Anda di halaman 1dari 60

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Republik Indonesia
Contohpengukuranheadlosspada
jaringanpipadenganslopetertentuda

ΔZ
perubahandiamter
α

Electronic/
LAPORAN
mechanicalAKHIR
Pressure Contohpengukuranheadlosspada
gauge jaringanpipadenganelbow,valvedan
DACInterface
percabangan

KAJIAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN DAN
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
Valve
NON PADI

Pressuretransducer

BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
2007 Valve
LAPORAN AKHIR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
PENDAHULUAN ................................................................................. I - 1
1.1. LATAR BELAKANG .................................................................... I - 1
1.2. TUJUAN ...................................................................................... I - 3
1.3. SUBSTANSI KAJIAN................................................................... I - 3
1.4. SASARAN DAN TARGET KEBIJAKAN....................................... I - 3
1.5. METODOLOGI KAJIAN............................................................... I - 5

BAB 2. POTENSI LAHAN SAWAH DAN PERKEMBANGAN


JINP DI INDONESIA .............................................................. II- 1
2.1. KONDISI LAHAN SAWAH DI INDONESIA ................................. II- 1
2.2. PERKEMBANGAN JARINGAN IRIGASI NON PADI DI
INDONESIA ................................................................................ II- 2
2.3. POTENSI TEKNOLOGI IRIGASI NON PADI UNTUK
PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI, KETAHANAN
PANGAN DAN DUKUNGAN EKSPOR ........................................ II- 3

BAB 3. ANALISIS KEBIJAKAN JINP MENGGUNAKAN MODEL


SISTEM .................................................................................. III- 1
3.1. IDENTIFIKASI SISTEM ............................................................. III- 1
3.2. DIAGRAM SEBAB AKIBAT ....................................................... III- 3
3.3. BAGAN ALIR ............................................................................. III- 4
3.4. SISTEM JINP DI LAHAN SAWAH ............................................ III- 7
3.5. JINP DI LAHAN NON IRIGASI .................................................. III- 17

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi i


LAPORAN AKHIR

BAB 4. STRATEGI IMPLEMENTASI JINP ......................................... IV - 1


4.1. KEBIJAKAN NASIONAL DAN DAERAH DALAM
PENGEMBANGAN JINP ........................................................... IV - 1
4.2. TAHAPAN PENGEMBANGAN JINP ......................................... IV - 4
4.3. PENGUATAN KELEMBAGAAN JINP ....................................... IV - 4

BAB 5. REKOMENDASI ..................................................................... V - 1


5.1. KEBIJAKAN ............................................................................. V - 1
5.2. TEKNOLOGI ............................................................................. V - 1
5.3. FINANSIAL................................................................................ V - 2
5.4. KELEMBAGAAN ....................................................................... V - 2

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi ii


LAPORAN AKHIR

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pengelolaan irigasi di Indonesia telah menjadi bagian dari
kebudayaan masyarakat sejak lama. Irigasi telah dikenal di
Indonesia sejak akhir abad keempat masehi, dimana irigasi dikelola
masyarakat pada tingkat domestik untuk tanaman pangan terutama
padi. Pada masa penjajahan kolonial Belanda, pengembangan irigasi
secara besar-besaran mulai dilaksanakan dan dikelola oleh
perusahaan swasta untuk tebu dan tanaman perkebunan lainnya.
Proses pembangunan irigasi secara masif tersebut berlangsung
sampai dengan era pemerintahan orde baru, dengan target utama
untuk mencapai dan mempertahankan ketahanan pangan.

Pembangunan irigasi secara besar-besaran pada akhirnya


menimbulkan beberapa kekhawatiran terhadap kerusakan
lingkungan. Penggunaan air secara tak efisien dan efektif terutama
dalam lingkungan pertanian dan kerawanan ketersediaan air di
banyak tempat di dunia terutama mendorong masyarakat dunia
untuk melakukan konvensi-konvensi internasional di bidang sumber
daya air untuk memperoleh pengelolaan air yang lebih efisien,
demokratis dan berkeadilan serta berwawasan lingkungan.

Sejalan dengan upaya mencapai ketahanan pangan, jaringan irigasi


di Indonesia saat ini terutama diperuntukkan tanaman padi sawah.
Komoditi pangan ini merupakan sumber makanan pokok, sehingga
upaya memenuhi air irigasi terus diupayakan oleh Pemerintah.
Namun disadari bahwa lahan padi memerlukan pasokan air yang
relatif besar dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Kebutuhan air
dalam jumlah besar tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnya

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi I-1
LAPORAN AKHIR

tingkat teknologi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para petani kita.
Dengan teknologi on-farm yang masih sangat terbatas, air irigasi
dalam jumlah besar tetap dibutuhkan oleh masyarakat.

Pertumbuhan penduduk dan kegiatan perekonomian saat ini


berdampak pada kebutuhan pasokan air untuk berbagai
kepentingan. Hal ini menyebabkan timbulnya konflik kepentingan
terhadap air, dimana penggunaan air tidak dapat lagi diprioritaskan
untuk pertanian, namun juga kebutuhan lain seperti industri dan
perumahan. Oleh karena itu, penggunaan air secara berkeadilan
mutlak dilakukan agar dapat memenuhi kepentingan seluruh pihak.
Sebagai konsekuensinya, efisiensi dan efektifitas penggunaan air
untuk pertanian perlu menjadi perhatian kita bersama.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi


dan efektifitas penggunaan air untuk pertanian adalah upaya
pengembangan Jaringan Irigasi Non-Padi (JINP). Tanaman non-padi
dapat berupa tanaman pangan selain padi, tanaman hortikultura,
maupun tanaman perkebunan. Komoditas pertanian tersebut
diharapkan dapat menggunakan air dalam jumlah yang relatif lebih
kecil daripada padi, sehingga alokasi air irigasi dapat dikurangi.
Kebijakan pengembangan irigasi non-padi ini sejalan dengan upaya
menerapkan diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan
Indonesia terhadap beras. Saat ini jaringan irigasi untuk komoditas
non-padi masih terbatas dan hanya dikelola pada skala kecil.

Kajian ini dilaksanakan oleh Kementerian Negara Perencana


Pembangunan Nasional/Bappenas dalam rangka mengidentifikasi
potensi pengembangan jaringan irigasi untuk tanaman non-padi,
sebagai inisiasi penyusunan kebijakan pengelolaan irigasi di
Indonesia di masa mendatang.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi I-2
LAPORAN AKHIR

1.2. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun rumusan kebijakan
pengelolaan jaringan irigasi non-padi di Indonesia. Hasil kegiatan ini
diharapkan menjadi kebijakan penyediaan infrastruktur penunjang di
tingkat tersier dan konsep operasi dan pemeliharaan, serta
rehabilitasi infrastruktur irigasi dengan mengedepankan peranan
pemerintah daerah dan masyarakat.

1.3. SUBSTANSI KAJIAN


• JINP dikembangkan pada lahan beririgasi dan non irigasi,
• Pada lahan beririgasi tetap memperhatikan target kontribusi,
peningkatan efisiensi dan memerhatikan pola SRI dan
kompatible untuk padi dan palawija.
• Pada lahan sawah belum berpengairan/tidak kebagian air,
secara individu, bersumber pada air tanah dangkal dengan
menggunakan pompa tetapi perlu subsidi BBM
• Sebagai kebijakan mencakup agenda kebijakan yang jelas,
skenario detil dan strategi implementasi serta bentuk/cakupan
intervensi kebijakan yang diperlukan.

1.4. SASARAN DAN TARGET KEBIJAKAN


Sebagai sasaran dan target kebijakan adalah lahan pertanian
pangan dan hortikultur yang produktif untuk ditingkatkan indeks
produktivitas lahannya guna mencapai tingkat produksi nasional
yang tercukupi dan kesejahteraan petani yang memadai. Pada
lahan irigasi, baik yang sudah dibangun maupun yang akan
dibangun, aspek pengelolaan jaringan irigasi menjadi sangat penting.
yang terdiri dari operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi. Disatu pihak

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi I-3
LAPORAN AKHIR

ketersediaan air dari sumberdaya mengalami penurunan sebagai


akibat dari perubahan/terganggunya catchment area dan di lain
pihak kebutuhari akan air semakin meningkat dengan penggunaan
yang beraneka ragam (pertanian, industri, perumahari
penggelontoran kota dan sebagainya). Sementara itu ketahanan
pangan khususnya beras masih belum dapat dipenuhi sedangkan
petani yang berusahatani padi masih jauh dari tingkat keuntungan
yang mensejahterakan.

Untuk itu sebuah kebijakan perlu diambil untuk mencari tahu


seberapa jauh jaringan irigasi teknis saat ini dapat digunakan secara
teknis untuk tanaman non padi, tetapi tidak mengganggu produksi
beras. Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas, diperlukan upaya
kebijakan untuk menenuhi target produksi beras dan kenaikan
pendapatan petani di lahan beririgasi dan implementasinya sampai
tahun 2030 seperti pada Gambar 1 berikut.

Kesejahteraan petani

Produksi Palawija

Produksi Padi yang


dikehendaki

Benchmark
Produksi padi Rata-
rata 5 tahun

Produksi Padi tidak


dikehendaki
Implementasi Kebijakan JINP

25 tahun
.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi I-4
LAPORAN AKHIR

Sasaran dan target kebijakan secara garis besar adalah sebagai


berikut:
• JINP menjadi titik masuk (entry point) untuk melakukan
pembaharuan/perbaikan sistem irigasi maupun jaringan
Tersier
• JINP mendorong peningkatan efesiensi irigasi dan
kesejahteraannya dengan membuka peluang adopsi teknologi
irigasi non konvensional
• pelayanan pemerintah menyediakan/membantu prasarana
irigasi untuk apapun komoditinya
• JINP sebagai kebijakan nasional untuk 2010 – 2030 (visi Ind
2030)
• Pembaruan dan modernisasi kawasan sentra produksi (lahan
irigasi teknis dan lahan kering)
• Berbasis partisipatif, bottom up dan insentif untuk kinerja
Otonomi Daerah

1.5. METODOLOGI KAJIAN


1.5.1. Kerangka Berpikir
Keterkaitan konsep ruang dan waktu merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Atas dasar isu keruangan tersebut
kebijakan irigasi non padi terkait dengan adanya ketersediaan air
yangterbatas dengan distribusi kewilayahan yang tidak sama,
penyebaran curah hujan yang tidak sama sehingga jaringan irigasi
non padi menjadi sangat strategis dalam mengoptimalkan irigasi
serta sebagai entri point rekonstruksi jaringan irigasi menuju
sasaran efisiensi yang tinggi dan sebagai bentuk adaptasi
kekeringan akibat adanya perubahan iklim. Secara temporal,
kebijakan jaringan irigasi non padi mengikuti pola kebutuhan dan
ketersediaan komoditi (khususnya pangan untuk menjaga

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi I-5
LAPORAN AKHIR

kestabilan ketahanan pangan) yang dikaitkan dengan pertumbuhan


penduduk.

Sesuai dengan kebutyuhan kebijakan yang terkait dengan ruang


dan waktu tersebut, maka pendekatan pemodelan dengan sistem
dinamik dipilih untuk alat analisis studi kebijakan ini.

