral
ringan dalam bahan galian mudah untuk dipisahkan secara konsentrasi
gravimetric.

Bila KK = 1.75 maka pemisahan dapat berjalan dengan baik mana kalau ukuran
butirnya 60 mesh hingga 100 mesh.

Bila KK = 1,50 sulit dipisahkan, namun dapat dilakukan pemisahan bila ukurannya
10 mesh.

Bila KK ≤ 1,0 maka mineral sulit dilakukan pemisahan dengan konsentrasi


gravimetri.

Equal Settling, butiran mineral yang berbeda ukurannya, mengendap


dengan kecepatan yang sama. Kita harus menghindari peristiwa equal settling agar
mudah memisahkan mineral berharga dengan mineral pengotor. Biasanya untuk
menghindari peristiwa ini kita bias memperlebar atau mengecilkan selang ukuran.

Tangki jig dilengkapi dengan lubang pengeluaran konsentrat (spigot) pada


bagian bawahnya. Disamping itu jig juga memiliki suatu mekanisme penyebab
terjadinya tekanan (pulsion) yang diimbangi dengan pemakaian air tambahan.

GAMBAR A.3 JIG TAMPAK DEPAN

PRINSIP KERJA PROSES JIGGING


Apabila terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik. Sehingga batuan
pada lapisan bedakan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed
menutup kembali sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral ringan
berukuran besar tidak berpeluang masuk ke tangki. Jadi mineral berat berukuran
besar akan mengendap diatas bed untuk menunggu kesempatan pulsion
berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar akan terbawa aliran arus
horizontal.

Berdasarkan ketiga faktor pemisahan mineral dalam jig, maka terjadilah


proses pemisahan mineral yang berbeda berat jenisnya, dalam hal ini mineral
berharga seperti kasiterit, xenotin, monasit, ilmenit, zircon, Pb dan biji besi dengan
mineral tailing yang berupa kuarsa dan clay. Mineral-mineral yang berat jenisnya
lebih besar baik yang berukuran kecil maupun besar berada di bawah saringan,
kemudian masuk kedalam tangki dan keluar melalui spigot sebagai konsentrat.
Sedangkan mineral pengotor atau mineral ringan baik yang berukuran kecil
ataupun besar akan terdorong oleh desakan dari feed berikutnya dan arus
horizontal diatas permukaan bed dan terbuang sebagai tailing . Apabila ketiga
faktor tersebut disatukan maka proses tersebut dinamakan ideal jigging process.

