Anda di halaman 1dari 20

PETUNJUK TEKNIS

Pt-T-18-2002-C

Perencanaan sarana air bersih dan PLP


di pondok pesantren

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

Daftar isi

Daftar isi
Pendahuluan
1

Ruang lingkup

Acuan Normatif

Definisi dan istilah

4 Perencanaan sarana air bersih pesantren


4.1 Sumber air bersih
4.2 Kebutuhan air bersih
4.3 Pemilihan teknologi pengolahan air bersih
5 Perencanaan sampah di pesantren
5.1 Sistem pengelolaan sampah
5.2 Wadah sampah
5.3 Pemilahan sampah
5.4 Jumlah peralatan yang dibutuhkan
6 MCK
6.1 Ruang mandi
6.2 Ruang cuci
6.3 Kakus
6.4 Peturasan
6.5 Tempat wudlu
7 Penanganan drainase di pesantren
7.1 Perencanaan drainase
7.2 Sumur resapan
8 Perencanaan sarana air limbah
8.1 Air limbah non kakus
8.2 Air limbah kakus

Petunjuk teknis
Perencanaan sarana air bersih dan PLP di pondok pesantren

Pendahuluan
Perencanaan sarana air bersih dan PLP di pesantren dimaksudkan sebagai pegangan bagi
perencana dan pelaksana yang bergerak dalam pengelolaan pesantren.
Petunjuk teknis ini merupakan kajian baru dalam pengelolaan sarana air bersih, sampah,
MCK, drainase dan air limbah di pondok pesantren. Petunjuk teknis ini berisi kriteria
perencanaan sarana air bersih dan PLP meliputi: penentuan kebutuhan minimum sarana,
pemilihan teknologi dan kapasitas layanan.
Petunjuk teknis ini bertujuan untuk memberikan dasar-dasar dalam perencanaan penyediaan
sarana air bersih dan PLP di pondok pesantren.

Ruang lingkup

Petunjuk teknis ini mencakup ketentuan-ketentuan umum dan teknis perencanaan sarana air
bersih dan PLP di pondok pesantren meliputi:
1)
(1)
(2)
(3)

Air bersih
kebutuhan air menurut jenis sarana
penentuan teknologi pengelolaan air bersih
kapasitas pelayanan

2) Persampahan
(1) penentuan timbulan sampah
(2) pemilihan teknologi sampah
3) MCK
(1) penentuan teknologi
(2) kapasitas pelayanan
4) Drainase
(1) perencanaan drainase
(2) penentuan teknologi pengelolaan drainase
5) Air limbah
(1) penentuan jenis air limbah
(2) penentuan teknologi pengolahan air limbah
2

Acuan normatif

1)
2)
3)

SK SNI S 04 1993 03
Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan
Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

Definisi dan istilah

Yang dimaksud dengan:


1) pondok pesantren adalah Lembaga Pendidikan Agama Islam yang diasuh oleh seorang
Kyai dan atau yayasan/organisasi dengan sistem asrama, pengajarannya berlangsung
dalam bentuk pengajian wetonan/sorogan atau dalam bentuk sekolah/madrasah
dengan masa belajar yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah atau
program kitab yang diselesaikan serta menjadikan mesjid sebagai pusat kegiatan.
2) pondok pesantren tipe A adalah pondok pesantren dimana para santri belajar dan
bertempat tinggal di asrama lingkungan pesantren.
3) pondok pesantren tipe B adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaran
secara klasikal (madrasah) dan pengajaran oleh Kyai bersifat aplikasi dan diberikan
pada waktu yang sudah ditentukan sedangkan para santri bertempat tinggal di asrama
lingkungan pesantren.
4) pondok pesantren tipe C adalah pondok pesantren yang hanya merupakan asrama,
sedangkan para santrinya belajar di luar (di madrasah atau sekolah umum) dan Kyai
hanya merupakan pengawas dan Pembina mental para santri tersebut.
5) pondok pesantren tipe D adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem
pondok dan sekaligus sistem sekolah/madrasah.
6) air bersih air yang tidak berbau, berwarna dan berasa dan memenuhi ketentuan baku
mata air yang berlaku.
7) mata air adalah sumber air yang muncul di permukaan tanah dimana air mengalir keluar
dengan sendirinya dari dalam tanah secara terus menerus karena tekanan air dalam
tanah.
8) air permukaan adalah air yang tersedia di permukaan tanah seperti air sungai, air
telaga, air danau.
9) air tanah adalah air yang didapat dari dalam tanah dengan cara menggali atau
memompa.
10) saringan pasir lambat adalah salah satu cara pengolahan air baku untuk menghasilkan
air bersih, beroperasi secara gravitasi dan serempak, terjadi proses fisis, proses
biokimia dan proses biologis.
11) sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
12) timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan
volume maupun berat per kapita per hari, atau per luas bangunan, atau perpanjang
jalan.
13) pemilahan adalah proses pemisahan sampah berdasarkan jenis sampah yang
dilakukan sejak dari sumber sampai dengan pembuangan akhir.
14) pengomposan adalah proses pengolahan sampah organik dengan bantuan mikro
organisme sehingga terbentuk kompos.
15) pembakaran sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan membakar
sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk/reduksi dari sampah
padat menjadi abu, gas dan cairan.
16) MCK adalah suatu istilah sarana pelayanan umum untuk mandi, mencuci, buang air
kecil/besar dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
17) sumur resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air
hujan kedalam tanah.
18) drainase adalah saluran pembuangan air hujan, untuk menampung limpasan air hujan
agar tidak tergenang dimana-mana, yang dapat menimbulkan lingkungan jadi becek
dan kotor.
19) air limbah adalah semua jenis air buangan dari kakus yang mengandung kotoran
manusia (black water) dan air buangan dari mandi, cuci dan kakus (grey water).
20) tangki septik adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan
yang berfungsi menampung/mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir

yang lambat sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap


suspensi padat dan kesempatan untuk menguraikan bahan-bahan organik oleh jasad
anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas. Effluen dan tangki septik
memerlukan sumur/bidang rembesan.
21) cubluk adalah sarana untuk menampung dan merembeskan limbah kakus dalam bentuk
sumuran (dengan menggali tanah).

Perencanaan sarana air bersih pesantren

4.1 Sumber air


Sumber air untuk pesantren dapat menggunakan beberapa sumber air yang berasal dari:
- Mata air
- Air permukaan (danau, air laut, irigasi, kali)
- Air tanah
4.2 Kebutuhan air bersih
4.2.1 Klasifikasi kebutuhan air
Perhitungan kebutuhan air untuk prasarana utama seperti Mesjid, Asrama, Fasilitas
Pendidikan sebagai berikut:
Mesjid:
Kebutuhan air di mesjid terutama untuk wudlu. Kebutuhan wudlu diperkirakan 25 L/org/hr.
Kebutuhan air rata-rata per hari dapat diperkirakan dari kebutuhan air dari orang yang tinggal
di lingkungan pesantren. Pada saat tertentu, kebutuhan air akan meningkat ketika ada
pengajian akbar.
Asrama:
Kebutuhan untuk asrama diperkirakan sama dengan kebutuhan air untuk rumah tangga
karena aktivitasnya tidak jauh berbeda dengan kebutuhan air rumah tangga. Kebutuhan air
untuk asrama diperkirakan dari jenis aktivitas santri/santriwati yang tinggal di asrama. Air
untuk asrama dipergunakan untuk mandi, mencuci dan masak. Diperkirakan kebutuhan air
sekitar 50 60 L/org/hr.
Fasilitas Pendidikan:
Di dalam lingkungan pesantren yang mempunyai fasilitas pendidikan, kebutuhan air
diperhitungkan berdasarkan aktivitas pendidikan yang ada. Kebutuhan air terutama adalah
untuk kamar mandi atau kakus. Perkiraan kebutuhan air 10 L/org/hr.
Kebutuhan air santri berdasarkan tipe pesantren dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Perkiraan penggunaan air berdasarkan
tipe pesantren
Type
pesantren
A
B
C
D