1.5.2. Metode Kajian


Secara umum kajian penyusunan strategi ini menggunakan desk
study yang ditunjang dengan data dan informasi, baik primer
maupun sekunder guna mendeskripsikan pembangunan dan
pembiayaan infrastruktur tersebut. Adapun metode yang digunakan
untuk mendukung kajian ini, yaitu:
• Pengumpulan data dan informasi melalui pengumpulan data
(survey, observasi) dan studi literatur.
• Analisis data dengan menggunakan pendekatan pemodelan
sistim dinamik.
• Focused Group Discussion (FGD) dengan narasumber ahli,
kalangan akademisi, maupun pakar yang relevan dengan topik
kajian
• Diskusi dan brainstorming serta penggalangan konsensus
dikalangan stakeholders baik secara internal maupun eksternal
• Seminar dan lokakarya sebagai bentuk sosialisasi dari hasil
sementara kajian

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi I-6
LAPORAN AKHIR

BAB 2. POTENSI LAHAN SAWAH DAN


PERKEMBANGAN JINP DI INDONESIA

2.1. KONDISI LAHAN SAWAH DI INDONESIA


Kondisi lahan sawah di Indonesia menurut kajian dari Swastika dkk
(2007) berdasarkan angka hasil survey pertanian BPS tahun 2006,
mempunyai rata IP sebesar 1,61. Khusus untuk lahan irigasi teknis
mempunyai nilai IP rata-rata sebesar 1,83, sedangkan untuk
setengah teknis dan sederhana masing-masing sebesar 1,78 dan
1,7. Angka hasil survey pertanian tersebut memberikan angin segar
bahwa kondisi sawah beririgasi mempunyai intensitas pertanaman
padi cukup tinggi, bahkan untuk tadah hujanpun mempunyai IP
rata-rata lebih dari 1,0 (tepatnya 1,2) yang berarti pada kondisi non
irigasi mampu memberikan pertanaman padi lebih dari satu kali
(sebaran IP berdasarkan hasil survey pertanian tahun 2006 di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.. Angka ini mengindikasikan
adanya kapasitas pengelolaan air di sawah untuk tanaman padi
sudah cukup baik, mengingat kondisi sumberdaya air saat ini cukup
memprihatinkan dengan menurunnya keandalan/ketersediaan air
untuk tanaman padi.

Berdasarkan data PODES 2003, sawah beririgasi di Indonesia


tercatat seluas 6,15 juta hektar (tidak termasuk papua), sementara
di rekapitulasi BPS tahun 2006 tercatat 6,17 juta hektar, hal ini
berarti selisih 200 ribu hektar sawah beririgasi yang berasal dari
Papua. Sebagai catatan tentang data DI yang dikeluarkan oleh
Kepmen PU tahun 2007, tercatat seluas 7,8 juta hektar lebih
merupakan inventariasi daerah irigasi termasuk daerah irigasi desa
(terlampir) dapat digunakan untuk menginventarisasi jumlah dan
dan tingkat teknologi (teknis, semi teknis dan sederhana) yang ada,

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi II- 1
LAPORAN AKHIR

sedangkan untuk keperluan perhitungan produksi perlu


disinkronkan dengan luasan yang tercatat pada PODESA maupun
BPS.

Tabel 2.1. Luas lahan sawah dan intensitas tanam padi di Indonesia.

Sumber: Survai Pertanian BPS, 2006 (tidak termasuk sawah rawa pasang surut).

Sementara itu sekitar 95 persen dari produksi padi nasional


dihasilkan dari lahan sawah, dan sisanya (5%) berasal dari lahan
kering (BPS 1996, 2000, 2006).

2.2. PERKEMBANGAN JARINGAN IRIGASI NON PADI DI


INDONESIA

Indikasi perkembangan teknologi irigasi non padi di Indonesia


dapat dijelaskan sebagai berikut:
„ JINP pada petani non padi belum mendapatkan pelayanan
secara maksimal dalam mendapatkan fasilitas prasarana irigasi
„ Pada beberapa daerah telah menerapkan irigasi untuk tanaman
selain padi dengan dengan Pola individu, hal ini berarti akses

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi II- 2
LAPORAN AKHIR

petani non padi kepada fasilitas infrastruktur irigasi masih


kurang. Pada keadaan ini, perlu dirumuskan sebuah kebijakan
tentang pola pengembangan infrastruktur irigasi non padi
sehingga para petani non padi mempunyai akses yang sama
dengan petani padi

Mengingat kondisi irigasi teknis saat ini mengalami degradasi yang


cukup serius, dan kinerjanya masih jauh dari harapan, maka dalam
rangka upaya untuk mencapai tujuan ketahanan pangan, tetapi
tetap mementingkan kesejahteraan petani, kegiatan rekonstruksi
atau rehabilitasi irigasi sebagai pelayanan infrastruktur irigasi perlu
dikaji ulang sehingga rekonstruksi kegiatan irigasi dapat sekaligus
memberikan pelayanan baik untuk irigasi padi maupun non padi.
Dalam hal ini, arahan JINP dapat berupa peningkatan efisiensi
irigasi yang signifikan dan mempunyai kompatibilitas yang tinggi
untuk padi. Penanaman tanaman non-padi dapat berupa tanaman
pangan selain padi, tanaman hortikultura, atau tanaman lain yang
bernilai ekonomi tinggi.

2.3. POTENSI TEKNOLOGI IRIGASI NON PADI UNTUK


PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI, KETAHANAN PANGAN
DAN DUKUNGAN EKSPOR .

Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian membuat


perhitungan untuk tingkat nasional tentang keseimbangan
kebutuhan dan produksi beras dengan hasil bahwa pada tahun
2006 besarnya kebutuhan dan produksi telah seimbang. . Apabila
hal ini dapat berlangsung stabil, maka sebenarnya dengan kondisi
sawah berpengairan yang ada dan IP rata-rata tanaman padi
sebesar 1,39 (lihat Tabel 2.2.), maka peluang pertanaman non padi
menjadi besar dan selanjutnya peluang untuk meningkatkan

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi II- 3
LAPORAN AKHIR

kesejahteraan petani melalui pendapatan tanaman non padi yang


lebih tinggi nilai ekonominya menjadi besar.
Berdasarkan kondisi wilayah yang terkait dengan sumberdaya air
termasuk iklim, realisasi pertanaman yang baik pada lahan
beririgasi seharusnya lebih tinggi dibandingkan dengan pada lahan
tadah hujan. Pada lahan tadah hujan dapat diprediksi nilai IPnya
berdasarkan klasifikasi agroklimat Oldeman yang memberikan
arahan pertanaman selama setahun berdasarkan besarnya curah
hujan bulanan. Pada kajian ini dapat dilihat kinerja irigasi
dibandingkan dengan tadah hujan (IP arahan Oldeman) seperti
disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2. IP tanaman padi dihitung dari luas panen padi dan luas sawah
berpengairan berdasarkan data PODES 2003.

Luas panen Luas sawah


No Provinsi IP
padi berpengairan
1 Nanggroe Aceh Darussalam 283.094 189.832 1,49
2 Sumatera Utara 475.730 273.491 1,74
3 Sumatera Barat 215.434 196.437 1,10
4 Riau 92.748 82.682 1,12
5 Jambi 109.112 53.143 2,05
6 Sumatera Selatan 490.198 189.959 2,58
7 Bengkulu 88.453 62.417 1,42
8 Lampung 260.212 168.083 1,55
9 Kepulauan Bangka Belitun 4.815 1.809 2,66
10 DKI Jakarta 798 716 1,11
11 Jawa Barat 1.217.869 977.298 1,25
12 Jawa Tengah 1.381.897 921.486 1,50
13 D I Yogyakarta 103.386 47.906 2,16
14 Jawa Timur 1.356.506 1.497.982 0,91
15 Banten 212.941 106.133 2,01
16 BALI 137.724 84.654 1,63
17 Nusa Tenggara Barat 242.084 295.126 0,82
18 Nusa Tenggara Timur 138.871 87.693 1,58
19 Kalimantan Barat 264.672 70.401 3,76
20 Kalimantan Tengah 147.367 130.871 1,13
21 Kalimantan Selatan 365.130 64.209 5,69
22 Kalimantan Timur 90.778 46.124 1,97
23 Sulawesi Utara 65.397 41.878 1,56
24 Sulawesi Tengah 138.010 121.778 1,13

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi II- 4
LAPORAN AKHIR

Luas panen Luas sawah


No Provinsi IP
padi berpengairan
25 Sulawesi Selatan 613.697 363.911 1,69
26 Sulawesi Tenggara 70.784 54.298 1,30
27 Gorontalo 19.177 22.664 0,85
28 MALUKU 4.237 15.316 0,28
29 Maluku Utara 6.462 3.453 1,87
30 Papua 601 -
Jumlah 8.597.582 6.172.350 1,39
Sumber: PODES 2003, Bappenas (diolah)

Tabel 2. 3. Nilai IP tanaman padi dan palawija serta IP potensial di


Empat Daerah Irigasi di Jawa dan Bali yang dikaji.
IP TANAMAN
Daerah IP
Irigasi Ktl Oldeman
Padi Jagung Kedele Kc Tanah Jumlah
Rambat
CENGKLIK,
Jawa
Tengah. 1,95 0,03 0,00 0,00 0,11 2,09 1,50
CIHEA,
Jawa Barat 2,04 0,01 0,23 0,01 0,01 2,30 2,00
CANGI,
Bali. 2,26 0,00 0,00 0,00 0,00 2,26 1,75
CABEAN,
Jawa Timur 1,17 0,55 0,00 0,00 0,00 1,72 1,50
Sumber: PODES 2003, Bappenas (diolah)

Realisasi IP yang aktual merupakan indikasi komoditas yang


disukai di wilayah irigasi tersebut, sehingga arahan peningkatan IP
dapat diprogramkan sesuai komoditas non padi yang ada.

Pemasaran merupakan kunci keberhasilan suatu usaha, sehingga


pengembangan JINP harus dapat mempertimbangkan kemudahan
petani dalam menyiasati pasar. Salah satu unsur penting dalam
menyiasati pasar adalah memberikan kebebasan usahatani,
sehingga dapat mengatur waktu panen dan jenis komoditi yang
diusahakan sesuai dengan strategi pasarnya baik di tingkat
domestik maupun tingkat global. Dengan strategi kebebasan
berusaha tani, maka petani akan mempunyai kemudahan dalam
hal:

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi II- 5
LAPORAN AKHIR

• opportunity menanam non padi secara lebih baik


• kenaikan pendapatan dari nilai komoditas non padi
• strategi pemilihan waktu tanam dan pemilihan komoditi
unggulan untuk mensiasati pasar.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi II- 6
LAPORAN AKHIR

BAB 3. ANALISIS KEBIJAKAN JINP


MENGGUNAKAN MODEL SISTEM

Sistem jaringan non padi yang dimaksud akan dipelajari tingkah lakunya
dengan melakukan pemodelan terhadap sistem JINP tersebut dan
kemudian melakukan simulasi untuk mengetahui tingkah lakunya
sepanjang waktu di masa mendatang. Dibuat model dinamis yang di
dalamnya menggambarkan interaksi berbagai komponen secara simultan,
sehingga suatu aksi (dalam hal ini kebijakan) akan diketahui pengaruhnya
terhadap kinerja sistem, bukan hanya pada waktu kebijakan mulai
dilakukan, namun sampai tahun-tahun berikutnya.

