BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk dapat memenuhi tujuan- tujuan
Millenium Development Goals (MDGs). Khususnya yang terkait dengan Butir 7
Target ke-10 MDGs, yakni mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang
tidak punya akses berkelanjutan pada air yang aman diminum dan sanitasi yang layak
pada tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target nasional dalam RPJMN 2010 2014, bidang sanitasi d engan uraian kuantitatif sebagai berikut: (i) Target air minum
perpipaan dan non-perpipaan dari 54,08% pada tahun 2010 menjadi 70% pada tahun
2014; (ii) Target
akses air limbah off -site dan on-site system dari 75% tahun 2010
menjadi 100% pada tahun 2014; dan (iii) Target sampah terangkut perkotaan dari 44,60%
pada tahun 2010 menjadi 80% pada tahun 2014. Sedangkan target yang ditetapkan
dalam RPJMD Provinsi NTB 2009 - 2013, terkait bidang Sanitasi memuat tentang upaya
peningkatan cakupan air bersih sebesar 75% (2013) dari 65%
(2007)
serta
meningkatnya cakupan jamban keluarga dari 57% pada tahun 2007 menjadi 80% di
tahun 2013.
Target ini bisa dipenuhi secara kuantitif, tetapi secara kualitatif layanan yang
tersedia masih belum memadai. Kurang dari 10 kota memiliki jaringan pembuangan
limbah dan ini mencapai kurang lebih 1,3% penduduk kota. Penyebab utama buruknya
kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi yang
lebih disebabkan karena tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak
berk elanjutan, serta kurangn ya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan
sehat.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan paling signifikan yang berhubungan
dengan pengurangan kemiskinan di Indonesia. Kurangnya pengelolaan sanitasi di
perkotaan memiliki konsekwensi rendahnya tingkat kesehatan masayarakat pada
pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.
Sebagai upaya memperbaiki kondisi sanitasi tersebut perlu dengan menyiapkan
sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan.
Diperlukan perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kepedulian dan menggalakan
berbagai
sektor. Salahsatu sumber data mengenai air bersih (air minum), drainase serta air limbah
dan sanitasi termuat dalam RPJPD Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2006 - 2025
dengan gambaran yang sangat terbatas.
Database yang lebih komprehensif sangat penting dalam proses mengubah
paradigma pembangunan sanitasi yang semula sektoral menjadi pembangunan yang
menekankan kolaborasi lintas sektor. Dengan adanya database bersama diharapkan
semua pihak memiliki persepsi yang sama terhadap masalah sanitasi yang ada dan
mengerti kontribusi yang diharapkan dari setiap pihak dalam rangka mencapai kondisi
sanitasi kota yang lebih baik.
Menyadari
pentingnya
sinergi
dalam
pembangunan
Sanitasi,
pemerintah
dibuat
lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis
mapun non teknis. Hasil pemetaan ini akan dituangkan dalam Buku Putih Sanitasi yang
merupakan prasyarat utama dan mendasar dalam penyusunan rencana SSK.
Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen pemetaan situasi sanitasi kota/kabupaten
berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya (existing condition). Buku Putih yang
baik bisa menjadi database sanitasi kota yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan
disepakati seluruh SKPD dan stakeholder yang terlibat dalam Kelompok Kerja (Pokja).
Menyikapi kondisi dan pentingnya pembangunan sanitasi tersebut, Bupati Sumbawa
Barat telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) Bupati Sumbawa Barat Nomor 620 Tahun
2011, tentang Pembentukan dan Penetapan Besarnya Honorarium Kelompok Kerja
(POKJA)
Kabupaten
Pelaksanaan
Program
Percepatan
Pembangunan
Sanitasi
Permukiman (PPSP) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2011, yang ditetapkan
tanggal 7 Juli 2011, mengganti SK Bupati Nomor 715 Tahun 2010 tentang Pembentukan
Kelompok Kerja (POKJA) Kabupaten Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2010 tanggal
31 Agustus 2010; karena keangotaan dalam Pokja SK pertama masih belum
representatif.
SK Nomor 620 Tahun 2011ini merupakan suatu sikap responsif terhadap program
Percepatan
program PPSP efektif dan resmi dimulai sejak bulan April 2010. Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Perkotaan adalah sebuah roadmap pembangunan sanitasi di
Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan
mempromosikan strategi sanitasi perkotaan (SSK) sebagai cetak biru bagi pembangunan
sanitasi yang bersifat komprehensif di kawasan perkotaan.
Pembentukan Pokja dimaksudkan sebagai lembaga koordinasi yang bersifat
sementara (ad-hoc), yang akan membantu lembaga-lembaga struktural pemerintah atau
lembaga non-pemerintah dalam meningkatkan pembangunan sanitasi yang
mutlak
sangat dibutuhkan dalam berbagai proses kerja yang akan berlangsung untuk Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di tahun 2011 ini.
Dalam SK tersebut ditetapkan adanya dua jenis pokja yakni Pokja Air Minum dan
Pokja Penyehatan Lingkungan, yang beranggotakan SKPD terkait. Masing-masing Pokja
memiliki tugas dan fungsi yang sama dibidangnya dalam mengkoordinasikan, menyusun
dan mengimplementasikan program kerjanya di bidang masing-masing secara terintegrasi
antar instansi/SKPD lintas sektor, instansi terkait dan antar program dengan pembiayaan
baik bersumber dari dana APBD maupun berbagai sumber dana lainnya. Serta bertugas
melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program bidang Sanitasi
Perkotaan dan Program Air Minum dan Sanitasi (AMS) UNICEF dan Program Nasional
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Berbekal SK tersebut anggota tim Pokja AMPL dengan difasilitasi oleh Konsultan
Manajemen Wilayah (KMW-4), pada tanggal 11 Juli 2011, mengadakan pertemuan
Photo 1.01. Beberapa Bentuk Koordinasi Pokja PPSP AMPL Kabupaten Sumbawa
Barat
Bercermin dari perkembangan kota-kota lain di Indonesia dan melihat fakta kondisi
sanitasi setempat, Kabupaten Sumbawa Barat tergerak untuk memperbaiki dan
mengedepankan penanganan di Kabupaten Sumbawa Barat. Sanitasi yang
buruk
perbaikan
kondisi sanitasi ini perlu diiringi dengan peningkatan hygiene perseorangan untuk
memberikan hasil yang maksimum. Sementara itu kondisi eksisting yang ada saat ini
berkaitan dengan
perilaku masyarakat terhadap persoalan limbah saja adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesadaran masyarakat akan kualitas lingkungan masih sangat rendah dengan
demikian masyarakat belum banyak terlibat dalam pembangunan prasarana dan
sarana air limbah.
b. Pendidikan masyarakat yang rendah mengurangi kecepatan pembangunan prasarana
dan sarana air limbah.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembuatan pembuangan air limbah
setempat secara benar.
d. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan tentang perilaku hidup besih dan sehat yang
mencerminkan bahwa air limbah bukan merupakan isu penting bagi masyarakat dan
kurangnya sosialisasi yang kontinyu tentang limbah terhadap kesehatan masayarakat.
e. Keterlibatan masyarakat yang masih rendah dalam pembangunan prasarana dan
sarana air limbah sering mengakibatkan pembangunan prasarana dan sarana limbah
salah sasaran, tidak efisien, serta keberlangsungan (sustainability) operasionalisasi
prasarana tidak dapat dijamin.
Menyadari bahwa persoalan dan kondisi sanitasi ini bukan semata menjadi
tanggung-jawab satu pihak, maka tim Pokja AMPL Kabupaten Sumbawa Barat melalui
PPSP telah berkoordinasi dan bekerja keras dalam serangkaian kegiatan rapat
pembahasan, pertemuan rutin, konsultasi, survey dan studi untuk dapat menyajikan Buku
Putih Sanitasi Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2011 ini sebaik-baiknya. Dengan
tersusunya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sumbawa Barat ini bukanlah akhir tugas dari
Pokja AMPL. Tugas sesungguhnya baru dimulai sesaat setelah tersusun dan memiliki
buku rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Sumbawa Barat 2011 (SSK).
Buku Putih Sanitasi ini merupakan pemicu awal dalam kerangka mensinergikan dan
membangun kapasitas masing-masing SKPD yang terlibat di Pokja AMPL dalam
penyusunan Buku Putih ini, selanjutnya dapat mewujudkan suasana kondusif di dalam
melaksanakan pembangunan sanitasi dan lingkungan berkelanjutan di Kabupaten
Sumbawa Barat dengan para pihak terkait, masyarakat, swasta, LSM dan Perguruan
Tinggi.
Photo 1.02. Beberapa Kegiatan Lokakarya dan Koordinasi Pokja AMPL KSB dengan
Tim PPSP Pusat, Provinsi dan Kegiatan di Daerah Tahun 2011
1.2. Pengertian Dasar Sanitasi
Secara umum pengertian Sanitasi adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya
(Notoadmojo, 2003).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya
pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan
suatu kerusakan atau terganggunya perkembangan dan kesehatan manusia baik fisik,
mental maupun sosial serta kelangsungan kehidupan manusia dalam lingkungan. Upaya
pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui pembangunan dan penyediaan prasarana
dan sarana sanitasi seperti penyediaan air minum, penyaluran dan pengolahan air limbah,
pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan.
Secara ringkas berdasarkan manual tahap B, Sanitasi adalah usaha untuk
mmemastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah dan sampah secara higienis.
Hal ini akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat, baik di
rumah maupun lingkungan sekitarnya.
Sedangkan pengertian Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang
yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
suatu
pendekatan
dan
metodologi
yang
tepat,
sehingga
dapat
Bab I
b.
BAB II
c.
Bab III
d.
e.
Bab IV
Bab V
:
:
f.
Bab VI
dan
kedudukan
Buku
Putih
dalam
sistem
perencanaan
dan
pengangaran yang akan menajadi dokumen stratejik dalam mendukung dan menjadi
acuan dari rencana jangka pendek dan tahunan yang sekaligus akan menjasi pentahapan
dalam pencapaian
misi dan target pembangunan bidan sanitasi dan air bersih di daerah, seperti yang
ditampilkan pada Gambar 1.01. di bawah ini :
Gambar 1.01. Kedudukan Buku Putih dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Untuk Pembangunan AMPL
Sumber Data
Sumber data dalam penyusunan Buku putih Sanitasi Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2011 ini disepakti oleh anggota Pokja AMPL, mengacu pada sumber data dalam
rentang waktu tahun 2006 - 2010, dan kebijakan pemerintah daerah periode tahun 2006
- 2010. Dengan dasar pertimbangan bahwa Buku Putih Sanitasi ini akan direvisi atau
dilakukan pemutakhiran data pada tahun berikutnya.
Secara singkat sumber-sumber data dalam penyusunan buku putih sanitasi dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Sumber Data
a. Sumber Data Internal
Dimaksudkan sumber data internal adalah data-data yang diperoleh dari masingmasing SKPD terkait dan badan atau lembaga pemerintah yang mengeluarkan
data \
tersebut secara resmi yang diperguanakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi
atas kesepakatan anggota pokja.
b. Sumber Data Eksternal
Adalah sumber data yang diperoleh berdasarkan hasil survey, studi dan
pengamatan di lapangan, yang memiliki validitas serta disepakati bersama oleh
Tim Pokja.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Untuk pengumpulan data primer kondisi sanitasi terutama yang berkaitan dengan
penilaian resiko kesehatan lingkungan, dilakukan melalui survey langsung oleh
Pokja AMPL melalui kegiatan survey EHRA, studi komunikasi dan pemetaan
media, dan studi penyedia layanan sanitasi dilengkapi dengan pengamatan serta
persepsi masing-masing SKPD.
b. Data Sekunder
Data yang bersumber dari SKPD terkait, dilakukan proses seleksi dan kompilasi
data sekunder menggunakan teknik kajian dokumen yang ada. Banyak dokumen
kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi
dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang sedang terjadi pada
masa kini.
Kesehatan
RI
Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002
tentang
BB
II
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN
BARAT
Kabupaten
SUMBAWA
kabupaten baru yang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sumbawa berdasarkan Undangundang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat
alam,
keseimbangan
antara
pertumbuhan
dan
pemerataan
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Barat
: Selat Alas
Wilayah daratan KSB tahun 2009 seluas 1.849,02 km2 atau 184.902 ha
yang tersebar pada delapan kecamatan dengan 57 desa dan enam kelurahan,
seperti disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.1. Luas Wilayah Daratan KSB menurut Kecamatan Tahun 2009
Luas
Luas
Jlh Desa/
Wilayah
No. Kecamatan
(ha)
(%)
Kelurahan Pembangunan (WP)
1. Poto Tano
15.888
8,59
8
WP Utara
2. Seteluk
23.621
12,77
10
WP Utara
3. Brang Rea
21.207
11,47
9
WP Tengah
4. Brang Ene
14.090
7,62
6
WP Tengah
5. Taliwang
37.593
20,33
8/6
WP Tengah
6. Jereweh
26.019
14,07
4
WP Selatan
7. Maluk
9.242
5,00
5
WP Selatan
8. Sekongkang
37.242
20,14
7
WP Selatan
Total
184.902
100,00
57/6
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010.
2.1. Geografis, Topografi dan Geohidrologi
Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar,
bergelombang curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0
hingga 1.730 meter dari permukaan laut (mdpl) seperti disajikan pada Tabel
berikut ini :
Tabel 2.2. Keadaan Tofografi Wilayah KSB Tahun 2009
Kemiringan
Luas
Luas
No.
Keadaan Tofografi
Lahan (%)
(ha)
(%)
1. Datar
0 2,00
21.822
11,80
2. Bergelombang
2,01 15,00
16.369
8,85
3. Curam
15,01 40,00
53.609
28,999
4. Sangat Curam
> 40,00
93.102
50,35
Total KSB
184.902
100,00
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010.
Ketinggian ibukota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7 sampai
31 mdpl. Topografi yang semakin datar dan bergelombang sebagian besar
digunakan untuk lokasi permukiman dan lahan pertanian, sedang topografi yang
semakin curam hingga sangat curam sebagian besar merupakan kawasan hutan
yang berfungsi untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah.
A. Luas dan Sebaran Tanah/Lahan
ditanami
pohon/hutan
rakyat,
hutan
negara,
padang
Status Penguasaan
1
2
3
Hutan Lindung
Hutan Cagar Alam
Hutan Taman Wisata
Luas (Ha)
66.311,06
524,00
874,91
Luas (%)
% dr Luas Wil.
49,20
0,39
0,65
Alam
Hutan Produksi Terbatas
36.155,07
26,82
Hutan Produksi Tetap
18.753,24
13,91
Hutan Konservasi SDA
12.171,72
9,03
TOTAL
134.790,00
100,00
Sumber: Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.
Dari Tabel 2.04. diketahui bahwa sebagian besar hutan negara
4
5
6
35,86
0,28
0,47
19,55
10,14
6,58
72,90
(59,27% dari
luas hutan negara atau 43,19% dari luas wilayah) tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung untuk proses produksi pertanian, pertambangan atau kegiatan
ekonomi lainnya karena kawasan hutan tersebut harus tetap dipertahannya
fungsinya untuk melindungi ketersediaan sumbersaya tanah, air dan udara.
Sementara itu, hutan negara yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk
kegiatan ekonomi hanya 40,73% dari luas hutan atau 29,73% dari luas wilayah.
Lahan KSB yang digunakan sebagai lokasi obyek Wisata Alam, dalam lima
seperti:
pariwisata,
budidaya
mutiara,
budidaya
rumput
laut,
Jereweh
17
2.
Rea
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10
)
(11)
(12
)
(13
)
(14
)
(15
)
(16
)
(17
)
(1)
(2)
(3)
(4)
Jereweh
Lempe
Benete
Maluk
Sekongkang
Kompleks DAS Senyur
Sejorong
Kompleks DAS Labuhan
Kompleks DAS Tablung
Kompleks DAS Tebisu
Kompleks DAS Tangoloka
Nanga Ene
Kompleks
DAS
Lomar
Lempuh
Kompleks DAS Talonang
Panti
Sepang
Singa
air
di
NTB,
Satker
Dari beberapa DAS tersebut, terdapat beberapa DAS termasuk kategori DAS
prioritas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1) DAS yang memiliki potensi yang besar
2) DAS yang memiliki penduduk yang besar
3) DAS yang memiliki prediksi kedepan mampu menunjang Sumber Daya Air
4) DAS
yang
memiliki
permasalahan
krusial
yang
berbatasan
dengan
Kabupaten/Kota.
Dari kriteria tersebut diperoleh DAS yang termasuk Kategori Prioritas untuk
SSWS Jereweh dan Rea adalah SSWS Jereweh yaitu DAS Jereweh, DAS
Sekongkang, DAS Jorong dan untuk SSWS Rea yaitu DAS Rea (Sumber: Data
Base Sungai Wilayah Sungai Sumbawa (tahap 1), Balai Wilayah Sungai Nusa
Tenggara I, 2007).
Berdasarkan data tersebut maka potensi DAS yang terdapat di Kabupaten
Sumbawa Barat adalah sebagai berikut :
DAS Jereweh
Data morfologi DAS Jereweh adalah sebagai berikut:
Nama sungai
: Jereweh
Lokasi
Barat
Panjang Sungai
: 23,11 km
Lebar Sungai
: 49,50 m
Luas Penampang
: 17,33 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,35 m
Kecepatan aliran
: 0,7 m/dt
Debit
: 4,41 m3/dt
: Sekongkang
Lokasi
Panjang Sungai
: 18,87 km
Lebar Sungai
: 31 m
Luas Penampang
: 24,2 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,80 m
Kecepatan aliran
: 0,4 m/dt
Debit
: 8,64 m3/dt
: Sejorong
Lokasi
Barat
Panjang Sungai
: 66,25 km
Lebar Sungai
: 62 m
Luas Penampang
: 31 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,50 m
Kecepatan aliran
: 1,2 m/dt
Debit
: 21 m3/dt
: Rea
Lokasi
Barat
Panjang Sungai
: 21,55 km
Lebar Sungai
: 60,50 m
Luas Penampang
: 24,20 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,40 m
Kecepatan aliran
: 0,50 m/dt
Debit
: 10,44 m3/dt
dan
mengumpul
dibagian
hilirnya.