Penggunaan air yang utama


Mesjid, Asrama
Mesjid, Asrama, Sekolah
Mesjid, Asrama
Mesjid, Asrama, Fasilitas Pendidikan

Perkiraan air
(L/org/hr)
75 85
95 110
75 85
95 120

4.3 Pemilihan teknologi pengolahan air bersih


Jika di lokasi pesantren sudah masuk air bersih yang berasal dari PDAM, maka pesantren
tidak perlu memikirkan cara-cara pengolahan air bersih karena bisa langsung menggunakan
air bersih yang disediakan oleh PDAM, tetapi jika PDAM belum masuk pada lokasi
pesantren, maka dapat dilakukan pemilihan sistem penyediaan air bersih yang sesuai
dengan potensi sumber air yang tersedia sebagai berikut:
- Jika mata air berpotensi untuk dijadikan sumber air, maka sumber air bisa langsung
dipergunakan tanpa pengolahan terlebih dahulu.
- Jika yang tersedia berupa sumber dari permukaan, maka ada 2 kemungkinan:
o Jika air belum tercemar dan tidak keruh dapat diolah dengan menggunakan saringan
pasir sederhana (insert gambar SPS)

Gambar 1
Saringan Pasir Sederhana

Gambar 2
Model Instalasi Saringan Pasir Sederhana

Jika kekeruhannya lebih kecil dari 50 NTU maka dapat dilakukan pengolahan dengan
proses saringan pasir lambat atau jika kekeruhannya lebih besar dari 50 NTU maka
dapat diolah menggunakan saringan pasir lambat yang dilengkapi dengan bak
sedimentasi (insert gambar SPL)

Gambar 3
Tampak Atas Saringan Pasir Lambat

Gambar 4
Potongan Instalasi Saringan Pasir Lambat
Jika air baku keruh atau koloid dapat dilakukan proses pengolahan dengan Tipe
Cikapayang (insert gambar)

Gambar 5
Instalasi Pengolahan Air Tipe Cikapayang

Gambar 6
Proses Penjernihan Air Tipe Cikapayang
Jika posisi sumber air terletak di bawah daerah pelayanan maka untuk menaikkan
sumber air tersebut digunakan pompa hidran, kemudian cara pengolahannya dapat
dilakukan seperti pada sumber air permukaan yang dialirkan langsung.

Gambar 7
Pompa Hidrolik Ram

Gambar 8
Model Instalasi Hidrolik Ram

Jika sumber air hanya berpotensi dari air tanah maka penyediaan air bersih dapat dilakukan
dengan 2 alternatif:
Jika kualitas air baku sudah memenuhi persyaratan air bersih, maka air dapat digunakan
secara langsung.
Jika kualitas air bersih keruh, mengandung besi dan mangan, maka dapat digunakan
teknologi saringan pasir sederhana.
Pemilihan sistem penyediaan air bersih selain PDAM dapat dilihat pada gambar 1.

