Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PERENCANAAN AIR BERSIH

OLEH :

JESSICA JOSEPHIND TALIE

(1923716032)

VI TPIPP B

JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI KUPANG

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Sistem Penyediaan Air Bersih ini.

laporan ini merupakan laporan perencanaan dan perhitungan sistem penyediaan air bersih.

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Sistem Penyediaan Air Bersih

pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022,

Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada bapak Indra Lasmana, ST., MT selaku dosen mata kuliah

Seistem Penyediaan Air Bersih dan kepada semua teman – teman kelas maupun teman – teman

seangkatan yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

saya tau laporan ini, masih banyak kekurangan untuk itu saya mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi memperbaiki laporan ini untuk menuju kesempurnaan

laporan ini.

Akhir kata, saya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca mengenai

pengetahuan bangunan air.

Kupang, 20 Juli 2022

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga ketersediaan air

bersih sangatlah penting. Dalam keseharian air dimanfaatkan tidak hanya terbatas untuk

keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial dan ekonomi.

Kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan perkembangan populasi

manusia. Melalui pertumbuhan penduduk, terjadi pergerakan dinamik dalam masyarakat

baik dalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga kebutuhan dan permintaan

air bersih pun akan terus meningkat.

Lingkungan dengan kepadatan penduduk tinggi akan mengurangi kemudahan akses

air bersih karena masyarakat yang sebelumnya dapat memperoleh air bersih dari sumur

gali, menjadi kesulitan akibat lahan yang terbatas. Selain itu faktor kondisi alam juga

mempengaruhi akses air bersih. Pada daerah tertentu air bersih sulit didapatkan karena

kondisi kontur dan tanahnya. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan

memanfaatkan operasional PDAM.

Dalam upaya penyediaan air bersih, jaringan distribusi merupakan hal yang penting

karena jaringan distribusi inilah yang menyalurkan air dari instalasi produksi menuju

konsumen air bersih.

Pada Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, dengan

penduduknya yang semakin bertambah maka kebutuhan air bersih pada kelurahan ini

juga semakin besar. Dengan beragam aktivitas yang ada membuat pelayanan air bersih

iii
harus sesui dengan karakteristik pemakaian dan kebutuhan air bersih yang beragam. Oleh

sebab itu di rencakananlah sistem jaringan air bersih untuk memenuhi permintaan –

permintaan masyarakat kelurahan kayu putih ini.

1.2. Rumusan Masalah

1) Berapa kebutuhan air bersih yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih

dalam rentang waktu selama 25 tahun kedepan sesuai pertambahan penduduk di

Kelurahan Kayu Putih, Kec. Oebobo, Kota Kupang ?

2) Bagaimana merencanakan sistem jaringan air bersih di Kelurahan Kayu Putih, Kec.

Oebobo, Kata Kupang ?

1.3. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui kebutuhan air bersih dalam rentang waktu selama 25 tahun ke

depan di Kelurahan Kayu Putih, Kec.Oebobo, Kota Kupang.

2) Untuk mengetahui perencanaan sistem jaringan air bersih dengan kebutuhan

masyarakat di Kelurahan Kayu Putih, Kec. Oebobo, Kota Kupang.

1.4. Manfaat Penulisan

1) Untuk menambah pengetahuan dalam bidang teknik sumber daya air.

2) Sebagai bahan pustaka bagi pembaca dalam mempelajari dan memahami teori

terhadap kebutuhan dan pemakaian air bersih bagi makhluk hidup, khususnya

manusia.

1.5. Batasan Masalah

1) Daerah penelitian ini difokuskan hanya pada Kelurahan Kayu putih, Kecamatan

Oebobo, Kota Kupang.

iv
2) Menghitung jumlah penduduk untuk 25 tahun ke depan dengan menggunakan metode

Aritmatik, Geometrik, dan Least Square.

3) Menghitung kebutuhan air bersih masyarakat Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan

Oebobo, Kota Kupang. (nomor absen 11 menghitung kebutuhan air untuk

perencanaan tahun 2038 )

4) Menghitung kehilangan energy.

5) Merencanakan dimensi reservoir.

v
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air Bersih

Air bersih adalah air yang memenuhi kualitas air (Standar Kualitas Air Bersih) yang

telah ditentukan (badan resmi pemerintah) sehingga jika digunakan tidak berbahaya atau

menggangu kesehatan terhadap para pemakai (konsumen) dan tidak merusak peralatan

dalam menggunakannya. Aliran air dalam suatu aliran dapat berupa aliran saluran terbuka

maupun aliran pipa. Kedua jenis aliran tersebut sama dalam banyak hal namun berbeda

dalam satu hal yaitu aliran terbuka harus memiliki permukaan bebas, sedangkan aliran pipa

tertutup tidak demikian karena harus mengisi seluruh aliran, permukaan bebas di pengaruhi

oleh tekanan udara. Aliran pipa yang terkurung dalam saluran tertutup tidak terpengaruh

langsung oleh tekanan udara kecuali tekanan hidrolik. Saluran terbuka adalah saluran yang

mengalir dengan suatu permukaan bebas. Menurut asalnya saluran ini dapat di golongkan

menjadi saluran alam dan saluran buatan.

Saluran tertutup/ saluran pipa adalah saluran yang biasanya berpenampang lingkaran

dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang

dialirkan melalui pipa biasa merupakan zat cair/ gas dan tekanan bisa lebih besar/ kecil dari

tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran tersebut termasuk

dalam aliran saluran terbuka (Bambang Triatmojo, 1993).

Penyediaan air dalam jumlah yang cukup, baik untuk keperluan domestic atau

kegiatan lainnya tidak hanya mempunyai arti terpenuhinya permintaan dan kebutuhan itu

vi
sendiri. Tetapi lebih jauh dari itu akan mendukung kemungkinan masyarakat untuk hidup

higenis. Bahkan penggunaan air untuk tujuan kesehatan pada dasarnya merupakan alasan

utama pengembangan suatu sistem penyediaan air minum. (Babbit. Water Supply

Engineering, 1989).

2.1.1. Sumber Air Bersih

Menurut Lowa (1983) dalam Bartholdy, 2009. Mengatakan bahwa air bersih

adalah air yang memenuhi syarat kualitas air (standar kualitas air bersih) yang telah

ditentukan (Badan Resmi/ Pemerintah) sehingga jika digunakan tidak berbahaya atau

menganggu kesehatan konsumen dan tidak merusak peralatan dalam penggunaannya.

Air bersih juga merupakan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari – hari yang

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagian batasannya air bersih

adalah air yang memenuhi persyaratan yang dimaksud adalah segi kualitas air yang

meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis. Sehingga bila di konsumsi

tidak menimbulkan efek samping.

Sumber daya air merupakan sumber daya fisik dan dalam pengembangannya

tidak terlepas dari sumber daya lainnya, karena sumber daya air tersusun dari

beberapa unsur didalamnya merupakan kesatuan yang tidak terpisah. Dari hal diatas

terlihat bahwa sumber daya air potensial di Indonesia saat ini diperkirakan baru

dimanfaatkan dibahwa 20%, sehingga air merupakan sumber yang harus

mendapatkan perhatian besar (Subarkah, 1980).

2.1.2. Macam – macam Sumber Air

vii
Seperti telah di ketahui bahwa sumber air merupakan bagian dari suatu siklus

air yaitu siklus yang selalu kontinu antara air laut dan daratan yang berlangsung terus

menerus. Tetapi siklus air ini tidak merata karena melihat perbedaan besar dari tahun

ke tahun, dari musim ke musim yang berikutnya juga dari wilayah ke wilayah yang

sirkulasi air ini juga di pengaruhi oleh kondisi meteorology yaitu suhu, tekanan

atmosfir, angin, dan kondisi topografi. Secara umum sumber air dapat dikategorikan :

1) Air Hujan/ Air Angkasa

Air hujan merupakan penyumbliman awal/ uap air menjadi air murni yang

ketika turun dan melalui udara akan melalui benda – benda yang terdapat di

udara, diantara benda – benda yang terlarut dari udara tersebut adalah : gas O2,

Co2, N2, juga zat – zat renik dan debu. Dalam keadaan murni, air hujan sangat

bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena

ada pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industry/ debu dan lain

sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan jangan dimulai pada saat hujan

mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

2) Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapatkan pengotoran selama pengaliran.

Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang

tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat – tempat yang dekat

dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan dan sisa kegiatan

manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya akan

dibuang ke dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga

viii
turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang –

batang kayu, daun – daun, tinja dan lain – lain. Jadi, dapat dipahami bahwa air

permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh

kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapatkan

perhatian yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan bakar air

bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan

adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut, lautan, dan sebagainya

(Kusnoputanto, 1986).

3) Air Tanah

Jumlah air di bumi relative konstan, tetapi air tidak diam, melainkan

bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus

hidrologi. Pada proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan

tersebut ada yang mengalir masuk ke permukaan da nada juga yang meresap ke

dalam tanah sehingga menjadi air tanah yang baik yang dangkal maupun yang

dalam (Slamet, 2009) air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses –

proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalananya ke bawah

tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan

air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di

bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah

dapat tercemar oleh zat – zat yang menganggu kesehatan.