Langkah-langkah pendekatan sistemis ini mengikuti urutan langkah


pemodelan-simulasi yang baku yang diringkas ke dalam beberapa
langkah berikut, yaitu: a) identifikasi sistem, b) penyusunan diagram sebab
akibat, c) penyusunan bagan alir, d) validasi, dan e) simulasi berbagai
skenario.

3.1. IDENTIFIKASI SISTEM


Sebagai langkah awal dalam pemodelan dilakukan identifikasi
sistem, yang mencakup tujuan sistem, batasan sistem, dan lebih
jauh melakukan identifikasi variabel dan parameter yang tercakup
di dalam sistem. Proses ini dilalkukan dengan melakukan brain
storming di antara para ahli yang terkait. Sebagai hasil proses
identifikasi sistem telah didapatkan beberapa tujuan sistem adalah:
- memanfaatkan jaringan irigasi yang telah ada untuk
dimanfaatkan sebagai JINP
- menjaga ketahanan pangan, yang dalam ini diartikan sebagai
kecukupan produksi beras

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 1
LAPORAN AKHIR

- mengoptimalkan peran P3A, pemerintah kabupaten, peperintah


propinsi, dan pemerintah pusat dalam melakukan pengelolaan
JINP
Selanjutnya telah diidentifikasi 4 sub sistem, yaitu:
1) Sub sistem pengelolaan
2) Sub sistem jaringan irigasi
3) Sub sistem sumber air
4) Sub sistem produksi tanaman
Lebih lanjut telah dilakukan identifikasi terhadap variabel-variabel
yang terlibat di dalam. Variabel-variabel tersebut didaftar pada
Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Daftar variabel yang terlibat dalam sistem JINP


No Parameter / Variabel Keterangan
Sub Sistem Pengelolaan
1 Peran Pemerintah Porsi aktivitas penyuluhan, pemeliharaan dan rehablitasi
Dipengaruhi oleh: dana % dari APBD, realisasi, peraturan,
dsb., dibedakan menjadi Pusat, Provinsi dan Kota/Kabupaten
2 Teknolosi Irigasi Tingkat teknologi irigasi yang dipakai
3 Peran P3A Porsi aktivitas pemeliharaan dan rehablitasi jaringan yang
dilakukan oleh P3A
4 Dukungan budaya Keberadaan organisasi lokal, budaya gotong royong
5 Kemampuan petani Index yang menyatakan praktek pelaksanaan usahatani yang
dilakukan masyarakat terhadap yang ideal
Sub sistem jaringan irigasi
1 Jaringan Kapasitas jaringan irigasi, dan efisiensinya
2 Pemeliharaan jaringan Porsi jaringan irigasi yang dapat dipelihara
3 Rehabilitasi jaringan Porsi jaringan irigasi yang dapat diremajakan
Sub sistem sumber air
1 DAS Kondisi DAS
2 Faktor musim curah hujan bulanan
3 Debit andalan Data debit sungai
Sub sistem produksi tanaman
1 Luas Baku sawah
2 Laju Cetak sawah
3 Laju konversi lahan
4 Luas tanam padi
5 Luas tanam non padi
6 IP Padi
6 IP Non padi
7 Yield padi
8 Yield non Padi
9 Prosentase benih bersertifikat
10 Penerimaan petani

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 2
LAPORAN AKHIR

3.2. DIAGRAM SEBAB AKIBAT


Selanjutnya telah disusun diagram sebab akibat di unsur-unsur
yang ada di dalam sistem seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Peran P3A
Perbaikan dan
Rehabilitas Jaringan Kerusakan
-
Jaringan
+
-
+
Peran + -
Pemerintah
Kapasitas Jaringan
Irigasi

+
+
+
+ Cetak Konversi Lahan
Tingkat Lahan
Teknologi

+ +
Luas Baku +
Perbaikan -
kondisi DAS

+ + +
Air Irigasi
Luas Tanam
Kondisi DAS
+
+ + Penerimaan
Petani
IP
+ +

+
Yield

Gambar 3.1. Diagram sebab akibat variabel-variabel sistem JINP

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 3
LAPORAN AKHIR

3.3. BAGAN ALIR

Variabel-variabel yang terlibat di dalam sistem selanjutnya


digubungkan dalam bentuk bagan alir sebagai persiapan
melakukan simulasi. Bagan alir setiap sub sistem ditunjukkan pada
Gambar 3.2, Gambar 3.3, Gambar 3.4, dan Gambar 3.5.

2. Sub Jaringan Irigasi

Index_PeranP3A Prosentase_Perbaikan
Peningkatan_Peran

Prosentase_Rehab

Pendanaan_Pemkab

Konstruksi_Jaringan

Pendanaan_Pemprop
4. Sub Produksi Tanaman

Pendanaan_Pempus
Yield

Index_KemampuanUT
Peningkatan_Kemampuan IP

1. Sub Pengelolaan

3 Sub Sumber Air

Perbaikan_KondisiDAS

Gambar 3.2. Bagan alir sub sistem pengelolaan

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 4
LAPORAN AKHIR

Prosentase_Perbaikan
Umur_Teknis Gangguan

Perbaikan_FungsiJaringan
Prosentase_Rehab Laju_KerusakanJaringan

Sub Pengelolaan ?
Kapasitas_Jaringan
Net_PenambahanKapasitas Penurunan_Kapasitas

Konstruksi_Jaringan

IndexPeranP3A

JIP
Air_Irigasi
Pendanaan_Pemkab

Prosentase_Perbaikan_1 Umur_Teknis_1 Gangguan_1


Pendanaan_Pemprop

Perbaikan_FungsiJaringan_1 Laju_KerusakanJaringan_1
Pendanaan_Pempus Prosentase_Rehab_1

Sub Sumber Air Kapasitas_Jaringan_1


Net_PenambahanKapasitas_1 Penurunan_Kapasitas_1

Konstruksi_Jaringan_1

Debit_Andalan
Teknologi_Irigasi

Air_Irigasi_1
JINP

2. Sub Jaringan Irigasi

Gambar 3.3. Bagan alir sub sistem jaringan irigasi

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 5
LAPORAN AKHIR

Sub Pengelolaan

Pendanaan_PemKab
Pendanaan_Pemprop

Pendanaan_Pempus

Index_LajuKerusakan_Das

Index_Kondisi_Das
Perbaikan_IndexKondisi Penurunan_Index Sub Jaringan Irigasi

Faktor_Musim Debit_Andalan Air_Irigasi

3. Sub Sumber

Gambar 3.4. Bagan alir sub sistem sumber air irigasi

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 6
LAPORAN AKHIR

Persen_BenihUnggul

Sub Pengelolaan
Produksi_Padi
Yield_Padi

Pendanaan_Pemkab

Luas_Tanam_Padi
Pendanaan_Pemprop IP_Padi

Kemampuan_Petani
Luas_Baku Penerimaan_Petani
Sub Jaringan Irigasi Cetak_Sawah Konversi_Lahan

Luas_Panen_NonPadi
Air_Irigasi
Yield_NonPadi

IP_NonPadi Produksi_NonPadi

4. Sub Produksi Tanaman

Gambar 3.5. Bagan alir sub sistem sumber air irigasi

3.4. SISTEM JINP DI LAHAN SAWAH


3.4.1. Karakteristik Model JINP
JINP diterapkan di saluran irigasi yang telah ada dengan cara
menyempurnakan/memodifikasi prosedu rpenggunaan saluran
yang telah ada. Dengan adanya perubahan ini diharapkan akan
terjadi penghematan air. Air yang bisa dihemat diharapkan
mencapai 20%. Dengan adanya penghematan ini maka air irigasi
dapat dipakai lebih banyak baik untuk tanaman padi maupun non
padi. Pembangunan JINP memakai dana pemerintah secara
bertahap sehingga akan memerlikan waktu beberapa tahun.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 7
LAPORAN AKHIR

Pemeliharaan JINP pada awalnya dibiayai pemerintah, namun


nantinya setelah petani merasakan manfaat dari JINP maka
diharapkan petani juga ikut berpartisipasi dalam biaya
pemeliharaan tersebut.

Bersamaan dengan introduksi JINP dilakukan pula pembinaan dan


pendampingan agar petani dapat memanfaatkan JINP tersebut
secara optimal. Materi pembinaan dan pendampingan meliputi
a. Pola tanam, jadwal tanam, dan teknis budidaya yang hemat air
untuk mendukung fungsi JINP,
b. pascapanen untuk mendapatkan nilai tambah di tingkat petani,
dan
c. kelembagaan usaha kelompok tani dalam pemasaran hasil
untuk mendapatkan pasar yang stabil dan harga jual yang lebih
baik.
Penghematan air diharapkan dapat meningkatkan IP dan yield
yang pada akhirnya meningkatkan produksi, baik padi maupun non
padi. Ditambah dengan penanganan pascapanen dan pemasaran
yang lebih baik diharapkan keuntungan petani akan meningkat.

Jumlah petani di tingkat nasional maupun DI dianggap bertambah


dengan adanya pertambahan penduduk meskipun hanya
sebahagian kecil dari penduduk yang baru akan bekerja di sektor
pertanian lahan sawah. Luas baku sawah tidak bertambah
sehingga pemilikan lahan rata-rata akan menurun dari waktu ke
waktu. Oleh sebab itu, di samping terdapat faktor yang
meningkatkan keuntungan, terdapat pula faktor yang menurunkan
pendapatan yaitu menurunnya luasan pemilikan lahan.

Jaringan irigasi akan mengalami kerusakan pada waktu mencapai


umur teknisnya atau terdapat gangguan lain. Petani dapat dimintai

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 8
LAPORAN AKHIR

partisipasinya dalam pemeliharaan ini, yaitu berupa uang yang


diambil dari sebahagian manfaat akibat introduksi paket JINP ini.
Suatu ketentuan bisa diambil misalnya jika keuntungan per hektar
per tahun telah melampaui suatu nilai tertentu maka petani tersebut
diharapkan ikut berpartisipasi.

3.4.2. Model Matematis


Bagan model matematis yang merepresentasikan dinamika sistem
JINP ditunjukkan pada gambar 3.6.
Perbaikan_OlehPetani
Pendanaan_Pemerintah

Unit_BiayaPerbaikan

Persen_Pertambahan

Kerusakan Umur_Teknis

Unit_Biaya
Jaringan_Pipa

Persentase_Penghematan

Tambahan_Jaringan Pengurangan
PendanaanPemerintah

Penghematan_Air

IP_Baru
Faktor_Loss IP_Awal

Kenaikan_IP
Luas_Baku
Peningkatan_Yield

IP_Padi

Konversi_Lahan

Luas_Tanam_Padi Yield_PadiAwal
Yield_Padi

Luas_Tanam_NonPadi
Porsi_NonPadi Produksi_Gabah
Yield_NPAwal
IP_NonPadi Produksi_Beras_Kotor
Produksi_NP Yield_NonPadi
Peningkatan_Harga
Harga_Beras

Tahun

Biaya_Usahatani Harga_BerasAwal

PertambahanPenduduk
Penerimaan Harga_NonPadi

JumlahPenduduk
Harga_NPAwal

Kebutuhan_Beras Produksi_Beras
Keuntungan_RataRata
Neraca_Beras

Konsumsi_Perkapita
LajuPertambahanPenduduk Beras_NonPangan
Pemilikan_Lahan

Jumlah_KK_Petani
Persentase_Petani
Jumlah_Penduduk_Petani

Jml_Anggota_Keluarga

Gambar 3.6. Diagram model matematis JINP

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 9
LAPORAN AKHIR

3.4.3. Simulasi Model


Dilakukan simulasi terhadap model tersebut di atas dengan 4
skenario berikut ini untuk mengetahui kinerja model tersebut.

