Anda di halaman 1dari 41

Hj. SUARNI S.

ABUZAR, MS
Pertemuan Ke-2
Pencampuran dibedakan atas dua:
Mixing, merupakan suatu operasi yang
dimaksudkan untuk mencampur dua atau
lebih materi hingga mencapai tingkat
keseragaman yang diinginkan biasanya
digunakan untuk proses koagulasi.
Agitasi dimaksudkan untuk memperoleh
turbulensi didalam cairan. Agitasi ditujukan
untuk pertumbuhan flok yang biasa disebut
flokulasi.

Pengadukan dapat dilakukan dengan 3 cara:
Pertama, memanfaatkan pengadukan alami
dengan terjunan air, putaran aliran melewati
baffle vertikal maupun horizontal. Hal ini
dikenal dengan pengadukan hidrolis.
Kedua dengan cara mekanis, menggunakan
alat-alat pembantu berupa pedal yang
digerakan dengan motor.
Ketiga dengan pneumatis, meniupkan
gelembung udara ke dalam cairan hingga
akan menyebabkan turbulensi aliran.


Kontak antara zat penggumpal/koagulan (biasanya
digunakan Aluminium Sulfat, Al
2
(SO
4
)
3
) dengan partikel
yang bersifat koloid atau flokulen yang tersuspensi dalam
air olahan,proses ini disebut dengan koagulasi.
Kontak tersebut diharapkan akan membentuk flok yang
akan mengendap akibat gaya beratnya sendiri, proses ini
dikenal dengan flokulasi. Kecepatan suatu partikel
berbentuk sferik atau mendekati sferik akan meningkat
sejalan dengan peningkatan ukuran partikel. Karenanya
stabilitas suspensi yang menyebabkan tumbukan antara
partikel tersuspensi yang terjadi akan menghasilkan
sedimentasi.
Proses yang terjadi saat pengadukan dalam
pengolahan air minum:

Pada gambar 2.1 terlihat bahwa dengan menganggap
partikel-partikel berukuran D
P1
dan D
P2
, tersuspensi di dalam
suatu cairan dengan kondisi aliran adalah viskos.

Gambar 2.1 Sketsa Definisi dari Kemungkinan Kontak dalam Flokulasi

Agar terjadi kontak, titik tengah kedua partikel
harus ada dalam jarak (D
P1
+ D
P2
) antara satu
sama lainnya. Konsekuensinya, jumlah partikel
berdiameter D
P2
yang akan kontak dengan partikel
berdiameter D
P1
per satuan waktu adalah sama
dengan jumlah parttikel kedua N
2
per satuan
volume cairan yang mengalir melalui radius sferik
(D
P1
+ D
P2
) dalam satuan waktu.

Untuk suatu gradien kecepatan ttitik du/dy, volume
cairan yang mengalir secara laminer melalui ketebalan dx
dalam satuan waktu adalah :
( ) | | 1 . 2 ..... 2
5 , 0
2 2
dx x r
dy
du
x dq |
.
|

\
|
=
( ) | |xdx x r
dy
du
q
r
5 , 0
2 2
0
2 2 =
}
( ) 2 . 2 .....
6
1 3
2 1 P P
D D
dy
du
q + =
Aliran total melalui sferik akan :

Dengan demikian jumlah kontak yang dibuat oleh partikel-
partikel N
2
berdiameter D
P2
dengan partikel-partikel
berdiameter D
P1
adalah:
( ) 3 . 2 .....
6
1
3
2 1 2
'
P P
D D
dy
du
N N + =

Untuk partikel-partikel N
1
persatuan volume diameter D
P1
,
jumlah total persatuan waktu adalah :
( ) 4 . 2 .....
6
1
"
3
2 1 1 P P
D D
dy
du
N N + =
Dan dalam sistem keseluruhan:
( ) 5 . 2 .....
6
1
3
2 1 2 1 P P
D D
dy
du
N N N + =
dengan: du/dy = G = gradien kecepatan rata-rata di dalam sistem.
Menurut persamaan (2.5), laju flokulasi berbanding langsung
terhadap gradien kecepatan rata-rata yang terjadi di dalam sistem.
Laju mencapai nilai tertinggi untuk konsentrasi tinggi dan partikel-
partikel berukuran besar.
Pengadukan Hidrolis

Kelebihan lebih mudah dalam operasional dan
biaya
Kekurangan membutuhkan lahan lebih luas.