Air tanah dibagi atas 2 yaiutu :

a) Air Tanah Dangkal

ix
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan

tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan

jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah

ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur – sumur

dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkat kuantitasnya kurang cukup

dan tergantung pada musim.

b) Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100 – 300 meter.

Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal

sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit

dipengaruhi oleh perubahan musim.

4) Mata Air

Mata air sebenarnya merupakan air tanah tetapi karena mempunyai

kekhususan yaitu mengalir ke permukaan tanah dengan sendirinya akibat dari

gaya gravitasi (daerah tinggi ke daerah rendah) maupun merambag ke permukaan

tanah akibat tekanan.

2.1.3. Persyaratan Air Bersih

Di Indonesia untuk standar kualitas air minum didasarkan atas Peraturan

Pemerintah 1990. Pedoman ini juga memperhatikan standar kualitas air bersih yang

dikeluarkan World Health Organization (WHO). Organisasi kesehatan sedimen yang

ada pada lembaga PBB agar air dapat digunakan untuk kebutuhan minum, masak,

mandi, dan sebagainya, maka air harus memenuhi syarat kualitas yang di tentukan

sehingga air bersih menjadi (Widyawati, 2008 : 5) :

x
1) Tidak berbahaya bagi yang memakai terutama manusia

2) Tidak merusak alat – alat yang digunakan

Syarat – syarat tersebut antara lain :

1) Syarat Fisik

Menyangkut keadaan fisik yang dapat langsung dilihat dan dirasakan. Air yang

berkualitas harus :

a) Tidak berbau

b) Tidak berasa

c) Tidak berwarna

d) Sejuk (suhu normal)

e) Syarat kimia

Menyangkut senyawa zat – zat kimia yang terkandung didalmnya dan batas –

batas kehadiran zat – zat tersebut yang berada dalam air :

a) Tidak boleh mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya

logam – logam berat dan beracun dan lain sebagainya.

b) Tidak boleh melampaui kadar dosis yang ditentukan dalam standar kualitas air

minum dapartemen kesehatan.

2) Syarat Biologis/ Microbiologi

Didalam air selain mungkin terkandung bahwa kimia yang berbahaya ataupun

fisiknya kurang baik juga dapat pula mengandung bakteri – bakteri penyakit yang

mengakibatkan timbulnya penyakit. Kadang air tampak bening namun dapat

mengandung bibit penyakit yang dapat membahayakan bakteri pathogen. Untuk

xi
mengetahui apakah air tercemari dengan bakteri penyakit, maka umumnya

pemeriksaan air dilakukan dengan “Caliform Test” yaitu tes terhadap air apakah

mengandung bakteri coli dan air yang baik bila dalam 100 ml air tidak terdapat

bakteri coli (100 ml air/ 0 coli).

3) Syarat Radiologi

Tidak mengandung unsur radiologi seperti uranium. Disamping hal tersebut perlu

diperhatikan secara khusus adalah pH air (derajat keasaman air), air bersifat netral

bila pH = 7. Namun apabila :

a) pH < 7, maka :

- Air bersifat asam, dimana air akan agresif dan dapat menyebabkan

terjadinya korosi pada logam – logam tertentu yang menggunakannya,

misalnya besi.

- Menyebabkan sabun cepat habis dan tidak bisa terjadi busa.

- Air yang pHnya rendah dapat menggunakan pipa yang tidak dapat

mempengaruhinya, misalnya pipa PVC.

b) pH > 7, maka :

- Air bersifat basah.

- Menyebabkan busa sabut tidak dapat bersatu dengan air.

- Rasanya lebih segar

- Jika terlalu besar pHnya, dapat menyebabkan pipa cepat mengecil.

2.1.4. Kebutuhan Air Bersih

xii
Kebutuhan air bersih yang diperlukan suatu daerah ditentukan berdasarkan dua

parameter yaitu jumlah penduduk dan tingkat konsumsi air.

Air bersih digunakan bukan saja di rumah tangga tapi juga untuk kegiatan –

kegiatan lain, tergantung dari kebutuhannya. Tentu saja pemanfaatan air bersih ini

akan memberikan dampak bukan saja meningkatnya kesehatan masyarakat, tetapi

juga mensejahterakan masyarakat dengan perkembangan ekonomi akribat

ketersediaan akan air bersih dalam berbagai kebutuhan.

Adapun aspek kegiatan yang memanfaatkan air bersih, selain untuk

kebutuhan rumah tangga, antara lain :

a) kegiatan social : rumah sakit, sekolah, rumah ibadat, dan sebagainya.

b) Kegiatan Ekonomi : pasar, toko, restoran, dan sebagainya.

c) Kegiatan industri : pabrik – pabrik, industri rumah, dan sebagainya.

d) Transportasi : stasiun, pelabuhan, terminal, dan sebagainya.

e) Pariwisata/ Rekreasi : taman, kolam renang, air mancur, kebun binatang, dan

sebagainya.

Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan

berkelanjutan. Sedangkan kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih waktu

ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan

pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini, disebabkan oleh peningkatan jumlah

penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/ kawasa,

pelayanan ataupun hal – hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi social

ekonomi warga (SDA Terpadu,2013).

2.1.5. Analisa Kebutuhan Air Bersih

xiii
Dalam analisis kebutuhan air bersih, kebutuhan air yang diperhitungkan

meliputi kebutuhan air domestic dan kebutuhan air non domestic (Direktorat Jendral

Cipta Karya, 1996).

2.1.6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Bersih

Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih meliputi iklim,

karakteristik daerah, ukuran kota, sistem senitasi yang digunakan, sistem operasi dan

pemeliharaan, tekanan air dalam pipa, kualitas air, pengunaan materi air, tingkat

ekonomi masyarakat dan harga air. Selain itu juga terdabat beberapa faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan air bersih seperti jumlah penduduk, fasilitas air bersih, dan

aktfitas sehari – hari.

2.1.7. Standar Kebutuhan Air Bersih

1) Klasifikasi Kota dan Desa

Tabel 2.1. Klasifikasi Kategori

Jumlah Rumah
NO. Kategori Wilayah Jumlah Penduduk (Jiwa)
(Buah)
1. Kota Metropolitan >1.000.000 >200.000
2. Kota Besar 500.000 – 1.000.000 100.000 – 200.000
3. Kota Sedang 100.000 – 500.000 20.000 – 100.000
4. Kota Kecil 10.000 – 100.000 2.000 – 20.000
5. Desa 3.000 – 10.000 600 – 2.000
Sumber : Dapartemen Pekerjaan Umum dan Prasarana Wilayah Badan Pengembangan SDM Pusat

Pendidikan Keahlian Teknik Bandung, 2002.

2) Klasifikasi Daerah Pelayanan

Tabel 2.2. Kebutuhan Air Bersih Kota dan Desa (Domestik)

NO Kategori Wilayah Pemakaian Air (lr/org/ hr) Tingkat Pelayanan

xiv
. (%)
1. Kota Metropolitan 190 100
2. Kota Besar 170 100
3. Kota Sedang 150 100
4. Kota Kecil 130 80
5. Desa 100 80
Sumber : Dapartemen Pekerjaan Umum dan Prasarana Wilayah Badan Pengembangan SDM Pusat

Pendidikan Keahlian Teknik Bandung, 2002.

3) Kebutuhan Air Bersih Kota dan Desa (Non Domestik)

Tabel 2.3. Kebutuhan Air Bersih Kota dan Desa (Non Domestik)

NO Pemakaian Air Rata –rata per


Jenis Kebutuhan Keterangan
. Hari (Liter)
1. Kantor 100 – 200 Per karyawan
Setiap tempat tidur
2. Rumah Sakit 250 – 1000
pasien
3. Gedung Bioskop 10 Per pengunjung
Sekolah Dasar Per murid, guru : 100
4. 40 – 50
SLTP liter
SLTA dan Lebih Per murid, guru : 100
5. 80
Tinggi liter
6. Laboratorium 100 – 200 Per karyawan
Pengunjung, karyawan :
7. Toserba 3
100 liter
Buruh Pria : 80
8. Industri/ Pabrik Perorang pershift
Buruh Wanita : 100
Stasiun dan
9. 3 Setiap penumpang
Terminal
10. Restoran 30 Penghuni : 160 liter
11. Hotel 250 – 300 Untuk setiap tamu
12. Perkumpulan Sosial 30 Untuk setiap tamu
Jumlah jemaat setiap
13. Tempat Ibadah 10
hari
Sumber : Pompa dan kompresor pemilihan, pemakaian dan pemeliharaan (Sularso, Huroa Tahara, 19998).