PARAMETER PADA PROSES JIGGING


Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa
parameter yang mempengaruhi efektifitas kerja jig. Adapun parameter yang
mempengaruhi proses pemisahan tersebut antara lain:
a. Amplitudo membran atau frekuensi stroke
Amplitudo membran adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau
membran dari awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction),
sedangkan frekuensi stroke merupakan banyaknya dorongan per menit.
Bila jumlah (rpm) pukulan besar, maka panjang langkahnya (amplitudo)
lebih pendek demikian sebaliknya.
Amplitudo membrane dan frekuensi stroke ini akan berpengaruh kepada
kecepatan aliran vertical ke atas dimana kecepatannya tidak boleh lebih
besar dari pada kecepatan jatuh partikel. Apabila hal ini terjadi maka akan
menyebabkan kehilangan mineral berharga yang mempunyai ukuran butir
lebih kecil. Oleh sebab itu amplitude membrane dan frekuensi stroke yang
digunakan harus disesuaikan dengan ukuran butir partikel mineral
berharga yang ada di lapangan.
b. Kecepatan aliran horizontal
Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air yang mengalir di atas
lapisan bed . Fungsi kecepatan horizontal adalah untuk membawa material
ringan, baik yang berukuran besar ataupun kecil. Kecepatan aliran
horizontal ini sangat berpengaruh terhadap pengendapan mineral.
c. Ketebalan bed dan ukuran batu pada lapisan bed yang digunakan
Bed merupakan bahan padat yang terdiri dari lapisan batu hematite yang
digunakan sebagai media pemisah mineral berat pada jig. Ketebalan dan
ukuran bed sangat mempengaruhi hasil pemisahan dan tergantung kepada
mineral yang akan dipisahkan . Semakin tebal dan besar ukuran butir bed,
maka akan semakin sulit kecepatan aliran vertical ke atas untuk
mendorong lapisan bed, sehingga semakin sedikit partikel mineral
berharga yang mengendap sebagai konsentrat. Sebaliknya semakin tipis
dan kecil ukuran butir bed, maka ada kemungkinan aliran vertical ke atas
akan melontarkan bed, sehingga ruangan antara bed menjadi terlalu besar.
Hal ini menyebabkan mineral ringan yang berukuran besar akan
menerobos lapisan bed dan mengendap sebagai konsentrat, sehingga
kadar konsentrat menjadi rendah.
d. Volume air tambahan (Under water)
Selama proses pemisahan berlangsung dengan baik sesuai rencana, air di
dalam tangki ada yang masuk ada pula yang keluar. Air yang masuk adalah
air yang bercampur bersama feed dan air yang berasal dari header tank (air
tambahan). Sedangkan air yang keluar adalah air yang keluar bersama-
sama dengan tailing dan air yang keluar melalui spigot bersama
konsentrat.
Volume air tambahan adalah jumlah air yang dialirkan ke jig yang berguna
sebagai air tambahan. Manfaat air tambahan ini adalah untuk
mengimbangi hisapan, mengimbangi jangan terlalu banyaknya aliran air
diatas jig yang menuju ke dasar dapat terjadi apa yang dinamakan gerak
pulsasi (gerakan ketas dan hisapan ke bawah) dan menggantikan air yang
keluar melalui lubang spigot.
e. Ukuran lubang spigot
Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini
akan mempengaruhi volume air yang terdapat dalam tangki jig. Apabila
ukuran lubang spigot terlalu besar, maka volume air yang keluar melalui
lubang spigot akan menjadi besar. Hal ini akan mengakibatkan tangki jig
menjadi kosong, dan jig akan mengalami kekurangan air. Untuk menjaga
keseimbangan air didalam jig, maka ukuran lubang spigot diusahakan
sekecil mungkin. Hali ini bertujuan agar pada proses pemisahan berikutnya
tidak terjadi kelebihan air dan pemakaian air tambahan dapat terjaga.
f. Feeding dan proses padatan
Feeding adalah proses pemasukan bahan baku campuran mineral baik bijih
berharga atau mineral lainnya dengan mengalir kepermukaan jig, yang
disesuaikan dengan kapasitas alat pencucian. Distribusi feed dipermukaan
jig harus diatur dengan baik agar proses jigging dapat berjalan dengan
sempurna.
Penyebaran dan kekentalan (proses padatan) feed yang masuk
kepermukaan jig perlu diperhatikan. Penyebaran feed yang tidak merata
mengakibatkan terjadinya penumpukan dan kelebihan beban yang terlalu
besar yang diterima oleh permukaan jig. Feed yang terlalu kental akan
menyebabkan penumpukan dan kecepatan aliran kecil, sebaliknya feed
yang terlalu encer akan menyebabkan kecepatan aliran yang besar
sehingga banyak mineral berharga yang hilang sebagai tailing.
g. Motor jig
Motor jig merupakan motor penggerak stroke yang menyebabkan
terjadinya pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya
atau HP motor yang digunakan berdasarkan beban yang akan didorong
pada saat pulsion, jumlah putaran gear box dan panjang pukul motor yang
digunakan.
h. Jig screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat
1,5 mm) yang dipasang diantara rooster bawah dan rooster atas. Posisi
pemasangan jig screen berpengaruh terhadap jumlah dan luas lubang
bukaan jig screen tersebut.
i. Kecepatan aliran didalam jig tank
Kecepatan aliran didalam tangki jig berpengaruh terhadap proses
pengendapan mineral berharga. Apabila kecepatan aliran vertikal keatas
akibat pulsion lebih besar dari kecepatan jatuh butir mineral berharga,
maka mineral berharga tidak memiliki kesempatan untuk turun
mengendap sebagai konsentrat. Sebaliknya jika kecepatan aliran
vertikal ke atas terlalu kecil maka kadar konsentrat akan menjadi rendah.
Hal ini disebabkan karena mineral pengotor yang kecepatan jatuhnya juga
kecil akan turun sebagai konsentrat.
j. Kemiringan jig
Kemiringan jig berpengaruh terhadap kecepatan aliran horizontal pada
kondisi yang stabil, dengan perbandingan kemiringan jig 1:12, dalam artian
bila kemirinagan jig ditambah satu derajat maka kecepatan akan
bertambah dua belas kali dari kecepatan pada posisi jig yang datar.

GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA JIG

1. Tekanan ( pultion )

Yang dimaksud dengan tekanan ( pulsion ) atau desakan adalah kejadian dimana
air menembus atau bergerak keatas melalui saringan jig, mengangkat bahan –
bahan atau butiran yang berada diatas saringan.Dimana butiran yang ringan akan
terangkat lebih tinggi, dalam hal ini jig bed akan terbuka karena ada
gerakan.Dengan demikian bijih yang berat akan masuk diselah – selah pori – pori
batu bed.

2. Hisapan ( suction )

Hisapan ( suction ) merupakan suatu kejadian dimana air menembus kebawah


melalui saringan membawa bahan yang dapat melewati saringan kedasar jig.
Material yang tercampur dengan air mengalir diatas jig, akibatnya akan terjadi
tekanan dan hisapan yang berulang – ulang sehingga diatas jig berbentuk susunan
lapisan – lapisan mineral dimana butiran – butiran dengan berat jenis yang lebih
besar akan lebih cepat mengendap dan melewati saringan untuk kemudian
diambil sebagai konsentrat.Dengan adanya kecepatan ( cross flow ) butiran yang
lebih ringan akan terbawa dan terbuang sebagai tailing.

3. Operasional Jigging

Umpan berupa slurry dengan 25% - 45% padatan masuk pada salah satu
ujung jig mengalir membentuk arus horizontal dipermukaan jig.Partikel – partikel
terutama yang berbutir halus terbawa arus dan keluar pada ujung yang
lainnya.Pengendapan partikel pada arus horizontal ini mengikuti mekanisme
pengendapan seperti pada palong.

Partikel – partikel yang mengendap dari arus horizontal masuk kedaerah


dimana jigging bekerja yaitu daerah antara arus horizontal dan ayakan.
Mekanisme jigging seperti percepatan differensial hindered settling dan trickling
bekerja didaerah tersebut yang dapat dibedakan antara daerah roughing sebelah
atas dan daaerah separating dibawahnya.Partikel – partikel didaerah roughing
terutama terdiri dari partikel middling dan partikel mineral ringan yang berusaha
masuk kedaerah separating. Mineral ringan didorong keatas memasuki daerah
tertransportasi dan terbawa arus horizontal.Middling memiliki peluang masuk
kedaerah separating, daerah separating dengan mudah menerima mineral berat
dan berusaha mendorong keatas middling.Consolidation trickling terjadi didaerah
ini, mineral berat dan besar dengan cepat mencapai permukaan ayakan diikuti
mineral berat kecil melalui daerah roughing dan separating, dan dengan
mekanisme consolidation trickling melewati mineral berat besar.

4. Panjang Stroke dan Frequency

Panjang storke adalah panjang dorongan air oleh energizing unit, oleh
karena itu menentukan jauhnya partikel – partikel terdorong pda saat pulsion
sekaligus menentukan jarak antara partikel pada saat pulsion ( dilasi ).Panjang
storke besar menghasilkan kecepatan air naik juga besar dan kecepatan air turun
( hisap ) besar.
Frequency adalah banyaknya stroke permenit, umumnya satu stroke (
terdiri dari satu pulsion dan satu suction ) sama dengan satu putaran motor. Olek
karena itu frequency dapat dinyatakan dengan putaran ( rpm ).Banyaknya
frequency menentukan banyaknya pengaruh mekanisme percepatan
differensial.Pada umumnya semakin kecil ukuran umpan akan semakin kecil
panjang stroke dan semakin besar frequency akan sebaaliknya.