Pengadukan hidrolis dapat dilakukan dengan 3
cara :
Terjunan Air
Aliran dalam pipa
Saluran terbuka berbentuk baffle


Terjunan Air Aliran dalam pipa

Saluran terbuka berbentuk baffle

Gradien kecepatan untuk koagulasi
(pengadukan cepat) berkisar antara
200-1200/dt dan waktu detensinya 90-
120 dt, sedangkan untuk proses
flokulasi (pengadukan lambat)
berkisar antara 10-900/dt dan waktu
detensinya 600-1200 dt.

Contoh soal:
Pada sebuah proses pengadukan, air olahan
disalurkan pada baffle channel (45 ft x 2,5 ft x 8 ft)
dengan kecepatan 0,5 fps dan kecepatan aliran
pada belokan 2 fps. Jumlah belokan dalam bak 19
buah. Tentukan (a) headloss dengan mengabaikan
faktor gesekan saluran, (b) power, (c) gradien
kecepatan (G) dan nilai Gt
d
dengan debit 6,46 mgd
(10 cfs), dengan waktu detensi 30 m, temperatur
50
0
F, = 2,74 x 10
-5
lb. Force. sec/ ft
2
, (d) beban
saluran (Q/V)!



Pengadukan Mekanis

Banyak tipe mekanis yang dapat
digunakan dalam operasi mixing dan
agitasi ini. Diantaranya:
Paddle
Turbine
Propeller




1. Paddle
Impeller paddle bervariasi dalam desain. Dari paddle
tunggal dan datar pada shaft vertikal sampai flokulator
banyak blade yang dipasang pada shaft horizontal yang
panjang seperti terlihat pada gambar berikut:

1. Paddle
1. Paddle dapat berjalan pada kecepatan rendah sampai
sedang (2 sampai 150 rpm)
2. Terutama digunakan sebagai agitator untuk
melarutkan suspensi atau sebagai pencampur pada
aplikasi viskositas tinggi.
3. Arus utama yang diperoleh merupakan radial dan
tangensial terhadap rotating paddle.

2. Turbine
Turbine impeller merupakan istilah yang digunakan
untuk berbagai macam bentuk impeller. Contoh:
Jenis ini terdiri dari beberapa blade lurus yang terpasang
vertikal pada suatu piringan datar. Rotasi berlangsung
pada kecepatan sedang dan aliran fluida terbentuk pada
arah radial dan tangensial
Gambar 2.6 Turbine I mpeller

3. Propeller
1. Impeler tipe marine propeller
merupakan yang berukuran kecil
2. berkecepatan tinggi (400 rpm
untuk propeller beerdiameter
besar sampai 175 rpm untuk yang
berdiameter kecil)
3. Digunakan secara luas dalam
aplikasi viskositas rendah.
4. Impeller ini mempunyai laju
pemindahan aliran tinggi dan
menghasilkan arus kuat pada
arah aksial.
Gambar 2.7 Propeller

Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam
mendesain pengadukan menggunakan
alat mekanis, antara lain:
Baffling
Fluid Regime
Kurva Daya
Scale up




1. Aliran tangensial yang diinduksi oleh rotating impeller
memberikan pergerakan rotasi yang lebih dikenal dengan
vorteks disekitar tiang impeller.
2. Vorteks menghalangi operasi pengadukan dengan cara
mengurangi kecepatan impeller relatif terhadap cairan.
Sehingga lebih lanjutnya konsumsi daya yang dibutuhkan
menjadi lebih sulit dihitung. Karenanya vorteks dapat
dikurangi dengan baffling yang tepat.
3. Pembatas vertikal ditempatkan sepanjang dinding tangki
untuk memecah pergerakan rotasi dengan mengalihkan
cairan kembali terhadap tiang impeller. Untuk operasi
turbin impeller, kelebaran baffle harus lebih kecil 1/10
sampai 1/12 diameter tangki.sedangkan pada operasi
propeller, lebar yang lebih kecil dapat digunakan.

1. Rotating impeller terjadi di dalam suatu pola aliran massa
fluida yang terbentuk tidak hanya akibat bentuk, ukuran
dan kecepatan impeller tetapi juga karena karakteristik
kontainer fluida dan adanya baffling. Jika aliran bersifat
viskos, tidak ada mixing yang terjadi di dalam akibat difusi.
Namun jika aliran turbulen, partikel fluid bergerak dalam
semua arah dan pengadukan terjadi terutama akibat dari
penempatan konveksi.
2. Transfer moment yang berhubungan dengan penempatan ini
menghasilkan tegangan geser yang kuat di dalam fluida.
Biasanya aliran massa dan turbulensi atau hasilnya berupa
tegangan fluida penting dalam operasi pengadukan.
3. Kebanyakan turbulensi dihasilkan dari adanya kontak
antara aliran fluida berkecepatan tinggi dengan yang
berkecepatan rendah. Aliran sepanjang sisi kontainer, blade
impeller dan sepanjang baffle memberikan turbulensi dalam
tingkat yang lebih rendah.