4) Kriteria Perencanaan Air Bersih

Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan Air Bersih

xv
Ketegori berdasarkan jumlah penduduk (jiwa)
Kota
Kota Desa
Metropolita Kota Besar Kota Kecil
Uraian Sedang
n
500.000 – 100.000 – 20.000 – <20.000
>1.000.000
1.000.000 500.000 100.000
1. Konsumsi
unit sambungan 60 – 80
>150 150 - 120 90 - 120 80 - 120
rumah (lr/org/
hr)
2. Konsumsi
unit hidran 20 – 40 20 – 40 20 – 40 20 - 40 20 – 40
umum (lr/org/hr)
3. Konsumsi
unit non
domestic : 600 – 9.000 600 – 9.000 600 – 9.000
a. Niaga kecil
(lr/unit/hr) 1.000 – 1.000 - 1.000 –
b. Niaga besar 5.000 5.000 5.000
(lr/unit/hr)
c. Industri 0,2 – 0,8 0,2 – 0,8 0,2 – 0,8
besar
0,1 – 0,3
(lr/dt/hr)
0,1 – 0,3 0,1 -0,3
d. Pariwisata
(lr/dt/hr)
4. Kehilangan
20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30
air (%)

5. Faktor hari 1,15 – 1,25 1,15 – 1,25 1,15 – 1,15 – 1,25 1,15 –

maksimum *hari *hari 1,25 *hari *hari 1,25 *hari

6. Faktor jam 1,75 – 2,0 1,75 – 2,0 1,75 – 2,0 1,75 *hari 1,75 *hari

Puncak *hari max *hari max *hari max max max

7. Jumlah
jiwa per SR 5 5 5 5 5
(jiwa)
8. Jumlah 100 100 100 100 - 200 200
Jiwa per HU

xvi
(jiwa)
9. Sisa tekan
di penyediaan 10 10 10 10 10
distribusi (m)
10. Jam operasi
24 24 24 24 24
(jam)
11. Volume
reservoir (%
15 – 25 15 – 25 15 – 25 15 - 25 15 – 25
max day
demand)
50 : 50 50 : 50
12. SR : HU 80 : 20 70 : 30 70 : 30
s/d 80 : 20 s/d 80 : 20
13. Cakupan
90 90 90 90 70
pelayanan (%)
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996.

2.1.8. Prediksi Jumlah Kebutuhan Air Bersih

Sesuai dengan Millenium Development Goals (MDGs) pedoman yang perlu

diketahui selain proyeksi penduduk dalam memprediksi jumlah kebutuhan air bersih

adalah :

1) Tingkat Pelayanan Masyarakat

Cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat rata – rata tingkat nasional

adalah 80% dari jumlah penduduk, dengan rumus :

Cp = 80% x Pn

Keterangan :

Cp = Cakupan pelayanan air bersih (jiwa)

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n proyeksi penduduk (jiwa)

2) Pelayanan Sambungan Rumah

xvii
Jumlah penduduk yang mendapatkan air bersih melalui sambungan rumah adalah,

dengan rumus :

S1 = 80% x Cp

Keterangan :

S1 = Jumlah penduduk pelayanan sambungan rumah (jiwa)

Cp = Cakupan pelayanan air bersih (jiwa)

3) Sambungan Tak Langsung atau Sambungan Bak Umum

Sambungan tak langsung atau smbungan bak umum adalah sambungan untuk

melayani penduduk tidak mampu dimana sebuah bak umum dapat melayani kira –

kira 100 jiwa atau sekitar 20 keluarga. Jumlah penduduk yang mendapatkan air

bersih melalui sambungan tak langsung atau bak umum dihitung dengan rumus :

Sb = 20% x Cp

Keterangan :

Sb = Komsumsi air bak umum (lr/dt)

Cp = Cakupan pelayanan air bersih (lr/dt)

4) Konsumsi Air Bersih

Konsumsi kebutuhan air bersih sesuai engan Department Permukiman dan

Prasarana Wilayah 2002 diasumsikan sebagai berikut :

1. Konsusmsi air bersih untuk sambungan rumah/ sambungan langsung sebanyak

100 lr/org/hr.

2. Konsumsi air bersih untuk sambungan tak langsung atau bak umum untuk

masyarakat kurang mampu sebanyak 30 lr/org/hr.

xviii
3. Konsumsi air non rumah tangga (kantor, sekolahan, tempat ibadah, industi,

pemadam kebakaran, dan lain – lain) ditentukan sebesar 15% dari jumlah

pemakaian air untuk sambungan dan bak umum dengan rumus :

Kn = 15% x (S1 + Sb)

Keterangan :

Kn = Konsumsi air untuk non rumah tangga (lr/dt)

S1 = Konsumsi air dengan sambungan rumah (lr/dt)

Sb = Konsumsi air bak umum (lr/dt)

5) Kehilangan Air

Kehilangan air merupakan kehilangan air pada pipa distribusi dan tidak termasuk

dalam kategori pemakaian air, akan tetapi dalam perhitungan akan kehilangan air

biasanya berdasarkan presentase dari total kebutuhan air (domestic dan non

domestic), dan diperhitungkan dalam desain atau perencanaan sistem penyediaan

air bersih. kehilangan air diasumsikan sebesar 20% dari total kebutuhan air bersih,

perkiraan kehilangan jumlah air ini disebabkan adanya sambungan pipa yang

bocor, pipa yang retak dan akibat kurang sempurnanya pemasangan, kerusakan

water meter, pelimpah di tangki penyimpanan (reservoir) dan lain – lain.

Kehilangan air dapat dihitung dengan rumus :

L0 = 20% x Pr

Keterangan :

L0 = Kehilangan air (lr/dt)

Pr = Produksi air (lr/dt)

6) Analisa Kebutuhan air PDAM

xix
Analisa produksi air total yang dibutuhkan oleh PDAM adalah jumlah konsumsi

air sambungan langsung ditambah dengan konsumsi air dari bak umum dan

konsumsi air untuk non rumah tangga kemudian dijumlahkan dengan kehilangan

air akibat kebocoran pipa atau penggelontoran air.

Analisa kebutuhan air PDAM dihitung dengan rumus :

Pr = S1 + Sb + Kn + L0

Keterangan :

Pr = Produksi air (lr//dt)

S1 = Konsumsi air dengan sambungan rumah (lr/dt)

Sb = Konsumsi air bak umum (lr/dt)

Kn = Konsumsi air untuk non rumah tangga (lr/dt)

L0 = Kehilangan air (lr/dt)

7) Analisa Kebutuhan Air Harian Maksimum

Kebutuhan air harian maksimum adalah banyaknya air yang dibutuhkan terbesar

dalam satu tahun. Kebutuhan air pada harian maksimum digunakan untuk

mengetahui beberapa kapasitas pengolahan (produksi) dan dihitung berdasarkan

kebutuhan air rata – rata sebagai berikut :

Ss = f1 + Qt

Keterangan :

Ss = Kebutuhan harian maksimum (lr/dt)

Qt = Jumlah total kebutuhan air (lr/dt)

f1 = Faktor maksimum day (1,10 – 1,25)

8) Analisa Pemakaian Air pada Waktu Jam Puncak

xx
Pemakaian air pada waktu jam puncak adalah pemakaian air tertinggi pada jam –

jam tertentu dalam satu hari. Kebutuhan air pada waktu jam puncak digunakan

untuk mengetahui beberapa kapasitas distribusi dari besarnya diameter pipa dan

dihitung berdasarkan kebutuhan air rata – rata sebagai berikut :

Qp = f2 x Qt

Keterangan :

Qp = Debit waktu puncak (lr/dt)

Qt = Jumlah total kebutuhan air (lr/dt)

F2 = Faktor peak hour (1,15 – 2)

2.2. Penduduk

Penduduk adalah orang – orang yang berada di dalam suatu wilayah terkait oleh

aturan – aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menepati wilayah geografi dan

ruang tertentu.

Pertambahan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu – waktu, dan dapat

dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam populasi menggunakan “per

waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua

spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk

sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada

pertumbuhan penduduk dunia. (Wikipedia: Pertumbuhan penduduk, 2016)

2.2.1. Proyeksi Jumlah Penduduk

xxi
Untuk mengetahui jumlah perkembangan pertumbuhan penduduk perlu

diketahui proyeksi jumlah penduduknya dalam menganalisa jumlah kebutuhan air

dengan menggunakan 3 metode.

Menurut Sutrisno, dkk.2004, dalam Bartholdy, 2009. Rumus yang digunakan

untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk adalah sebagai berikut :

a) Metode Aritmatika

P 2−P1
Pn = Po + ka (Tn – To) dengan ka =
T 2−T 1

Keterangan :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar

Tn = Tahun rencana

To = Tahun dasar

Ka = Konstanta aritmatika

P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama

P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir

T1 = Tahun pertama yang diketahui

T2 = Tahun terajhir yang diketahui

b) Metode Geometrik

Pn = Po(1+r )n

Keterangan :

Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n

Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar

xxii
r = Laju pertumbuhan penduduk

n = jumlah interval waktu

c) Metode Least Square

Y=a+bX

Keterangan :

Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi (=Pn)

a = Konsanta

b = Parameter

X = Variabel waktu (tahun)

∑ Y ∑ X −¿ ∑ X ∑ X Y ¿ n ∑ X Y −∑ X ∑ Y
2

a= dan b=
n ∑ X −¿ ¿
2 2
n ∑ X −¿ ¿

2.2.2. Perhitungan Kebutuhan Air

a) Kebutuhan Air Domestik

Menurut Lowa, 1983. Dalam Bartholdy, 2009. Yang dimaksud dengan

kebutuhan air domestic adalah kebutuhan air bersih dari tiap – tiap rumah tangga

yang meliputi masak, minum, mandi, cuci, kakus, dan lain sebagainya yang

sering digunakan dalam setiap rumah tangga sehari – hari. Untuk menghitung

kebutuhan air domestic maka yang digunakan adalah :

D = Pn x Pa x Tp

Keterangan :

D = Kebutuhan air domestic (lr/dt)

xxiii
Pn = Jumlah penduduk (jiwa)

Pa = Pemakaian air (lr/org/hr)

Tp = Tingkat pelayanan (%)

b) Kebutuhan Air Non Domestik

1) merupakan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat di luar kebutuhan

untuk rumah tangga, yang meliputi kebutuhan untuk social, ibadah, industri,

rekreasi, pelabuhan, niaga, dan lain – lain.