Tabel 3.2. Daftar skenario simulasi model JINP


No Skenario IP Padi IP Non Yield Harga
Padi padi dan padi dan
non padi non padi
1 Skenario 1: Existing tetap tetap tetap tetap
Condition
2 Skenario 2 : JINP tetap meningka tetap tetap
untuk peningkatan IP t
non padi
3 Skenario 3: JINP untuk meningka tetap tetap tetap
peningkatan IP padi t
4 Skenario 4: JINP untuk tetap meningka meningka meningka
non padi t t t
+Pendampingan

Hasil simulasi dirangkum dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Rangkuman hasil simulasi model JINP


No Skenario Hasil simulasi
1 Skenario 1: Existing Kecukupan beras nasional bertahan hingga
Condition tahun 2008 dan selanjutnya kekurangan
beras

2 Skenario 2 : JINP untuk Kecukupan beras sama dengan Skenario 1,


peningkatan IP non padi namun terjadi kenaikan keuntungan petani
rata-rata karena adanya pertambahan

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 10
LAPORAN AKHIR

No Skenario Hasil simulasi


penerimaan sebagai akibat IP non padi
3 Skenario 3: JINP untuk Kecukupan beras meningkat dan aman
peningkatan ip padi hingga tahun 2023, selanjutnya kecukupan
ternacam
4 Skenario 4: Terjadi kecukupan beras dan peningkatan
JINP+Pendampingan kesejahteraan petani

Berikut ini diuraikan rincian hasil simulasi dengan beberapa skenario luas
lahan beririgasi, IP padi, dan IP non padi.
Skenario 1: Existing Condition
Luas baku lahan : 6,15 juta ha
IP Padi 1,83
IP Non Padi 0,37

Tabel. 3.4. Proyeksi produksi dan kebutuhan beras nasional (Skenario 1)

m Tahun Produksi_Beras Kebutuhan_Beras Neraca_Beras


2005 31.341.663 29.700.000 1.641.663
2006 31.340.879 30.115.800 1.225.079
2007 31.339.320 30.537.421 801.899
2008 31.336.993 30.964.945 372.048
2009 31.333.905 31.398.454 -64.549
2010 31.330.065 31.838.033 -507.967
2011 31.325.480 32.283.765 -958.285
2012 31.320.158 32.735.738 -1.415.580
2013 31.314.106 33.194.038 -1.879.932
2014 31.307.331 33.658.755 -2.351.423
2015 31.299.842 34.129.977 -2.830.136
2016 31.291.644 34.607.797 -3.316.153
2017 31.282.746 35.092.306 -3.809.560
2018 31.273.154 35.583.598 -4.310.444
2019 31.262.877 36.081.769 -4.818.892
2020 31.251.920 36.586.914 -5.334.993
2021 31.240.292 37.099.130 -5.858.839
2022 31.227.998 37.618.518 -6.390.520
2023 31.215.046 38.145.177 -6.930.131
2024 31.201.443 38.679.210 -7.477.767
2025 31.187.196 39.220.719 -8.033.523

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 11
LAPORAN AKHIR

2
38.000.000

2
36.000.000

Produksi_Beras
34.000.000 2 1
Kebutuhan_Beras
2
32.000.000 2
1 1 1 1 1
30.000.000
2
0 5 10 15 20
Time

Keuntungan_RataRata
Luas_Tanam_Padi

4.000.000
11.000.000
3.500.000

10.500.000 3.000.000

2.500.000
0 5 10 15 20
0 5 10 15 20
Time
Time

Gambar 3.7. Grafik produksi-kebutuhan beras, luas tanam, dan


keuntungan rata-rata petani (Skenario 1)

Dari skenario 1 ini tampak bahwa produksi beras nasional hanya akan
mencukupi kebutuhan beras nasional hingga tahun 2008. Setelah itu
Indonesia akan mengalami kekurangan beras. Di pihak yang lain luas
tanam padi akan menurun sebagai akibat adanya konversi lahan. Lebih
lanjut keuntungan rata-rata petani akan menurun karena adanya
penurunan pemilikan lahan, baik karena adanya konversi alih fungsi lahan
maupun karena adanya kenaikan jumlah penduduk.

Skenario 2: JINP dengan prioritas peningkatan luas tanam non padi


- Terjadi kenaikan IP karena adanya penghematan air
- Kenaikan IP diarahkan kepada kenaikan IP Non padi,
sementara IP padi tetap

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 12
LAPORAN AKHIR

Tabel 3.5. Proyeksi produksi dan kebutuhan beras nasional (Skenario 2)

mTahun Produksi_Beras Kebutuhan_Beras Neraca_Beras Keuntungan_RataRata


2005 31.310.919 29.700.000 1.610.919 6.001.248
2006 31.310.137 30.115.800 1.194.337 5.928.646
2007 31.309.354 30.537.421 771.933 5.864.912
2008 31.308.571 30.964.945 343.626 5.810.122
2009 31.307.788 31.398.454 -90.666 5.765.117
2010 31.307.006 31.838.033 -531.027 5.731.600
2011 31.306.223 32.283.765 -977.542 5.712.368
2012 31.305.440 32.735.738 -1.430.297 5.711.719
2013 31.304.658 33.194.038 -1.889.380 5.679.051
2014 31.303.875 33.658.755 -2.354.880 5.608.285
2015 31.303.093 34.129.977 -2.826.885 5.538.352
2016 31.302.310 34.607.797 -3.305.487 5.469.242
2017 31.301.527 35.092.306 -3.790.779 5.400.949
2018 31.300.745 35.583.598 -4.282.854 5.333.462
2019 31.299.962 36.081.769 -4.781.806 5.266.773
2020 31.299.180 36.586.914 -5.287.734 5.200.874
2021 31.298.397 37.099.130 -5.800.733 5.135.756
2022 31.297.615 37.618.518 -6.320.903 5.071.412
2023 31.296.832 38.145.177 -6.848.345 5.007.832
2024 31.296.050 38.679.210 -7.383.160 4.945.008
2025 31.295.268 39.220.719 -7.925.451 4.882.932

1 6.000.000
Keuntungan_RataRata

38.000.000

1 5.000.000
36.000.000

Kebutuhan_Beras
34.000.000 1 1 4.000.000
Produksi_Beras
2
32.000.000
1
2 2 2 2 2 3.000.000

30.000.000
1
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Time Time

1 1 1 1 1 1 1
1 1
10.000.000 1
1,5
8.000.000
1,0
Luas_Tanam_Padi IP_Padi
6.000.000 1 1
Luas_Tanam_NonPadi 2 2 2 IP_Nonpadi
4.000.000 2 0,5 2
2 2 2
2 2
2
2.000.000 2 0,0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Time Time

Gambar 3.8. Grafik produksi-kebutuhan beras, luas tanam, IP, dan


keuntungan rata-rata petani (Skenario 2)

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 13
LAPORAN AKHIR

Skenario 2 memberi kecukupan beras yang sama dengan Skenario 1.


Peningkatan terjadi pada produksi non padi. Ini disebabkan oleh adanya
alokasi air irigasi untuk peningkatan luas tanam non padi. Keuntungan
rata-rata petani meningkat dari Skenario 1 karena IP non padi meningkat.
Keuntungan rata-rata dari tahun ke tahun juga cenderung menurun karena
adanya konversi lahan dan pertambahan jumlah penduduk.

Skenario 3: JINP dengan prioritas peningkatan luas tanam padi


- Terjadi kenaikan IP karena adanya penghematan air
- Kenaikan IP diarahkan kepada kenaikan IP padi,
sementara IP non padi tetap

Seperti ditunjukkan pada Tabel 3.6 dan Gambar 3.9, Skenario 3 memberi
kecukupan beras yang lebih baik daripada Skenario 1 dan Skenario 2
karena penghematan air dialokasikan untuk meningkatkan IP padi.
Kecukupan beras dapat bertahan hingga tahun 2021. Setelah itu produksi
beras tidak mencukupi kebutuhan beras nasional yang semakin
meningkat sementara luas baku cenderung menurun. Keuntungan rata-
rata petani lebih tinggi daripada Skenario 2 karena keuntungan menanam
padi masih lebih itnggi daripada menanam jagung.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 14
LAPORAN AKHIR

Tabel 3.6. Proyeksi produksi dan kebutuhan beras nasional (Skenario 3)

mTahun Produksi_Beras Kebutuhan_Beras Neraca_Beras Keuntungan_RataRata


2005 31.410.319 29.700.000 1.710.319 6.027.031
2006 31.409.534 30.115.800 1.293.734 5.954.073
2007 32.393.626 30.537.421 1.856.205 6.058.308
2008 34.429.389 30.964.945 3.464.444 6.345.305
2009 37.242.392 31.398.454 5.843.937 6.760.533
2010 37.241.461 31.838.033 5.403.428 6.678.688
2011 37.240.530 32.283.765 4.956.764 6.597.757
2012 37.239.599 32.735.738 4.503.861 6.517.731
2013 37.238.668 33.194.038 4.044.629 6.438.602
2014 37.237.737 33.658.755 3.578.982 6.360.360
2015 37.236.806 34.129.977 3.106.828 6.282.998
2016 37.235.875 34.607.797 2.628.078 6.206.507
2017 37.234.944 35.092.306 2.142.638 6.130.879
2018 37.234.013 35.583.598 1.650.415 6.056.106
2019 37.233.082 36.081.769 1.151.313 5.982.179
2020 37.232.151 36.586.914 645.238 5.909.090
2021 37.231.220 37.099.130 132.090 5.836.831
2022 37.230.290 37.618.518 -388.229 5.765.395
2023 37.229.359 38.145.177 -915.819 5.694.772
2024 37.228.428 38.679.210 -1.450.782 5.624.955
2025 37.227.497 39.220.719 -1.993.221 5.555.936

2
Keuntungan_RataRata

38.000.000
6.000.000
1 1 12 1
36.000.000
5.000.000
Produksi_Beras
34.000.000 2 1
Kebutuhan_Beras 4.000.000
2
32.000.000
2
1 3.000.000
30.000.000
2
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Time Time

1 1 1 1 1 1
1 1 2,0
1 1
10.000.000 1,5

Luas_Tanam_Padi 1,0 IP_Padi


1 1
Luas_Tanam_NonPadi IP_Nonpadi
5.000.000 2 2
0,5
2 2 2 2 2

2 0,0
2 2 2 2
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Time Time

Gambar 3.9. Grafik produksi-kebutuhan beras, luas tanam, IP, dan


keuntungan rata-rata petani (Skenario 3)

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 15
LAPORAN AKHIR

Skenario 4: JINP+ Pendampingan


- Terjadi kenaikan IP karena adanya penghematan air
- Kenaikan IP diarahkan kepada kenaikan IP non padi,
sementara IP Padi tetap
- Terjadi kenaikan yield padi dan non padi karena adanya
pendampingan
- Kenaikan harga jual karena adanya bimbingan pasca
panen dan pemasaran
Skenario 4 memberi peningkatan produksi padi maupun non padi
meskipun air irigasi hasil penghematan hanya dialokasikan untuk non
padi. Hal ini disebabkan oleh adanya akibat adanya pendampingan yang
juga memberi pembinaan metoda budidaya. Kecukupan beras bahkan
bisa bertahan lebih lama lagi, yaitu hingga tahun 2023. Dengan adanya
kenaikan harga jual produk sebagai akibat adanya pendampingan
kelembagaan pemasaran, keuntungan rata-rata penduduk makin
meningkat. Pada akhirnya keuntungan rata-rata juga menurun kembali
karena adanya konversi lahan dan pertambahan penduduk.