Desain operasi pengadukan mecakup dua hal:
Identifikasi fluida regime tertentu yang diperlukan
dengan melihat:
Pertama, hubungan yang ada antara gaya-gaya yang terlibat
dalam regime. Hal ini tentu harus komplit dan menghasilkan
kesamaan geometrik, kinematik dan dinamik pada operasi
scaling up.
Kedua, dari beberapa hal lainnya seperti input daya per unit
volume cairan untuk menghasilkan proses tertentu.
Walaupun hasilnya kurang lengkap karena hanya
menghasilkan kesamaan geometrik dan kinematik saja;
Sintesa suatu operasi untuk menghasilkan regime



12 . 2 .....
. .
.
5 3
D n
g P
N
c
P

=
13 . 2 .....
.
2
.
Re
D n
N =
14 . 2 .....
2
.
g
n D
Fr
N =
15 . 2 ..... .
Re
.
q
Fr
N
p
N K
P
N =
Fluida regime yang terjadi akibat rotating impeller, sehingga
gaya-gaya mayor yang terjadi dalam fluida adalah:
Gaya inersia yang ditandai dengan Power Number

Gaya viskos yang digambarkan dalam Bilangan Reynold
Gaya gravitasi yang dideskripsikan dengan Bilangan Froude
dimana : g
c
= faktor konversi hukum newton,
32,17 ft.lb massa/dt
2
.lb.massa
Hubungan yang dapat disimpulkan dari ketiga gaya tersebut :
Dimana :
K = konstanta
p, q = Eksponen
nilai K,p dan q tergantung situasi pengadukan.

Gaya gravitasi yang digambarkan dalam bilangan Froude menjadi
efektif hanya jika aliran turbulen dan oleh karenanya jika vorteks
terbentuk disekitar impeller. Plotting logaritmik persamaan (2.15) untuk
impeller tertentu diperlihatkan pada gambar 2.8 berikut. Disini bilangan
Reynold diplotkan terhadap fungsi daya:
Gambar 2.8 Karakteristik Daya Mixing Impeller

16 . 2 .....
5
.
3
.
.
D n
c
g P
P
N

| = =
17 . 2 .....
.
. .
.
2
5 3
q
c
q
Fr
P
g
n D
D n
g P
N
N

|
.
|

\
|
= =

|
18 . 2 ..... .
Re
p
P
N K N = = |
Untuk kontainer baffle tanpa vorteks:

Kurva ABCD menggambarkan hubungan fungsi daya
dan bilangan Reynold Jika vorteks tidak terbentuk. Dan
jika vorteks terbentuk:
Kurva ABE memberikan hubungan jika terjadi vorteks.
Pada bilangan reynold rendah, kedua kurva bertemu,
menunjukkan eksponen q sama dengan nol dan :

19 . 2 .....
. . . . .
.
2 5 3
|
.
|

\
|
= =

n D
K
D n
g P
N
c
P
20 . 2 ..... . . .
3 2
D n
g
K
P
c
=
21 . 2 ..... K N
P
= = |
22 . 2 ..... . . .
5 3
D n
g
K
P
c
=
Berlaku untuk kedua kurva diatas.
Sampai pada bilangan reynold 10, kemiringan kurva daya
mendekati sama dengan 1. Substitusi nilai ini untuk p pada
persamaan
Jika kondisi turbulen sepenuhnya terjadi di dalam
kontainer dimana vorteks dihilangkan (dari C ke D pada
kurva ABCD) nilai eksponen p adalah nol.
Dalam sistem diatas, turbulensi terjadi pada bilangan reynold =
100.000.
IMPELLER
VI SKOS
RANGE
(PERS. 2.20)
TURBULENT
RANGE
(PERS. 2.22)
Propeller, square pitch, 3 blade
Propeller, 2 pitch, 3 blade
Turbine, 6 flat blade
Turbine, 6 curved blade
Turbine, 6 arrowhead blade
Fan turbine, 6 blade
Flat paddle, 2 blade
Shrouded turbine, 6 curved blade
Shrouded turbine, with stator (no baffle)
41.0
43.5
71.0
70.0
71.0
70.0
36.5
97.5
172.5
0.32
1.00
6.30
4.80
4.00
1.65
1.70
1.08
1.12
Bagian kurva ABE yang terjadi pada daerah aliran turbulen
adalah irregular. Konsekuensinya, tidak ada persamaan yang
dapat dibuat untuk input daya jika aliran turbulen dan adanya
pembentukkan vorteks. Nilai konstanta K tergantung pada
bentuk, ukuran impeller serta jumlah baffle dan variabel lainnya
yang tidak termasuk dalam persamaan daya. Berikut tabel nilai
konstanta K pada beberapa jenis impeller:
Tabel 2.1 Viskos Range dan Turebulent Range Beberapa Impeller