2) Kebutuhan akan air bersih tiap orang (lr/dt/hr) bergantung dari macam

kegiatan yang dilakukan, misalnya kebutuhan untuk rumah sakit akan

berbeda dengan di sekolah, atau di rumah ibadah. Begitu juga di tempat

rekreasi dengan di industri atau perkotaan dan sebagainya.

3) Perkiraan perhitungan air non domestic, dapat diperkirakan secara

presentase dari kebutuhan domestic (missal 25% ata 30%), tetapi untuk

memperoleh data hasil survey dan pengolahan data yang dilakukan. Sebagai

pedoman untuk menghitung kebutuhan tersebut, dapat digunakan data – data

hasil penelitian para ahli, yang telah menetapkan kebutuhan tiap orang

(lr/hr) pada tiap – tiap kegiatan, apakah untuk social, industri, niaga, dan

lain – lain (Direktorat Jendral Cipta Karya, 1996).

Untuk menghitung kebutuhan non domestic dengan persamaan di bawah ini :

ND = 25% x D

Keterangan :

xxiv
ND = Kebutuhan Air Non Domestik (lr/dt)

D = Kebutuhan Air Domestik (lr/dt)

c) Kehilangan Air (KA)

Menurut Sularso, 2003. Dalam Bartholdy, 2009. Perhitungan kehilangan

air merupakan air hasil pengolahan atau produksi yang tidak dapat digunakan

bagi kepentingan konsumen karena terbuang baik secara teknis maupun

administrasi yang disebabkan oleh konsumen, dalam pemanfaatan adanya

kebocoran pada jaringan perpipaan distribusi. Adanya pencurian air melalui pipa

pelayanan biasanya berdasarkan presentase dari total kebutuhan air domestic dan

non domestic dapat di perhitunkan dalam desain atau perencanaan sistem

penyediaan air bersih sebesar 20% dari total kebutuhan.

Rumus kehilangan air (KA) :

KA = 20% x T

Keterangan :

KA = Kehilangan Air

T = Kebutuhan Total

Faktor kehilangan air dibedakn atas :

1) Kehilangan air akibat faktor teknis antara lain :

- Adanya lubang atau celah pada pipa atau sambungan pipa.

- Pipa pada jaringan distribusi pecah.

xxv
- Meter yang dipasang pada konsumen kurang baik.

- Kehilangan air pada instalasi pengolahan.

- Pemasangan pipa kurang baik.

2) Kehilangan air akibat faktor non teknis antara lain :

- Kesalahan membaca meter air.

- Kesalahan dalam penjumlahan dan pengurangan data.

- Keselahan pencatatan hasiol pembacaan meter air.

d) Kebutuhan Air Total

1) Perhitungan kebutuhan air didasarkan atas kebutuhan domestic, kebutuhan

non domestic, dan kehilangan air (sudah termasuk kebutuhan instalasi).

2) Kebutuhan domestic, berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani, ketegori

daerah pelayanan, tingkat pelayanan (presentase konsumen SR dan HU).

3) Kebutuhan non domestic, dilihat dari kompleksitas daerah tersebut, apabila

daerahnya terdapat banyak kegiatan industry, dan lain – lain, yang

merupakan daerah pusat perkembangan (daerah industry) atau hanya

pemukiman tanpa kegiatan industry yang berarti. Untuk daerah yang ramai/

kompleks kegiatannya, biasanya perhitungan kebutuhan akan air bersih non

domestic dihitung secara detail setiap kegiatan – kegiatan yang dianggap

turut mempengaruhi perhitungan jumlah kebutuhan air bersih, sedangkan

bagi daerah statis hanya dihitung berdasarkan presentasi saja.

Rumus kebutuhan air total (T) :

T = D + 20%

xxvi
Keterangan :

T = Total kebutuhan air per hari (lr/dt)

D = Kebutuhan domestic (lr/dt)

20% = Kebutuhan produksi

2.3. Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih

2.3.1. Sistem Distribusi Air Bersih

Menurut Damanhuri, E. (1989) sistem distribusi adalah sistem yang langsung

berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air

yang telah memenuhi syarak ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi sistem

perpipaan dan perlengkapannya, hidran umum, tekanan tersedia, sistem pemompaan,

dan reservoir distribusi. Sistem distribusi air bersih terdiri atas perpipaan, katup –

katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah ari instalasi pengolahan

menuju pemukiman, perkantoran, dan industri yang mengonsusmsi air. Juga

termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampungan air yang telah diolah

(reservois distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai

instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, keran air. Dua hal

penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air

yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta keamana

kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok distribusi air bersih

adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani denga

tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas, dan tekanan air sesuai dengan

xxvii
perancanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersediaan

air setiap waktu.

Suplai air melalu pipa induk mempunyai dua macam sistem menurut Kamala,

K. R, (1999), adalah sebagai berikut :

a) Continous System

Dalam sistem ini air bersih yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus

selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat

memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa. Sedangkan

kerugiannya pemakian air akan cenderung lebih boros dan bila terjadi sedikit

kebocoran, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar.

b) Intermyten System

Dalam sistem ini air bersih disuplai 2 – 4 jam pada pgi hari dan 2 – 4 jam pada

sore hari. Keuntungan sistem ini adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga

sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air terbatas. Sedangkan

kerugiannya adalah tempat pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air

dan perlu penyediaan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebococran maka

air untuk pemadang kebakaran akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan

akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam

beberapa jam saja.

2.3.2. Sistem Pengaliran Air Bersih

xxviii
Pendistribusian air bersih kepada konsumen dengan kuantitisa, kualitas, dan

tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa, dan

peralatan yang lain. Dalam kriteria perencanaan dibedakan dalam dua bagian yaitu :

1) Sistem Perpipaan Transmisi

Sistem transmisi merupakan sistem yang terdiri dari pipa panjang yang

mengalirkan air dari sumber ke jaringan distribusi atau kelokasi konsumen (bak

reservoir) distribusi. Konsumen tidak diperbolehkan mengambil air secara

langsung dari jaringan pipa transmisi. Pada beberapa lokasi, pipa transmisi harus

dilengkapi dengan bak pelepas tekan, kran penguras dan pelepas udara. Pipa

transmisi harus di pasang didalam tanah. Apabila tidak memungkinkan, pipa

transmisi harus terlindungi cara menutupi dengan batu atau ditopang dengan taing

penyangga. Pipa transmisi menggunakan pipa galvanis.

Tabel 2.5. Kriteria Pipa Transmisi

No. Uraian Notasi Kriteria


Kebutuhan air maksimum
1. Debit perencanaan Qmax
Qmax = Fmax x Qtotal
2. Faktor hari maksimum Fmax 1,10 – 1,25
3. Jenis saluran Pipa atau saluran terbuka
Kecepatan aliran dalam pipa
a. Kecepatan minimum Vmin 0,3 m/dt
4. b. Kecepatan maksimum
- Pipa PVC, GIP Vmax 3,0 m/dt
- Pipa HDPE Vmax 6,0 m/dt
5. Tekanan air dalam pipa Hmin 10 mwg
Sistem perpipaan distribusi adalah sistem yang mampu membagi air pada setiap

konsumen dengan berbagai cara, baik dengan sambungan rumah atau sambungan

xxix
melalui hidran umum/ kran umum. Jaringan pipa distribusi yang berfungsi untuk

mengalirkan air dari reservoir distribusi sampai ke konsumen/ sambungan rumah.

Table 2.6. Kriteria Pipa Distribusi

No. Uraian Notasi Kriteria


Kebutuhan air puncak
1. Debit perencanaan Qpuncak
Qpuncak = Fpuncak x Qtotal
2. Faktor jam pucak Fpuncak 1,15 – 2
Kecepatan aliran dalam pipa
a. Kecepatan minimum Vmin 0,3 m/dt
3. b. Kecepatan maksimum
- Pipa PVC, GIP Vmax 3,0 m/dt
- Pipa HDPE Vmax 6,0 m/dt
Tekanan air dalam pipa 10 – 15 mwg pada titik
a. Tekanan minimum Hmin jangkauan pelayanan terjauh
(pada titik sambungan rumah
terjauh)
4. b. Tekanan maksimum
- Pipa PVC atau ACP Hmax 80 meter
- Pipa PE Hmax 100 meter
- Pipa GIP Hmax 200 meter
Sumber : PPRI No. 16, 2005.
3) Tekanan Air dalam Sistem Jaringan Distribusi

Tekanan air dalam suatu sistem jaringan distribusi dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu :

1. Kecepatan aliran

2. Diameter pipa

3. Perbedaan ketinggian pipa

4. Jenis dan umur pipa

5. Panjang pipa

Dalam pendistribusian air bersih tekanan air juga bisa mengalami penurunan.