Masyarakat
transmigran
memanfaatkan mata air ini sebagai air irigasi untuk ladang/kebun, air bersih bagi
masyarakat yang melakukan perjalanan menuju lahan yang ada di sekitar mata
air. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat sekitar, mata air ini
mempunyai aliran yang konstan sepanjang tahun dengan debit aliran pada musim
kering sebesar 7,34 liter/detik. (Sumber: Booklet mata air Pulau Sumbawa, Balai
Hidrologi, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008).
Mata Air Sepang.
Untuk mencapai lokasi mata air Sepang memerlukan waktu yang cukup lama
yaitu kira-kira 3-4 jam. Selain jalan menuju mata air cukup sulit, tempat munculnya
mata air ini juga terletak di atas gunung. Walaupun debit alirannya mencapai
15,87 liter/detik tetapi mata air ini belum termanfaatkan secara maksimal karena
sangat jauh dari lokasi permukiman masyarakat transmigran dan juga lahan di
sekitar mata air dan hilirnya merupakan kawasan hutan. Para transmigran
biasanya memanfaatkan mata air ini sebagai sumber air bersih dan mandi pada
saat melakukan perjalanan menuju ladangnya. Berdasarkan pengukuran posisi,
mata air Sepang berada pada 090 05 343 LS dan 1170 02 938 BT. Agar
keberadaan mata air ini dapat bermanfaat bagi masyarakat beberapa hal yang
perlu dilakukan, seperti membuat bangunan pelindung aliran, pengarah dan
penyalur aliran. (Sumber: Booklet mata air Pulau Sumbawa, Balai Hidrologi, Dinas
Permukiman dan Prasarana Wilayah, NTB, 2008).
Elevasi
Debit Sadap
: 80 mdpl
: 20 ltr/dt
SSWS
DAS
JEREWE
Jereweh
Sekongka
ng
Sejorong
Luas
(km2)
Rata-rata
Debit
Aliran
(m3/dt)
112,75
1,19
Jumlah
Sumur
Air
Tanah
(unit)
0,00
42,64
0,43
0,00
13,30
67,22
0,69
0,00
21,39
Debit
Ratarata
(lt/dt)
Ketersedia
an Air
(MCM/thn)
36,77
REA
Rea
816,64
6,60
0,00
202,94
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Adapun kebutuhan air untuk masing-masing DAS ditunjukkan oleh Tabel
2.07. di bawah ini.
Sekongkan
g
Sejorong
N
o
13,30484945
7
16,664005
-3,359156051
2
>70
s
Defisit
21,39176085
5
12,835865
8,555895285
60,00
Kritis
6
4
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Tabel 2.9. Proyeksi Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Jereweh
Total
Total
Total
Kebutuha
Kebutuha
Ketersediaa Kebutuha
n Air 10
No.
DAS
n Air 5 thn
n Air (MCM)
n Air
thn
mendatan
(MCM)
mendatan
g (MCM)
g (MCM)
1
Jereweh
36,767
15,869
16,514
17,186
Sekongkan
2
13,305
16,664
17,341
18,046
g
3
Sejorong
21,392
12,836
13,358
13,901
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan
dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Gambar.03. Proyeksi Neraca Air DAS Jereweh
(MCM)
DAS JEREWEH
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0,000
Ketersediaan
Kebutuhan
50
100
150
(Tahun)
Dari hasil perhitungan neraca air, diketahui bahwa DAS Sekongkang pada
tahun ini sudah dalam keadaan defisit.
Gambar 2.5.. Proyeksi Neraca Air DAS Sejorong
(MCM)
25,000
20,000
Ketersediaan
Kebutuhan
15,000
10,000
5,000
0,000
0
50
100
150
(Tahun)
Kondisi DAS Sejorong pada saat ini adalah KRITIS, dengan asumsi
ketersediaan air tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,8 %
(BPS, 2004) maka DAS Sejorong diproyeksikan DEFISIT setelah 65 tahun
kedepan.
N
o
1
Ket.
7
1
Rea
202,9392766 94,683751
108,2555256
46,656 Surplus
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Tabel 2.7. Proyeksi Neraca Air Tahunan DAS-DAS Terpilih di SSWS Rea
Total
Kebutuh
Total
Ketersedia
an Air 5
Kebutuh
No
DAS
an Air
thn
an Air
(MCM)
mendata
(MCM)
ng
(MCM)
1
2
3
4
5
1
Rea
202,939
94,684
98,728
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air
Pengembangan
dan Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Total
Kebutuh
an Air 10
thn
mendata
ng
(MCM)
6
102,945
di NTB,
Satker
Kondisi DAS Rea saat ini adalah SURPLUS, namun dengan asumsi
ketersediaan air tetap di DAS serta laju pertumbuhan penduduk dan ternak 0,84 %
(BPS, 2004) maka DAS Rea diproyeksikan kritis setelah 10 tahun kedepan dan
akan mengalami DEFISIT setelah 92 tahun kedepan.
data-data
potensi
sumber
air
yang
telah
dipaparkan
Seporo Tangkil
Debit
AIR TANAH
Mata Air
20 l/dt
Prioritas
Pertama (I)
Tebil
Sepang
7,339 l/dt
15,876 l/dt
Ketiga (III)
Kedua (II)
Buin Bontong
0,726 l/dt
Kelima (V)
Sampar Goal
0,791 l/dt
Keempat (IV)
AIR PERMUKAAN
Sungai
Sekongkang
8,46 m3/dt
Keempat (IV)
4,41 m3/dt
10,44 m3/dt
Kedua (II)
Ketiga (III)
Brang Rea
21 m3/dt
Pertama (IV)
Tiu Nisung
1,2 m3/dt
Kelima (V)
Sumber: Analisis RISPAM Kb. Sumbawa Barat Tahun 2010
c. Sumber Air Baku Terpilih
Sumber air baku terpilih ditentukan berdasarkan hasil evaluasi terhadap
beberapa sumber air yang potensial untuk dimanfaatkan dengan mengacu pada
mekanisme/ prosedur pemilihan sumber air baku sebagai berikut :
Dari hasil analisis, maka ditentukan beberapa sumber air baku terpilih dengan
beberapa pertimbangan ditunjukkan oleh Tabel 2.13. di bawah ini.
Tabel 2.9. Sumber Air Baku Terpilih
Jenis Sumber Air
Debit (Q)
Lokasi
SUNGAI
Aliran
sungai
berarah
dari Timur
(Kecamatan Brang Rea) ke Barat dan
Brang Rea
21 m3/dt
bermuara di Selat Alas (Teluk Kertasari,
Teluk Taliwang)
Aliran sungai berasal dari bagian tengah
3
Tiu Nisung
1,2 m /dt
Kecamatan Seteluk, ke arah Barat (Selat
Alas)
Aliran sungai dari tengah Kecamatan
Jereweh
4,41 m3/dt
Jereweh ke arah Barat (Selat Alas)
Aliran sungai dari Utara Kecamatan
3
Sekokang
8,46 m /dt
Sekongkang ke arah Selatan (Samudra
Hindia)
Sumber: Analisis RISPAM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
Pertimbangan terpilihnya air baku tersebut didasarkan pada beberapa hal, yaitu :
1.
3.
Administratif
Luas Wilayah
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Poto Tano
Seteluk
Brang Rea
Taliwang
Brang Ene
Jereweh
Maluk
Sekongkang
Jumlah
(km2)
(%)
158,88
236,31
212,07
375,93
140,90
260,19
92,42
372,42
1.849,02
Jumlah
Ibukota
Desa/Kel
Kabupaten
8,59
12,77
11,47
20,33
7,62
14,07
5,00
20,14
1.849,02
(km2)
25
15
11
0
5
15
30
41
8
10
9
15
6
4
5
7
64
Ibu Kota
Jumlah
Kelurahan
Desa
Dusun/ Lingk
Senayan
25
Seteluk
10
28
50
Tengah
Taliwang
Kuang
Brang Rea
Tepas
31
Brang Ene
Manemeng
18
Jereweh
Beru
14
Benete
17
Sekongkang
21
Bawah
2.3. Kependudukan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten
Sumbawa Barat berjumlah 114.754 jiwa yang terdiri dari 58.170 laki-laki dan
56.584 perempuan. Dengan melihat luas wilayah Kabupaten Sumbawa Barat
sekitar 1.849,02 km2 maka rata-rata kepadatan penduduk KSB adalah sebanyak
62 orang per-km2 dengan rincian sebagaimana terlihat dalam tabel 2.15 sebagai
berikut:
Tabel 2.12. Jumlah Penduduk KSB Per-Kecamatan dan Jenis Kelamin
No
Kecamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Poto Tano
Seteluk
Brang Rea
Brang Ene
Taliwang
Maluk
Jereweh
Sekongkang
Penduduk
(jiwa)
LakiPerem
laki
p.
4.695
4.563
7.777
7.623
6.447
6.084
2.578
2.502
22.095 21.937
6.196
5.679
4.210
4.181
4.172
4.015
Jumlah
9.258
15.400
12.531
5.080
44.032
11.875
8.391
8.187
Sex
Rasio
8,1
13,4
10,9
4,5
38,4
10,3
7,3
7,1
102,89
102,02
105,97
103,04
100,72
109,10
100,69
103,01
Luas
(Km2)
158,88
236,21
212,07
140,9
375,93
260,19
92,42
372,42
1.849,0
Jumlah
58.170 56.584 114.754 100 102,80
2
Sumber: BPS Sumbawa Barat (Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
58,27
65,20
59,05
36,05
117,13
32,25
128,49
21,98
62,06
Tingkat kepadatan penduduk KSB yang tersaji pada Tabel 2.21. tergolong
sangat jarang, namun penyebaran penduduk antar kecamatan dan desa relatif
tidak merata, dimana desa-desa di Kecamatan Seteluk, Taliwang dan Maluk lebih
padat dari desa-desa di Kecamatan Poto Tano, Brang Rea, Brang Ene, Jereweh
dan Sekongkang. Sementara itu, rata-rata jumlah anggota rumahtangga penduduk
pada tahun 2009 sebanyak 3,82 jiwa.
Tabel 2.13. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Struktur Umur di KSB
Tahun 2006 2009 dan Prediksnya Tahun 2010 - 2015
Tahun
0 - 14 Tahun
(jiwa)
15 64 Tahun
(jiwa)
65+ Tahun
(jiwa)
2006
2007
31.480
30.911
61.238
62.930
3.119
3.172
Total
(jiwa)
95.837
97.013
30.506
65.713
2.837
99.056
31.247
32.803
32.284
32.582
32.881
33.179
33.477
63.363
64.977
66.018
66.809
67.600
68.391
69.182
6.479
5.685
6.790
7.634
8.478
9.322
10.166
101.089
103.465
105.092
107.025
108.959
110.892
112.825
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat, 2006 2010.
Data pada Tabel 2.24. dan Gambar 2.25. menunjukkan bahwa jumlah
penduduk yang tergolong sebagai tenaga kerja (usia 15 tahun ke atas), misalnya
pada tahun 2009 sebanyak 68.842 jiwa, sedang jumlah penduduk yang bukan
tenaga
kerja
sebanyak
31.247
orang,
sehingga
angka
ketergantungan
(dependency ratio) sebesar 0,45, artinya setiap 100 orang yang bekerja
menanggung hidup 45 orang yang tidak bekerja.
Sedangkan tingkat perkembangan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Sumbawa
Barat dari Tahun 2006 2007 terlihat pada Tabel 2.17 berikut ini:
Tabel 2.14. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di KSB Tahun 2006 2009
No.
Kompenen
2007
2008
2009
Perubaha
n
Angkatan Kerja:
Bekerja
Pernah Bekerja
Tdk pernah bekerja
Bukan Angkatan Kerja:
Sekolah
Mengurus RT
Lainnya
44.501
42.361
810
13.130
24.138
6.283
15.425
2.430
40.943
38.628
1.209
1.106
27.548
5.406
13.531
8.611
40.943
38.628
1.209
1.106
27.548
5.406
13.531
8.611
- 4,00
- 4,41
24,63
- 45,79
7,06
6,98
- 6,14
-127,18
68.639
68.491
68.491
0,22
Lapangan Usaha
1
2
3
4
5
2007
2008
2009
17.543
15.253
15.253
1.822
8.005
4027
6473
4.027
6.473
5.994
7065
7.065
8.997
5810
5.810
42.361
38.628
38.628
Pendidikan Formal
2007
2008
2009
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tidak/belum sekolah
2222
1184
1184
Tidak/belum tamat SD
5238
6079
6079
SD
18050
14889
14889
SMP
6404
6149
6149
SMA
10467
9801
9801
Diploma I/II/III
2120
2841
2841
Sarjana Ke Atas
Total AK
44501
40.943
40.943
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2006 2010.
Data pada Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan
tamat sekolah dasar sebanyak 54,10 %, sedangkan angkatan kerja yang
berpendidikan relative baik, yaitu tamat sekolah menengah pertama ke atas
sebanyak 45,90 %.
2.4.
Pendidikan
Satuan
Sekola
h
Sekola
Realisasi (Tahun)
2005
39
86
24
2006
47
87
25
2007
54
87
31
2008
67
92
40
2009
79
98
41
2.
3.
4.
5.
SMP /
MTS
- SMA /
MA
- SMK
Jumlah
Guru
- TK / RA
- SD / MI
- SMP /
MTS
- SMA /
MA
- SMK
APK :
- TK / RA
- SD / MI
- SMP /
MTS
- SMA /
MA /
SMK
APM :
- TK / RA
- SD / MI
- SMP /
MTS
- SMA /
MA /
SMK
Jumlah
Siswa :
- TK / RA
- SD / MI
- SMP /
MTS
- SMA /
MA
- SMK
h
Sekola
h
Sekola
h
Sekola
h
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
7
2
10
2
10
3
12
6
13
8
134
654
468
184
65
161
764
505
205
95
275
808
584
220
112
284
838
624
294
156
313
966
748
355
199
33.53
98.90
82.50
61.67
35.75
100.0
0
87.92
72.84
2.782
12.56 3.815
7 12.811
4.841 5.139
2.860 2.947
425
661
39.05
100.0
0
78.68
74.85
62.84
100.0
0
99.82
75.65
4.160
13.61
7
5.553
3.265
1.362
4.631
14.04
5
5.795
2.778
1.472
1.230
orang
mahasiswa,
UNSA 456
orang
mahasiswa,
STIE
tahun 2009, telah terdata sebanyak 5.848 orang mahasiswa atau telah meningkat
sebesar 36,83% dari tahun 2008.
Meningkatnya jumlah Perguruan TInggi dan jumlah mahasiswa, memberikan
dampak pengganda (multiplayer effect) kepada perkembangan ekonomi dengan
tumbuhnya usahausaha yang mendukung aktivitas perkuliahan, seperti usaha
poto copy, rental komputer, koskosan, warnet, dan lain sebagainya. Semua
capaian di bidang pendidikan tidak terlepas dari komitmen kuat Pemerintah
Daerah untuk memberikan pelayanan yang murah dan berkualitas. Beberapa
kebijakan telah dikeluarkan untuk mendukung komitmen ini, antara lain Kebijakan
Wajib Belajar 12 Tahun dan Subsidi Pendidikan dari Tingkat TK/RA hingga
Pendidikan Tinggi.
Pemerintah KSB juga menyadari bahwa biaya pendidikan yang tinggi adalah
salah satu kendala terbesar warga miskin untuk menikmati pendidikan. Oleh
sebab itu, sejak tahun 2006 Pemerintah KSB menetapkan Program Wajib Belajar
12 Tahun yang diikuti dengan pemberlakuan kebijakan Pendidikan Gratis.
Program pendidikan gratis pada awalnya diberlakukan mulai tingkat TK sampai
SMA pada tahun 2006, namun sejalan dengan berbagai masukan dari masyarakat
semua Stakeholders
Kesehatan
54.77
57.76
70.30
5.16
untuk
didukung
oleh tenaga dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, dan tenaga
kesehatan lainnya. Selain itu, Pemerintah KSB juga terus mengupayakan
pelayanan kesehatan penanganan keluarga rawan dengan menyiapkan bantuan
rujukan bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan ke luar KSB.
Bentuk pelayanan kesehatan lainnya yaitu: pos obat desa, program
pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria, juru pemantau kesehatan
masyarakat (JUMANTARA) sampai ke tingkat RT, serta penyebaran informasi
kesehatan melalui media Buletin KSB Sehat 2010. Upayaupaya di bidang
kesehatan
yang
disempurnakan,
telah
dilakukan
sehingga
tersebut
masyarakat
KSB
akan
terus
dapat
ditingkatkan
menikmati
dan
pelayanan
KOMPONEN /
JENIS
SATUA
N
Pelayanan
/ Kunjung
Pengobatan Gratis
-an
Bantuan
Pembiayaan
Rujukan Keluarga
Org
Rawan
Oleh
Pemkab
2005
NA
NA
REALISASI / TAHUN
200
2006 2007
8
2009
2010
35.6
129.20 34.15
NA
NA
44
0
2
NA
NA
NA
194
312
Pelayanan
Komprehensif
Kunjung
NA
NA
untuk
daerah
-an
Terpencil (Brimob
Yankesmas)
Pelayanan Gratis
4
Org
NA
31
Operasi Katarak
Pelayanan Gratis
Kunjung
5 Kunjungan Dokter
NA
NA
-an
Spesialis
Penambahan
Tenaga Kesehatan
6
a.