Perencanaan sampah di pesantren

5.1 Sistem pengelolaan sampah


Untuk menentukan pengelolaan sampah di pesantren harus diketahui dulu jenis dan jumlah
timbulan sampah. Besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota, sampah pesantren
digolongkan pada klasifikasi kota sedang, yaitu yang bervolume 2,75 3,25 L/org/hr dan
berat 0,70 0,80 kg/org/hr.
Cara pengelolaan sampah dilakukan sebagai berikut :
a Sampah organik
diolah dengan cara komposter komunal atau pengomposan skala lingkungan
Cara perhitungan:
- untuk jumlah santri 100 s/d 1000 orang dapat menggunakan komposter komunal dengan
jumlah 2-20 unit
- untuk jumlah santri lebih dari 1000 orang dapat menggunakan pengomposan skala
lingkungan.
b Sampah yang mudah terbakar
Sampah yang mudah terbakar seperti kertas, kayu, kain, daun kering, ranting dan lainnya
dapat diolah dengan menggunakan tungku pembakaran sampah skala kecil.
c Sampah lainnya
Sampah lainnya seperti plastik, gelas/kaca, kaleng, berankal dan dainnya dapat dikelola
seperti berikut:
- Bahan yang masih dapat dimanfaatkan dipisahkan untuk dijual ke tempat penampungan
barang-barang bekas.
- Bahan yang tidak bernilai ekonomis dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara
(TPS), selanjutnya dikelola oleh Dinas Kebersihan setempat. Untuk pesantren yang
berlokasi di pedesaan dimana tidak ada dinas kebersihan, maka sampah bisa ditimbun
dalam tanah.
5.2 Wadah sampah
Wadah sampah sebaiknya disediakan sesuai dengan jenis sampah yaitu:
- Wadah sampah organik
- Wadah sampah anorganik
5.3 Pemilahan sampah
Sampah sebaiknya dipilah sejak awal seperti:
- Sampah organik seperti sisa makanan, daun pembungkus, kulit buah-buahan, sisa
sayuran dimasukkan ke dalam wadah sampah organik.
- Sampah anorganik seperti kertas, kayu, kaca, gelas, plastik, besi, logam dan lainnya
dimasukkan ke dalam wadah sampah anorganik.

5.4 Jumlah peralatan yang dibutuhkan


Untuk pengelolaan sampah dibutuhkan jenis-jenis dan jumlah peralatan persampahan yang
sesuai dengan kebutuhan jumlah santri sebagai berikut:
Tabel 2
Kebutuhan alat untuk santri 100 s/d 1000 orang
No
1
2
3

Alat
Komposter komunal
Tungku pembakaran
Gerobak

Jumlah
2 20 unit
1 unit
1 unit

Tabel 3
Kebutuhan alat untuk santri > 1000 orang
No
1
2
3

Alat
Pengomposan skala lingkungan
Tungku pembakaran
Gerobak

Gambar 9
Tungku Pembakaran Sampah

Jumlah
1 unit
1 unit
1 unit

Gambar 10
Insinerator Kapasitas

Gambar 11
Komposter Komunal
6

MCK

Mandi, Cuci, Kakus (MCK) adalah aktifitas manusia yang dilakukan pada lokasi tertentu.
MCK lebih banyak ditujukan untun meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memperbaiki kondisi sanitasi lingkungan permukiman.
a Dasar-dasar perencanaan MCK
- Lokasi, bangunan MCK pada pesantren dapat ditempatkan menyatu dengan asrama,
fasilitas pendidikan dan mesjid.
Tata letak, bangunan MCK untuk santri laki-laki dan perempuan diletakkan secara
terpisah.
b Kapasitas layanan
- Semua ruanga harus dapat melayani kebutuhan pada waktu (jam) yang paling sibuk
- Luas ruangan disediakan harus memenuhi persyaratan matra ruang.
Fasilitas yang dibutuhkan untuk menyehatkan lingkungan pesantren diantaranya:
6.1 Ruang mandi
- Ukuran luas ruang minimum 1,85 m2 = (1,7 m x 1,1 m)

Tinggi dinding:

- dengan atap 2,2 m


- tanpa atap 1,8 m
Ukuran bak penampang air: minimum (60 x 60 x 60) cm
Penerangan dapat menggunakan pencahayaan alami dan buatan
Untuk sirkulasi diperlukan bukaan/ventilasi secukupnya