Tabel Contoh Ukuran Umpan

Ukuran umpan ( mm ) Stroke ( mm ) Frequency ( rpm )

1–5 30 – 50 30 – 60

1 – 0, 2 10 – 15 150 – 200

1 – 0, 1 3 -6 200- 400

5. Jenis – jenis Jigging

Proses jigging dibagi dalam tiga tahapan yaitu :


1. Pengumpanan
2. Stratifikasi
3. Pemisahan dan lapisan hasil stratifikasi

Pengumpanan harus dilakukan dengan laju persen padatan yang


konstan.Umpan yang amsuk harus merata pada permukaan jig.Stratifikasi yang
baik tergantung pada cara menimbulkan gerakan bolak – balik fluida, tergantung
pada rancangan energizing unit.Jig yang banyak digunakan saat ini hanya berbeda
pada energizing unitnya dan dalam beberapa hal ada bentuk permukaan jig yang
dapat dibedakan berdasarkan ayakannya, yakni :
a) Jika dengan ayakan bergerak, jig ini dipakai didaerah terpencil dan gerakan
secara manual.Dan sekarang ini jig seperti ini sudah tidak digunakan.
b) Jig dengan ayakan tetap, dilasi dari material diatas ayakan diciptakan oleh
gerakan bolak – bolik fluida yang menerobos ayakan.Sedangkan gerakan bolak
– balik fluida ditimbulkan secara mekanis oleh energi unit.

6. Harz Jiging
Harz jig adalah tipe alat jig dimana gerakan – gerakan seperti tekanan dan
hisapan disebabkan oleh piston yang bergerak vertikal ( naik – turun ).Pada
umumnya alat ini dipakai sebagai cleaner ( pembersih ).

7. Diafragma Jig

Jig tipe ini menggunakan diafragma untuk menciptakan gerakan bolak – balik, dan
pada saat ini jig seperti ini banyak digunakan karena jika piston yang digunakan
untuk menimbulkan gerakan fluida naik turun terdapat kelemahan yakni sering
terjadi kebocoran pada piston.Yang termasuk kedalam golongan diafragma jig
adalah Denver mineral jig, Yuba jig, dan Baum jig.

B. FLOTASI

Flotasi adalah proses konsentrasi mineral berharga berdasarkan


perbedaan tegangan permukaan dari mineral didalam air (aqua) dengan cara
mengapungkan mineral ke permukaan. Beberapa jenis partikel yang tercampur
dapat dipisahkan salah satu jenisnya dari campurannya atau bila memungkinkan
dan dapat terpisah keseluruhan jenis sehingga dapat terkonsentrasi dari tiap –
tiap jenis. Pemisahan dari partikel – partikel dalam flotasi ini ditunjukkan oleh
penentuan kontak antara tiga fasa, yaitu fasa partikel padat yang akan
diapungkan, larutan aqua elektrolit, dan gas ( biasanya dipakai udara ) hampir
semua zat anorganik dapat dibasahi oleh fasa aqua. Oleh karena iu langkah
pertama dalam flotasi adalah menggantikan sebagian dari antar fasa padat-cair
menjadi antara fasa padat-gas. Sebagian hasilnya didapat bahwa permukaan
partikel akan menjadi pobi air (hidropobik). Flotasi dari mineral – mineral
umumnya dibagi atas dua bagian yaitu :
1. flotasi mineral – mineral logam (metallic minerals) umumnya mineral –
mineral sulfida.
2. flotasi mineral – mineral bukan logam ( non metallic minerals ), meliputi
logam – logam oksida, silikat, sulfat, karbona, halit dan fosfat , juga felsfar,
garnet, muskovit, batu semen, fluosfar dan lain-lain.

Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya pertikel mineral yang dibasahi


(hidropilik) dengan partikel mineral yang tidak dibasahi (hidropobik). Partikel –
partikel yang basah tidak mengapung dan cenderung tetap berada dalam fasa
air. Di lain pihak partikel – perikel hidropobik (tidak dibasahi) menempel pada
gelembung , naik ke permukaan, membentuk buih yang membentuk partikel dan
dipisahkan.

Secara garis besarnya pemisahan dengan cara flotasi dilakukan dengan


menggunakan 2 tahap : yaitu tahap conditioning dan tahap pengapungan
mineral (flotasi). Pada tahap conditioning bertujuan untuk membuat suatu
mineral tertentu bersifat hidropobik dan menpertahankan mineral lainnya
bersifat hidropilik. Pada tahap conditioning ini ini kedalam pulp dimasukkan
beberapa reagen flotasi. Sedangakan pada tahap flotasi atau aerasi adalah tahap
pengaliran udara kedalam pulp secara mekanis baik agitasi maupun injeksi udara.

A. Reagen Flotasi
Agar proses flotasi dapat berlangsung maka diperlukan reagen flotasi.
Penggunaan reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat – sifat
kimia dari partikel tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan dengan
menyerap ( adsorsi) reagen flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan mineral
secara flotasi ditentukan oleh ketepatan penentuan reagen kimia yang
digunakan. Secara garis besarnya reagen yang digunakan dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu : kolektor, modifier dan frother.
1. Kolektor
Kolektor adalah senyawa organic yang ditambahkan kedalam pulp untuk
mengubah permukaan mineral dari hidropilik menjadi hidropobik dengan
proses penyerapan (adsorbsi). Klasifikasi dari kolektor berdasarkan sifat
ionnya, yaitu kationik dan anionic umumnya kolektor dari golongan ini
dipakai pada pekerjaan flotasi sulfide. Tetapi ini juga memungkinkan
dipakai dalam pekerjaan flotasi mineral non sulfida . sedangkan kolektor
kationic untuk flotasi non sulfide. Dalam pemakaian harus diperhatikan
mengenai jumlah kolektor. Kolektor yang digunakan bila digunakan
terlalu sedikit tidak dapat mengapungkan mineral secara selektif,
sedangkan bila terlalu banyak akan menghasilkan flotasi yang tidak terlalu
baik.
Contoh Kolektor: Xanthate
Asam oleik
Thiokarbanilid pemakaian : 25 – 100 g/t
2. Modifier
Modifier adalah reagen kimia yang diperlukan dalam proses flotasi untuk
mengintensifkan selektifitas dari pekerjaan kolektor. Efek yang umum
dihasilkan adalah menaikaan dan menurunkan hidropobisitas dari suatu
permukaan partikel tertentu. Jenis modifier ini adalah PH regulator (
pengatur pH), activator, depresan dan dispersan. pH regulartor adalah
media yang digunakan untuk mengatur pH. Pengaturan pH dari pulp ini
dilakukan dengan penabahan kapur, sodium karbonat, sodium hidroksida
atau ammonium untuk menaikkannya dengan penambaahan sulfuric,
sulfuros atau asam klorida.
Aktivator adalah suatu reagen yang digunakan dalam flotasi untuk
meningkatkan kerja dari kolektor pada permukaan partikel mineral. Ini
berarti bahwa reagen activator membantu untuk mengapungakan
mineral pada saat proses flotasi. Depresan juga merupakan reagen kimia
yang dipakai untuk melemahkan kerja dari kolektor terhadap permukaan
partikel mineral dengan cara menyelimuti permukaan partikel sehingga
tidak menempel pada gelembung udara. Dengan kata lain depresan
adalah reagen flotasi yang membantu untuk menenggelamkan partikel
mineral.
Contoh Depresan : ZnSO4 untuk menekan ZnS
3. Frother
Frother (pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan air.
Kehadiran froter pada fasa cair pada larutan reagen kimia yang dipakai
dalam flotasi untuk membentuk buih atau busa. Reagen ini mempunyai
permukaan yang aktif dan biasanya pada flotasi berguna untuk
meningkatkan gelembung udara dan menolong supaya gelembung
menyebar. Ini berarti memperbaiki kondisi penempelan partikel mineral
dan menaikaan stabilitas busa. Kontak antar mineral udara dan air dikenal
dengan kontak tiga fasa dan sudut yang terbentuk antara mineral dengan
antar muka udara-air yang diukur pada fasa air disebut dengan sudut
kontak. Sudut kontak = 0, berarti permukaan padatan diselimuti air
(hidropilik) dan sudut kontak = 1800 udara menutupi padatan. Sudut
kontak sering digunakan sebagai ukuran kehidropobikan permukaan
mineral.