Faktor – faktor penyebab penurunan tekanan adalah :

1. Terjadinya gesekan antara aliran air dengan dinding pipa

xxx
2. Jangkauan pelayanan

3. Kebocoran pipa

4. Konsumen menggunakan mesin hidup (pompa)

Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber

air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard, S. P. et. al (1985) sistem

pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut :

a) Cara Gravitasi

Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai

perbedaan cukup besar dengan elevasi dari pelayanan, sehingga tekanan yang

ddiperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena

hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

b) Cara Pemompaan

Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekana yang diperlukan

untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini

digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah

pelayana tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.

c) Cara Gabungan

Pada cara gambungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang

diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya

saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energy. Selama periode pemakaian

rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena

reservoir distribusi digunakan sebagai cadanga air selama periode pemakaian

xxxi
tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas

debit rata – rata.

2.3.3. Bagian – bagian Sarana Air Bersih

1) Bak Penampung (reservoir)

Bak penampungan berfungsi menampung atau menyimpan air untuk

mengatasi problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber air, juga

dapat memperbaiki mutu air melalui pengedapan, bak ini dapat pula berfungsi

sebagai pelepas tekanan, sudut dindingnya di buat lengkung untuk memudahkan

pembersihan. Pipa keluar (outlet) ke pipa transmisi harus di pasang kira – kira 5 –

20 cm, di atas lantai bak dan harus memakai saringan. Pipa lubang peluap

dipasang harus lebih tinggi dari pada pipa masukan, pipa peluap berfungsi sebagai

lubang hawa dan harus berdiameter cukup besar dan untuk melayani aliran

maksimum yang sudut di perhitungkan (minimal 50 mm). Atap atau plafon bak

harus mempunyai kemiringan yang cukup sehingga air hujan tergenang di atasnya

dan harus mempunyai lubang yang cukup besar untuk di masuki orang ke dalam

bak (Soedibyo, 2003).

2) Bangunan Penangkap Mata Air (Broncaptering)

Broncaptering adalah bangunan penangkap mata air yang keluar dari

sumbernya. Pembangunan broncaptering harus memperhatikan karakter

lungkungan alam yang ada seperti struktur batuan yang membentuk lapisan

aquifer, elevasi keluarnya sumber air, pemanfaatn air yang telah berlangsung

sebelumnya.

xxxii
Bangunan broncaptering terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :

- Bangunan Penangkap

- Bak Pengumpul

- Bangunan Pelindung, baik terhdap pencemaran akibat alira air dari luar,

maupun terhadap runtuhan dinding tebing sekitarnya, juga untuk

melindungi gangguan dari hewan.

3) Pipa Tansmirasi

Adalah suatu jaringan yang bersifat membawa air baku dari sumber/ lokasi

pengolahan dan atau bangunan pengumpul ke titik awal jaringan distribusi

(Budiono, dkk, 2013).

4) Pipa Distribusi

Suatu perpipaan yang berfungsi mengalirkan air bersih dari titik akhir pipa

transmisi menuju daerah pelayanan (Budiono, dkk, 2013).

2.3.4. Sambungan Rumah

Sambungan rumah merupakan sistem pengaliran air bersih yang langsung

dapat langsung diterima oleh konsumen di rumah masing – masing melalui jaringan

perpipaan yang berbeda. Pemasangan sambungan ini oeh PDAM sampai batas di

dalam pagar halaman, tetapi tidak terpasang sampai kerumah. Jika akan dipasang ke

dalam rumah, harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain tidk boleh disambung

dari pipa sebelum water meter (harus dibuat bak penampung dulu, dan pengisapan

oleh pompa dari bak penampung tersebut), water meter tidak boleh dipisahkan dari

halaman rumah ke dalam rumah. Perhitungan kapasitas untuk kebutuhan tiap

xxxiii
konsumen sesuai dengan kebutuhan pelayanan di daerah mana konsumen tersebut

berada (Tekeo Marimura, 1993).

2.3.5. Hidran Umum

Hidran umum digunakan secara bersama oleh beberapa keluarga, dimana air

yang berasal dari jaringan ditampung dalam satu bak tertentu atau ditempatkan pada

satu lokasih tertentu dengan membuat semacam bangunan dengan beberaoa keran

yang nantinya dapat mengalirkan air bersih untuk dapat digunakan oleh masyarakat

disekitar bangunan tersebut. Penggunaan air tersebut, akan ditanggung biaya secara

bersama oleh para pengguna. Kebutuhan yang diperhitungkan untuk penggunaan

hidran umum, disesuaikan dengan standar yang berlaku, perhitungan kapasitas

perorangan untuk hidran umum akan lebih kecil dari pada perhitungan kebutuhan

kapasitas perorangan untuk sambungan rumah.

2.3.6. Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekanan dalam Pipa

Kehilangan tinggi tekanan dalam pipa perlu diketahui karena dapat menentukan

besarnya tekanan yang terjadi dalam pipa, yang dapat mempengaruhi kekuatan pipa.

Selain itujuga, tinggi tekanan minimum dapat mempengaruhi kekuatan pipa, bahkan

pada pipa dengan diaemeter besar sekalipun. Kantong udara terjadi apabila tinggi

tekanan dalam pipa < 5,0m, dan tinggi tekanan pipa minimum haruslah > 5,0 m.

Pada aliran gravitasi terdapat kehilangan energy yang diakibatkan oleh

perbedaan ketinggian pada suatu daerah, kehilangga energy dapat berakibat pada

semakin kecilnya nilai tinggi atau kecepatan yang berkurang dan debit yang semakin

xxxiv
kecil. Pada penerapan praktis teknik sipil, kehilangan energy lebih sering disebut

kehilangan tinggi tekan air.

Jenis – jenis kehilangan tinggi tekanan dalam pipa adalah sebagai berikut :

1) Kehilangan Tinggi Besar (Major Losses)

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami penurunan tinggi

tekanan. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan

dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida. Penurunan

tinggi tekanan akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan –

persamaan berikut :

1. Persamaan Darcy – Weisbach

Darcy – Weisbach membuat sebuah persamaan kehilangan tinggi tekanan

dalam pipa yaitu :

L V2
Hf = f
D 2g

Keterangan :

Hf = Kehilangan tinggi karena gesekan (m)

f = Faktor gesekan Darsy – Weisbach yang nilainya ditentukan oleh

bilangan Reynolds

L = Panjang pipa (m)

D = Diameter pipa (m)

V = Kecepatan aliran rerata (m//dt)

xxxv
g = Percepatan gravitasi (m/dt²)

2. Persamaan Hazen Williams

Persamaan ini umumnya dipakai untuk menghitung kehilangan tinggi tekan

dalam pipa yang relative panjang seperti jalur pipa penyalur air minum.

Bentuk umum persamaan Hazen Williams adalah :

- Rumus Kehilangan Tinggi Tekanan (hf)

10,666Q1,85
hf = L
C1,85 d 4,85

Keterangan :

hf = Kehilanggan tinggi karena gesekan (m)

Q = Laju aliran dalam pipa (m³/dt)

L = Panjang pipa (m)

d = Diameter pipa (m)

C = Koefisien kekasaran pipa Hazen Williams

Koefisien C dapat dilihat dari tabel 2.7. berikut :

Tabel 2.7. Koefisien Kekerasan Pipa Hazen Williams

Jenis Pipa Nilai Kekerasan


Pipa yang sangat mulus dan halus 140

Pipa besi tuang baru, pipa baja, kuningan, tembaga 130

Pipa besi tuang sedang, pipa baja baru 110

Pipa besi tuang digunakan beberapa tahun 100

Pipa besi tuang yang dalam keadaan buruk 80


Sumber : Klaas, Dua, 2009

xxxvi
- Rumus Kecepatan Aliran (V)

V = 0,85 CHW R0,63 S0,54

Keterangan :

V = Kecepatan aliran rerata (m/dt)

R = Jari – jari hidrolis (m)

S = Garis kemiringan energy (hf/L)

CHW = Koefisien kekasaran pipa Hazen Williams

- Rumus Debit Aliran dalam Pipa (Q)

Q = 0,2785 C S0,63 d 0,54

Keterangan :

Q = Debit aliran (m³/dt)

C = Koefisien kekerasan pipa Hazen Williams

S = Kemiringan hidrologi (hf/L)

d = Diameter pipa (m)

3. Persamaan Manning

Untuk menghitung kehilangan tinggi tekanan dengan persamaan manning

dapat dihitung sebagai berikut :

1 2 /3 1/ 2
V = R I
n

Hf = S x L

n2 V 2
Hf = 4 /3 L
R

Keterangan :

hf = Kehilangan tinggi karena gesekan (m)

xxxvii
n = Koefisien kekaaran menning

V = Kecepatan aliran rerata (m/dt)

R = Jari – jari hidrolis (m)

L = Paanjang pipa (m)

S = Kemiringan hidrolis (hf/L)

Tabel 2.8. Koefisien Kekasaran Pipa Manning

Jenis Pipa Nilai Kekerasan


Pipa besi tanpa lapisan 0,012 – 0,015
Pipa dengan lapisan semen 0,012 – 0,013
Pipa berlapis gelas 0,011 – 0,017
Pipa asbestos semen 0,010 – 0,015
Saluran pasangan batu bata 0,012 – 0,017
Pipa beton 0,012 – 0,016
Pipa baja spiral dan pipa kelingan 0,013 – 0,017
Pipa plastik (PVC) 0,002 – 0,012
Pipa tanah liat 0,011 – 0,015
Sumber : Klaas, Dua, 2009.