Tabel 3.7. Proyeksi produksi dan kebutuhan beras nasional (Skenario 4)

mTahun Produksi_Beras Kebutuhan_Beras Neraca_Beras Keuntungan_RataRata


2005 31.410.319 29.700.000 1.710.319 6.027.031
2006 31.904.377 30.115.800 1.788.577 6.986.135
2007 32.392.710 30.537.421 1.855.288 7.957.271
2008 32.875.361 30.964.945 1.910.416 8.948.605
2009 33.352.376 31.398.454 1.953.922 9.066.534
2010 33.823.799 31.838.033 1.985.766 9.207.937
2011 34.289.674 32.283.765 2.005.909 9.382.615
2012 34.750.045 32.735.738 2.014.307 9.605.096
2013 35.204.954 33.194.038 2.010.916 9.752.142
2014 35.654.446 33.658.755 1.995.691 9.798.656
2015 36.098.563 34.129.977 1.968.586 9.840.002
2016 36.537.347 34.607.797 1.929.550 9.876.359
2017 36.970.841 35.092.306 1.878.535 9.907.899
2018 37.399.087 35.583.598 1.815.488 9.934.789
2019 37.822.125 36.081.769 1.740.357 9.957.192
2020 38.239.999 36.586.914 1.653.085 9.975.268
2021 38.652.748 37.099.130 1.553.618 9.989.170
2022 39.060.414 37.618.518 1.441.896 9.999.050
2023 38.865.112 38.145.177 719.934 9.848.067
2024 38.670.786 38.679.210 -8.424 9.699.232
2025 38.477.432 39.220.719 -743.287 9.552.518

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 16
LAPORAN AKHIR

10.000.000
1

Keuntungan_RataRata
38.000.000 1

8.000.000
2
36.000.000 1

Produksi_Beras 6.000.000
34.000.000 2 1
1
Kebutuhan_Beras
2
32.000.000 4.000.000
2
1

30.000.000
2
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Time Time

1 1 1 1 1 1 1
1 1
10.000.000 1
1,5

8.000.000
1,0
Luas_Tanam_Padi IP_Padi
6.000.000 1 1
Luas_Tanam_NonPadi 2 2 2 IP_Nonpadi
2 2
0,5
4.000.000 2 2
2 2 2
2
2.000.000 2 0,0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Time Time

Gambar 3.10. Grafik produksi-kebutuhan beras, luas tanam, IP, dan


keuntungan rata-rata petani (Skenario 4)

3.5. JINP DI LAHAN NON IRIGASI


Lahan kering dipergunakan oleh petani antara lain untuk tanaman
padi gogo, palawija, sayuran, buah-buahan, dan tanaman
perkebunan. Dalam model ini JINP diarahkan untuk dapat
menyediakan air irigasi bagi tanaman palawija di lahan kering.
Tanaman palawija yang dikembangkan adalah tanaman yang
memiliki pasar luas, yaitu jagung, singkong, ubi jalar, dan kedelai.
Jagung dan kedelai masih diimpor dari luar negeri dalam jumlah
yang sangat besar. Di salam negeri dipakai sebagai bahan baku
olahan pangan dan pakan, bahkan jagung berpotensi
dikembangkan sebagai bioenergi. Demikian juga halnya singkong
dan ubi jalar sebagai penyedia pati dan karbohidrat yang berguna

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 17
LAPORAN AKHIR

sebagai bahan pangan, bahan baku industri, dan bioenergi.


Dengan pemilihan jenis tanaman tersebut diharapkan pasar akan
tetap terbuka bagi hasil panen sebagai hasil dari introduksi JINP.
Analisis yang dilakukan terhadap model tersebut adalah potensi
peningkatan luas tanam dan produktivitas (yield) sebagai akibat
dari adanya tambahan air irigasi. Di samping adanya introduksi
JINP, terdapat pula pendampingan yang memberi pembinaan
terhaadap cara pengoperasian sistem JINP, perbaikan teknis
budidaya, dan kelembagaan pemasaran. Usaha pendampingan ini
diharapkan dapat menjamin terjadinya kenaikan IP dan yield, dan
disertai dengan adanya peningkatan harga jual sebagai akibat
adanya kelembagaan pemasaran.

3.5.1. Karakteristik Model


Indonesia memiliki 4.18 juta lahan non irigasi yang saat ini ditanami
berbagai tanaman palawija dan hortikultura dengan IP1,25. JINP
akan dipasang di areal tersebut dan diharapkan akan menaikkan IP
hingga 2,5. Dalam model ini tambahan air irigasi tersebut akan
diarahkan untuk 4 tanaman, yaitu jagung, kacang tanah, kedelai,
dan ubi jalar. Keempat tanaman ini dipilih karena measih memiliki
pasar yang luas.

3.5.2. Model Dinamis JINP Lahan Kering


Model dinamis untuk JINP di lahan kering dapat dilihat pada
Gambar 3.11.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 18
LAPORAN AKHIR

Perbaikan_OlehPetani
Pendanaan_Pemerintah

Unit_BiayaPerbaikan

Persen_Pertambahan

Perbaikan Umur_Teknis

Unit_Biaya
Jaringan_Pipa

Pemerintah
Tambahan_Jaringan Kerusakan

Luas_Lahan_Kering
Persen_Terpasang

Persentase_Palawija
Target_Terpasang Kenaikan_IP
Luas_Baku

Kenaikan_Luas_Tanam
Konversi_Lahan

Yield_Jagung Peningkatan_Yield

Prod_Jagung
Porsi_Jagung Yield_Singkong

Prod_Singkong
Porsi_Singkong Yield_Ubijalar Peningkatan_Harga

Porsi_Ubi Prod_Ubijalar
Yied_Kedelai Harga_Jagung
Tahun

Porsi_Kedelai Prod_Kedelai Harga_Singkong

PertambahanPenduduk
JumlahPenduduk Harga_Ubijalar
Kenaikan_Keuntungan_Total

Harga_Kedelai

Kenaikan_Keuntungan_RataRata

LajuPertambahanPenduduk

Jumlah_Penduduk_Petani
Jumlah_KK_Petani
Persentase_Petani

Jml_Anggota_Keluarga

Gambar 3.11. Model Dinamis JINP Lahan Kering

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 19
LAPORAN AKHIR

3.5.3. Simulasi Model


Skenario Simulasi
JINP dibangun secara bertahap dengan target pencapaian akhir
70% dari totoal luas lahan potensial. Akibat adanya JINP maka IP
akan meningkat sebanyak 1,0. Terjadi sedikit konversi lahan kering
ke kegunaan lainnya.

Simulasi dilakukan terhadap model tersebut untuk mengatahui


produksi keempat komoditas tersebut yang bisa dihasilkan oleh
adanya JINP di samping untuk mengetahui peningkatan
keuntungan petani. Pada Tabel 3.8. dan Gambar 3.12 ditunjukkan
hasil simulasi tersebut.

Hasil Simulasi
Di samping meningkatkan keuntungan petani yang dapat mencapai
sekitar Rp. 600 000/tahun, produksi keempat produk tersebut juga
akan mengurangi impor, dan bahkan ubi jalar bahkan bisa diekspor.
Secara keseluruhan penambahan JINP akan menambah aktivitas
ekonomi nasional.
Tabel 3.8. Tambahan produksi beberapa komoditas dan tambahan
keuntungan petani akibat penerapan JINP di lahan non irigasi

Time Prod_Jagung Prod_KacangT Prod_Kedelai Prod_Ubijalar Keuntungan_Petani


0 0 0 0 0 0
1 179.609.375 107.765.625 86.212.500 718.437.500 38.993
2 390.895.313 234.537.188 187.629.750 1.563.581.250 86.134
3 633.618.197 380.170.918 304.136.735 2.534.472.789 141.696
4 907.540.018 544.524.011 435.619.209 3.630.160.073 205.953
5 1.212.424.359 727.454.615 581.963.692 4.849.697.435 279.184
6 1.293.252.649 775.951.590 620.761.272 5.173.010.598 302.143
7 1.374.080.940 824.448.564 659.558.851 5.496.323.760 325.684
8 1.454.909.231 872.945.538 698.356.431 5.819.636.922 349.813
9 1.535.737.521 921.442.513 737.154.010 6.142.950.085 374.539
10 1.616.565.812 969.939.487 775.951.590 6.466.263.247 399.868
11 1.697.394.102 1.018.436.461 814.749.169 6.789.576.409 425.807
12 1.778.222.393 1.066.933.436 853.546.749 7.112.889.572 452.364
13 1.859.050.683 1.115.430.410 892.344.328 7.436.202.734 479.547
14 1.939.878.974 1.163.927.384 931.141.908 7.759.515.896 507.362
15 2.020.707.265 1.212.424.359 969.939.487 8.082.829.059 535.817
16 2.101.535.555 1.260.921.333 1.008.737.067 8.082.829.059 559.573
17 2.101.535.555 1.309.418.307 1.047.534.646 8.082.829.059 578.911
18 2.101.535.555 1.357.915.282 1.086.332.225 8.082.829.059 598.629
19 2.101.535.555 1.406.412.256 1.125.129.805 8.082.829.059 618.733
20 2.101.535.555 1.454.909.231 1.131.596.068 8.082.829.059 636.148

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 20
LAPORAN AKHIR

2 2 2 2 25.000 4 4

1.000.000 1 1 1 1 20.000 4

Yield_Jagung
15.000 4 1
Jaringan_Pipa Yied_Kedelai
1 2
500.000 Kenaikan_Luas_Tanam Yield_KacangT
2 10.000 4 3
2 Yield_Ubijalar
1 4
1
5.000 1
1 3 2
1 3 2
01 3 2
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Time Time

4 4
600.000

4 500.000

Keuntungan_Petani
6e9

Prod_KacangT 400.000
4 1
Prod_Jagung 300.000
2
3e9 Prod_Kedelai
3
200.000
2 Prod_Ubijalar
2 4
2 1
4 2 13 100.000
13
13
01 2 3 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Time Time

Gambar 3.12. Peningkatan yield, produksi, dan keuntungan petani akibat


penerapan JINP di lahan non irigasi.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi III- 21
LAPORAN AKHIR