6.2 Ruang cuci


- Ukuran luas ruang minimum 3 m2 = (1,5 x 2) m
- Ukuran bak penampungan air minimum berkapasitas 350 liter, dengan asumsii
pemakaian air untuk mencuci 20 35 liter/orang/hari
- Ruang cuci sebaiknya terbuka, tanpa atap atau dinding
6.3 Kakus
Bangunan kakus minimum terdiri dari ruang penmpung tinja, kloset dan bangunan termasuk
pondasinya.
Kakus dapat dilengkapi atau atau tanpa atap. Untuk kakus yang tidak dilengkapi pintu, jalan
msuk ke ruang kakus harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlihat secara langsung
dari luar.
- Ukuran luas sekurang-kurangnya 1,2 m2 = (1 x 1,2) m
- Bangunan kakus dengan atap, tinggi dinding sekurangnya 2 m
- Bangunan kakus tanpa atap, tinggi dinding sekurangnya 1,6 m
- Dilengkapi dengan ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara
- Dilengkapi dengan bak air untuk menggelontor tinja

Gambar 12
Denah MCK Pondok Pesantren
6.4 Peturasan (urinior)
Peturasan adalah tempat buang air kecil untuk pria
- Ukuran ruang minimum 3 x 1,5 m, mempunyai 4 5 buah peturasan
- Dilengkapi dengan kran dan saluran air buangan
6.5 Tempat wudlu
Pondok pesantren dilengkapi dengan tempat wudlu para santri yang terpisah untuk wanita
dan pria, biasanya letaknya bersatu dengan mesjid.
- Luas ruang minimal 2 x 1 m
- Bak penampung air

Dilengkapi dengan 2 -4 kran atau pancuran

Untuk penyediaan sarana MCK yang memadai, perencanaan kebutuhan ruang dapat
ditentukan sebagai berikut:
Tabel 4
Perhitungan kebutuhan MCK
berdasarkan kapasitas layanan dan jumlah santri
Jenis Sarana/
Dimensi

100 santri
(Unit)
10
8
16
9
4

Mandi (1,7 x 1,10) m


Cuci (1,00 x 0,9)
Kakus (1,40 x 0,80)
Peturasan
Kran/Pancuran

Layanan
1000 santri
(Unit)
100
80
160
90
40

3000 santri
(Unit)
300
240
480
270
120

Penanganan drainase di pesantren

Untuk penanganan air hujan di pesantren sebaiknya dengan menggunakan pipa porus dan
sumur resapan air hujan. Hal tersebut dimaksudkan sebagai imbuhan terhadap air tanah.
7.1 Perencanaan drainase
Dalam merencanakan drainase terlebih dahulu harus dihitung debit air yang akan dialirkan
dengan menggunakan rumus:
Q = 0,00278 x C x I x A
dengan:
Q
= debit rencana (dalam m3/detik)
0,00278
= angka konversi
C
= koefisien limpasan
I
= intensitas curah hujan dalam mm/detik
A
= luas daerah tangkapan hujan dalam Ha
Harga koefisien limpasan

KONDISI
Daerah Perumahan
Tidak begitu rapat
Kerapatan sedang
Sangat sedang
Daerah taman & rekreasi
Daerah industri
Daerah perdagangan

20 rmh/ha
20 60 rmh/ha
60 160 rmh/ha

Harga C
0,25 1,40
0,40 0,70
0,70 0,80
0,20 0,30
0,80 0,90
0,90 0,95

Sedangkan besarnya saluran drainase dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning
seperti berikut:
I
2/3
Q = --- x R
x
n

1/2
S

x A

Dengan:
Q
A
R
N
S

= debit air m3/detik


= luas penampang air m2
= jari-jari hidrolis M
= koefisien kekasaran permukaan saluran dari Manning
= kemiringan saluran

Sedang R = A/O dimana, O = keliling basah saluran


Koefisien Manning (n) merupakan koefisien yang tergantung dari bahan saluran dan
kekasaran permukaan saluran. Koefisien Manning pada perencanaan drainase dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5
Koefisien Manning
No
1
2
3
4