2) Kehilangan Tekanan (Minor Losses)

Rerugi kecil disebabkan (Frank, 1986), oleh :

1. Lubang masuk atau lubang keluar pipa

2. Pemuaian atau penyusutan tiba – tiba

3. Kelokan, siku, sambungan T, dan piting lain

4. Katup yang terbuka atau sebagian tertutup

5. Pemuaian atau penyusutan berangsur

Rerugi di atas mungkin tidak begitu kecil, misalnya katup yang tertutup sebagian

dapat menyebabkan penurunan tekanan yang lebih besar dari pada yang panjang.

Karena pola aliran dalam piting dan katup cukup rumit, teorinya sangat lemah.

xxxviii
Rerugi ini biasanya diukur secara eksperimental dan dikorelasikan dengan

parameter – parameter aliran pipa. Besarnya kerugian minor dirumuskan sebagai

berikut :

V2
hm = k 2 g

Keterangan :

G = Percepatan gravitasi (9,81 m/dt²)

V = Kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/dt)

K = Koefisien kerugian

V2
Tabel 2.9. Harga K dalam h = K
2g

No. Alat Nilai K


1. Katup pintu
- Terbuka penuh 0,19
- ¾ terbuka 1,15
- ½ terbuka 5,6
- ¼ terbuka 24
2. Katup bola, terbuka 10
3. Katub sudut, terbuka 5
4. Bengkokan 90
- Jari – jari pendek 0,9
- Jari – jari pertengahan 0,75
- Jari – jari panjang 0,6
5. Lengkungan pengembalian 180 2,2
6. Bengkokan 45 0,42
7. Bengkokan 22 1/2 (45 cm) 0,13
8. Sambungan T 1,25
9. Sambungan pengecil (katub pada ujung yang kecil) 0,25
10. Sambungan pembesar 0,25(V1² - V2²)/2g

xxxix
11. Sambungan pengecil mulut lonceng 0,10
12. Lubang terbuka 1,80
Sumber : J. M. K. Dake, 1985

2.4. Reservoir

Reservoir adalah bangunan air bersih dari IPA/ instansi pengolahan air atau mata air

untuk kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan/ konsumen melalui jaringan pipa

distribusi. Karena kebanyakan distribusi mengunakan grafitasi, maka reservoir biasanya

diletakkan di tempat dengan elevasi lebih tinggi dari pada tempat – tempat yang menjadi

saran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.

Dalam perencanaan reservoir (bak tandon) besarnya diameter pipa di dasarkan atas

kebutuhan sehari – hari. Dalam perencanaan besarnya volume bak reservoir di ambil 40%

- 80% kebutuhan selama 24 jam.

Tabel 2.10. Bangunan Penampung Air Bersih (Reservoir)

No. Reservoir Fungsi


Untuk menampung air bersih sebelum didistribusikan
1. Ground Reservoir
dengan sistem gravitasi.
Untuk menampung air bersih sebelum didistribusikan bila
2. Elevated Reservoir
sistem tidak bisa gravitasi.
Sumber : Anonimous. (2004)

Tabel 2.11. Kriteria Perencanaan Dimensi Reservoir

No Uraian Kriteria

1 Kapasitas bersih (efektif) reservoir Berdasarkan


 Kapasitas air untuk konsumen  Fluktuasi pemakaian air oleh
konsumen
 Fluktuasi pengaliran air dari sitem
transmisi
 Kapasitas air untuk system

xl
pemadaman kebakaran kota Berdasarkan
 Debit aliran 250 l/dt
 Periode 30 menit
 Kapasitasnya menjdi 450 m.
ditentukan dalam perencananaan
instalasi pengolahan air (IPA)

2 Kapasitas air bersihh (efektif) reservoir Berdasarkan :


penyeimbang
 Debit perencanaan  Tergantung pada fluktuasi pemakaian
air oleh konsumen
 Tergantung pada lama waktu saat
pemakaian air oleh konsumen lebih
 Waktu dimensi kecil dari suplai
3 Dimensi reservoir
 Perbandingan panjang, lebar,dan  1 : 1: 1, 2:2:1, 3:3:1 , 3:3:2 (tidak
tinggi (bila bentuk segi empat) mengikat
 Tinggi muka air minimum  30 cm
 Tinggi bebas (free boart) minimum  30 cm-50 cm
 Tinggi air maksimum  2m-3m

4 Dimensi ruang lumpur


 Kedalaman  10 cm sampai 30 cm dibawah dasar
 Lebar reservoir
 30 cm – 80 cm
 Panjang  Sesuai panjang reservoir
 Didasar reservoir, pada lokasi pipa
 Lokasi penguras

xli
BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Lokasi Perencanaan

Lokasi perencanaan dilakukan di Kelurahan Kayu Putih, Kec. Oebobo, Kota Kupang

dengan koordinat : 10ᵒ09’39” Bujur Timur dan 123ᵒ37’22” Lintang Selatan.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

umber : Google Earth

xlii
3.2. Gambaran Peta Jalur Pipa

Gambar 3.2. Skema Jaringan Air Bersih

Sumber : Analisa Penulis

xliii
3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu

- Data penduduk dari tahun 2016 – 2020 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik

(BPS) Kota Kupang yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan air bersih.

- Data topografi yang di dapat dari aplikasi Google Earth yang digunakan untuk

membuat skema jaringan air bersih dan mengetahui elevasinya yang digunakan

dalam perhitungan kehilangan energy.

3.5. Analisa Data

Analisa perhitungan data dilakukan secara manual yaitu :

1) Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan 3 metode :

- Metode Aritmatika

- Metode Geometrik

- Metode Least Square

Dari ketiga metode diatas digunakan untuk menghitung proyeksi pertambahan jumlah

penduduk dan untuk menentukan metode mana yang lebih tepat, biasanya dilihat dari

data pertambahan penduduk yang terjadi (jumlah penduduk terbanyak).

2) Analisa kebutuhan air.

- Kebutuhan domestic merupakan kebutuhan air bersih dari tiap – tiap rumah tangga.

- Kebutuhan non domestic merupakan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat

diluar kebutuhan untuk rumah tangga.

xliv
- Kebutuhan air total merupakan total kebutuhan air yang dilayani, kategori daerah

pelayanan.

- Kehilangan air merupakan air bersih hasil pengolahan atau produksi yang tidak

dapat digunakan bagi konsumen.

3) Merencanakan sistem jaringan air bersih.

3.6. Diagram Alir Penulisan

Mulai

Data sekunder

Topogra Jumlah

Skema Perhitungan
jaringan pipa proyeksi penduduk

Analisa
kebutuhan air

Perencanaan
sisten jaringan
air

Gambar desain
jaringan hasil
perencanaan

Kesimpulan
dan saran

Selesai

Gambar 3.3. Bagan Alir Penulisan

xlv
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Kebutuhan Air Bersih

Perhitungan kebutuhan air bersih untuk masa mendatang menggunakan standar –

standar perhitungan yang telah ditetapkan. Kebutuhan air untuk fasilitas – fasilitas social

ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan dari PDAM dan memperhatikan kapasitas

produksi sumber yang ada, kebocoran dan pelayanan. Faktor utama dalam perhitungan

kebutuhan air adalah jumlah penduduk pada daerah studi. Untuk menghitung proyeksi

penduduk 25 tahun kedepan digunakan tiga metode yaitu, metode aritmatika, metode

geometric, dan metode least square. Dari proyeksi tersebut kemudian dihitung jumlah

kebutuhan air dari sektor domestic, non domestic, dan kehilangan air.

Dengan adanya perhitungan kebutuhan air bersih ini ditagetkan kebutuhan air bersih

masyarakat dapat terpenuhi dengan tinglat pelayanan 100% dari jumlah pendududk

Kelurahan Kayu Putih, Kec. Oebobo, Kota Kupang pada kurun waktu yang akan datang

dimana dengan menggunakan data penduduk terakhir tahun 2020 dan kemudian sampai

dengan 25 tahun ke depan yaitu tahun 2045.

4.2. Data Jumlah Penduduk

Penentuan banyaknya kebutuhan air bersih pada suatu wilayah pelayanan didasarkan

pada jumlah penduduk yang akan dilayani. Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air

bersih metode yang digunakan adalah metode proyeksi penduduk yang telah dibahas pada

Tinjauan Pustaka atau pada BAB II. Berdasarkan data jumlah penduduk di Kelurahan Kayu

xlvi
Putih tahun 2016 sampai dengan 2020 seperti tertera pada tabel 4.1. di bawah ini,

perhitungan proyeksi penduduk 18 tahun akan datang yaitu pada tahun rencana 2038

sebagai berikut :

Tabel 4.1. Data Jumlah Penduduk Kelurahan Kayu Putih Berdasarkan Jenis Kelamin dari
Tahun 2016 sampai dengan 2020.