BAB 4. STRATEGI IMPLEMENTASI JINP

4.1. KEBIJAKAN NASIONAL DAN DAERAH DALAM


PENGEMBANGAN JINP
4.1.1. Konseptual Kebijakan JINP
Pemikiran program JINP sebagai suatu kebijakan jangka
menengah dan panjang di tingkat nasional yaitu adanya program JINP ini
ada titik terang untuk meningkatkan pendapatan petani maupun produksi
baik pangan maupun non pangan dan hortikultura. Sebagai kebijakan
nasional, maka program JINP mempunyai jiwa dan semangat pluralime
dan komprehensif dengan memperhatikan:
1. Mempunyai spektrum yang lebih luas dan dilaksanakan secara
terpadu, dimana pada program tersier dilaksanakan dengan
kelayakan hanya pada peningkatan intensitas tanam dan skala
on-farm saja, maka JINP mengandalkan peningkatan nilai
tambah dan berskala agribisnis, Program terpadu
pengembangan prasarana inigasi sekaligus bersinergi pada
pengembangan agribisnis yang berbasis nilai tambah di
kawasan pertanian abadi yang beririgasi.
2. Keberlanjutan program dengan menjamin keberlangsungan
pelayanan irigasi (prasarana publik) yang akan sangat
tergantung kepada keberhasilan usahatani padi maupun non
padi di unit tingkat pemanfaatan air (petani). Jaminan
infrastruktur irigasi di tingkat pelayanan public (jaringan utama)
ini, mempertimbangkan indikator keberlanjutan sebagai berikut:
a. kelayakan IP
b. Kontribusi produksi padi pada program ketahanan
pangan.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi IV- 1
LAPORAN AKHIR

c. Kesejahteraan petani, agar keberlangsungan program


ketahanan pangan maupun target produksi non pangan
dapat dijalankan secara bersama.
3. Harmonisasi kebijakan bersama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam membuat setting kebijakan
yang mencakup:
a. Dukungan penuh terhadap peningkatan income petani,
policy baru untuk memadukan irigasi untuk padi maupun
nonpadi.
b. Program bootom up yang kompetitif, dimana anggaran
dapat digunakan apabila pemerintah daerah mempunyai
dana pendampingan yang harus dikerjakaqn lebih awal
untuk mempersiapkan petani, keseragaman hamparan
dan setting KUAT (kelompok Usaha Agroindustri Terpadu
di setiap unit pengembangan JINP)

4.1.2. Model Kebijakan JINP


Secara kongkrit model kebijakan JINP adalah memberikan akses
kepada petani padi maupun non padi untuk memperoleh pelayanan yang
sama pad infrastruktur irigasi. Dalam merancang pemberian akses ini
petani akan didesain sebagai petani yang mempunyai kebebasan
usahatani, dimana petani dapat mengatus kapan saja waktu tanam dan
apa saja komoditas yang ditanam sehingga dapat mensiasati pasaqr baik
pasar domestic mapun global. Sebagai petani yang bebas dan mandiri
tetap dapat menerima air irigasi sesuai kebutuhannya tersebut, karena
rancangan JINP yang diprogramkan akan memberikan:
Æ Opportunity non padi
Æ Kenaikan pendapatan
Æ Strategi pemilihan waktu tanam
Æ Strategi pemilihan komoditi unggulan

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi IV- 2
LAPORAN AKHIR

Kemandirian/kebebasan petani dalam mendapatkan akses infrastruktur


irigasi hanya dapat dicapai kalau model kebijakannya ditekannya pada :
Æ Pembangunan jaringan tersier yang lebih efisien
Æ perbaikan drainasi
4.1.3. Komponen Program JINP
Sebagai program Nasional, JINP mempunyai 3 komponen utama,
yaitu:
1. Komponen fisik jaringan tersier
„ Lebih efisien dan tepat waktu
„ Perbaikan drainasi
2. Komponen Layanan publik jaringan utama
„ Kompatibilitas teknis jaringan utama ke jaringan tersier untuk
operasi intermittent.
„ Kompatibilitas jumlah dan waktu serta kualitas air sesuai
dengan tujuan irigasi untuk memberikan air ke lahan .
Kompatibilitas ini termasuk kepastian adanya air yang
mempunyai qualitas tertentu.

3. Komponen operasinal dan manajemen sebagai strategi


implementasi
„ Sebagai komponen dari program revitalisasi pertannian
menuju industri pedesaan,
„ Didesain sebagai program kompetitif yang memmerlukan
dana pendamping dari pemerintah kabupaten/kota untuk
mempersiapkan unit hamparannya yang akan dibangun
JINP. Persiapan ini dapat dimualai lebih awal, misalnya 2
tahun sebelumnya, atau prestasi daerah yang sudah
memenuhi indicator persyaratan program kompetitif JINP.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi IV- 3
LAPORAN AKHIR

4.2. TAHAPAN PENGEMBANGAN JINP


Jaringan Irigasi Non Padi, terkait dengan system jaringan irigasi
dan pemanfaatannya untuk mengembangkan usaha agribisnis hulu-hilir.
Untuk itu perlu direncanakan secara bertahap baik ditingkat pusat maupun
di tingkat daerah. Tahapan pengembangan JINP sebagai program
nasional yang dilaksanakan secara bersama-sama dengan pemerinath
kabupaten perlu perencanaan bertahap dan sistematis yang mencakup:
1. Sosialisasi konseptual dan Implementasi JINP. Pada tahap ini
dilakukan sosialisasi tentang model dan caraa pelaksanaan, terkait
dengan dana pemda untuk pendapingan, indicator keberhasilan
pendampingan sebelum dapat disetujui sebagai penerima program
JINP.
2. Pendampingan JINP, sebagai program baru yang mempunyai aspek
teknis yang cukup canggih, pendampingan JINP diperlukan untuk
menjamin jalannya programj pendampingan dapat berhasil dengan
baik.
3. Pembangunan dan Operasi JINP. Dalam tahap ini, para pendamping
harus sudah menyiapkan naskah paduan untuk pemangunan dan
jalannya opetasi untuk memanfaatlkan jJINP yang dibangun.

4.3. PENGUATAN KELEMBAGAAN JINP


Sejalan dengan itu ada beberapa metode pendekatan yang telah
dikembangkan untuk memposisikan masyarakat yang ada di pedesaan
dalam hal ini masyarakat tani bukan hanya sebagai objek atau penonton
tetapi harus secara aktif ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan menikmati pembangunan. Metode yang dimaksud
diantaranya adalah:
1. Pendekatan secara partisipatif dan dialogis
Pendekatan partisipatif dan dialogis dilakukan antar petani dimana
mereka secara bersama-sama menganalisis masalah dalam rangka

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi IV- 4
LAPORAN AKHIR

merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata, sehingga


pengambilan keputusan dilakukan secara musya-warah dan mufakat
sesuai aspirasi dan kepentingan petani dalam mengatasi
permasalahan.
2. Memadukan pendekatan dari bawah dan dari atas (Bottom-Up and
Top-Down Approach)
Dalam merumuskan suatu program harus melihat bagaimana respon
masyarakat terhadap program yang sedang dicanangkan. Sementara
petugas lapangan dari instansi terkait hanya berperan sebagai
motivator, fasilitator, dan mediator dalam proses perumusan dan
pelaksanaan program tersebut.
3. Pendekatan tradisi (Socio-Cultural Approach)
Perencanaan maupun pelaksanaan suatu program harus
mempertimbangkan kondisi sosio-kultural masyarakat yang ada pada
wilayah tersebut dan juga tetap mem-pertimbangkan kelembagaan
masyarakat desa yang sudah ada.
4. Menggunakan tenaga pendamping lapangan
Tenaga pendamping lapangan ini biasanya dari LSM atau Perguruan
Tinggi yang bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam
penyusunan dan pelaksanaan suatu program.
Selain itu untuk menggali permasalahan yang ada di masyarakat,
penyebab terjadinya masalah, dan cara mengatasinya dengan
menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip pemberdayaan masyarakat
digunakan pula Metode PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi
Pedesaan) yang acuannya sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi yang dilakukan oleh petani sendiri. Bahan
informasi ini dapat digunakan oleh orang lain atau suatu lembaga
yang akan membantu petani.
b. Mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari dan oleh
masyarakat desa untuk saling berbagi, berperan aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian serta tidak lanjutnya.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi IV- 5
LAPORAN AKHIR

c. Informasi yang diperoleh dengan Metode PPKP dapat digunakan


sebagai bahan perencanaan kegiatan dalam pemberdayaan
masyarakat desa (petani).
d. Metode Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PPKP) Metode
PPKP ini dilaksanakan oleh pengambil kebijakan bersama petani,
kelompok pendamping lapangan, dan dari unsur pemerintah desa.
Dalam Metode PPKP ini kelompok pendamping lapangan hanya
sebatas fasilitator.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi IV- 6
LAPORAN AKHIR

BAB 5. REKOMENDASI

5.1. KEBIJAKAN
• JINP sebagai kebijakan nasional untuk 2010 – 2030 (visi Ind
2030), akan tertuang dalan RPJM 2009-2014, dan RPJM-RPJM
berikutnya, sehingga merupakan RPJP sebagai upaya
mencapai Visi Indonesia 2030.
• Program JINP mengandung muatan pembaruan dan
modernisasi kawasan sentra produksi (lahan irigasi teknis dan
lahan kering) menjadi komponen utama dalam rancangan
kegiatan JINP
• JINP dilaksanakan secara partisipatif, bottom up dan insentif
yang dikaitkan dengan kinerja OTDA, serta memerlukan dana
pendapingan dari pemda kab/kota.

5.2. TEKNOLOGI
Teknologi JINP terdiri dari 3 komponen utama, yaitu:
1. Komponen fisik jaringan tersier
• Lebih efisien dan tepat waktu
• Perbaikan drainasi
2. Komponen Layanan publik jaringan utama
• Kompatibilitas teknis jaringan utama ke jaringan tersier untuk
operasi intermittent.
• Kompatibilitas jumlah dan waktu serta kualitas air sesuai
dengan tujuan irigasi untuk memberikan air ke lahan .
Kompatibilitas ini termasuk kepastian adanya air yang
mempunyai qualitas tertentu.
3. Komponen operasinal dan manajemen sebagai strategi
implementasi

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi V- 1


LAPORAN AKHIR

• Sebagai komponen dari program revitalisasi pertannian menuju


industri pedesaan,
• Didesain sebagai program kompetitif yang memmerlukan dana
pendamping dari pemerintah kabupaten/kota untuk
mempersiapkan unit hamparannya yang akan dibangun JINP.
Persiapan ini dapat dimualai lebih awal, misalnya 2 tahun
sebelumnya, atau prestasi daerah yang sudah memenuhi
indicator persyaratan program kompetitif JINP.

5.3. FINANSIAL
JINP sebagai program nasional yang dilaksanakan secara
bersama-sama dengan pemerintah kabupaten perlu perencanaan
bertahap dan sistematis yang mencakup:
• Dana pemda untuk pendampingan, indikator keberhasilan
pendampingan sebelum dapat disetujui sebagai penerima
program JINP.
• Dana pendampingan JINP yang terkait dengan harmonisasi dan
keterpaduan proses industriaoisasi pertanian di pedesaan.