Tenaga
Org
NA
148
Kesehatan
Org
NA
8
b. Dokter
c. Perawat dan
Org
NA
119
Bidan
Sarana
dan
Prasarana
7
Kesehatan
Unit
NA
6
a. Puskesmas
Unit
NA
17
b. Poskesdes
Unit
NA
17
c. Pustu
Unit
NA
131
d. Posyandu
Sumber Dinas Kesehatan KSB, tahun 2005 2009.
NA
NA
NA
33
NA
NA
40
NA
NA
NA
16
NA
NA
NA
NA
323
NA
NA
NA
19
NA
NA
NA
209
NA
24
NA
NA
8
22
NA
153
NA
NA
NA
NA
9
56
29
178
Sosial budaya adalah tata nilai atau aturan main (role of the game) yang
berfungsi mengatur hubungan antar manusia atau masyarakat sebagai mahluk
sosial. Sementara itu, sumberdaya manusia adalah sumber kekuatan yang dimiliki
manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa, baik dari aspek kuantitas (jumlah fisik manusia)
maupun aspek kualitas (pendidikan, keterampilan atau pengalaman).
Berdasarkan agama, hampir semua penduduk KSB tahun 2009 beragama
Islam (97.599 jiwa atau 98,53 % dari total penduduk sebanyak 99.056 jiwa),
sedangkan sisanya (1.457 jiwa atau 1,47 %) beragama Hindu, Khatolik dan
Protestan. Adanya perbedaan agama tersebut tidak menimbulkan konflik antar
masyarakat dalam menjalankan aktivitas pembangunan dan kehidupannya di
KSB. Khusus untuk penduduk beragama Islam, upaya peningkatan kualitas
IMTAQ dilakukan melalui berbagai lembaga keagamaan yang tersebar di seluaruh
wilayah KSB seperti: lembaga/kepengurusan Masjid Kabupaten 1 lembaga, Masjid
Kecamatan 8 lembaga, Masjid Desa/Kelurahan 63 lembaga, Nahdhatul Wathan 2
Jenis
Produk
Hukum
Peraturan
Daerah
Peraturan
Bupati
Keputusa
n Bupati
Total
Tahun
Satuan
Total
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Buah
16
29
34
27
115
Buah
35
21
15
38
16
134
Buah
704
701
877
735
1.008
663
4.688
729
765
932
777
1.055
680
4.937
Sosial Masyarakat
Tingkat Kesejahteran
Sosial
2008
(rt)
2009
(rt)
Perubahan
(%/thn)
1
2
3
4
5
6.672
6.343
5.985
8.447
25
5.646
6.366
7.231
9.645
56
- 15,38
0,36
20,82
14,18
124,00
27.502
29.025
5,54
Plus
Total
Sumber: BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2008-2010; BPM PEMDES KSB,
2010.
Keterangan: Keluarga Pra Sejahtera = Rumah Tangga Miskin, lainnya = Tidak
Miskin.
Data pada Tabel 2.34. menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga
penduduk KSB tahun 2009 (80,54%) sudah tergolong dalam keluarga sejahtera,
hanya 19,45% rumahtangga penduduk yang masih tergolong keluarga miskin.
Jumlah rumah
tangga miskin (keluarga pra sejahtera) pada tahun 2009 menurun sebesar 15,38%
dari tahun 2008, sebaliknya jumlah rumahtangga tidak miskin (keluarga sejahtera)
pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 12,24% dari tahun 2008.
Kelompok rumahtangga miskin (pra sejahtera) perlu mendapat perhatian dan
pembinaan, terutama
Komponen IPM
Angka
Harapan
Hidup (Tahun)
Indeks Pendidikan
2005
2006
2007
2008
2009
59,10
59,33
60,76
60,94
61,29
74,40
75,73
75,96
76,19
76,62
Indek
Pendapatan
58,93
59,72
60,99
62,29
63,61
(Paritas Daya Beli)
IPM KSB
63,40
65,01
65,52
65,64
66,12
IPM Provinsi NTB
62,40
63,00
63,94
64,12
Sumber: Badan Pusat Stasistik Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2009.
3
IPM KSB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005,
capaian IPM KSB menempati peringkat ke-5 di Provinsi NTB dengan nilai indeks
sebesar 63,39; pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 65,01 dan
berada pada peringkat ke-4; pada tahun 2007 sebesar 65,52 dan berada pada
peringkat ke-3; pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 65,64; sedangkan pada
tahun 2009 IPM KSB mencapai angka 66,12. Nilai IPM pada tahun 2009 telah
menempatkan KSB berada pada urutan pertama dari seluruh kabupaten yang ada
di Provinsi NTB (selain Kota Mataram dan Kota Bima). Peningkatan IPM KSB
selama periode 2005-2009 mencerminkan adanya kemajuan yang berarti dalam
peningkatan kualitas manusia. IPM KSB lebih tinggi dibandingkan dengan IPM
Provinsi NTB.
2.7.
Perekonomian
Struktur ekonomi KSB, yang tercermin dari nilai PDRB, baik atas dasar harga
berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) dalam lima tahun
terakhir (2006 2010) masih didominasi oleh kontribusi sektor primer (yaitu
pertanian dan pertambangan), sedang kontribusi sektor sekunder dan tersier
(sektor ekonomi lainnya) terhadap PDRB sangat kecil. Perkembangan PDRB KSB
ADHB dan ADHK pada Tahun 2006 2010 dan prediksinya tahun 2011 2015
Pertania
n
Pertambang
an
Banguna
n
Perdagang
an
Pengangkut
an
2006
175645
9654426
14370
1915
62705
111752
68959
14977
48079
2007
190993
12163943
15820
2258
85865
123445
74150
16671
52221
2008
216461
10395730
16987
2605
109662
144946
84783
18537
59492
2009
233480
12210630
19076
3075
145084
170181
91230
21234
71937
2010
251706
12879401
20203
3331
160292
183074
99067
22817
75976
2011
272040
13409818
21767
3731
189040
203494
106826
24920
84194
2012
291501
14059481
23259
4096
214479
222432
114556
26945
91745
2013
310962
14709145
24751
4460
239919
241370
122285
28969
99296
2014
330422
15358809
26243
4825
265358
260308
130015
30994 106847
2015
349883
16008473
27735 5190
Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010.
290798
279246
137744
33018 114398
Industri Listrik
Keuanga Jasan
jasa
TOTAL
1015282
8
1272536
6
1104920
3
1296592
7
1369586
7
1431583
0
1504849
4
1578115
7
1651382
1
1724648
5
Gambar .10. Garfik Perkembangan PDRB KSB ADHB Pada Tahun 2005 2009 dan
Prediksinya Tahun 2010 2015 (Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
Pertania
n
119114,1
4
118813,6
5
125209,
46
Pertambang
an
3774812,01
3869406,54
3464965,04
Industri
Listrik
10661,2
9 928,70
11174,2
3 999,88
11596,6 1105,7
2
4
Banguna
n
41548,7
6
53524,8
1
60664,1
8
Perdagang
an
Pengangkut
an
Keuang
an
73084,27
37646,15
76392,20
39355,54
80688,84
41363,92
9800,01
10243,9
4
10674,4
8
JasaTOTAL
jasa
27074,3 409467
1
0
28236,6 420814
0
7
29209,1 382547
1
7
126288,
12248,7 1240,2 75325,0
53 3884936,28
9
2
0
129215,
12714,3 1306,3 82319,2
2010
43 3672776,86
0
1
2
132031,
13233,2 1414,8 93678,7
2011
48 3676817,18
2
4
2
134799,
13751,2 1514,4 104012,
2012
22 3657963,12
8
0
83
137566,
14269,3 1613,9 114346,9
2013
97 3639109,06
3
5
4
140334,
14787,3 1713,5 124681,
2014
71 3620255,01
9
1
05
143102,
15305,4 1813,0 135015,
2015
46 3601400,95
5
7
16
Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010.
84076,66
43232,64
88944,46
45341,62
92458,74
47168,39
96399,22
49095,19
100339,71
51022,00
104280,19
52948,80
108220,68
54875,60
11414,7
2
11842,8
7
12372,1
5
12897,8
0
13423,4
5
13949,1
0
14474,7
5
30935,1
6
31830,4
5
33120,3
8
34341,4
6
35562,5
4
36783,6
3
38004,7
1
426969
8
407629
2
410229
5
410477
5
410725
4
410973
3
411221
3
TOTAL
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
536535
608207
710336
821409
890636
989845
1081987
1174126
1266266
175645
190993
216461
233480
251706
272040
291501
310962
330422
38133
46784
56863
66112
74170
83833
92974
102114
111254
14370
15820
16987
19076
20203
21767
23259
24751
26243
1915
2258
2605
3075
3331
3731
4096
4460
4825
62705
85865
109662
145084
160292
189040
214479
239919
265358
111752
123445
144946
170181
183074
203494
222432
241370
260308
68959
74150
84783
91230
99067
106826
114556
122285
130015
14977
16671
18537
21234
22817
24920
26945
28969
30994
48079
52221
59492
71937
75976
84194
91745
99296
106847
290798
279246
137744
33018
114398
1358407
Penggalia Pengolaha
Pengangkuta
Listrik Bangunan Perdagangan
Keuangan Jasa-jasa
Pertanian
n
n
n
119114,14 25631,48
10661,29
928,70 41548,76
73084,27
37646,15
9800,01
27074,31
118813,65 30018,47
11174,23
999,88 53524,81
76392,20
39355,54
10243,94 28236,60
125209,4
6
33456,49
11596,62
1105,74 60664,18
80688,84
41363,92
10674,48 29209,11
126288,5
3
36347,13
12248,79 1240,22 75325,00
84076,66
43232,64
11414,72 30935,16
129215,4
3
40398,90
12714,30 1306,31 82319,22
88944,46
45341,62
11842,87 31830,45
132031,4
8
43929,55
13233,22 1414,84 93678,72
92458,74
47168,39
12372,15 33120,38
134799,2
104012,8
2
47515,90
13751,28 1514,40
3
96399,22
49095,19
12897,80 34341,46
137566,9
7
51102,25
14269,33 1613,95 114346,94
100339,71
51022,00
13423,45 35562,54
140334,7
124681,0
1
54688,60
14787,39 1713,51
5
104280,19
52948,80
13949,10 36783,63
143102,4
135015,1
6
58274,95
15305,45 1813,07
6
108220,68
54875,60
14474,75 38004,71
Sumber: Bappeda NTB dan BPS NTB, 2010.
Gambar .13. Grafik Perkembangan PDRB KSB ADHK
Tahun 2006 2009 dan Prediskinya Tahun 2010 2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Non Migas) (Rp. Juta)
TOTAL
345489,11
368759,32
393968,84
421108,85
443913,56
469407,47
494327,3
519247,14
544166,98
569086,83
ADH Berlaku
(Rp/kapita/th)
ADH Konstan
(Rp/kapita/th)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
105.938.486
131.171.768
111.487.418
126.915.684
133.111.922
136.752.292
141.761.371
146.770.450
151.779.528
156.788.607
42.725.353
43.377.149
38.341.513
41.897.574
39.123.009
38.487.641
37.619.214
36.750.788
35.882.362
35.013.936
2011
9.075.940
2012
9.767.600
2013
10.459.261
2014
11.150.921
2015
11.842.582
Sumber: BPS KSB dan Bappeda KSB, 2010.
4.426.099
4.586.330
4.746.561
4.906.792
5.067.023
Gambar .15. Grafik PDRB per Kapita Penduduk KSB Tahun 2006 2009 dan
Prediksinya Tahun 2010-2015
(Tidak Termasuk Subsektor Pertambangan Nonmigas)
Data pada Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan per kapita
penduduk Kabupaten Sumbawa Barat apabila termasuk Sub Sektor Pertambangan
Non Migas sangat tinggi, yaitu rata-rata Rp.118.878.339,00 per kapita per-tahun
ADHB dan rata-rata Rp.41.585.397,00 per kapita pertahun ADHK. Sementara itu,
rata-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Sumbawa Barat apabila tidak
termasuk Sub Sektor Pertambangan Non Migas sangat rendah, yaitu rata-rata Rp.
6.661.407,00 per kapita per tahun ADHB dan rata-rata Rp. 3.864.337,00 per kapita
per tahun ADHK. Rata-rata pendapatan per kapita yang disebutkan kedua terakhir
(Rp. 6.661.407 per kapita per tahun), itulah yang secara nyata menunjukkan
pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Smbawa Barat selama periode waktu
tahun 2006 - 2009.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 179 dijelaskan bahwa
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBD
KSB tahun 2006 - 2010 disajikan berikut ini.
Pendapatan Daerah
Komponen pendapatan daerah dalam APBD KSB terdiri atas: Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Perkembangan pendapatan daerah KSB tahun 2006 2010.
Tabel 2.30. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah KSB
Tahun 2006 2010.
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
226.198.230.017
299.671.191.908
375.488.727.257
436.517.657.021
531.044.613.801
219.007.101.868
321.926.172.885
345.165.134.202
395.515.088.554
475.571.322.288
Sumber: Pemerintah KSB, 2006 2010 (APBD KSB Tahun 2006 - 2010).
pendapatan daerah dari sumber lainnya sangat kecil (5,99 %). Peningkatan
pendapatan daerah untuk periode waktu akan datang tetap diupayakan berasal dari
semua sumber, terutama yang besar peluangnya adalah berasal dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Bagi Hasil atas Penggunaan Sumberdaya (Royalti) yang
berupa land rent dan iuran eksploitasi dari perusahaan pertambangan (seperti: PT.
Newmont Nusa Tenggara dan Perusahaan Pertambangan lainnya).
Belanja Daerah
Komponen belanja daerah dalam APBD KSB terdiri atas: Belanja Tidak
Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Perkembangan belanja daerah KSB tahun
2006 2010 berikut di bawah ini.
Tabel 2.31. Perkembangan Belanja Daerah KSB
Tahun 2006 2010.
No
.
Tahun
1.
2.
3.
4.
5.
2006
2007
2008
2009
2010
Belanja Tidak
Langsung
(Rp/juta)
%
86.080
31,15
103.512
29,94
145.501
33,23
145.878
29,98
195.493
37,21
Belanja Langsung
(Rp/juta)
190.260
242.221
292.337
340.715
329.859
%
68,85
70,06
66,77
70,02
62,79
Total
(Rp/juta)
276.340
345.723
437.838
486.594
525.352
Sumber: Pemda KSB Tahun 2006 2010 (APBD Tahun 2006 2010).
Dari Tabel diatas diketahui bahwa laju pertumbuhan belanja daerah di KSB
cukup tinggi, yaitu sebesar rata-rata 22,53 % per tahun. Sementara itu, komposisi
belanja daerah sebagian besar berupa belanja langsung yang digunakan untuk
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (rata-rata 67,70 % per
tahun), sedangkan belanja tidak langsung yang digunakan untuk belanja pegawai
dan pemeliharaan relatif kecil (rata-rata 32,30 % per tahun) selama periode tahun
2006 2010.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai kabupaten pemekaran baru di provinsi
Nusa Tengara Barat masih dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan
infrastruktur pelayanan publik, permukiman kumuh dan sanitasi lingkungan, jumlah
penduduk miskin,
penurunan daya dukung lingkungan, capital dan akses terhadap permodalalan
khususnya bagi pelaku ekonomi dan usaha kecil masih lemah, penguasaan
teknologi produksi serta terbatasnya potensi sumber daya alam yang dapat
dikembangkan. Namun demikian suasana kondusifitas dan rasa aman yang terjadi di
Kabupaten Sumbawa Barat harus tetap dipertahankan untuk merangsang minat
investasi yang pada gilirannya diharapkan akan dapat memacu pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik.
Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Sumbawa Barat dapat diukur
dengan melihat trend pertumbuhan ekonomi daerah dalam kurun 5 (lima) tahun
terakhir yaitu dari tahun 2005 2009 sebagaimana tertuang di dalam Tabel 2.35.
berikut ini.
Tabel 2.32. Produk Domistik Regonal Bruto Kabupaten Sumbawa Barat
dan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 2009
Atas Dasar Harga
Atas Dasar
Laju
Tahun
Berlaku
Harga Konstan
Pertumbuhan (%)
(Juta Rp)
2000 (Juta Rp)
2005
9.328.164,59
4.210,92
-3,90
2006
10.152.826,66
4.094,67
-2,76
2007
12.725.366,70
4.208,15
2,77
2008*
10.929.507,76
3.825,48
-9,09
2009**
12.965.925,88
4.274,22
11,73
Catatan : * = angka sementara, ** = angka sangat sementara.
Sumber : PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009 (data diolah)
Dari gambaran dalam Tabel 2.35. di atas, sharing nilai tambah yang dihasilkan
menutupi penurunan sub sektor pertambangan non migas yang sangat dominan
bagi penciptaan nilai tambah bruto di Sumbawa Barat.
Struktur Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa Barat
Jika tidak termasuk sub sektor pertambangan non migas struktur ekonomi
Kabupaten Sumbawa Barat tidak berbeda jauh dengan Kabupaten/kota lainnya di
NTB. Pertanian menjadi sektor penyumbang terbesar pembentukan nilai tambah
diikuti sektor perdangan hotel dan restoran. Pada tahun 2005 sharing sektor
pertanian mencapai 33,72 persen dari total nilai tambah yang dihasilkan pada tahun
tersebut, sementara 20,59 persen PDRB tahun 2005 dihasilkan dari sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Sektor-sektor lain yang memiliki share diatas
sepuluh persen tahun 2005 antara lain sektor angkutan dan komunikasi dan sektor
bangunan. Sementara sektor lainnya masih dibawah sepuluh persen
Dari pola pergeseran struktur ekonomi secara nasional maupun regional,
perekonomian suatu daerah bergerak secara teratur dari sektor primer menuju
sektor sekunder dan tersier, dalam kurun waktu tertentu peranan sektor pertanian
akan semakin mengecil dan digantikan oleh sektor industri atau sektor jasa-jasa.