Pemakaian frother pada proses flotasi sangat penting dilihat dari


fungsinya yaitu:

a. Frother mencegah perpaduan gelembung udara dan menjaga kestabilan


gelembung untuk selama periode waktu yang cukup lama.
b. Lapisan frother pada kulit gelembung udara menaikkan ketahanan
gelembung terhadap bermacam – macam ketahanan dari luar.
c. lapisan frother pada gelembung mengurangi kecepatan gelembung
didalam pulp, sehingga kontak gelembung dengan mineral – mineral akan
menimbulkan kondisi yang lebih baik yang menguntungkan proses flotasi.
Beberapa karateristik Frother:

1. Suatu substansi organik.


2. Molekulnya heteropolar terdiri dari satu atau lebih gugusan HC yang
dihubungkan satu grup yang polar.
3. Kelarutannya tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil.
4. Tidak ter-ion.
5. Busa atau buih akan segera patah detelah berpindah dari sell flotasi.
6. Mempunyai aktivitas kimia yang lemah.
Contoh Frother: MIBC = Methyl Isobutyl Carbinol,Minyak pinus (kayu
putih), Terpentin
Pemakaian: 5 – 100 g/t

B. Flotasi Cell
Beberapa variabel yang mempengaruhi hasil flotasi dengan menggunakan
flotasi cell adalah kecepatan pengaliran udara, gelas poros dari alat, densitas dari
pulp, ukuran alat (ketinggian kolom dari dasar sampai permukaan pulp) dan
kondisi dari pulp (PH, adsorbsi, desorbsi). Dengan kondisi yang tertentu dari
kecepatan aliran udara, ukuran atau diameter bukaan (P = opening) dari gelas
poros menghasilkan gelembung udara dengan diameter yang kecil. Densitas dari
pulp, volume dari pulp dan ukuran alat juga merupakan faktor variabel yang
penting. Jika densitasnya terlalu tinggi, tabrakan antar partikel akan lebih besar
dan kemungkinan penempelan partikel-partikel yang mengapung harus
diapungkan. Salah satu faktor penentu dalam proses flotasi yang mempengaruhi
kemampuan flotasi dari mineral – mineral adalah mesin flotasi perbaikan dari
perencanaan impeller dan bentuk dari pada cell, dan beberapa harga parameter
operasi seperti kecepatan impeller/konsumsi udara dan tenaga, memegang
peranan penting. Setiap perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri dalam
merencanakan cell ini. Sebagai contoh ratio kedalaman dan panjang dari tank,
jumlah sudut – sudut pada impeller dan ratio dari ketebalan impeller terhadap
diameternya mempuinyai harga – harga berlainan.. Flotasi cell (flotation cell) dan
flotasi cell mikro (mikro flotation cell) merupakan contoh dari jenis alat flotasi.
Untuk skala laboratorium alat flotasi yang digunakan adalah mikroself flotasi.
Gambaran skematis dari flotasion cell ditunjukan pada gambar berikut ini.

Gambar B.1 Flotation Cell

Anda mungkin juga menyukai