5.4. KELEMBAGAAN

Kelembagaan menjadi sangat penting dalam manajemen


implementasi, baik sebagai pelaku maupun fasilitator. Aspek
kelembagaan termasuk petani, dan Pembina nya di tingkat
kabupaten/kota. Keberhasilan dalam mencapai indikator
pendampingan petani merupakan evaluasi dalam aspek
kelembagaan sebelum dapat disetujui sebagai penerima program
JINP. Dalam kegiatan kelembagaan, pemda harus sudah
menyiapkan sdm baik di tingkat petani mapun petugas untuk
membantu lancarnya pelaksanaan JINP yang dibangun.

Kajian Kebijakan Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Non Padi V- 2


Lampiran 1.a. Listing program model JINP

init Jaringan_Pipa = 0
flow Jaringan_Pipa = -dt*Pengurangan
+dt*Tambahan_Jaringan
init JumlahPenduduk = 220000000
flow JumlahPenduduk = +dt*PertambahanPenduduk
init Luas_Baku = 6150000
flow Luas_Baku = -dt*Konversi_Lahan
aux Konversi_Lahan = 0.005*Luas_Baku
aux Pengurangan = Konversi_Lahan+Kerusakan
aux PertambahanPenduduk =
JumlahPenduduk*LajuPertambahanPenduduk
aux Tambahan_Jaringan = Kerusakan+PendanaanPemerintah/Unit_Biaya
aux Biaya_Usahatani =
Luas_Tanam_NonPadi*4000000+Luas_Tanam_Padi*4000000
aux Harga_Beras = IF(Peningkatan_Harga<0.3,
(1+Peningkatan_Harga)*Harga_BerasAwal, 1.3*Harga_BerasAwal)
aux Harga_NonPadi =
IF(Peningkatan_Harga<0.3,(1+Peningkatan_Harga)*Harga_NPAwal,1.3*Harg
a_NPAwal)
aux IP_Baru = IF(IP_Awal+Kenaikan_IP<3,IP_Awal+Kenaikan_IP,3)
aux IP_NonPadi = IP_Baru*Porsi_NonPadi
aux IP_Padi = IP_Baru*(1-Porsi_NonPadi)
aux Jumlah_KK_Petani =
Jumlah_Penduduk_Petani/Jml_Anggota_Keluarga
aux Jumlah_Penduduk_Petani = JumlahPenduduk*Persentase_Petani
aux Kebutuhan_Beras = Konsumsi_Perkapita*JumlahPenduduk/1000
aux Kenaikan_IP = Penghematan_Air*(1-Faktor_Loss)
aux Kerusakan = Jaringan_Pipa/Umur_Teknis
aux Keuntungan_RataRata = (Penerimaan-
Biaya_Usahatani)/Jumlah_KK_Petani
aux Luas_Tanam_NonPadi = Luas_Baku*IP_NonPadi
aux Luas_Tanam_Padi = Luas_Baku*IP_Padi
aux Neraca_Beras = (Produksi_Beras-Kebutuhan_Beras)
aux Pemilikan_Lahan = Luas_Baku/Jumlah_KK_Petani
aux Pendanaan_Pemerintah = IF(Kerusakan-
Perbaikan_OlehPetani>0,(Kerusakan-
Perbaikan_OlehPetani)*Unit_BiayaPerbaikan,0)
aux PendanaanPemerintah =
IF(Jaringan_Pipa<Luas_Baku,Luas_Baku*Persen_Pertambahan*Unit_Biaya,
0)
aux Penerimaan =
Harga_Beras*Produksi_Beras_Kotor+Harga_NonPadi*Produksi_NP
aux Penghematan_Air =
Jaringan_Pipa/Luas_Baku*Persentase_Penghematan/100
aux Peningkatan_Harga = RAMP(0.0,0)
aux Peningkatan_Yield = RAMP(0.005, 0)
aux Perbaikan_OlehPetani =
IF(Keuntungan_RataRata>12000000,(Keuntungan_RataRata-
12000000)/Unit_BiayaPerbaikan,0)
aux Produksi_Beras = (1-
Beras_NonPangan/100)*Produksi_Beras_Kotor/1000
aux Produksi_Beras_Kotor = Produksi_Gabah*0.632
aux Produksi_Gabah = Luas_Tanam_Padi*Yield_Padi
aux Produksi_NP = Luas_Tanam_NonPadi*Yield_NonPadi
aux Tahun = TIME+2005
aux Yield_NonPadi = IF(Peningkatan_Yield+Yield_NPAwal>7500, 7500,
Peningkatan_Yield+Yield_NPAwal)
aux Yield_Padi = IF(Yield_PadiAwal+Peningkatan_Yield>8000, 8000,
(1+Peningkatan_Yield)*Yield_PadiAwal)
const Beras_NonPangan = 8
const Faktor_Loss = 0.2
const Harga_BerasAwal = 4500
const Harga_NPAwal = 1800
const IP_Awal = 2.2
const Jml_Anggota_Keluarga = 5
const Konsumsi_Perkapita = 135
const LajuPertambahanPenduduk = 0.014
const Persen_Pertambahan = 0.0
const Persentase_Penghematan = 0
const Persentase_Petani = 0.6
const Porsi_NonPadi = 0.17
const Umur_Teknis = 20
const Unit_Biaya = 5
const Unit_BiayaPerbaikan = 500000
const Yield_NPAwal = 3600
const Yield_PadiAwal = 4800
Lampiran 1.b. Listing Program Jaringan Irigasi non padi di lahan kering

init jaringan_pipa = 0
flow jaringan_pipa = -dt*kerusakan
+dt*tambahan_jaringan
init jumlahpenduduk = 220000000
flow jumlahpenduduk = +dt*pertambahanpenduduk
init luas_baku = luas_lahan_kering*persentase_palawija/100
flow luas_baku = -dt*konversi_lahan
aux kerusakan = jaringan_pipa/umur_teknis
aux konversi_lahan = 0.000*luas_baku
aux pertambahanpenduduk = jumlahpenduduk*lajupertambahanpenduduk
aux tambahan_jaringan = perbaikan+pendanaanpemerintah/unit_biaya
aux harga_jagung = 1800000*(1+peningkatan_harga)
aux harga_kedelai = 3000000*(1+peningkatan_harga)
aux harga_singkong = 250000*(1+peningkatan_harga)
aux harga_ubijalar = 550000*(1+peningkatan_harga)
aux jumlah_kk_petani = jumlah_penduduk_petani/jml_anggota_keluarga
aux jumlah_penduduk_petani = jumlahpenduduk*persentase_petani
aux kenaikan_ip = persen_terpasang
aux kenaikan_keuntungan_ratarata =
kenaikan_keuntungan_total/jumlah_kk_petani
aux kenaikan_keuntungan_total =
0.4*(harga_jagung*prod_jagung+harga_kedelai*prod_kedelai+harga_si
ngkong*prod_singkong+harga_ubijalar*prod_ubijalar)
aux kenaikan_luas_tanam = luas_baku*kenaikan_ip/100
aux pendanaan_pemerintah = if(perbaikan-
perbaikan_olehpetani>0,(perbaikan-
perbaikan_olehpetani)*unit_biayaperbaikan,0)
aux pendanaanpemerintah =
if(persen_terpasang<target_terpasang,luas_baku*persen_pertambaha
n/100*unit_biaya,0)
aux peningkatan_harga = ramp(0.03,0)
aux peningkatan_yield = ramp(0.1, 0)
aux perbaikan = kerusakan
aux perbaikan_olehpetani =
if(kenaikan_keuntungan_ratarata>12000000,(kenaikan_keuntungan_ra
tarata-12000000)/unit_biayaperbaikan,0)
aux persen_terpasang = jaringan_pipa/luas_baku*100
aux prod_jagung = kenaikan_luas_tanam*yield_jagung*porsi_jagung/100
aux prod_kedelai = kenaikan_luas_tanam*yied_kedelai*porsi_kedelai/100
aux prod_singkong =
kenaikan_luas_tanam*yield_singkong*porsi_singkong/100
aux prod_ubijalar = kenaikan_luas_tanam*yield_ubijalar*porsi_ubi/100
aux tahun = time+2005
aux yied_kedelai = if(1.200*(1+peningkatan_yield)>3.500, 3.500,
(1+peningkatan_yield)*1.200)
aux yield_jagung = if(2.500*(1+peningkatan_yield)>6.500, 6.500,
(1+peningkatan_yield)*2.500)
aux yield_singkong = if(12.000*(1+peningkatan_yield)>30.000, 30.000,
(1+peningkatan_yield)*12.000)
aux yield_ubijalar = if(10.000*(1+peningkatan_yield)>25.000, 25.000,
(1+peningkatan_yield)*10.000)
const jml_anggota_keluarga = 7
const lajupertambahanpenduduk = 0.014
const luas_lahan_kering = 10000000
const persen_pertambahan = 10
const persentase_palawija = 30
const persentase_petani = 0.6
const porsi_jagung = 25
const porsi_kedelai = 25
const porsi_singkong = 25
const porsi_ubi = 25
const target_terpasang = 70
const umur_teknis = 20
const unit_biaya = 5
const unit_biayaperbaikan = 500000
Lampiran 2. Daftar Luasan Daerah Irigasi di Indonesia