Fenomena tersebut juga terjadi di Sumbawa Barat, pada tahun 2005 - 2009 peranan
sektor pertanian bagi pembentukan PDRB Kabupaten Sumbawa Barat cendrung
menurun, namun sektor yang mengambil sebagian porsi peranan sektor pertanian
adalah sektor bangunan bukan sektor industri, sektor perdagangan atau sektor jasa
sebagaimana tersaji di dalam Tabel 2.36. berikut ini dimana hal tersebut merupakan
pengecualian dan akan kembali bergerak kearah perdagangan dan jasa-jasa jika
kondisi normal.
Tabel 2.33. Distribusi Persentase PDRB KSB Tahun 2005 2009
(Tidak Termasuk Sub-Sektor Pertambangan Non Migas)
Pertumbuhan (%)
No
Lapangan Usaha
.
2005
2006
2007
2008
2009**
1 Pertanian
33,72
32,74
31,40
30,47
8,42
2 Pertambangan
6,2
7,11
7,69
8,01
8,05
3 Industri Pengolahan
2,78
2,68
2,60
2,39
2,32
4 Listrik, Gas, dan Air
0,36
0,36
0,37
0,37
0,37
5 Bangunan
11,34
11,69
14,12
15,44
17,66
6 Perdagangan, Hotel
20,59
20,83
20,30
20,41
20,72
dan Restoran
7
8
9
Pengangkutan
&
Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa lainnya
Jumlah
12,78
12,85
12,19
11,94
11,11
2,78
8,94
2,79
8,96
2,74
8,59
2,61
8,38
2,59
8,76
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Lapangan Pekerjaan
Umum
Persentase
Penduduk 15
Tahun Keatas
yang bekerja
2008
Persentase PDRB
ADH berlaku tahun
2008 (tidak
termasuk sub
sektor
pertambangan non
migas
(3)
30,47
2,39
20,41
Rasio
Persentase
PDRB
Persentase
Penduduk
(1)
(2)
(4)
Pertanian
39,49
0,77
Industri Pengolahan
3,23
0,74
Perdagangan, Hotel dan
16,76
1,22
Restaurant
Pengangkutan
&
7,38
11,94
1,62
Komunikasi
Keuangan, persewaan &
1,05
2,61
2,49
jasa perusahaan
Jasa-jasa
18,29
8,38
0,46
Sumber PDRB Kabupaten Sumbawa Barat 2009
Pada Tabel 2.37. terlihat bahwa sekitar 39,49 persen tenaga kerja yang
terserap disektor pertanian tahun 2008 menghasilkan 30,47 persen PDRB pata
tahun yang sama, artinya pada sektor pertanian setiap 1 persen tenaga kerja
menghasilkan 0,79 persen PDRB, sektor industri pengolahan menghasilkan 0,74
persen PDRB setiap 1 persen tenaga kerja yang terserap. Produktifitas yang kurang
dari satu disektor pertanian disebabkan karena pertanian merupakan sektor yang
padat karya dan umumnya dikerjakan secara tradisional, sedangkan sektor industri
di Kabupaten Sumbawa Barat umumnya industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
sebagai
pusat
pemerintahan,
pendidikan
dan
perekonomian
yang
Sumbawa Barat baik dari komponen pajak daerah, retribusi, bagian laba usaha dari
penyertaan modal daerah serta lain-lain pendapatan yang sah serta akumulasinya
terhadap prosentase total APBD dar tahun 2007 s/d 2010 seperti terrcermin pada
tabel 2.38 di bawah ini :
Tabel 2.35. Persentase PAD terhadap APBD Kabupaten Sumbawa Barat
Uraian
Tahun 2007
(Rp)
Tahun 2008
(Rp)
Tahun 2009
(Rp)
Tahun 2010
(Rp)
APBD Murni
PAD
18,969,5
84,000
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Bagian
Laba
Usaha
Lain-lain PAD
Persentase PAD
terhadap APBD
Catatan : untuk tahun 2007 - 2010 adalah data APBD Murni Setelah Perubahan.
Struktur APBD Kabupaten Sumbawa Barat juga ditujukan untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan yang timbul sebagai implikasi pesatnya perkembangan
pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat. Struktur APBD dimaksud mengandung
program-program yang berkenaan dengan antisipasi penurunan daya dukung
Sanitasi. Untuk program/kegiatan yang bertujuan menangani dampak negatif banjir
juga disediakan alokasi anggaran sesuai kebutuhan. Alokasi untuk program
Drainase, Air Minum, Persampahan, Tata Ruang dan sosial budaya masyarakat
diuraikan dalam Tabel 2.39. dibawah ini.
Tabel 2.36. Alokasi Anggaran Program Sanitasi
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011
Alokasi Anggaran
No
Program/Kegiatan
(Rp)
I
Dinas Kesehatan
- Pengembangan PHBS
272.197.600,00
-. Pengembangan lingkungan sehat
224.581.200,00
-. Pengendalian
dampak
resiko
pencemaran
40.360.000,00
lingkungan
II Dinas Pekerjaan Umum
- Pembangunan saluran draenase/gorong-gorong
1.450.451.000,00
dalam kota
hali
ini:
Kepala
Daerah
dan
Wakil
Kepala
Daerah)
dan
juga
2.
3.
4.
tuntunan keislaman; dan dimensi struktural yaitu adanya penampilan proses dan
hasil-hasil pembangunan, baik berupa teknologi maupun materi yang bernilai
Islami. Realisasi dari ketiga dimensi tersebut menjadi syarat wajib untuk dapat
memperoleh keselamatan, rahmat dan berkah, serta ridho Allah SWT dalam
semua bidang kehidupan.
Perumusan visi, selain dapat dilakukan secara visioner dan normatif, juga
dapat dilakukan melalui pengumpulan data/informasi teknis, yaitu dengan cara
mengidentifikasi
dan
menganalisis
kondisi
umum
berbagai
sumberdaya
pembangunan daerah pada masa kini, untuk selanjutnya dilakukan analisis prediksi
kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan daerah pada masa depan. Visi
yang dihasilkan melalui cara ini disebut visi pembangunan.
Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan prediksi kondisi umum berbagai
sumberdaya pembangunan di KSB, maka Visi pembangunan KSB Tahun 2011
2015 (lima tahun Tahap II) adalah Kabupaten Sumbawa Barat Berkembang
melalui Pembangunan Agroindustri Andalan.
Agroindustri Andalan adalah industri pengolahan hasil pertanian dalam arti luas
(meliputi: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dan
kelauatan) yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat sebagai
pelaku usaha dan pendapatan wilayah KSB secara keseluruhan. Agroindustri
merupakan pemicu dan sekaligus pemacu dalam pembangunan agribisnis, yaitu
mempunyai keterkaitan ke belakang dalam mendorong pembangunan sektor hulu
(penyediaan input dan usaha pertanian) dan mempunyai keterkaitan ke depan dalam
mendorong pembangunan sektor hilir (pemasaran hasil pertanian dan hasil
agroindustri) dengan dukungan berbagai kelembagaan penunjang agribisnis.
pranata
yang
sosial
mampu
budaya,
menstimulasi
tata
nilai
keagamaan
pengembangan
dan
sumberdaya
obyek
pariwisata
alam
strategis
Pantai
Jelenga-Maluk-
27. Terjadinya
koordinasi,
pemerintahan
dalam
integrasi
dan
sinkronisasi
perencanaan,
pelaksanaan
(KIS)
antar
dan
lembaga
pengawasan
sepenuhnya
terhadap
pembinaan
dan
pengembangan
wilayahnya.
l. Kantor Camat.
m. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Sedangkan organisasi perangkat daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Kabupaten Sumbawa Barat yang terkait dengan pembangunan Sanitasi di
Kabupaten Sumbawa Barat bersifat koordinatif dan lintas sektoral yang dibentuk dan
ditetapkan dalam bentuk Kelompok Kerja yang bentuk dan ditetapkan dengan SK
Bupati sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Sumbawa Barat
Nomor: 620 Tahun 2011 tertanggal 7 Juli 2011 tentang Pembentukan dan Penetapan
Besarnya Honorarium Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten Untuk Pelaksanaan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2011, dengan tugas dan fungsi sebagai berikut :
(1) Penguatan kapasitas dalam pengumpulan, pengelolaan dan penyajian
data program PPSP di Kabupaten Sumbawa Barat,
(2) Menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten,
(3) Memfasilitasi, mengkoordinasi dan mendorong pembangunan dan
perbaikan sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat,
(4) Mengawal program pembangunan sanitasi di Kabupaten Sumbawa Barat
ke depan,
(5) Menyampaikan laporan hasil program dan kegiatan kepada PPSP Pusat
dan PPSP Provinsi, dan
(6) Menyampaikan laporan hasil program dan kegitan kepada Bupati
Sumbawa Barat.
Adapun susunan keanggotaan dari Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten Untuk
Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun Anggaran 2011 adalah terdiri dari unsur
pemerintah (SKPD) terkait, dunia usaha (PDAM) dan perwakilan dari LSM, seperti
tertera dalam susunan dan format berikut ini :
No.
Jabatan
dan Nama/Jabatan/Intansi dan Lembaga
Kedudukan
Dalam Tim
I.
Ketua
II.
Wakil Ketua
III.
Sekretaris
IV.
Anggotaanggota
: 1.
2.
3.
Kasubbid. Pemerintahan
BAPPEDA Kabupaten Sumbawa Barat
4.
5.
6.
Kasubbid. Kebersihan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa
Barat
7.
8.
Kabid ESDM
Dinas ESDM , Kebudayaan dan Pariwisata KSB
9.
dan
Dok.
masih dalam proses asistensi dan pembahasan dalam penyususnan oleh masingmasing SKPD dengan Bappeda untuk disesuaikan dan dikompilasi dengan dokumen
RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat 2011 -2015. Sedangkan untuk membangun
sinergisitas yang
kelembagaab antar SKPD terkait memang masih belum menunjukan intensitas yang
maksimal, namun demikian melalui Kelompok Kerja (Pokja) AMPL yang ada sangat
membantu dalam melakukan koordinasi dan konsolidasi terhadap peran, tugas dan
fungsi dalam rangka untuk menyediakan dan memaksimalkan pelayanan seakligus
melakukan upaya-upaya penanganan terhadap masalah-masalah pembangunan di
bidang sanitasi dan penyehatan lingkungan oleh lembaga teknis ataupu SKPD
terkait.
Photo .2. Kondisi Geologi Batuan Kars, Pantai dan Perairan Bawah Laut KSB
Deskripsi
Luas (Ha)
%
35,86
64,18
35,86
35,82
100,00
Na
Na
Na
Na
Tabel 2.38. Penggunaan Lahan Menurut Kesesuaian dengan RUTR s/d Tahun
2010 dan Mengacu Kepada RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat 2011 2015
No.
Jenis Penggunaan
I
1.
2.
Tanah/Lahan Sawah:
Sawah Irigasi Teknis
Sawah Irigasi Teknis
Sawah
Irigasi
Sederhana PU
Sawah
Irigasi
Sederhana Non PU
Sawah Tadah Hujan
3.
4.
5.
II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Sub Total
Tanah/Lahan Kering:
Tegal/Kebun
Ladang/Huma
Perkebunan
Ditanami Pohon/Hutan
Rakyat
Hutan Negara
Padang
Rumput/
Pengembalaan
Tambak
Kolam/Tebat/Empang
Rawa-rawa
(tidak
ditanami)
Sementara
Tidak
Diusahakan
Pekarangan/Permukiman (rumah/bangunan)
Lain-lain
2006
2007
2008
2009
3.846
1.876
4.093
2.052
4.093
2.052
4.093
2.052
4.093
2.052
836
869
869
869
1.233
594
589
589
589
589
1.850
1.850
9.09
0
1.487
9.09
0
1.486
9.09
0
1.507
9.47
4
6.545
4.499
4.009
7.852
3.096
5.332
7.852
3.096
5.332
7.852
3.096
5.332
7.518
3.096
5.332
1.945
3.179
3.179
3.179
3.179
137.965
134.888
134.790
2.465
2.610
2.610
2.610
2.610
502
2
0
526
17
3
526
0
526
1
4
526
1
4
987
987
987
987
987
2.201
2.407
2.407
2.407
2.357
1.048
1.048
1.071
1.071
1.071
13.714
13.714
13.962
13.948
9.002
2010
134.790 134.790
13.948
175.42
175.900 175.812 175.812 175.812
Sub Total
8
184.90
184.902 184.902 184.902 184.902
TOTAL I + II
2
Sumber : BPS KSB dan BAPPEDA KSB, 2010; Dinas HUTBUNTAN KSB, 2010.
Pola guna lahan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir cenderung
mengalami perkembangan. Pola pertumbuhan dan perkembangan tata guna lahan
yang terjadi berkembang secara linier, konsentrik dan parsial. Lihat lampiranlampiran
gambar peta Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Sumbawa Barat Tahun
2011 - 2015, perubahan Landuse dari pembagian kawasan pembangunan yang
meliputi Wilayah Pengembangan (WP) yaitu WP Utara yang terdiri dari Kecamatan
Pot Tano dan Kecamatan Seteluk, WP Tengah yang meliputi: Kecamtan Taliwang,
Kecamatan Taliwang dan Kecamatan Brang Ene, serta WP Selatan yang terdiri dari;
Kecamatan Jereweh, Kecamatan Maluk dan Kecamatan Sekongkang.
Sedangkan untuk rencana ditail dari Peta Rencana Pemanfaatan Ruang
Eksisting Kabupaten Sumbawa Barat sampai dengan tahun 2010, peta rencana
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kawasan Konservasi Kabupaten Sumbawa Barat
serta peta penggunaan dan peruntukan lahan (land use existing) masih dalam
penyusunan lebih ditail dalam bentuk peta data tematik dari dinas/SKPD teknis yang
terkait.
Photo .3. Banjir Kota Taliwang Pada Bulan Desmber Tahun 2007 dan
Kawasan Pit Area Pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara
BAB
III
PROFIL SANITASI
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
kriteria
rumah
sehat
yang
tercantum
dalam
Residential
keperluan
DIPERIKS
A
6
JUMLAH
DIPERIKS
LAINNYA
KEMASAN
PAH
KELUARG
SGL
KELUARG
SPT
%
LEDENG
KELUARG
JUMLAH
10
11
12
13
100,00
289
13
375
1,919
2.596
4,436
100,00
262
2.372
4.436
11,278
11,278
100,00
2325
162
5.295
3,496
11,278
BRANG REA
3,456
3,456
100,00
423
51
395
2068
519
3.456
BRANG ENE
1,513
1,513
100,00
426
1055
30
1.513
JEREWEH
3.454
3,454
100,00
314
10
1443
297
1,390
3.454
MALUK
2.875
2,875
100,00
1136
30
1112
597
2.875
SEKONGKANG
1.887
1,887
100,00
30
532
1,325
1.887
JUMLAH
31.495
31.495
100,00
4.913
10.469
11,648
31,495
PUSKESMAS
A YANG
ADA
A
5
POTO TANO
2,596
2,596
SETELUK
4,436
TALIWANG
1,80
2
2,10
0
2,36
5
Presentase Jenis Sarana Air Bersih Keluarga dapat terlihat dalam tabel 3.4 secara rinci. Data tersebut diperoleh dari Dinas
Kesehatan yang dimasukan dalam Profil Kesehatan Tahun 2010.
Tabel. 3.4. Presentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang digunakan Kecamatan dan Puskesmas
Di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
N
o
Jumlah
Puskesmas
Keluarga
yang ada
Juml.Kelg
. diperiksa
Sumber
Air
Kemasa
n
Jml
h
Ledeng
Jml
Sekongkang
1.887
1.887
Jereweh
3.454
3.454
Maluk
2.875
2.875
Taliwang
11.278
11.278
2.325
Brang Ene
1,513
1,513
426
Brang Rea
3.456
3.456
423
Seteluk
4.436
4.436
314
1
0.0
3
1.136
9.09
39,5
1
20,6
2
28,1
6
12,2
4
0,00
SPT
Jml
h
30
1,59
10
0,29
30
1,04
162
1,44
0,13
51
1,48
1,8
40,6
Lain lain
Jml
1.325
1,390
597
3.496
30
519
2,372
%
70.2
2
40.2
4
20.7
7
31.0
Jumlah
Jml
1.887
100
3.157
91,40
2.876
100,03
11.27
100.00
1.98
1.513
100.00
1.388
40,16
4.436
100.00
15.0
2
53.4
Poto Tano
Jumlah
2.596
2.596
31.495
31.495
289
1
0,0
4.913
11,1
3
15,6
02
13
0,50
2.1
(Kab./Kota)
0
00
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat 2010
6.67
375
14,4
10.46
5
33,2
1,919
-
0,0
0,0
7
73.9
11.64
2
36.9
2.596
29.13
1
100.00
92,49
Di tabel 3.5 terdapat persentase sumber air minum yang digunakan keluarga di Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan data
tersebut dapat dilihat ada banyak penggunaaan air ledeng meteran dan terdapat pula data keluarga dengan sumber air minum
terlindungi.
Tabel. 3.5. Presentase Keluarga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan, Kecamatan dan Puskesmas
Kab. Sumbawa Barat Tahun 2010
N
Puskesma
Jumlah
Air
Air Isi
Leding
Leding
Kelg yg
Kem
Ulang
Meteran
Eceran
diperiks
asan
Pompa
Sumur
Sumur
Lain lain
Kelg.