TAHU LAKI – PEREMPUA JUMLA


N LAKI N H
2016 6527 6095 12622
2017 6681 6259 12940
2018 6845 6396 13241
2019 7004 6609 13613
2020 7111 6757 13868
Sumber : BPS Kota Kupang

4.3. Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk Kelurahan Kayu Putih

Prosedur perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kelurahan Kayu Putih berdasarkan 3

metode yang terdapat pada halaman 11 dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :

1) Metode Aritmatika

Rumus dasar metode aritmatika :

Pn = Po + Ka (Tn – To)

P 2−P1
Ka =
T 2−T 1

Menghitung nilai Ka (Konstanta aritmatik) tahun rencana 2038 :

P 2020−P2016
Ka =
T 2020−T 2016

13.868−12.622
=
2020−2016

= 311,5

xlvii
Maka didapat persamaan aritmatik tahun rencana 2038 :

P2038 = P2020 + Ka (T2038 – T2020)

= 13.868 + 311,5 (2038 – 2020)

= 19.475 Jiwa

Jadi jumlah penduduk tahun 2038 dengan menggunakan metode aritmatika adalah

19.475 Jiwa.

Untuk Perhitungan Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini :

Tabel 4.2. Metode Aritmatik

Tahun Ka P Tahun Ka P Tahun Ka P


2021 14179,5 2031 17294,5 2041 20409,5
2022 14491 2032 17606 2042 20721
2023 14802,5 2033 17917,5 2043 311,5 21032,5
2024 15114 2034 18229 2044 21344
2025 15425,5 2035 18540,5 2045 21655,5
311,5 311,5
2026 15737 2036 18852
2027 16048,5 2037 19163,5
2028 16360 2038 19475
2029 16671,5 2039 19786,5
2030 16983 2040 20098
Sumber : Hasil Perhitungan

2) Metode Geometri

Rumus dasar metode geometri :

Pn = Po(1+r )n

Tahun rencana 2038 :

P2020 =P2016(1+r )2020−2016

13.868 = 12.622 ( 1+r )4

13.868
= ( 1+r )4
12.622

xlviii
( )
1 /4
13.868
1+r =
12.622

1+r = 1,0238

r = 1,0238 – 1

r = 0,238

P2038 =P2020(1+r )2038−2020

= 13.868 ( 1+0,238 )18

= 13.868 (1,527)

= 21.183,58 jiwa

Jadi jumlah penduduk tahun 2038 dengan menggunakan metode geometri adalah

21.183,58 jiwa.

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.3. di bawah ini :

Tabel 4.3. Metode Geometrik

Tahun R P Tahun r P Tahun r P


2021 14198,26 2031 17965,92 2041 22733,35
2022 14536,39 2032 18393,77 2042 23274,75
2023 14882,57 2033 18831,82 2043 0,0238 23829,03
2024 15237 2034 19280,29 2044 24396,51
2025 15599,87 2035 19739,45 2045 24977,51
0,0238 0,0238
2026 15971,38 2036 20209,54
2027 16351,73 2037 20690,83
2028 16741,14 2038 21183,58
2029 17139,83 2039 21688,06
2030 17548,01 2040 22204,56
Sumber : Hasil Perhitungan

xlix
3) Metode Least Square

Rumus dasar metode least square :

Y=a+bX

Tabel 4.4 Metode Perhitungan Least Square (Kelurahan Kayu Putih)

JUMLAH
TAHUN
TAHUN KE (X)
PENDUDU X·Y X²
K (Y)
2016 1 12622 12622 1
2017 2 12940 25880 4
2018 3 13241 39723 9
2019 4 13613 54452 16
2020 5 13868 69340 25
JUMLA
15 66284 202017 55
H
Sumber : Hasil Perhitungan

Tahun rencana 2038 :

(Y X ¿¿ 2)−( X XY ) (n XY )−( X Y )
a= ¿ b=
( n X )−(X )²
2
( n X 2 )−( X )²

(66.284 x 55)−(15 x 202.017) ( 5 x 202.017 )−(15 x 66.284)


= =
( 5 x 55 ) −(15) ² ( 5 x 55 )−(15) ²

(3.645 .620)−(3.030 .255) (1.010 .085)−(994.260)


= =
( 275 )−225 ( 275 )−225

615.365 15.825
= =
50 50

= 12.307,3 = 316,5

Jadi :

P2038 = a + b (2038 – 2020)

= 12.307,3 + 316,5 (18)

= 18.004,3 jiwa

l
Jadi jumlah penduduk tahun 2038 dengan menggunakan metode least square adalah

18.004,3 jiwa.

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini :

Tabel 4.5. Metode Least Square

Tahu
a B P Tahun a B P Tahun a b P
n
2021 12623,8 2031 15788,8 2041 18953,8
2022 12940,3 2032 16105,3 2042 19270,3
12307,
2023 13256,8 2033 16421,8 2043 316,5 19586,8
3
2024 13573,3 2034 16738,3 2044 19903,3
2025 13889,8 2035 316, 17054,8 2045 20219,8
12307,3 316,5 12307,3
2026 14206,3 2036 5 17371,3
2027 14522,8 2037 17687,8
2028 14839,3 2038 18004,3
2029 15155,8 2039 18320,8
2030 15472,3 2040 18637,3
Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan ketiga metode maka yang dipakai untuk menghitung

kebutuhan air adalah metode yang mempunyai jumlah proyeksi penduduk lebih besar yaitu

metode geometric, yang berdasarkan perhitungan di atas untuk jumlah proyeksi penduduk

tahun 2038 adalah sebesar 21.183,58 jiwa.

4.4. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Kelurahan Kayu Putih

4.4.1. Kebutuhan Air Domestik (D)

Kebutuhan air domestic untuk daerah kota kecil adalah 130 lr/org/hr dan

cakupan pelayanan air bersih rata – rata tingkat nasional adalah 80% dari total

penduduk.

li
Dalam perencanaan ini digunakan 100 lr/org/hr dan jumlah penduduk yang

dilayani adalah 80% dari total penduduk. Kebutuhan air domestic pada tahun 2038.

D = Pn x Pa x Tp

D = 21.183,58 x 130 x 80%

= 2.203.092,32 lr/hr

2.203.092,32
D =
24 x 60 x 60

= 25,499 lr/dt

Jadi kebutuhan air domestic (D) untuk tahun rencana 2038 adalah 25,499 lr/dt.

4.4.2. Kebutuhan Air Non Domestik (ND)

Kebutuhan air non domestic diasumsikan 25% atau 30% dari total kebutuhan

domestic. Dalam perhitungan ini digunakan 25% sebagai berikut :

ND= 25% x D

Tahun rencana 2038 :

ND= 25% x 25.499

= 6,375 lr/dt

Jadi kebutuhan air non domestic (ND) untuk tahun rencana 2038 adalah 6,375 lr/dt.

4.4.3. Kehilangan Air (Ka) dan Kebutuhan Air Total (T)

lii
Perhitungan kebutuhan total didasarkan pada kebutuhan air domestic, non

domestic, dan kehilangan air. Kehilangan air diasumsi 20% dari kebutuhan air total.

Ka = 20% x T

Dimana, Kebutuhan Total (T) = D + ND + Ka

Jadi Kehilangan air di tahun rencana 2038 :

Kebutuhan air total sebagai berikut :

T = D + ND + Ka

= 25,499 + 6,375 + 0,20T

liii
T – 0,20T = 25,499 + 6,375

0,8T = 31,874

31,874
T =
0,8

= 39,842 lr/dt

Kehilangan air (KA) sebagai berikut :

KA = 20% x T

KA = 20% x 39,842

= 7,968 lr/dt

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.6. Analisa Kebutuhan Air

Tabel 4.6. Analisa Kebutuhan Air

Tahu
D ND T KA Tahun D ND T KA
n
24,32 38,01
2021 17,091 4,273 26,704 5,341 2036 6,082 7,602
6 0
24,90 38,91
2022 17,498 4,374 27,340 5,468 2037 6,226 7,783
6 5
25,49 39,84
2023 17,914 4,479 27,991 5,598 2038 6,375 7,968
9 2
26,10 40,79
2024 18,341 4,585 28,658 5,732 2039 6,526 8,158
6 1
26,72 41,76
2025 18,778 4,694 29,340 5,868 2040 6,682 8,352
8 2
27,36 42,75
2026 19,225 4,806 30,039 6,008 2041 6,841 8,551
4 7
28,01 43,77
2027 19,683 4,921 30,754 6,151 2042 7,004 8,755
6 5
28,68 44,81
2028 20,151 5,038 31,487 6,297 2043 7,171 8,963
3 7
2029 20,631 5,158 32,236 6,447 2044 29,36 7,342 45,88 9,177

liv
6 5
30,06 46,97
2030 21,123 5,281 33,004 6,601 2045 7,516 9,395
6 7
2031 21,626 5,406 33,790 6,758
2032 22,141 5,535 34,595 6,919
2033 22,668 5,667 35,419 7,084
2034 23,208 5,802 36,262 7,252
2035 23,760 5,940 37,126 7,425
Sumber : Hasil Perhitungan