Luas Lahan
Luas lahan Sawah tidak Luas Lahan
Jumlah Luas panen Jumlah luas sawah berpengairan Sawah yang Luas panen IP non padi
No Provinsi Luas Jumlah KK IP
Penduduk padi lahan sawah berpengairan yg yang tidak nonpadi lahan sawah
diusahakan diusahakan diusahakan
(juta)
1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 4.718.719 880.575 4.054.191 283.094 0,63 450.428 189.832 0,17 90.595 64.795 0,38
2 SUMATERA UTARA 8.037.902 2.481.415 11.694.001 475.730 0,72 659.568 273.491 0,28 106.078 198.485 0,71
3 SUMATERA BARAT 4.643.317 1.010.939 4.461.454 215.434 0,67 321.824 196.437 0,01 115.387 34.161 3,42
4 RIAU 12.510.784 1.243.082 5.552.398 92.748 0,23 397.891 82.682 0,14 175.209 26.090 0,19
5 JAMBI 5.313.314 621.035 2.540.472 109.112 0,39 281.084 53.143 0,11 117.941 30.464 0,28
6 SUMATERA SELATAN 9.947.503 1.524.132 6.816.899 490.198 0,45 1.080.771 189.959 0,53 360.812 53.935 0,10
7 BENGKULU 1.734.540 391.434 1.644.532 88.453 0,59 148.898 62.417 0,06 26.480 21.078 0,35
8 LAMPUNG 4.407.555 1.617.352 7.070.095 260.212 0,65 400.155 168.083 0,16 72.072 350.297 2,19
9 KEPULAUAN BANGKA BELITUN 1.705.233 234.542 991.534 4.815 0,35 13.868 1.809 0,00 12.059 4.410 -
10 DKI JAKARTA 64.578 1.502.434 7.374.898 798 0,60 1.335 716 0,00 619 151 -
11 JAWA BARAT 3.749.543 9.057.176 34.962.779 1.217.869 0,92 1.327.064 977.298 0,33 19.765 250.257 0,76
12 JAWA TENGAH 3.773.136 7.946.775 32.496.324 1.381.897 1,11 1.246.914 921.486 0,32 5.428 952.861 2,98
13 D I YOGYAKARTA 311.068 769.253 3.430.558 103.386 1,68 61.605 47.906 0,13 - 155.982 1,20
14 JAWA TIMUR 4.533.777 9.091.113 34.967.895 1.356.506 0,75 1.813.890 1.497.982 0,30 15.907 1.465.983 4,89
15 BANTEN 828.771 1.869.697 7.959.948 212.941 0,98 217.711 106.133 0,10 11.578 33.006 0,33
16 BALI 448.906 733.654 3.096.374 137.724 1,60 86.064 84.654 0,00 1.410 106.570 -
17 NUSA TENGGARA BARAT 2.232.999 1.033.121 4.060.998 242.084 0,68 356.642 295.126 0,06 1.516 153.421 2,56
18 NUSA TENGGARA TIMUR 5.332.338 854.655 4.003.883 138.871 0,69 201.352 87.693 0,07 43.659 356.881 5,10
19 KALIMANTAN BARAT 16.552.536 880.601 3.859.097 264.672 0,42 624.132 70.401 0,31 243.730 62.878 0,20
20 KALIMANTAN TENGAH 11.798.035 465.965 1.864.819 147.367 0,29 502.721 130.871 0,18 191.850 26.230 0,15
21 KALIMANTAN SELATAN 4.025.522 796.819 3.041.044 365.130 0,58 633.504 64.209 0,40 169.295 42.393 0,11
22 KALIMANTAN TIMUR 9.060.478 651.089 2.706.019 90.778 0,30 303.971 46.124 0,08 177.847 20.690 0,26
23 SULAWESI UTARA 1.502.685 532.942 2.041.067 65.397 0,94 69.362 41.878 0,02 7.484 74.706 3,74
24 SULAWESI TENGAH 4.645.629 524.985 2.207.845 138.010 0,68 204.173 121.778 0,03 52.395 52.762 1,76
25 SULAWESI SELATAN 5.581.625 1.796.902 8.043.995 613.697 0,80 762.584 363.911 0,35 48.673 227.850 0,65
26 SULAWESI TENGGARA 3.305.137 418.994 1.869.345 70.784 0,55 128.511 54.298 0,02 54.214 87.843 4,39
27 GORONTALO 861.814 221.132 851.972 19.177 0,54 35.783 22.664 0,00 13.118 30.391 -
28 MALUKU 4.815.281 274.580 1.259.133 4.237 0,08 55.368 15.316 0,00 40.052 72.395 -
29 MALUKU UTARA 2.688.861 163.293 800.278 6.462 0,85 7.623 3.453 0,00 4.170 60.010 -
30 PAPUA 17.307.815 193.580 763.972 9.252 0,46 19.946 601 0,02 - 63.173 3,16
JUMLAH 156.439.399 49.783.266 206.487.819 8.606.834 0,67 12.414.738 6.172.350 4,18 2.179.344 5.080.148 1,33
Lampiran 3. Data Irigasi Di Lokasi Kajian
Lampiran 4. Status Daerah Irigasi Kepmen PU Nomor : 390 /KPTS/M/2007 Tanggal : 11 September 2007
Lampiran 5. Skenario JINP
m Tahun Keuntungan_RataRata

Skenario 1: Existing Condition 2005


2006
4.321.449
4.268.966
2007 4.216.933
2008 4.165.351
2009 4.114.222
m Tahun Produksi_Beras Kebutuhan_Beras Neraca_Beras 2010 4.063.546
2005 31.341.663 29.700.000 1.641.663 2011 4.013.324
2006 31.340.879 30.115.800 1.225.079 2012 3.963.558
2007 31.339.320 30.537.421 801.899 2013 3.914.248
2014 3.865.394
2008 31.336.993 30.964.945 372.048
2015 3.816.997
2009 31.333.905 31.398.454 -64.549 2016 3.769.056
2010 31.330.065 31.838.033 -507.967 2017 3.721.572
2011 31.325.480 32.283.765 -958.285 2018 3.674.544
2012 31.320.158 32.735.738 -1.415.580 2019 3.627.972
2013 31.314.106 33.194.038 -1.879.932 2020 3.581.854
2014 31.307.331 33.658.755 -2.351.423 2021 3.536.192
2 2022 3.490.983
2015 31.299.842 34.129.977 -2.830.136
38.000.000 2023 3.446.226
2016 31.291.644 34.607.797 -3.316.153 2024 3.401.921
2017 31.282.746 35.092.306 -3.809.560 2025 3.358.067
2
2018 31.273.154 35.583.598
36.000.000 -4.310.444
2019 31.262.877 36.081.769 -4.818.892
2020 31.251.920 36.586.914 -5.334.993 Produksi_Beras
34.000.000 2 1
2021 31.240.292 37.099.130 -5.858.839 Kebutuhan_Bera
2
2022 31.227.998 37.618.518
32.000.000
-6.390.520
2
2023 31.215.046 38.145.177 1 -6.930.131
1 1 1 1
2024 31.201.443 38.679.210 -7.477.767
30.000.000
2025 31.187.196 39.220.719 2 -8.033.523
0 5 10 15 20
Time

Skenario 2 : - JINP dipasang di lahan beririgasi


- diarahkan untuk tanaman non padi (jagung)

Luas lahan target : 6 150 000 ha


IP Maximum = 2.5

1 1 1 1
10.000.000 1

8.000.000
1 1 1 1 1
1,5 Luas_Tanam_Padi
6.000.000 1
1,0
Luas_Tanam_NonPad
IP_Padi 4.000.000 2
1 2 2 2
2 2 2 IP_Nonpadi
0,5 2 2
2
2 2.000.000 2
0 5 10 15 20
0,0
0 5 10 15 20 Time
Time
Skenario 2

1
38.000.000 m Tahun Keuntungan_RataRata
2005 6.001.248
1 2006 5.928.646
36.000.000 2007 5.864.912
2008 5.810.122
Kebutuhan_Bera 2009 5.765.117
34.000.000 1 1 2010 5.731.600
Produksi_Beras 2011 5.712.368
2
32.000.000 2012 5.711.719
1 2013 5.679.051
2 2 2 2 2
2014 5.608.285
30.000.000 2015 5.538.352
1 2016 5.469.242
0 5 10 15 20 2017 5.400.949
Time 2018 5.333.462
2019 5.266.773
2020 5.200.874
2021 5.135.756
2022 5.071.412
2023 5.007.832
2024 4.945.008
2025 4.882.932

Skenario 3 : - JINP dipasang di lahan beririgasi


- diarahkan untuk tanaman padi

Luas lahan target : 6 150 000 ha


IP Maximum = 2.5

1 1 1 1
2,0
1
1,5

IP_Padi 1 1
1,0 1 1 1
IP_Nonpadi 1
0,5 2 10.000.000
2 2 2 2 2
0,0
0 5 10 15 20 Luas_Tanam_Padi
1
Time Luas_Tanam_NonPa
5.000.000 2

2 2 2 2 2
0 5 10 15 20
Time
Skenario 3

2 m Tahun Keuntungan_RataRata
38.000.000 0 2005 6.027.031
1 2006 5.954.073
1 1 1 1
2 2 2007 6.058.308
36.000.000 3 2008 6.345.305
4 2009 6.760.533
Produksi_Beras 5 2010 6.678.688
34.000.000 2 1 6 2011 6.597.757
Kebutuhan_Beras7 2012 6.517.731
2
8 2013 6.438.602
32.000.000
2 9 2014 6.360.360
1
0 2015 6.282.998
30.000.000 2016 6.206.507
2 2 2017 6.130.879
0 5 10 15 20 3 2018 6.056.106
Time 4 2019 5.982.179
5 2020 5.909.090
6 2021 5.836.831
7 2022 5.765.395
8 2023 5.694.772
9 2024 5.624.955
0 2025 5.555.936

Skenario 4 : - JINP dipasang di lahan beririgasi


- diarahkan untuk tanaman non padi
- ada pendampingan
Luas lahan target : 6 150 000 ha
IP Maximum = 2.5
1 1 1 1
10.000.000 1

8.000.000
Luas_Tanam_Padi
6.000.000 1
Luas_Tanam_NonPadi
2
4.000.000 2 1
2 2 1
38.000.000
2
2.000.000 2
0 5 10 15 20 2
36.000.000 1
Time

Produksi_Beras
34.000.000 2 1
1 1 1 1 1 1
Kebutuhan_Beras
1,5 2
32.000.000
2
1
1,0
IP_Padi 30.000.000
1 2
2 2 2 IP_Nonpadi 0 5 10 15 20
0,5 2
2
2 Time
0,0
0 5 10 15 20
Time
Skenario 4
1 1 1 1
5.000
1 m Tahun Keuntungan_RataRata
4.000 2005 6.027.031
3.000 2006 6.986.135
Harga_Beras
1 2007 7.957.271
2.000 2 2 2 2 2008 8.948.605
2 Harga_NonPadi
2 2009 9.066.534
1.000 2010 9.207.937
0 2011 9.382.615
2012 9.605.096
0 5 10 15 20
2013 9.752.142
Time 2014 9.798.656
2015 9.840.002
2016 9.876.359
10.000.000 2017 9.907.899
Keuntungan_RataRata

2018 9.934.789
2019 9.957.192
8.000.000
2020 9.975.268
2021 9.989.170
2022 9.999.050
6.000.000
2023 9.848.067
2024 9.699.232
4.000.000 2025 9.552.518

0 5 10 15 20
Time

Skenario 5: JINP di Lahan Non Irigasi

Luas lahan non irigasi : 4.18 juta ha


IP awal : 1.25
Target JINP 25% : 1.045 juta ha
Target IP setelah JINP : 2.5

2 2 2 2

1.000.000 1 1 1 1

Jaringan_Pipa
1
500.000
Kenaikan_Luas_Tanam
2
2

01
0 5 10 15 20
Time
Kenaikan luas tanam dialokasikan untuk 4 jenis tanaman.

Produksi (ton)
Tanaman Tahun ke-1 Tahun ke-5 Tahun ke-10 Tahun ke-15 Tahun ke-20
Jagung 154000 1000000 1500000 1800000 2100000
Kacang Tanah 107000 727000 960000 1200000 1500000
Kedelai 86000 581000 776000 969000 1100000
Ubi Jalar 718000 4800000 6400000 8000000 8000000

4 4

4
6e9

4 Prod_KacangT
1
Prod_Jagung
2
3e9 Prod_Kedelai
3
Prod_Ubijalar
2 2 4
2 1
2 1
13 3
4 13
01 2 3
0 5 10 15 20
Time

Pendampingan akan melakukan pembinaan budidaya dan pemasaran


sehingga terjadi kenaikan yield dan harga disamping IP

25.000 4 4 2
2
6.000 2
2
20.000 2
4
5.000

15.000 4 Yied_Kedelai 4.000 Harga_Jagung


1 1
Yield_Jagung 3
3
2
Harga_KacangT
2 3
10.000 4 3.000 3 3 Harga_Kedelai
Yield_KacangT 3
3
1 Harga_Ubijalar
Yield_Ubijalar 1 4
2 4 2.000 1 1
2 1
5.000 2
2 3 1
2
13 13 1
1.000
1 3
0 4 4 4 4 4
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Time Time

600.000

500.000
Keuntungan_Petani

400.000

300.000

200.000

100.000

0
0 5 10 15 20
Time

Anda mungkin juga menyukai