Terlind
TakTerli
Dengan
ungi
ndungi
Sumber Air
Minum
Sumber
Terlindungi
Air
Jml
Jmlh
1.887
0,0
0,0
3.454
2.875
0,0
0,0
314
1,136
9,1
39,5
1,513
3.456
4.436
11.278
2.596
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
426
423
2.325
289
28,2
12,2
0,0
20,6
11,1
0,0
0,0
ml
Jmlh
Jmlh
Minumn
Jml
Jml
1.325
70,22
1.390
597
40,42
20,77
3.14
1.137
9,09
39,55
1,98
15,02
53,47
31,00
73.92
426
423
2.235
289
28,16
12,24
20.26
11,13
0,0
0,0
30
519
2.372
3.496
1.919
11.64
36.95
4.954
15,00
ml
ml
ya
1
2
3
4
5
6
7
8
Sekongkan
g
Jereweh
Maluk
Brang Ene
Brang Rea
Seteluk
Taliwang
Poto Tano
Jumlah
31.495
1
0,0 4.913 15,6
(Kab./Kota)
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat 2010
Untuk Tabel 3.6 mengenai Kualitas Air Bersih hasil inspeksi menurut sarana air bersih yang ada di kabupaten Sumbawa Barat.
Tabel 3.6. Kualitas Air Bersih Berdasarkan Hasil Inspeksi Sanitasi Menurut
Jenis Sarana Air Bersih di Kab. Sumbawa Barat Tahun 2010
Salah satu
Jenis Penyakit
1.
Jumlah
Penderita
7.516
bagian atas
2.
3.302
3.
3.099
4.
3.088
5.
2.379
6.
Penyakit lain
bagian atas
pada
saluran pernafasan
2.671
No
Jenis Penyakit
Jumlah
Penderita
7.
2.364
8.
1.982
9.
1.591
10
1.484
.
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat, 2010
Salah satu perubahan kondisi lingkungan yang berdampak buruk yaitu
terjadinya pemanasan global yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi
sehingga mendorong merebaknya beberapa KLB (Kejadian Luar Biasa)
penyakit malaria dan demam berdarah. Hal ini sebagai akibat dari
menghangatnya suhu udara yang merupakan kondisi yang paling disukai
nyamuk. Suhu udara yang hangat menyebabkan nyamuk dapat bereproduksi
dengan baik sehingga populasinya akan cenderung bertambah. Pertambahan
populasi nyamuk dapat menyebabkan meningkatnya penyebaran penyakit
malaria dan demam berdarah yang dapat pula menelan banyak korban jiwa,
terutama anak-anak.
Kualitas kesehatan masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah berbagai fasilitas pelayanan kesehatan umum dan jumlah dari tenaga
kesehatan yang tersedia. Berdasarkan data BPS Kabupaten Sumbawa Barat
tahun 2008, terjadi peningkatan jumlah praktisi kesehatan menjadi 219 orang
atau meningkat sebesar 23% dari tahun 2007. Jumlah praktisi kesehatan yang
ada di Sumbawa Barat sampai dengan tahun 2008 adalah : 17 orang dokter
umum, 10 orang dokter gigi, 110 orang perawat dan 58 orang bidan. Jumlah
tersebut belum cukup untuk melayani masyarakat Sumbawa Barat yang
jumlahnya terus bertambah menjadi 99.056 jiwa pada tahun 2008. Pemerintah
Daerah Sumbawa Barat harus terus berupaya untuk meningkatkan jumlah
praktisi kesehatan sehingga kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dapat terpenuhi dengan optimal.
Untuk meningkatkan kualitas kesehatan balita, Pemda Sumbawa Barat
melakukan kegiatan imunisasi dan memberdayakan posyandu di dusun dan
S
umber : Profil Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat 2010
Penemuan kasus penyakit menular yang diakibatkan sanitasi buruk
seperti diare khususnya pada balita dari Tahun 2008 sampai Tahun 2010
mengalami penurunan. Angka Kesakitan dari Tahun 2008 hingga Tahun 2010
mengalami penurunan yaitu dari tahun 2008 sejumlah 22.89 % Tahun 2009
mengalami kenaikan sebesar 56.98 % tapi diTahun 2010 masyarakat mulai
bisa melakukan Hidup Sehat, ini terbukti bahwa adanya penurunan dari tahun
2009 yaitu 56.98 % ke Tahun 2010 dengan presentase 33.16 %.
Tabel 3.12. Jumlah Penemuan Diare pada Balita di tangani pada
Kab. Sumbawa Barat tahun 2010
Sumber : Subid P2P Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa Barat Tahun 2010
Untuk Penyakit Malaria dan AFP Rate TB Paru juga di data oleh Dinas
Kesehatan, dan Jenis Penyakit yang sering dialami oleh masyarakat
Kabupaten. Sumbawa Barat seperti Malaria dapat dilihat dalam tabel 3.13 dan
jumlah penderita TB yang ditangani juga terdapat dalam tabel 3.14 berikut ini :
Tabel. 3.14. AFP Rate TB Paru Sembuh yang Ditangani
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
Kecamatan
Taliwang
Desa
Sumur
Sumber Air
Sumur
Batu Putih
Banjar
Lalar Liang
Labuan lalar
Pompa
5
2
35
Perigi
265
263
157
40
Mata Air
124
12
-
Jumlah
394
275
159
75
No
Kecamatan
Desa
Labuan kertasari
Telaga Bertong
Kuang
Bugis
Dalam
Menala
Sampir
Tamekan
Seloto
Sekongkang
bawah
Sekongkang Atas
Sekongkang
Tongo
Ai Kangkung
Tatar
Upt Talonang
Dasan Anyar
Belo
Jereweh
Goa
Beru
Maluk
Benete
Maluk
Bukit Damai
Mantun
Pasir Putih
Mura
Kalimantong
Brang Ene
Lampok
Manemeng
Muhajiddin
Sapugara Bree
Brang Rea
Desa Beru
Tepas
Bangkat Monte
Kelanir
Meraran
Air Suning
Seteluk
Rempe
Tapir
Seteluk Atas
Seteluk Tengah
Senayan
Mantar
Poto Tano
Kiantar
Poto tano
Upt. Tambak sari
Jumlah
20
88
757
10
3
527
1
-
Sumber Air
676
484
495
350
32
309
118
424
1
-
Jumlah
696
573
1252
360
35
836
119
424
186
72
258
347
230
30
27
20
35
10
385
2
39
2
108
28
237
336
546
326
154
204
570
361
369
958
2
69
1
7030
185
67
244
21
260
120
24
9
321
609
349
195
112
200
206
147
214
10
75
462
100
298
450
9
165
313
8850
188
59
154
14
552
532
297
274
209
260
120
51
29
321
644
359
580
114
239
267
409
214
38
89
699
436
844
450
326
154
204
570
361
378
958
167
313
69
1
16432
Sumber: BPS. Dalam buku Kabupaten Sumbawa Barat dalam angka, 2010
1. Air Sumur
Pada pengukuran di lapangan maupun hasil analisis laboraturium
menunjukan bahwa air sumur Taliwang menunjukan adanya indikasi
pencemaran. Hal ini di tandai dengan nilai beberapa parameter yang
mendekati atau melampaui baku mutu yang dipersyaratkan.
Tabel. 3.17. Jumlah Sumur Gali dan Jumlah Sumur Pompa masingmasing Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat
Kecamatan
Poto Tano
Seteluk
Taliwang
Brang Rea
Nrang Ene
Jereweh
Maluk
Sekongkang
Sumur Gali
211
2.272
3.613
366
107
584
672
Sumur Pompa
1.058
2.610
2.889
1.750
375
52
208
50
N
O
PARAMETER
SATUAN
BUGIS
DALAM
KUANG
SAMPIR
SEKITAR
TPA
MENALA
Deviasi 3
1000
28,60
644,17
27,78
386,17
26,75
406,17
27,93
376,33
29,07
447,50
27,32
534,33
29,30
516,82
2250
929,33
789,00
829,67
1070,17
1068,83
1208,67
1047,00
(-)
2,32
0,82
1,71
1,18
1,13
1,89
1,20
6-9
6
8,12
0,38
7,14
0,79
8,03
0,77
7,65
0,38
7,66
0,43
8,20
1,24
8,27
0,23
/oo
(-)
0,65
0,38
0,40
0,37
0,43
1,20
0,52
500
369,48
358,70
314,32
277,87
294,10
523,92
451,65
66,28
1
2
Fisik
Suhu
TDS
DHL
4
5
6
Kekeruhan
Kimia
pH
DO
Salinity
Kesadahan
sebagai CaCO3
mg/L
BAKU
MUTU PP
82/01
TTG PPA
& PKA
KLS I
o
C
mg/L
mhos/c
m
NTU
mg/L
o
Klorida (Cl)
mg/L
29,03
41,87
53,35
76,72
64,35
228,32
10
Amonium (NH4)
mg/L
0,5
0,23
0,94
0,52
0,11
0,35
0,05
0,04
11
mg/L
0,06
0,010
0,010
0,012
0,010
0,017
0,015
0,035
mg/L
0,2
0,25
0,37
0,78
1,03
0,96
0,35
0,48
13
14
15
Nitrit (NO2)
Phosphat
(PO4)
BOD
COD
Mangan (Mn)
mg/L
mg/L
mg/L
2
10
0,1
1,35
2,00
0,09
1,93
2,99
0,28
1,77
2,00
0,44
1,67
2,32
0,57
2,30
11,00
0,71
1,67
6,33
0,54
1,87
2,00
0,17
16
Cadmium (Cd)
mg/L
0,01
0,002
0,002
0,002
0,002
0,002
0,002
0,002
17
18
Chromium (Cr)
Timbal (Pb)
mg/L
mg/L
0,05
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
12
19
Minyak
Lemak
20
21
22
24
25
C
25
26
dan
mg/L
1000
2,5
Tembaga (Cu)
mg/L
0,02
0,01
Besi (Fe)
mg/L
0,3
0,04
Seng (Zn)
Nitrat (NO3)
sulfat (SO4)
Biologi
Escherichial
Coliform
mg/L
mg/L
mg/L
0,05
10
400
0,010
2,36
10,89
100
1000
Total Coliform
MPN/100
ml
MPN/100
ml
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,05
0,11
0,07
0,12
0,07
0,20
0,008
2,14
7,43
0,012
4,62
6,82
0,001
3,23
5,92
0,001
5,48
8,27
0,003
2,04
18,25
0,001
2,92
9,04
211,17
324,83
39,50
101,33
19,33
74,00
84,50
542,50
40,75
92,75
133,75
12,50
64,75
171,50
KETERANGAN :
mg/L = miligram/liter
MPN = Most Probable Number
(-)
= tidak dipersyaratkan
2. Air Sungai
Pada pengukuran di lapangan
menunjukan bahwa secara umum air sungai masih memenuhi baku mutu
yang dipersyaratkan, walaupun pada parameter Caliform melebihi baku
mutu.
Tabel 3.19. Pengukuran Kualitas Air Sungai yang melintasi Kota Taliwang
Kabupaten Sumbawa Barat TAHUN 2009
NO
PARAMETER
A
1
2
3
Fisik
Suhu
TDS
DHL
Kekeruhan
B
5
Kimia
pH
DO
(standar
minimum)
SATUAN
BAKU MUTU PP
82/01 TTG PPA
& PKA
HASIL UJI
LABORATORIUM
Kls III
H1
SUNGAI
H2
H3
Ket
C
mg/L
mhos/cm
Deviasi 3
1000
2250
27,57
115,9
241,67
27,33
614,37
410
27,7
117,67
245,17
NTU
(-)
6,49
9,11
8,54
6-9
9,17
8,96
8,87
1,26
0,39
0,19
(-)
0,1
0,2
0,1
114,73
135,9
134,27
mg/L
Salinity
Kesadahan
sebagai CaCO3
mg/L
Klorida (Cl)
mg/L
(-)
9,5
22,87
7,2
10
Amonium (NH4)
mg/L
(-)
0,02
0,03
0,04
11
12
13
14
15
Nitrit (NO2)
Phosphat (PO4)
BOD
COD
Mangan (Mn)
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,06
0,01
0,01
0,01
Tidak
Dipersyaratkan
Tidak
Dipersyaratkan
Tidak
Dipersyaratkan
Tidak
Dipersyaratkan
< BAKU MUTU
1
6
50
(-)
0,1
2,08
12,67
0,49
0,08
2,21
8,6
0,09
0,09
3,12
12,67
0,10
/oo
2,5
0,01
0,002
0,002
0,002
Dipersyaratkan
< BAKU MUTU
0,05
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
0,017
0,03
mg/L
1000
0,02
2,5
0,01
2,5
0,01
2,5
0,01
Besi (Fe)
mg/L
(-)
0,184
0,373
0,278
Seng (Zn)
Detergen
(MBAS)
mg/L
0,05
0,001
0,001
0,004
200
0,037
0,067
0,05
24
Nitrat (NO3)
mg/L
(-)
2,123
1,637
2,45
25
Sulfat (SO4)
mg/L
(-)
0,77
2,61
2,63
Biologi
Escherichial
Coliform
Total Coliform
2000
10133,3
10000
7000
10666,
6
6800
16666,
6
9333,3
16
17
18
mg/L
mg/L
mg/L
20
Cadmium (Cd)
Chromium (Cr)
Timbal (Pb)
Minyak dan
Lemak
Tembaga (Cu)
21
22
19
23
25
26
mg/L
mg/L
MPN/100ml
MPN/100ml
KETERANGAN :
mg/L = miligram/liter
MPN = Most Probable Number
H1
= Hulu
H2
= Tengah
H3
= Hilir
(-)
= tidak dipersyaratkan
Tabel 3.20. Cakupan Pelayanan Air Bersih Tahun 2010
Jenis Data
Volume
Jumlah Desa/ 57/8
Satuan
Desa/kelura
Merupakan
Keterangan
total
jumlah
Kelurahan
han
Desa/Keluraha
n
Barat
Merupakan
Total
Jumlah
Desa/Kelurahan
Jumlah
2
Rawan
Air
36
Desa/kelura
han
Bersih
Kabupaten/Kota
di
tersebut
yang
Pelayanan
jumlah
Cakupan
3
Prosentase
Air 23,42
Minum
air
minum
PDAM/Pamsimas
melalui
dibanding
Idle Capacity
kabupaten
/kota
yang
bersangkutan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab.Sumbawa Barat Tahun 2011
3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga
Penanganan pembuangan limbah cair rumah tangga (grey water) di
Kabupaten Sumbawa Barat belum dilakukan secara optimal, masih banyak
dijumpai pembuangan air limbah secara sembarangan melalui saluran selokan
atau langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan sebelumnya.
Di Kabupaten Sumbawa Barat juga mengenal Saluran Pengelolaan Air
Limbah (SPAL) ini terbukti dari tabel dibawah ini, yang menunjukan Rumah
yang dipantau 62.70 % dan rumah dengan SPAL 62.93 %.
Tabel 3.23. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar dalam hal
Pengelolaan Air Limbah menurut Kecamatan
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
84 m3/hari, perminggu 588 m3, perbulan 30.660 m3. Dari volume sampah
sebanyak itu sumber dari pemukiman penduduk, (sampah domestic), pasar
pertokoan, tempat hiburan masyarakat, taman, tempat parker serta sarana milik
pemerintah lainnya. Sekitar 90% diangkut ke TPA Batuh Putih yang berada di
Desa Batuh Batu Putih Kecamatan Taliwang. Sedangkan sisanya yaitu di kelola
sendiri oleh masyarakat dengan dipilah untuk dimanfaatkan kembali, dibakar
maupun ada juga yang dibuang di sungai.
Tabel 3.24. Rekapitulasi Jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Sampah yang Diperiksa Menurut Puskesmas
Puskesmas
Poto Tano
Seteluk
Taliwang
Desa beru
Brang Ene
Jereweh
Maluk
Sekongkan
g
Jumlah TPS
yang ada
7
7
23
2
2
15
141
26
TPS terpantau
Jumlah
%
7
100.00
7
100.00
19
82.61
2
100.00
2
100.00
7
46.67
99
70.21
26
100.00
TPS baik
Jumlah
%
1
14.29
1
14.29
3
15.79
1
50.00
1
50.00
4
57.14
85
85.86
26
KAB/KOTA
223
169
75.78
122
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun, 2008.
100.00
72.19
Jumlah
(unit)
3
2
3
13
Kapasitas
(m3)
1
8
6
6
Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
klimatologi
global
maka
terjadi
pergeseran
musim,
yang
Bulan
1.
Januari
2.
Februari
3.
Maret
4.
April
5.
Mei
6.
Juni
7.
Juli
8.
Agustus
9.
September
10. Oktober
11. Nopember
12. Desember
Rata-rata
Hari
Hujan
15
20
28
20
5
4
1
2
3
16
25
23
13,5
Curah
Hujan
(mm)
100
53
180
44
88
16
0
2
11
174
300
148
2.156
DAS
Sungai yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat ini termasuk dalam
Satuan Wilayah Sungai (SWS) Sumbawa. Didalam SWS Sumbawa ini terdapat
beberapa Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) yang tersebar diseluruh Pulau
Sumbawa, khusus untuk Kabupaten Sumbawa Barat terdapat 2 SSWS yaitu :
3. SSWS Jereweh
4. SSWS Rea
Dari 2 SSWS ini, terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
ditunjukan oleh Tabel 3.29 di bawah ini.
Tabel 3.29. Daerah Aliran Sungai (DAS) di SSWS Kecamatan Jereweh dan Rea
No
.
1.