4.5. Perhitungan Total Kebutuhan Air Perencanaan

Kesimpulan dari perhitungan jumlah penduduk diatas, maka diketahui Kelurahan

Kayu Putih termasuk dalam katagori kota kecil. Menurut kriteria perencanaan ditjen cipta

karya dinas di PU maka :

- Komsumsi sambungan rumah 130 lr/orng/hr

- Konsumsi sambungan hidran umum 20 lr/org/hr

- Perbandingan Su dan Hu adalah 80% : 20%

1) Sambunga Rumah (SR)

Pada tahun rencana 2038 :

Jumlah terlayani = Jumlah Penduduk x Tingkat Pelayanan (%)

= 21183,6 x 80%

= 16946,9 jiwa

Jumlah pemakaian = Jumlah Terlayani x Konsumsi Sambungan Rumah

= 16946,9 x 130

= 2203092 lr/hr

= 25,5 lr/dt

2) Hidran Umum (HU)

lv
Pada tahun rencana 2038 :

Jumlah terlayani = Jumlah Penduduk Terlayani x Tingkat Pelayanan

= 16946,9 x 20%

= 3389,4 jiwa

Jumlah Terlayani
Hidran umum=
100 Jiwa/ Hu

3389,4
=
100

= 34 Hu

Jumlah pemakaian = Jumlah Terlayani x 150 lr/org/hr

= 3389,4 x 150

= 5,88 lr/dt

3) Total Kebutuhan Air Domestik

Pada tahun rencana 2038 :

Total kebutuhan air domestik = Pemakaian Air SR + Pemakaian Air Hu

= 25,5 + 5,88

= 31,38 lr/dt

4) Kebutuhan Air Non Domestik

Pada tahun rencana 2038 :

Kebutuhan air non domestic = Kebutuhan Domestik x 25%

= 31,38 x 25%

= 7,85 lr/dt

5) Total Kebutuhan Air Domsetik + Non Domestik

Pada tahun rencana 2038 :

lvi
Total kebutuhan air domestik + non domestik = 31,38 +7,85

= 39,23 lr/dt

6) Kehilangan Air

Pada tahun rencana 2038 :

KA = Total Kebutuhan Air Domestik + Non Domestik x 20%

= 39,23 x 20%

= 7,85 lr/dt

7) Kebutuhan Air

Pada tahun rencana 2038 :

1. Kebutuhan Air Rata – rata

Qt = Total Kebutuhan Air Domestik + Non Domestik + KA

= 39,23 + 7,85

= 47.07 lr/dt

2. Kebutuhan Air pada Hari Maksimum

Kebutuhan air pada harian maksimum digunakan untuk mengetahui berapa

kapasitas pengolahan (produksi) dan hitung berdasarkan kebutuhan air rata – rata

sebagai berikut :

Ss = f₁ x Qt

= 1,15 x 47,07

= 54,14 lr/dt

3. Kebutuhan Air pada Waktu Puncak

lvii
Pemakaian air pada waktu jam puncak adalah pemakaian air tertinggi pada

jam – jam tertentu dalam satu hari dan dihitung berdasarkan kebutuhan air rata –

rata sebagai berikut :

Qp = f2 x Qt

= 1,5 x 47,07

= 70,61 lr/dt

8) Total Kebutuhan Air Perencanaan

Pada tahun rencana 2038 :

Total kebutuhan air perencanaan = Qt + Ss + Qp

= 47.07 + 54,14 + 70,61

= 171,82 lr/dt

= 172 lr/dt

4.6. Perhitungan Kehilangan Tekanan dalam Pipa dan Dimensi Pipa

4.6.1. Perhitungan Kehilangan Tekanan Besar (Major Losses)

Kehilangan tinggi tekan pada pipa akibat gesekan (major losses), dapat dihitung

dengan persamaan Hazen Williams .

Contoh perhitungan di pipa 3 (Junction P4 – P5) :

Elevasi P4 = 73 m

Elevasi P5 = 72 m

lviii
Panjang pipa (L) = 50,27 m

Diameter pipa (D) = 500 mm = 0,5 m

Chw (pipa HDPE) = 130

Debit = 0,140 m³/dt

10,666Q1,85
hf = L
C1,85 d 4,85

1,85
10,666 0,140
= 1,85 4,85 50,27
130 0,5

= 0,05 m

HGL = (Elevasi _4 – Elevasi P5) – hc

= (73 – 72) – 0,05

= 0,95 m

Jadi, sisa tekanan pada junction 3 adalah 0,95m, sedangkan kecepatan air dalam pipa

adalah :

Luas pipa (A) = ¼ x 3,13 x D²

= ¼ x 3,13 x 0,5²

= 0,196 m²

V =QxA

lix
= 0,140 x 0,196

= 0,44 m/s (> 0,3 m/dt)

4.6.2. Perhitungan Kehilangan Tekanan Kecil (Minor Losses)

Kehilangan tinggi akibat gesekan pada jalur pipa yang terjadi pada komponen –

komponen tambahan seperti katub, sambungan, belokan, reducer, dan lain – lain.

Dalam perencanaan ini kehilangan tinggi terjadi karena belokan pipa.

Contoh perhitungan di pipa (Junction P4 – P5) :

Menggunakan sambungan T sehinggga nilai k = 1,25

2
V
hm = k 2 g

0 , 44²
= 1,25 x
2 x 9,81

= 0,0123 m

4.6.3. Kehilangan Tinggi Tekanan Total (hL)

Kehilangan tinggi total merupakan jumlah hilangan tinggi besar (major losses)

dan kehilangan tinggi kecil (minor losses). Berdasarkan perhitungan diatas maka

kehilangan tinggi total dapat diuraikan sebagai berikut :

Contoh perhitungan di pipa (Junction P4 – P5) :

hL = hf + hm

lx
= 0,05 + 0,0123

= 0,062 m

4.7. Reservoir

Dalam perencanaan besarnya volume reservoir untuk kapasitas reservoir diambil (40%

-80%). Besarnya debit yang dipakai dalam menentukan kapasitas reservoir air total

Q harian maksimum = 54,14 lr/hr

Deposit positif = 3,75

Deposit negative = -5,9

Volume reservoir = (deposit positif – deposit negative) x Q harian maks

= (3,75 – (-5,9)) x 54,14

= 522,451 lr/hr

Untuk mengantisipasi adanya keperluan mendadak maka volume reservoir ditambah 10%

dari volume reservoir

Keperluan mendadak = (0.10 x 522,451) + 522,451

= 574,696 lr/hr

Untuk perencanaan dimensi reservoir

Direncanakan : bak persegi

 Kedalaman air = 15 m

 Free board = 1,5 m

 Kedalaman air total (H) = 16,5 m

 Luas bak = 31 m

Dengan perbandingan P:L =2:1

lxi
A =PXL

A = 2 L2
2
2L = 31

2
L = 15,5 m

L = 3,94 m

P = 2L

= 2 X 3,94

= 7,87 m

Dengan perbandingan diatas maka

Volume reservoir = P x L x H

= 7,5 m x 5 m x 16 m

= 600 m3

lxii
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan halis pembahasan pada BAB IV maka dapat di ambil beberapa hal

penting sabagai kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Perhitungan kebutuhan air bersih pada tahun ke 18 yang akan datang, yaitu tahun 2038

di kelurahan Kayu Putih di ambil berdasarkan hasil terbesar dari perhitungan proyeksi

penduduk yaitu dengan metode geometri, dimana pada tahan 2038 memiliki penduduk

sebesar 21.183,58 jiwa.

2. Total kebutuhan air perencanaan di Kelurahan Kayu Putih pada tahun 2038 sebesar 172

lr/dt.

3. Reservoir dibagun sesuai dengan debit harian puncak.

lxiii
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2007. PERMEN PU Nomor 18 Tentang Sumber Daya Air. Jakarta.

Anonimous, 2015. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tentang

Pengembangan Sistem Air Minum. Jakarta.

Anonimous, 1994. Diklat Teknik Penyediaan Air Minum. PERPAMSI & ITB : BANDUNG.

Deputi SDA-LH Bappenas. (2008). Konsep Rancangan Awal RPJMN 2010 – 2014 Bidang

Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Potensi Sumber Air, Jakarta : Kementrian

PPN/Bappenas.

Dapartemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Cipta Karya. 1996. Analisa Kebutuhan Air

Bersih, Jakarta.

Klaas, Dua K. S. Y. 2009. Desain Jaringan Pipa Prinsip Dasar dan Aplikasi.

Lowa. A, 1983, Konsumen Air Saluran Tertutup, PT. Pradya Paramita, Jakarta.

Moegijantoro, 1996. Kebutuhan Air. PT Empat Sekawan : Surabaya.

Sularso Huroa Tahara, Pompa dan Kompresor Pemilihan Pemakaian dan Pemeliharaan, 1989.

http://google.co.id/SumberDayaAir

lxiv

Anda mungkin juga menyukai