Type Saluran

Koefisien Manning (n)


0,015
1,025
1,035 0,045
0,040 0,050

Saluran beton
Saluran batu kali/belah
Saluran tanpa perkerasan
Sungai

7.2 Sumur resapan


Jumlah sumur resapan yang diterapkan di pesantren sesuai dengan luas lahan dan jenis
tanah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Contoh perhitungan jumlah sumur resapan berpenampang lingkaran dengan
Hrencana = 2 meter dan efisiensi penyerapan 75 %

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Luas
Bidang
Tanah
2
(m )
20
30
40
50
60
70
80
90
100
200
300
400
500

Keterangan:
C
R
Kh

Lempung Kelanauan
3
2
Kv = 0.480 (m /m hr)
Drencana (m)
0.8
1
1.2
1
*
*
1
1
*
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
2
7
4
3
10
7
5
14
9
6
17
12
8

= 0,85
= 63,80
= 63,80
= Kv,

Jumlah Sumur (buah)


Jenis Tanah
Pasir Halus
3
2
Kv = 0.864 (m /m hr)
D rencana (m)
0.8
1
1.2
1
*
*
1
1
*
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
7
4
3
10
7
5
14
9
6
17
11
8

mm/hr (Jawa Barat)


L/m2/hr
diabaikan

Pasir Kasar
3
2
Kv = 8.640 (m /m hr)
Drencana (m)
0.8
1
1.2
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
1
*
*
1
1
*
1
1
1
2
1
1
2
1
1
6
4
2
9
6
4
12
8
6
16
10
7

Tipe dan konstruksi sumur resapan adalah sebagai berikut:

Gambar 13
Sumur Resapan Air Hujan

Perencanaan sarana air limbah

Air limbah yang berasal dari kamar mandi, kakus, ruang cuci, peturasan dan kran atau
pancuran untuk wudlu dapat dikelola sebagai berikut:
- Jika di wilayah pesantren sudah masuk pelayanan pipa air kotor, maka pesantren tidak
perlu menyediakan sarana pengelolaan air kotor.
- tapi bila pesantren belum terlayani oleh pipa air kotor, maka pesantren harus
menyediakan sarana pengolahan air limbah dengan pemilihan alternatif pengolahan
sebagai berikut:
8.1 Air limbah non kakus
Air limbah yang berasal dari air cuci, kran atau pancuran dan peturasan diolah dengan IPAL
non kakus, berupa biofilter sistim hybrid, adapun jumlah dari instalasi yang harus dipasang:
- untuk pesantren dengan jumlah santri sampai 100 orang menggunakan biofilter hibrid
sebanyak 1 unit yang berkapasitas 11 m3
- untuk pesantren dengan jumlah santri sampai 1000 orang diperlukan biofilter hibrid
sebanyak 10 unit yang berkapasitas 11 m3
- untuk pesantren dengan jumlah santri sampai 3000 orang diperlukan biofilter hibrid
sebanyak 10 unit yang berkapasitas 25 m3
8.2

Air limbah kakus

8.2.1 Cubluk kembar


Cubluk kembar adalah 2 buah sumur/lubang untuk menampung dan membersihkan limbah
dari kakus yang dibuat dengan cara menggali tanah dan digunakan secara bergantian.
Keuntungan penggunaan cubluk kembar dapat dipakai sepanjang masa secara bergantian
dan lumpur yang sudah menjadi tanah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan dapat
menurunkan polutan organic sehingga aman untuk diresapkan ke dalam tanah dengan
persyaratan jarak minimal ke sumber air bersih 10 m.
Cubluk kembar dapat ditempatkan pada persil terbuka, di serambi atau di bawah badan jalan
setapak.
Cubluk kembar tidak boleh dibangun pada daerah dengan kepadatan penduduk 300
orang/ha dengan memanfaatkan air bersih setempat (sumur dangkal)