SSWS
Jereweh
JUMLAH
DAS
NAMA DAS
17
(1) Jereweh
(2) Lempe
(3) Benete
(4) Maluk
(5) Sekongkang
(6) Kompleks DAS Senyur
(7) Sejorong
(8) Kompleks DAS Labuhan
(9) Kompleks DAS Tablung
(10 Kompleks DAS Tebisu
)
Kompleks DAS Tangoloka
(11) Nanga Ene
(12 Kompleks
DAS
Lomar
)
Lempuh
(13 Kompleks DAS Talonang
)
Panti
(14 Sepang
)
Singa
(15
)
(16
)
(17
)
2.
Rea
4
(1) Kompleks DAS Tubaka
(2) Kompleks DAS Aikuruk
(3) Kompleks DAS Panusak
(4) Rea
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan
&
Pengelolaan Sumber Air NTB, 2005
Dari beberapa DAS tersebut, terdapat beberapa DAS termasuk kategori
DAS prioritas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
5) DAS yang memiliki potensi yang besar
6) DAS yang memiliki penduduk yang besar
7) DAS yang memiliki prediksi kedepan mampu menunjang Sumber Daya Air
: Jereweh
Lokasi
Panjang Sungai
: 23,11 km
Lebar Sungai
: 49,50 m
Luas Penampang
: 17,33 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,35 m
Kecepatan aliran
: 0,7 m/dt
Debit
: 4,41 m3/dt
(MCM)
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0,000
Ketersediaan
Kebutuhan
50
100
(Tahun)
150
DAS Sekongkang
Data morfologi DAS Sekongkang adalah sebagai berikut :
Nama sungai
: Sekongkang
Lokasi
Panjang Sungai
: 18,87 km
Lebar Sungai
: 31 m
Luas Penampang
: 24,2 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,80 m
Kecepatan aliran
: 0,4 m/dt
Debit
: 8,64 m3/dt
DAS Sejorong
Data morfologi DAS Sejorong adalah sebagai berikut:
Nama sungai
: Sejorong
Lokasi
Panjang Sungai
: 66,25 km
Lebar Sungai
: 62 m
Luas Penampang
: 31 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,50 m
Kecepatan aliran
: 1,2 m/dt
Debit
: 21 m3/dt
(MCM)
25,000
20,000
Ketersediaan
Kebutuhan
15,000
10,000
5,000
0,000
0
50
100
150
(Tahun)
DAS Rea
Data morfologi DAS Rea adalah sebagai berikut :
Nama sungai
: Rea
Lokasi
Barat
Panjang Sungai
: 21,55 km
Lebar Sungai
: 60,50 m
Luas Penampang
: 24,20 m2
Kemiringan
: 45o
Kedalaman
: 0,40 m
Kecepatan aliran
: 0,50 m/dt
Debit
: 10,44 m3/dt
Luas
(km2)
Rata-rata
Debit Aliran
(m3/dt)
Jumlah
Sumur
Air Tanah
(unit)
Debit
Ratarata
(lt/dt)
Ketersediaan
Air
(MCM/thn)
Jereweh
112,75
1,19
0,00
36,77
Sekongkang
42,64
0,43
0,00
13,30
Sejorong
67,22
0,69
0,00
21,39
Rea
816,64
6,60
0,00
202,94
SSWS
JEREWEH
REA
Sumber: Studi penatagunaan sumberdaya air di NTB, Satker Pengembangan dan Pengelolaan
Sumber Air NTB, 2005
Jenis Data
Jumlah
Volume
20
Satuan
Desa/kel
Keterangan
Merupakan
tota
Desa/Keluraha
desa/kelurahan
Rawan
Sanitasi
Luas Kawasan 687,1
ha
di
jumlah
Kabupaten
Kumuh
yang
tingkat
perkotaan
penduduknya
lebih
kepadatan
dari
300
infrastruktur/penataan
lingkungannya
tidak
tertata
Jumlah
15.223
Jiwa
Jamban
Jumlah
84
m/hari
Timbunan
sampah
Sampah
terangkut
Jumlah
84
m/hari
sampah
Terangkut
terangkut
Panjang
126.400
Drainase
Panjang
dapat
TPA
perhari
di
ke
yang
dapat
TPA
Kabupaten/kota.
Merupakan
panjang
31.600
Merupakan
di
saluran
panjang
saluran
di Kabupaten
Merupakan Total Luas Genangan
( Lama Genangan Maksimal 2
15
jam)di kabupaten/kota
Merupakan Prosentase
jumlah
Pelayanan
Sanitasi
PDPAL/Sanimas
dibanding
10
ke
yang
drainase di Kabupaten/kota
Drainase
Luas
daerah 9.090
Cakupan
perhari
Kabupaten/kota.
Merupakan Total jumlah timbunan
Sampah
genangan
9
kabupaten/kota
Merupakan total jumlah rumah
tangga yang memiliki jamban
Saluran
8
di
Kepemilikan
Saluran
7
rendah
Dokumen
Dalam
Strategi
proses
Sanitasi Kota
Dokumen
jumlah
penduduk
kabupaten
Merupakan Jumlah kepemilikan
dokumen Strategi Sanitasi Kota
pada
Kabupaten
/kota
yang
bersangkutan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sumbawa Barat tahun 2011
Jumlah/Tahun
Jenis Penyakit
2006
2007
2008
7592
8495
5582
dan yang terkahir yang bergerak dibidang yang sama pula yaitu UD. Hijau
Kijang Cicalik yang berlokasi di Kecamatan Taliwang Kelurahan Sebok.
Yang menarik untuk diamati cara pengelolaan air limbah dari
pembuatan tahu yaitu kelompok UD. Hijau Kijang Cicalik, usaha tersebut
dibangun atas kerjasama masyarakat yang mempunyai semangat tinggi untuk
membangun usaha yang memang peminatnya sedikit tapi cukup menjanjikan
dalam hal pendapatan. UD. Hijau Kijang hampir sama pengelolaan Air limbah
Gudang
Penampungan
Kedelai
tempe
tahunya dengan
perusahaan Tri1 Honomart,Perendaman
yang sama-sama bergerak
daalm pembuatan tempe-tahu hanya saja pengelolaan air limbah dari
pembuatan tempe tahu oleh perusahaan trihomorat2 sudah dapat menjadi
contoh untuk perusahaan lain yang
3 ada di Kabupaten Sumbawa Barat untuk
Menghasilkan
pengelolaan
air limbah
dari pembuatan tempe-tahu.
Bubur dari
kedelai
tidak buruk cukup dapat dikatakan layak. Air Limbah yang dihasilkan oleh UD.
Menyiapkan Tungku Uap
Hijau Kijang terbagi menjadi 2 jenis air limbah, yaitu limbah padat dan limbah
cair. Limbah Padat yang dihasilkan oleh UD. Hijau Kijang tersebut dijadikan
pakan ternak sapi. Limbah Padat yang dihasilkan6setiap harinya pun beragam.
Menghasilkan Sari kedelai
7.a
8
Skema. 01. Pembuatan
sampai dengan Penanganan Limbah Industri Tahu oleh
9
Proses
Pencetakan
TAHU
Pakan Ternak
Limbah Cair
10
Minuman Ternak
Keterangan :
Penanganan Limbah Industri di sebuah tempat usaha pembuatan tahu
tempe di Kecamatan Taliwang ini sudah berjalan hampir 3 tahun dan kelompok
tersebut menjadi binaan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
UMKM (Perindagkop) Kabupaten Sumbawa Barat. Proses Pembuatan Tahu ini
dimulai dari Gudang Penampungan Kedelai, kedelai di buat takaran 2 kg
masing- masing takaran. Setelah dibuat takaran masing- masing 2 kg, kacang
kedelai yang sudah di pilih siap diproses, dan proses awal yang dilakukan
kelompok ini yaitu dengan merendam selama 15 menit, setelah perendaman
kedelai disaring lalu digiling dimesin penggilingan sehingga menghasilkan
semacam bubur kedelai yang akan diproses dalam tungku uap, ini dilakukan
agar kedelai yang telah digiling terjamin kwalitasnya dan mampu bertahan 3
hari, sehingga bisa menghasilkan susu kedelai dan tahu yang berkualitas.
Proses perendaman kacang kedelai, yang telah dibagi menjadi masingmasing bagian.Untuk perendaman dilakukan selama 15 menit, agar kacang
lebih padat dan lebih bersih.
Proses yang dilakukan UD. Hijau Kijang masih sangat tradisonal dan
sederhana, bahkan Peneliti dari Universitas Mataram juga melakukan hal yang
sama, melakukan penelitian dari usaha Hijau kijang ini. Kacang kedelai yang
telah direndam dan disaring lalu digiling menggunakan alat giling dan
menghasilkan gambar diatas.
Proses awal pembuatan tahu, dan setelah proses awal dilakukan tahu yang
sudah jadi dilakukan perebusan kembali, dengan air bersih dan dilakukan
perebusan selama 15 menit.
terhadap
masyarakat
dalam
memanfaatkan
fasilitas
dapat
diperkirakan
limbah
medis
yang
dihasilkan
oleh
setiap
adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit
dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah
sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non
klinis baik padat maupun cair.
Limbah non medis antara lain : sampah makanan, kertas, maupun alat lain
yang tidak kontak langsung dengan penderita . Sumber Limbah Medis di
Puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu Unit Pelayanan
Dasar, Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium) dan Unit
pelayanan non kesehatan ( farmasi )
Limbah Medis dapat di Klasifikasikan berdasarkan potensi bahaya yang
terkandung didalamnya, maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat ).
Sedangkan Limbah medis yang dihasilkan puskesmas di kab. Sumbawa Barat,
dikelola secara manual atau sederhana dengan cara mengumpulkan setiap
minggunya setelah dilakukan pemilahan antara sampah medis dan non medis,
untuk dilakukan pembakaran di incenerator.
Limbah medis yang dihasilkan oleh puskesmas di Kabupaten
Sumbawa Barat dapat diperkirakan sebanyak 50 Kantong plastik besar setiap
minggu nya untuk keseluruhan Puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa
Barat. Saat ini dimasing-masing puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat
belum memiliki data berapa jumlah limbah medis , hanya dapat di perkirakan
hampir disetiap puskesmas di masing-masing Kecamatan memusnahkan
limbah medisnya kurang lebih 5-7 kantong dalam 1 minggu dan masih
dilakukan dengan cara pembakaran di incenerator dan dilakukan pula dengan
cara ditanam dengan kedalaman 1,5 - 2 meter.
Untuk Limbah Medis yang ada di Kecamatan Taliwang diperkirakan
Limbah Medisnya dalam 1 minggu mencapai 5-7 Kantong Plastik sampah dan
penanganan Limbah Medisnya dilakukan dengan cara pembakaran di
insenerator, sedangkan untuk Puskesmas yang berada di Kecamatan lainnya
penanganan Limbah Medisnya dilakukan dengan cara ditanam dengan
kedalaman 2-3 meter.
Yang bertanggung jawab dalam hal Limbah medis yaitu masing-masing
Bagian di Puskesmas dan untuk Limbah Medis dimasing- masing bagian di
puskesmas setiap minggu dikumpul menjadi 1 dengan bagian yang lainnya,
lalu dilakukan pemilahan antara Limbah Medis Padat dan Cair.
Spuit/
NO
Puskesmas
needle
(biji/hari)
1
2
3
4
5
6
7
8
Abocath
(biji/hari)
set
(biji/h
ari)
Botol
infus
Kassa/
Kapas/
plester
(gram)
Mess
(biji /
bulan
)
Poto Tano
10
12
10
13
400
13
Seteluk
15
13
9
8
500
15
Taliwang
Brang Rea
15
12
12
30
600
15
Brang Ene
7
5
10
7
400
13
Jereweh
15
10
11
20
500
10
Maluk
15
11
12
15
700
12
Sekongkang
15
10
11
15
200
11
Sumber . Puskesmas masing-masing di Kabupaten Sumbawa Barat
Ampulan/
flakon
(biji/hari
9
9
10
8
9
10
7
kepada
masyarakat
melalui
penyuluhan-penyuluhan,
Pengelolaan air limbah yang ada saat ini adalah pengolahan dengan on
site sistem yaitu sistem pengolahan air limbah domestik yang dilakukan
secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas pelayanan dari satu
atau beberapa bangunan yang pengolahannya diselesaikan secara
setempat.
Tentang
: 2 buah
Container
: 23 buah
Catatan :
Jumlah kontaner yang terangkut perhari : 6 buah
Jadwal pengangkutan untuk 23 kontainer bervariasi sesuai dengan
lokasi tempat penempatan kontainer.
Pengumpulan Sampah
Pengangkutan Sampah
Pengambilan sampah
TPA
Pemilihan Sampah
Keterangan :
Beberapa sumber sampah antara lain :
a. Pemukiman penduduk (domestik)
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, bahan-bahan sisa dari
pengolahan atau sampah basah (garbage), sampah kering, abu dan sampah
khusus.
b. Tempat-tempat perdagangan (komersial) seperti : pertokoan, restoran, pasar,
perkantoran, penginapan, jasa pelayanan dan sebagainya. Timbulan sampah
diarea komersial ini sangat bervariasi macamnya, tergantung dari jenis
kegiatan atau fasilitas yang ada.
Pengelolaan
sampah
adalah
kegiatan
yang
sistematis,
pemilahan,
penggunaan
ulang,
pendauran
ulang,
Tempat
pemrosesan
akhir
adalah
tempat
untuk
memroses
dan
lingkungan.
9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat
pemrosesan akhir sampah.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.
12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain
yang terkait.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas:
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga;dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja
dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
Area
yang
tidak
menerima
layanan
sanitasi
khususnya
= 84 m3
Berminggu = 588 m3
Perbulan = 30. 660 m3
Jumlah Personil dalam Pelayanan Sanitasi dari Badan Lingkungan Hidup
yaitu terdapat beberapa posisi yaitu:
: 2 Orang
Supir Armoll
: 3 Orang
Mekanik
: 2 Orang
Pembantu Mekanik
: 1 Orang
Koordinator Lapangan
: 1 Orang
: 24 Orang
Penyapu
Penyapu
Penyapu Pasar
: 2 Orang
Supir Tossa
: 2 Orang
Jaga Malam
: 4 Orang
Operator
: 1 Orang
Pembantu Supir
: 2 Orang
Penjaga TPA
: 1 Orang
: 1 Orang
dengan indikator
mengetahui Lingkungan Kabupaten Sumbawa Barat terkini dapat dinilai hanya 96,46
% penilaian ini belum sampai 100 % perlu adanya peningkatan lebih lanjut. Dan
untuk starategi Peningkatan edukasi masyarakat dibidang lingkungan hidup dengan
indikator terjaganya keseimbangan lingkungan dapat dinilai hanya 60,59 % sama
halnya dengan penjelasan diatas yaitu masih perlu sangat ditingkatkan.
Tabel. 3.37. Jumlah Tempat Sampah Sementara dan Transfer DEPO Tahun 2011
di Kab. Sumbawa Barat
Transfer
No. Kecamatan TPS (Unit)
Lokasi
Depo (Unit)
Setda/KTC, Puskesmas, pasar, kel.
1
Taliwang
10
Sampir, Ds. Lab. Lalar, Polres, kel.
Menala, Ds. Sermong
2
Seteluk
2
Pasar, Ds. Seteluk Tengah
3
Brang Rea
1
Ds. Beru
4
Brang Ene
1
Ds. Manemeng
5
Poto Tano
1
Ds. Senayan
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Sumbawa Barat 2010-2011
Tabel. 3.38. Sistem Pelayanan Persampahan saat ini di Kab. Sumbawa Barat
No
.
1
Uraian
Satuan
Volume
Keterangan
Kecamatan
m3/hari
84
m3/hari
84
m3/hari
m3/hari
m3/hari
%
54
30
36
100
100
Teknik Operasional
a. Cakupan pelayanan
b. Perkiraan Timbunan Sampah
c. Timbulan sampah yang
terangkut
Permukiman
Non-permukiman
Total
Kapasitas pelayanan TPA
Kapasitas
pelayanan
pengumpulan sampah
= 48 m3
Kontainer
= 36 m3
SAMPAH
DAPUR
POTONGAN POHON
SAMPAH SISA MAKANAN (TERMASUK
BUNGKUS
) (SISA , SAYUR, IKAN, DLL)
POTONGAN RUMPUT
2 untuk
seperti potongan pohon dan rumput disediakan memang tempat pembuangan
1
jenis sampah tersebut, sehingga
tidak mengganggu atau merusak lingkungan batu
WET WASTE BIN
3
DRY WASTE BIN
(TEMPAT SAMPAH KERING)
Skema. 02. Jenis sampah yang dihasilkan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara
KALENG
BEKAS TEMBAGA,
YANG TIDAK
MENGANDUNG
POTONGAN
SISA ,DRUM
THINNER,
, YANG
ATAU
TIDAK
SOLVENT
MENGANDUNG OLI, SOLAR AT
POTONGAN , KAWAT, KAWAT LAS,
ALUMINIUM,
SENG
4
METAL SCRAPS BIN
TEMPAT SAMPAH
Keterangan :
Skema 1 Wet Waste Bin ( Tempat Sampah Basah )
Tempat Sampah Basah, untuk sampah yang dihasilkan oleh PT. Newmont
Nusa Tenggara seperti sisa makanan termasuk sisa nasi, sayuran, ikan dan lain-lain
dibuat penanganannya secara sederhana agar tidak ada pencamaran atau merusak
lingkungan. Sampah basah tersebut dikumpulkan 3 kali dalam sehari yaitu setiap
pukul 06.00 pagi, pukul 14.00 dan pukul 20.00. Sampah tersebut dikumpulkan
kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik besar (berwarna hitam), dengan
sebelumnya dipisahkan antara pembungkus dengan isinya. Untuk pembungkus nasi
dikumpulkan kedalam kantong plastik besar dan diikat lalu dikumpulkan kemudian
dinaikkan ke dalam truck sampah yang telah disiapkan PT. Newmont Nusa Tenggara
untuk dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara. Untuk sampah basah
menggunakan sistem sanitary landfill
Pada Skema No 1. Menjelaskan tentang sampah yang dihasilkan oleh PT.