23 . 2 ..... . . 2 n r v
i
t =
24 . 2 ......
a i
v v v =
25 . 2 ....... . . . .
2
1
2
v A C F
D D
=
Kecepatan impeller adalah sebesar:


Sehingga gaya yang dibutuhkan untuk pegadukan adalah sebesar:

Sedangkan kecepatan relatif yang terjadi akibat
pergerakan impeller dan perlawanan air (v
a
) adalah :
Power yang dibutuhkan dalam mendesain mekanis sebagaimana
disebutkan diatas adalah sebesar:
P = F
D
. V2.26
Contoh Soal 1:
Tentukan power dan luas paddle yang
dibutuhkan untuk mendapatkan nilai
G = 50/dt dalam sebuah tangki
bervolume 2500 m
3
. temperatur 15
0
C,
koefisien drug 1,8 dan kecepatan
paddle 0,6 m/dt, sedangkan kecepatan
relatif 0,75 kali kecepatan paddle!


Contoh soal 2.
Sebuah flokulator direncanakan untuk mengolah air dengan debit 20
MGD. Panjang flokulator tersebut 100 ft, lebar 40 ft dan dalamnya 15
ft. Flokulator menggunakan paddle yang berjumlah 4 unit. Paddle
tersebut berukuran 40 ft. Dengan lebar 1 ft dan jari-jari 6 ft dari shaft
yang terletak ditengah-tengah kedalaman tangki. Setiap paddle
memiliki 2 blade yang diputar dengan kecepatan 2,5 rpm. Jika
kecepatan air yang timbul adalah dari kecepatan paddle dan
koefisien drugnya 1,8, temperatur air 50
0
F, Viskositas absolut air 2,74 x
10
-5
lb force/ft
2
. tentukan:
Kecepatan relatif
Power yang dibutuhkan
Waktu detensi
Gradien kecepatan
Flokulator loading



Hanya sedikit informasi yang ada hubungannya dengan operasi
pengadukan pada kinerja proses. Maka konsekuensinya, identifikasi
fluid regime optimum untuk mencapai hasil proses yang diinginkan.
Sehingga harus didapatkan informasi berdasarkan percobaan
laboratorium atau pilot-plant. Jika fluid regime optimum teridentifikasi,
metode scaling up untuk operasi skala kecil dapat digunakan untuk
mendesain operasi dengan ukuran yang diinginkan yang memiliki
dinamika yang sama. Dua sistem yang sama secara geometrik jika rasio
dimensi dalam satu sistem sama dengan rasio pada sistem yang lainnya
kesamaan kinematik tercapai jika gerakan fluida sama pada kedua
sistem yang secara geometrik sama. Sistem-sistem akan memiliki
kesamaan dinamik jika selain sama secara geometrik dan dinamik, juga
mempunyai rasio-rasio gaya yang sama pada titik tertentu di dalam
sistem. Jadi sejauh ini scale up akan tepat tercapai hanya di dalam sistem
yang secara dinamik sama.
Untuk pemakaian daya tertentu, rasio aliran massa-intensitas geser
dapat divariasikan dengan menggunakan impeller dengan ukuran
berbeda dan secara geometrik sama. Sehingga pada tingkat pilot plant,
pertimbangkan dengan baik rasio diameter impeller-tangki yang
memberikan hasil proses optimum. Pengaruh ukuran impeller terhadap
laju reaksi pada dua jenis proses dapat dilihat pada grafik berikut:

Proses yang terjadi saat pengadukan dalam
pengolahan air minum:

Gambar 2.9 Grafik Pengaruh Ukuran Impeller terhadap Laju Reaksi pada Input Daya yang Sama