Tabel 7
Kebutuhan cubluk kembar pondok pesantren

100 orang
Unit
4

Kap
4,2 m3

Kapasitas Pondok Pesantren


500 - 1000 orang
Unit
Kap
tidak
tidak
disarankan
disarankan

1000 - 3000 orang


Unit
Kap
tidak
tidak
disarankan
disarankan

Gambar 14
Penampang sumur resapan

Gambar 15
Pemasangan instalasi sumur resapan

Gambar 16
Penampang drainase ramah lingkungan

Gambar 17
Cubluk kembar

Gambar 18
Penampang cubluk kembar

Gambar 19
Tampak atas tabung cubluk

8.2.2 Tangki septik dengan bidang resapan


Tangki septik adalah suatu ruang kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang
berfungsi menampung/mengolah air limbah rumah tangga (kakus) dengan kecepatan air
yang lambat, sehingga memberi kesempatan terjadinya pengendapan terhadap suspensi
benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organic oleh jasad
anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas.

Efluen dan tangki septik masih mengandung jasad-jasad renik dan zat-zat organik, maka
perlu pengolahan lebih lanjut berupa bidang resapan.
Keuntungan penggunaan tangki septik dengan bidang resapan adalah dapat menurunkan
polutan organik sebesar 80 90 %.
Tabel 8
Kebutuhan tangki septik dan bidang resapan pondok pesantren

Unit
1

100 orang
Kap.
L. Bid.
Res.
48,6 m3 168 m2

Kapasitas Pondok Pesantren


500 1000 orang
Unit
Kap.
L. Bid.
Res.
10
48,6 m3
tidak
disaran
kan

1000 3000 orang


Unit
Kap.
L. Bid.
Res.
10
100 m3
tidak
disaran
kan

8.2.3 Tangki septik dengan Upflow filter


Bila muka air tanah di lokasi pesantren termasuk katagori air tanah tinggi, maka bidang
resapan tidak bisa diterapkan di tempat tersebut. Alternatif pengolahan efluen dari tangki
septik dapat menggunakan Upflow filter.
Keuntungan penggunaan Upflow filter dapat menurunkan polutan organik sebesar 70 80%,
sehingga menghasilkan air buangan dengan nilai BOD sebesar 60 90 mg/L.
Tabel 9
Kebutuhan tangki septik dan bidang resapan pondok pesantren
Kapasitas Pondok Pesantren
100 orang
500 1000 orang
1000 3000 orang
Tangki septik
Unit
Kap
1

48,6
m3

Upflow
Unit
Kap
2

3,6
m2

Tangki septik
Unit
Kap
10

48,6
m3

Upflow
Unit
Kap
20

Gambar 20
Penampang Upflow

3,6
m2

Tangki septik
Unit
Kap
10

100
m3

Upflow
Unit
Kap
20

100
m3

8.2.4 Biofilter Joukasho


Merupakan suatu tangki pengolahan air limbah rumah tangga individual yang terbagi
menjadi empat kompartemen, tiga diantaranya berisi media kontraktor dengan karakteristik
yang berbeda.
Tangki biofilter dapat ditempatkan pada persil terbuka atau pada halaman rumah yang dekat
dengan saluran air hujan.
Keuntungannya dapat menurunkan polutan organik sebesar 80 90 % sehingga
menghasilkan air olahan dengan nilai BOD sebesar 30 50 mg/L.
Tabel 10
Kebutuhan Joukasho pondok pesantren

100 orang
Unit
Kap.
1
21,6 m3

Kapasitas Pondok Pesantren


500 1000 orang
Unit
Kap.
10
21,6 m3

Gambar 21
Biofilter tipe Joukasho

Gambar 22
Penampang Joukasho

1000 3000 orang


Unit
Kap.
30
21,6 m3

Gambar 23
Biofilter dengan Pasangan Bata

Gambar 24
Penampang Biofilter Pasangan Bata

Anda mungkin juga menyukai