Newmont Nusa Tenggara seperti sampah sisa makanan dan sampah dapur
disediakan tempat khusus dan di kategorikan sebagai sampah basah, untuk kategori
sampah kering dapat terlihat dalam skema no 2 dan 3, sampah yang terdapat dalam
skema no 2 yaitu sampah kering berupa potongan pohon dan rumput, sedangkan
skema no 3 terdapat macam- macam jenis sampah yang dikategorikan sebagai
sampah kering antara lain : karton, kertas, plastik jg sampah yang tidak termasuk
dalam kategori limbah B3.
Untuk skema no 4 terlihat jelas bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara juga
menyiapkan tempat sampah besi untuk menampung sampah seperti potongan
kawat, tembaga, seng, kaleng bekas, sisa cat tinner, potongan drum besi yang tidak
yang
dihadapi
Kabupaten
Sumbawa
Barat
dalam
Menteri
Lingkungan
Hidup
Republik
Indonesia
Nomor
Peraturan Perundangan
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun
1992 Tentang Perumahan
dan Pemukiman
Pasal 4 :
Penataan perumahan dan permukiman
bertujuan untuk :
(b)
mewujudkan
perumahan
dan
permukiman
yang
layak
dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan
teratur.
N
o
Peraturan Perundangan
N
o
Peraturan Perundangan
N
o
Peraturan Perundangan
Peraturan
Pemerintah
Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 1991 Tentang
Sungai.
Keputusan
Menteri
Lingkungan Hidup Republik
Indonesia
Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang
Program Kali Bersih
Peraturan
Daerah
Kota
Balikpapan Nomor 5 Tahun
2006 Tentang Rencana Tata
Ruang
Wilayah
Kota
Balikpapan Tahun 2005-
N
o
Peraturan Perundangan
2015.
Instansi
Badan Lingkungan Hidup
Tupoksi
Tugas:
No
Instansi
Dinas Kesehatan
Tupoksi
Pemerintahan dan Pelayanan Umum
sesuai dengan lingkup tugasnya
c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas
sesuai dengan lingkup Tugasnya
d) Pelaksanaan
tugas
lain
yang
diberikan Bupati sesuai dengan tugas
dan Fungsinya
e) Penanganan izin sesuai dengan
kewenangannya,
f) Pembinaan
terhadap
tenaga
fungsional dan unit pelaksana teknis
di lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum;
g) Pengelolaan
pengurusan
ketatausahaan Dinas
Tugas :
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum ( Sumbawa Barat dalam Angka Tahun 2010 )
drainase
ini
tentunya
sangat berpengaruh
terhadap
kondisi
3.4.6. Permasalahan.
Adapun permasalahan yang terjadi akibat adanya genangan air di Kabupaten
Sumbawa Barat secara umum disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
-
ada.
Terjadinya return water pada saat curah hujan tinggi dan muka air laut
pasang tertinggi.
Bangunan pelengkap terutama gorong-gorong dimensinya rata-rata relative
Penyediaan sarana air bersih di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat dikelola oleh PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum). Sejak tahun 2004 sampai dengan 2007, setiap tahunnya terjadi
penurunan jumlah pelanggan PDAM. Pada tahun 2008 terjadi lonjatan jumlah pelanggan dari
237 menjadi 1.529 atau meningkat sebesar
pemakaian air pada tahun 2008 adalah 27.934 m3. Pelayanan air bersih oleh PDAM Sumbawa
Barat belum mencakup seluruh kecamatan di Sumbawa Barat.
Tabel 3.46. Jumlah Pelanggan, Pemakaian, dan Nilai Air pada PDAM Sumbawa
Barat Tahun 2004-2008
Tahun
Uraian
Pelanggan/konsumen
2004
388
2005
341
2006
288
10
11
12
15
0,00
-12,11
-15,54
3.750.0
00
konsumen/tahun (%)
Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa Barat, 2008.
2007
237
42.66
2008
1.529
27.934
17,71
41.588.0
00
30,5
0,00
Peraturan Perundangan
Undang-Undang
Republik Pasal 21 ayat (1):
Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Perlindungan dan pelestarian sumber air
Tentang Sumber Daya Air.
ditujukan
untuk
melindungi
dan
melestarikan
sumber
air
beserta
lingkungan
keberadaannya
terhadap
kerusakan
atau
gangguan
yang
disebabkan oleh daya alam, termasuk
kekeringan dan yang disebabkan oleh
tindakan manusia.
Ayat (2)
Perlindungan dan pelestarian sumber air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
d. pengaturan prasarana dan sarana
sanitasi;
Penjelasan; yang dimaksud dengan
sanitasi meliputi prasarana dan sarana
air limbah dan persampahan.
Undang-Undang
Republik Pasal 1 ayat (1):
Indonesia Nomor 25 Tahun Pelayanan publik adalah kegiatan atau
2009 Tentang Pelayanan Publik rangkaian
kegiatan
dalam
rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif
yang
disediakan
oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Ayat 2 :
Penyelenggara pelayanan publik yang
selanj utnya disebut Penyelenggara
adalah setiap institusi penyelenggara
negara, korporasi, lembaga independen
yang dibentuk berdasarkan undang
undang untuk kegiatan pelayanan publik,
dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik.
Pasal 3 :
Tujuan undang-undang tentang pelayanan
publik adalah:
a. terwujudnya batasan dan hubungan
yang jelas tentang hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan kewenangan
seluruh pihak yang terkait dengan
N
o
Peraturan Perundangan
N
o
Peraturan Perundangan
N
o
4
Peraturan Perundangan
Ayat (2) :
Jenis
usaha
dan/atau
kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup ditetapkan oleh
Menteri
setelah
mendengar
dan
memperhatikan saran dan pendapat
Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen yang terkait.
Peraturan Pemerintah Republik Pasal 2 :
N
o
Peraturan Perundangan
N
o
Peraturan Perundangan
Ayat (4) :
Dalam penyelenggaraan pengembangan
SPAM dan/ atau Prasarana dan Sarana
Sanitasi
Pemerintah
Daerah
dapat
melakukan kerjasama antardaerah.
Peraturan Daerah Kotamadya Tdk berlaku lagi setelah setelah
Dati II Balikpapan No. 01 tahun perda no.3 tahun 2008 berlaku
1976 tentang pembentukan
PDAM
Peraturan
Daerah
Kota
Balikpapan Nomor 3 Tahun
2008
tentang
Perusahaan
Daerah Air Minum.
Struktur Organisasi
3.5.3.
Cakupan Pelayanan
Sistem Water
air
baku
Proses aerasi
(pengudaraan)
Proses chemical
( pemberian tawas,
soda)
Proses classifer
(pengendapan lumpur)
Proses filtrasi
( penyaringan )
Proses disenfeksi
Reservoir
Konsumen
Keterangan:
Sistem Water Treatmen Plan (WTP)
Sistem pengolahan air yang dikelola oleh PDAM kabupaten Sumbawa barat selain
sistem gravitasi dan perpompaan juga mengolah air sungai menjadi air bersih.
Secara garis besar sistem Water Treatmen Plan (WTP) Taliwang dapat digambarkan
sebagai berikut :
-
Air dari pengolahan sistem jaringan Bangkat Monteh kemudian diproses aerasi
(pengudaraan) setelah itu air diolah dengan chemical (tawas, soda, ) kemudian
diolah lagi dengan proses clasiffer (proses pengendapan lumpur). Pada saat proses
pengendapan lumpur air yang akan diproses pada tahap selanjutnya diberi
disinfektan guna membunuh kuman dan bakteri yang kiranya terkandung dalam air.
Setelah itu diproses kembali dengan filtrasi (proses penyaringan), baru kemudian air
Diagaram Cakupan Air Bersih yang Digunakan Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2010
1887 2596
2875
4436
3454
Poto Tano Seteluk Taliwang Brang Rea Brang Ene Jereweh Maluk Sekongkang
1513
3456
11278
Uraian
1.
2.
Pengelola
Tingkat Pelayanan
3.
air
Satuan
Sistem Non
Perpipaan
Masyarakat
% thd total 22 %
Sistem
Perpipaan
PDAM
18 %
penduduk
Air Tanah
20%
Air
80%
Permukaan
Ket.
4.
Kapasitas
Sub l/det
Sistem
Produksi :
l/det
62
Kapasitas
l/det
46
Terpasang
l/det
40
Kapasitas Produksi
Produksi saat ini
Terjual ( dikonsumsi
6.
pelanggan )
Jam Operasi Sub Jam/hari
24
7.
Sistem Produksi
Kehilangan
Air %
15 - 20%
8.
(UFW)
Jam
24
9.
Pelayanan
Retribusi/Tarif
Operasi Jam/hari
berlaku (rata-rata)
10. Tekanan
pada MKA
jaringan distribusi
1.500 / m3
- Max 15 M
- Min 3 M
3.5.5. Permasalahan.
Adapun permasalahan yang dihadapai dalam hal ini adalah rendahnya kesadaran
masyarakat untuk bekerja sama saling membantu bergotong-rotong dalam pengelolaan
saluran pompa yang rusak untuk mengaliri air bersih. Letak pemukiman yang berjauhan
dan kondisi daerah yang berbukit-bukit menyulitkan didalam pengaliran air bersih di
sebagian kawasan masyarakat.
Sistem pengaliran air bersih dengan mempergunakan pompa menyebabkan
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk operasional PDAM, namun juga banyak saluran
pompa yang rusak diberbagai tempat. Ini perlu adanya dukungan semua pihak agar
terjadi kesadaran yang terus menerus dikembangkan.
Kondisi kemiskinan penduduk dan factor geografis wilayah ikut berperan terhadap
keterbelakangan penduduk dalam memanfaatkan sanitasi sehat dan penggunaan dari
sumber yang tidak terlindungi.
Sumber mata air yang berada di bangkat monte Kecamatan Brang Rea tidak dapat
memenuhi kebutuhan air untuk seluruh masyarakat di 5 Kecamatan di Kabupaten
JENIS LIMBAH
JENIS
RUTE YANG
TUJUAN AKHIR
B3
Ash Incinerator
KEMASAN
Drum
DILALUI
Surabaya
LIMBAH B3
PT PPLi
Capacitor
IBC tank
Surabaya
PT PPLi
Contaminated
Hose
IBC tank
Surabaya
PT ANDHIKA
Coolant Sludge
Drum
Surabaya
PT PPLi
Fire Assay
Drum
Surabaya
PT PPLi
Fly Ash
Hyblow tank
Surabaya
PT JRM
Oil Sluge
Iso tank
Surabaya
PT WGI
Oily Rags
IBC tank
Surabaya
PT ANDHIKA
Printed
Board
Surabaya
PT PPLi
10
Sodium Lamp
IBC tank
Surabaya
PT PPLi
11
Used Batteries
IBC tank
Surabaya
PT MUTHOMAS
12
Used
Liquid
Chemical Drum
Surabaya
PT PPLi
13
Surabaya
PT PPLi
14
Used Filter
IBC tank
Surabaya
PT ANDHIKA
15
IBC tank
Surabaya
PT PPLi
Iso tank
Surabaya
PT WGI
IBC tank
Surabaya
PT PPLi
IBC tank
Surabaya
PT PPLi
IBC tank
Surabaya
PT PPLi
Used Vanadium
Catalyst
IBC tank
Surabaya
PT PPLi
Surabaya
PT PPLi
16
17
18
19
20
21
Used Oil
Used Pack
Used
grease
Regular
Used Toner
Waste Avtur
Drum
Berat
Berat
(Kg)
(ton)
257
0.26
370
0.37
924
0.92
586
0.59
317
0.32
584
0.58
210
0.21
148
0.15
155
0.16
265
0.27
469
0.47
294
0.29
Nusa Tenggara
bagian
didalam
puskesmas,
Memisahkan Limbah Medis padat dan Limbah Medis Cair
Untuk Limbah Medis Padat seperti Jarum suntik, perban, botol infus dan
lainnya di masukan kedalam 1 box yang berukuran untuk 20 botol infus
yang 1 botolnya berukuran 500 ml. Safetybox yang sudah disiapkan untuk
Limbah Medis rata-rata dikumpulkan setiap harinya, dan dilakukan pemilahan juga
setiap hari, tapi untuk pemusnahan atau pembakaran dilakukan setiap Minggu tepatnya
dihari jumat. Limbah Medis yang ada diPuskesmas di lakukan penanganan atau
pengelolaan setiap minggunya yaitu hari jumat, karena hari jumat adalah hari yang
telah ditetapkan sebagai hari jumat bersih.
Sedangkan untuk Limbah cair yang terdapat di Puskesmas Brang ene, Brang
Penyimpanan di safetybox
Tajam
Jarum Suntik
Pemilihan
Non Tajam
DItanam
Pengangkutan
Pembakaran
Pembuagan Akhir
Pembuangan Sampah
berwarna dan berlabel.Untuk penanganan limbah medis benda tajam menggunakan alat
penghancur jarum dan insenarator.
3.6.3. Kampanye PHBS.
Kampanye PHBS menjadi Program rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Sumbawa Barat untuk menyadarkan masyarakat supaya memiliki perilaku hidup yang
bersih dan sehat serta untuk menumbuhkan pemberdayaan di masyarakat. Di Sumbawa
Barat dalam kegiatan kampanye PHBS pernah mendapat juara II tingkat nasional adalah
Desa Mujahidin Kecamatan Brang Ene Sumbawa Barat, sedangkan untuk level Provinsi
NTB mendapat juara I. Artinya kegiatan PHBS sudah merupakan kegiatan unggulan di
bidang kesehatan di Sumbawa Barat. Berbagai kampanye PHBS di Kabupaten Sumbawa
Barat 2010 dan mendapat dukungan langsung dari Bupati Sumbawa Barat :
Gambar.6. Kampanye PHBS di Kab Sumbawa Barat
Su
mber : Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Tahun 2010
Tabel. 3.54. Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Bidang CiptaKarya
Kab. Sumbawa Barat Tahun 2011
Sum
ber : Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Tahun 2011
Su
mber : DPA 2010 Bappeda
3.7.2. Perkembangan APBD
Tabel 3.56. Struktur Pembiayaan APBD Kab. Sumbawa Barat 2008 2010
Sumber :
RPJMD tahun 2008- 2010 - BAPPEDA Kab. Sumbawa Barat
Sumber : DPA Masing Masing SKPD terkait Kab. Sumbawa Barat 2010
3.7.4. Besaran Pendanaan Sanitasi Pertahun
A. PEMBIAYAAN BIDANG KESEHATAN
Tabel. 3.58. Anggaran Rutin Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa Barat 2008-2011
JENIS BELANJA
TAHUN
2008
2009
25.163.165
24.
BELANJA
BELANJA
335.089.607
TIDAK
LANGSUNG
.958
8.
076.830.787
BELANJA
LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI
.219
076.830.787
20.457.770.2
99
.219
24
16.343.266
22.990.598.8
24
8.529.920.2
10
3.074.287
22.990.598.8
20.457.770.2
99
.739
2011
31.423.338.7
24
8.819.899
16.
258.258.820
09
8.819.899
8.
BELANJA PEGAWAI
2010
28.987.690.5
8.432.739.9
00
2.587.120.0
1.470.099.0
BARANG
DAN JASA
.500
3.
00
4.987.817
00
3.120.243.2
5.332.199.8
182.251.441
.928
83
40
12.
8.281.161
2.822.556.9
1.630.441.0
BELANJA MODAL
216.849.879
.311
27
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa Barat 2010
60
BAB
IV
masyarakat
Kabupaten
Sumbawa
Barat
(KSB)
yang
patuh
I. Strategi sanitasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka strategi yag dapat
ditetapkan antara lain melalui beberapa sector antara lain :
I.
A. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun
off-site untuk perbaikan kesehatan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah
sistem setempat (on site) melalui sistem individu dan komunal.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah
sistem terpusat (off-site) melalui pembangunan unit pengolahan air limbah
setempat untuk limbah domestik dan limbah non domestik
B. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.
Merubah
perilaku
dan
meningkatkan
pemahaman
masyarakat
terhadap
partisipasi
dunia
usaha/swasta
dalam
penyelenggaraan
Menyusun
peraturan
daerah
yang
mendukung
penyelenggaraan
pembentukan
dan
penguatan
institusi
pengelola
air
limbah
permukiman
Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan air limbah permukiman.
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.
sumberdaya
manusia
dalam
pengelolaan
air
limbah
permukiman/domestik.
E. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan
prasarana dan sarana air limbah permukiman/domestik. Strategi yang diterapkan
adalah pembiayaan bersama pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.
II.
operasional
sampah
dilakukan
secara
terpadu
melalui
pewadahan,
Penataan/Penanganan
Sistem
Drainase
berdasarkan
fungsi
dari
nomenklatur
Mengendalikan sedimentasi yang cukup tinggi dengan membuat Check Dam
di beberapa wilayah aliran sungai
Penataan / Penanganan Sistem Drainase.
Pengembangan daerah kawasan pemukiman, meliputi membuat
sistem
yang cukup
Meningkatkan penggunaan sistim pengolahan air yang efisien dan efektif dalam
penggunaan sumber daya.
III
2
3
4
5
IV
1
2
3
Biaya
(Rp.
Juta)
[4]
Vol.