Karena rasio aliran massa terhadap intesitas geser dapat divariasikan pada
input daya sama dengan menggunakan impeller berbeda ukuran yang
secara geometrik sama, hanya sedikit justifikasi yang diperoleh dengan
berbagai variasi bentuk impeller. Seperti telah disinggung sebelumnya,
bilangan Reynold berhubungan dengan intensitas geser yang terjadi pada
fluida turbulen. Jadi, data laju reaksi yang tergantung pada ketebalan film
cairan dapat dikorelasikan dengan bilangan Reynold. Korelasi ini
didemonstrasikan oleh Ruhton. Jika impeller dirotasikan pada kecepatan
berbeda dalam kisaran aliran yang sepenuhnya turbulen (dari C ke D
gambar 2.5), data yang diperoleh akan memberikan hubungan seperti pada
gambar 2.10 berikut:
Gambar 2.10 Korelasi Koefisien Laju, Sifat Fluida dan Gerakan Fluida

Bilangan Reynold diplot terhadap :
27 . 2 .....
. .
w
P
k
c
k
D h

|
.
|

\
|
= +

Dimana : h = koefisien Transfer panas (BTU)/(ft
2
)(jam)(
o
F)
K= kondukrivita termal (BTU)(ft)/(ft
2
)(jam)(
o
F)
c
p
= panas spesifik pada tekanan konstan (BTU)/(lb)(
o
F)
w= eksponen
Dalam bentuk persamaan hubungannya adalah:
28 . 2 .....
. . .
'
.
2
w
P
m
k
c n D
K
k
D h
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=


Dimana : m = kemiringan kurva korelasi
Untuk menghasilkan nilai tertentu dari koefisien transfer h
dalam sistem secara geometris sama untuk ukuran berbeda,
hubungan scale up dapat diperoleh dengan membagi hubungan
pada persamaan (2.28) yang diekspresikan dalam perbandingan
ukuran yang satu terhadap yang lain, jika fluida tidak berubah:
( )
29 . 2 ......
/ ) 1 2
2
1
1
2
m m
D
D
n
n

|
|
.
|

\
|
=
Dimana : 1 dan 2 merujuk pada ukuran yang berbeda.

kebutuhan daya yang harus dipenuhi pada scale up ditentukan dari hubungan yang
dikembangkan dengan mengkombinasikan persamaan (2.22) dan (2.29):
( )
30 . 2 ......
/ 3
2
2
1
2
m m
D
D
P
P

|
|
.
|

\
|
=
nilai m tergantung pada geometrik khas tangki serta bentuk, ukuran dan lokasi impeller
serta kelengkapan lain di dalam tangki. Plot eksponen ini terhadap rasio daya input
persatuan volume di dalam sistem yang secara geometris sama sebagai fungsi ukuran
tangki dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ;
Gambar 2.11 Hubungan Daya Volume Terhadap Skala Eksponen
Terlihat dari kurva bahwa secara umum input daya persatuan volume bervariasi dengan scale up. Selain itu, rasio
bervariasi terhadap nilai m.

Pengadukan Pneumatis
Keuntungan lebih yang didapatkan bila dibanding dua cara
sebelumnya:
Pengadukan lebih besar (G dari pneumatis tinggi);
Penambahan oksigen terlarut ke dalam air olahan.
Hanya saja karena gelembung udara sangat berpengaruh terhadap
G. Padahal diameter gelembung udara yang akan dimanfaatkan
harus lebih kecil dari 2 mm, sedangkan gelembung udara normal
berkisar antara 3-8 mm sehingga cara ini jarang dipakai.
Power yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengadukan dengan
pneumatis ini adalah sebesar
30 . 2 ......
34
34
. . 15 , 8
(

+
=
h
Log Q p
u
Dimana : Q
u
= Debit alir udara
H = Kedalaman diffuser.
Contoh soal :
Pada sebuah bak koagulasi dasar berbentuk
bujursangkar, dengan rasio kedalaman air
terhadap lebar bak = 1,25, debit olahan 2
mgd, gradien kecepatan 790 /dt. Waktu
detensi 40 dt, temperatur air 50
0
F = 2,74 x
10
-5
lb. force. sec/ ft
2
dan letak diffuser 0,5 ft
diatas dasar bak. Tentukan (a) dimensi bak,
(b) power yang dibutuhkan, (c) debit udara
yang dibutuhkan!

Anda mungkin juga menyukai