[3]
APBD Kota/Kab
[5]
Ls
500
300
2000
1000
5
5
5000
10000
1500
3000
2000
600
Pengembangan Peraturan/Perundangan :
Penyediaan peraturan dan pedoman layak guna
Penerapan sanksi dan reward
Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Penyuluhan/kampaye dan peningkatan partisipasi masyarakat
Pengembangan pelibatan swasta
Pengembangan Promosi Pembangunan PS Air Limbah
menjelaskan
secara
detait
tentang
rencana
strategis
tentang
keuangan/kelembagaan
tidak
seimbangnya
besar
biaya
menimbulkan
asap
disertai
bau
menyengat
sehingga
lingkungan
kepada
dan
masyarakat
pengolahan
tentang
sampah
yang
sistem
ramah
lingkungan.
b. Penempatan hukum dan peraturan perundangan persampahan
c. Pembangunan PS pengelolaan persampahan TPS dan TPA
d. Pengurangan volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya
limbah yang berasal dari proses produksi
e. Pengalokasian DAK untuk pengelolaan persampahan
kepada
masyarakat
tentang
pengolahan
persampahan
e. Diadakan bimbingan teknis pengomposan untuk mengurangi volume
sampah ke TPA dan dapat digunakan sebagai pupuk oleh petani
f.
PEMERINTAH
1. Pewadahan
a. Bin/tong sampah
2. Pengumpulan
a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
c. Dan lain-lain
3.
Penampungan
Sementara
a. Transfer depo
b. Container
c. Pasangan bata
d. Bak kayu
Kondis
i
unit
48
1,5
2007
Baik
unit
2.00
2007
Baik
unit
5,00
2005
6 rusak
Keterang
2 baik
unit
unit
2
3
a. Pengomposan
b. Daur ulang
6.
Pembuangan
Akhir
unit
a. Alat berat
unit
b. Luas area
Ha
6,0
6,0
2005-2006
2005-2008
12 m3/jm
2007
Baik
Baik
Baik
Mesin
kompos
unit th 200
1 unit
2007
Becho
Loader
Jorok Tira
(belum
terbangun
2007
7.
Pengendalian
Pencemaran di TPA
a.
Leachate
treatment
b. Buffer zone
c.
Saluran
pengumpul air lindi
d.
Drainase
air
hujan
8.
Sarana
Penunjang
a. Kantor
unit
25 orang
Belum
dipakai
Belum
lengkap
2008
b. Bengkel
Sumber : RPJM Kab. Sumbawa Barat
No
1.
2.
Teknik Operasional
a. Cakupan pelayanan
40
m3/hari
50
Ket
3.
- permukiman
m3/hari
30
- non-permukiman
m3/hari
20
- total
m3/hari
50
m3/hari
150
Truk sampah
- Pengumpulan sampah
Rp/tahun
531 juta
- Pengolahan sampah
Rp/tahun
Pembiayaan
a. Biaya pengelolaan
b. Pendapatan retribusi
4.
Rp/tahun
peningkatan
pengelolaan
drainase
yang
sedang
dan
akan
prasarana
menyeluruh
atau
drainase
hanya
yang
dibangun
ada
tidak
dibangun
setempat-setempat,
secara
hal
ini
yaitu
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan melihat permasalahanpermasalahan saluran drainase yang ada serta menganalisis jumlah dan
kebutuhan
genangan,
meneruskan
air
hujan,
memperkecil
resiko
kesehatan
II
2
3
4
5
6
Aspek Pengelolaan
Drainase
[2]
Peningkatan
Kelembagaan Pengelola
Drainase
Perkuatan institusi dan
SDM
Pengembangan
Pengelolaan
Pengembangan
perencanaan
(masterplan/outline plan,
feasibility
study,
detail
engineering design (DED))
Peningkatan Saluran Baru
Pemeliharaan
Bangunan
Baru
Pembuatan
Sumur
Resapan
Peningkatan Operasi dan
Pemeliharaan
Rehabilitasi Saluran dan
Bangunan
IV
1
2
Peningkatan Pendanaan
Pengembangan
sistem
pembiayaan pengelolaan
air limbah
Peningakatan mekanisme
Vol.
[3]
Biaya
(Rp. Juta)
[4]
1
[5]
Ls
500.000
100.000
Ls
2.500.000
2.000.000
100
Km
20
km
200
titik
20
km
50.000.00
0
10.000.000
5.000.000
Ls
2
[6]
100.000
100.000
Ket
4
[8]
5
[9]
100.000
100.000
500.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
5.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
88.000.00
0
19.100.00
0
17.600.000
17.100.000
17.100.000
1.000.000
5.000.000
Pelatihan
DED
10.000.000
5.000.000
20.000.00
0
[10]
3
V
1
2
VI
1
2
retribusi
Pengembangan
mekanisme
peningkatan
sumber pembiayaan
Pengembangan
Peraturan/Perundangan
:
Penyediaan peraturan dan
pedoman layak guna
Penerapan
sanksi
dan
reward
Peningkatan
Peran
Serta Masyarakat dan
Swasta
Pengembangan pelibatan
swasta
Penyuluhan/kampaye dan
peningkatan
partisipasi
masyarakat
Sumber : PPIJM Kab. Sumbawa Barat
ditujukan
untuk
meningkatkan
kuantitas
dan
kualitas
non
perpipaan
di
air
minum
yang
menggunakan
Cara
pengambilan,
menngunakan
sistem
gravitasi
atau
pemompaan
Aspek pendanaan
Dalam
melakukan
kegiatan
pembangunan
maupun
rutin
Memberikan
PHBS
pemahaman
dalam
(limbah,
air
drainase)
Pembekalan
kader
kader
Kampanye
PKK,
materi
Puskesmas
Sanitasi
bersih,
sampah,
bagi
PHBS
Pelaksana
Prioritas
PHBS. Tiap Kelurahan
konteks
PHBS
Wilayah
PKK,
Sanitarian
Sanitarian
Puskesmas
PKK,
Sanitarian
Puskesmas,
Tiap
sekolah
LPM,
Sekolah-
AMPL/Sanitasi).
Pelatihan kader utk pelaksanaan Tiap Kelurahan
PKK,
survey PHBS
Puskesmas,
Sekolah-sekolah
PKK,
Sanitarian
antar
Puskesmas,
sekolah
(kebersihan
Sanitarian
di
Sekolah-sekolah
Tiap Kelurahan
Kerja bakti
Lomba
RT
Kel/Desa
bersih
(oleh
Sekolah-sekolah
Puskesmas,Sanitari
(setiap
Pelaksana
Prioritas
Mujahidin
an
Sabtu
dan
sekolah-
sekolah.
Kel/Desa
Mujahidin
Pengkaderan PHBS rumah tangga Kel/Desa
Puskesmas,Sanitari
an
Mujahidin.
BAB
V
INDIKASI PERMASALAHAN
Buku Putih Kabupaten Sumbawa Barat
data,
menganalisis,
dan
menetapkan
area
berisiko
data,
menganalisis,
dan
menetapkan
area
berisiko
menetapkan
area
berisiko
data,
menganalisis,
dan
Jumlah KK miskin
Sampah.
CTPS
Luas genangan
% wilayah terbangun
Jumlah SPAL
Persepsi SKPD
Studi EHRA
Data
Sumber
Pembobotan
Kepadatan penduduk
Angka Kemiskinan
Banyaknya penyakit
SR dan HU air bersih
Jamban keluarga
Timbulan sampah
Wilayah terbangun
Luas area genangan
Jumlah SPAL
Catatan Sipil
Catatan Sipil,
Dinas Kesehatan
PDAM, PU
Dinas Kesehatan, PU
BLH.
BAPPEDA
BAPPEDA, PU
Dinas Kesehatan
10%
10%
10%
10%
15%
15%
8%
10%
12%
perencana dalam strategis sektor sanitasi yang akan memetakan kondisi sanitasi
Kabupaten Sumbawa Barat saat ini. Penentuan area beresiko ini tidak hanya dilihat
dari fasilitas yang ada, cakupan dan penyediaan layanan serta informasi mengenai
kelembagaan dan keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan
area/kelurahan berisiko.
Penentuan area beresiko ini tidak hanya dilihat dari fasilitas yang ada,
cakupan dan penyediaan layanan serta informasi mengenai kelembagaan dan
keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan area/kelurahan berisiko.
Penilaian area berisiko ini diperlukan untuk pemilihan dan pelaksanaan
intervensi-intervensi yang diperlukan oleh pemerintah Kabupaten dalam menetapkan
usulan prioritas program/kegiatan.
penentuan area yang menjadi target kegiatan telah banyak menyebabkan pendanaan
bagi pembangunan sektor sanitasi tidak dapat digunakan secara efektif bagi areaarea yang memiliki tingkat risiko sanitasi tinggi. Ada beberapa alasan, yaitu :
Pembangunan sanitasi hanya didasarkan pada supply-driven yang
membawa dampak rendahnya efektivitas sarana dan prasarana yang
terbangun.
Pengambil keputusan tidak waspada terhadap masalah-masalah di
luar batas administratif mereka, khususnya dampak secara langsung
maupun tak langsung dari masalah sanitasi di wilayah mereka
terhadap daerah disekitarnya.
Proses pengambilan keputusan sering dipengaruhi oleh faktor-faktor
Badan
Pemberedayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan
Desa
Pelaksanaan
studi EHRA ini dilaksanakan oleh Pokja AMPL Sanitasi KSB dari unsur Dinas
Kesehatan sebagai penangunggungjawab pelaksanaan Study Ehra, yang melibatkan
tim survey khusus dari Dinas Kesehatan. Jadi Proses penetapan area beresiko
dilakukan berdasarkan gambar di bawah ini.
Dalam menilai pilihan, kinerja setiap kelurahan atas kriteria diberi skor dan
pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja AMPL
Area Beresiko
Skor
berdasarkan
persepsi
Skor
Skor
berdasarkan
data
sekunder
berdasarkan
Skor
25,00%
50,00%
yg disepakati
data EHRA
Skor
Final
Skor
Hasil
PerDesa
Skor
Kec
SKPD
Sumbawa Barat
Poto Tano
25,00%
100,00%
Senayan
2,50
Tebo
3,00
Mantar
3,50
Tuananga
3,00
Kiantar
2,50
Poto Tano
2,50
Kokarlian
3,00
3,00
Kelanir
3,00
Meraran
3,50
Air Suning
3,50
Rempe
2,50
Tapir
2,50
Seteluk Atas
2,67
Seteluk Tengah
2,00
Prs. Lamusung
2,50
Loka
3,00
Seren
Taliwang
3,00
Batu putih
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
2
3
4
4
4
4
4
3
3
3
2
3
4
4
4
2,50
3,00
3
4
4
3
4
2
3
2
3
4
3
4
3,00
3,00
Banjar
2,50
Lalar Liang
3,00
Labuan Lalar
Labuan Kertasari
2,50
Telaga Bertong
3,00
Kuang
2,00
Bugis
2,67
Dalam
1,67
Menala
2,67
Sampir
3,00
Tamekan
2,50
Seloto
Persiapan
Sermong
Kel.
Arab
Kenangan
Brang Rea
3
3
Sapugara Bree
2,33
Desa Beru
1,67
Tepas
2,00
Bangkat Monteh
3,00
Seminar Salit
2,50
Tepas Sepakat
2,50
Moteng
Lamontet
2
2
3
0
2,50
1,00
Rarak Ronges
Brang Ene
2,50
3,00
4
4
3
4
2
3
2
3
4
3
4
3
2
2
4
3
3
3
1
3
3
2
2
4
3
3
3
1
3
2
Mura
Kalimantong
2,00
Lampok
2,00
Menemeng
Mujahiddin
0,50
Mataiyang
Jereweh
1,50
Dasan Anyar
Belo
1,67
Goa
0,67
Beru
Maluk
Maluk
2,00
Benete
1,50
Bukit Damai
2,50
2,67
2,33
3
2
2
3
1
2
3
2
2
3
1
2
2
1,50
1,50
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
3
2
2
3
1,00
Pasir Putih
Sekongkang
Sekongkang
Bawah
2,00
2,00
Sekongkang Atas
2,50
Tongo
2,00
Ai' Kangkung
2,50
Tatar
2,50
Talonang Baru
0,50
Kemuning
1,00
1
2
1
2
3
2
3
2
3
3
1
1
2
3
2
3
3
1
1
: Labuan Lalar.
Kecamatan : Taliwang.
Dusun ini memiliki penduduk sebanyak : 1.226 jiwa.
jumlah laki-laki: 674 jiwa.
perempuan : 592 jiwa.
Masyarakat yang tinggal adalah berprofesi sebagai nelayan dan buruh. Tingkat
pendidikan di kel/desa ini masih rendah, hanya beberapa orang saja yang
melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Di karenakan keterbatasan Biaya
dan Sumber daya manusia yang terbatas.
Setiap tahun Desa Labuan lalar mengalami kasus diare yang paling banyak, bahkan
sudah dikategorikan endemis beberapa tahun terakhir ini. Untuk kebutuhan air bersih,
masyarakat desa Labuan lalar mendapatkannya dari PDAM untuk mendapatkan air
bersih. Untuk kondisi sanitasi berupa air limbah, masyarakat masih mempergunakan
sungai dan dibuang ke pinggir laut sebagai tempat pembuangan tinja.
Kajian opsi parsipasi masyarakat dan jender pada area prioritas dilaksanakan dengan
melakukan FGD (Focus Group Discussion) di Desa Labuan Lalar Kecamatan
taliwang. FGD ini dihadiri oleh kuranglebih 25 orang perwakilan warga yang terdiri
dari tokoh masyarakat, perangkat dusun dan desa, ibu-ibu PKK, dan pemuda.
Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 23 oktober 2011 di Balai Desa Labuan Lalar.
Dari kegiatan ini dapat dilihat beberapa hal yang berkaitan dengan sanitasi :
1. Meskipun sebagian besar warga sudah memiliki jamban dengan septictank, tetapi
masih ada warga yang menggunakan pinggir pantai sebagai sarana buang air
besarnya.
KSB
Sehat
serta
penyuluhan-penyuluhan
kesehatan.
Dalam
pemberantasan
penyakit malaria biasanya sector swasta seperti PT. Newmont Nusa Tenggara telah
banyak melakukan penyemprotan setiap satu bulan sekali, intensitas penyemprotan
nyamuk
lingkungan dari berbagai tempat yang rusak karena tidak terawat dengan baik.
Bantuan berupa sarana dan prasarana atau pasilitas kesehatan, seperti Obat-obatan
yang bermutu dan berkualitas, peralatan yang canggih dan sebagainya diharapkan
dapat diberikan oleh PT.NNT terhadap sejumlah puskesmas yang ada di wilayah
lingkar tambang, seperti puskesmas kecamatan sekongkang dan puskesmas
kecamatan maluk. PT.NNT juga telah memberikan dukungan kepada puskesmas di
kecamatan sekongkang, maluk maupun jereweh berupa mobil untuk penganggkutan
pasien. Dalam menjalankan program di bidang kesehatan, selama ini PT NNT
bermitra dengan LSM lokal (LSM Lakmus). Pengelolaan program di bidang sanitasi
diharapkan dapat dilakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik di masa
yang mendatang.
5.4.1. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah oleh masyarakat dilakukan dengan mengumpulkan
barang bekas berupa kertas, kardus, plastik dan logam. Barang-barang ini
dikumpulkan dari pemulung oleh pemilik lapak/pengepul barang bekas. Salah satu
lokasi pengepul barang bekas adalah di Pedukuhan desa labuan lalar Kecamatan
Taliwang Di daerah tersebut terdapat sekitar penjajah sampah. malamnya tidak ada
pengusaha sampah yang mampu memonitoring kegiatan di TPA tersebut. Sehingga
proses kedepannya area sekitar TPA tersebut masih tidak proporsional dan
pelaksanaannya masih secara manual.
Sampah yang telah terkumpul dari dari para pemulung dipilahkan berdasarkan
jenisnya dan di pak untuk kemudian dikirim ke pabrik-pabrik daur ulang di daerah Bali
atau Nusa tenggara. Setiap minggu rata-rata tiap lapak dapat mengirimkan 5883
material untuk di daur ulang. Sedang sampah yang berupa kertas, kardus dan karet
dan plastik ada yang dimabil oleh pembeli dari luar kota ada yang harus dijual ke kota
BAB
VI
penduduk
di
dari pompa
sebagian
besar
jumlahrumahtanggapelanggan. sebanyak
2.589
Drainase
1. Pelayanan drainase belum merata ke seluruh daerah Kabupaten
Sumbawa Barat.
2. Masih banyaknya pemanfaatan drainase sebagai tempat pembuangan
sampah dan pendirian bangunan di atas drainase.
3. Drainase tidak berfungsi optimal akibat tingginya sedimentasi.
4. Perbaikan drainase dan pembebasan lahan yang dimanfaatkan sebagai
daerah tangkapan air untuk memperkecil luas genangan
Buku Putih Kabupaten Sumbawa Barat
REKOMENDASI
6.2.1. Air Bersih/Minum
1. Peningkatan teknologi agar air mampu mengalir di posisi topografi
tinggi.
2. Pengembangan sumber air baku melalui kerjasama dengan daerah lain
serta perbaikan kawasan catchment area agar kualitas air baku lebih
baik.
3. Mengupayakan adanya sumber sumber mata air baru (water spring)
yang dapat memenuhi kebutuhan
4. Peningkatan pelatihan yang menunjang profesionalisme pelayanan dan
meningkatnya kinerja pelayanan penyediaan air bersih.
6.2.2. Air Limbah
1. Peningkatan pemahaman masyarakat pentingnya pengolahan air
limbah sebelum dibuang ke badan air
2. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah
untuk meningkatkan
pemberdayaan,
pelatihan
dan
pendampingan
di
kesadaran
pengelola
perumahan
menengah
dan
kesadaran,
pemberdayaan
dan
pendampingan