Anda di halaman 1dari 30

Analisis Proyek

Rehabilitasi Jaringan Tambak Garam


Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab. Sumenep

Oleh :
Nama : Alfiza Faiqohima K. 1841320036 / 4
Yulianita Zulfa 1841320005 / 23
Kelas : 2 MRK 2
Mata Kuliah : Dasar Manajemen Konstruksi

D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat Rahmat dan
KaruniaNya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Dasar Manajemen Kontruksi
walaupun masih banyak terdapat kekurangan disana-sini. Makalah ini merupakan
hasil wawancara langsung mahasiswa Politeknik Negeri Malang.
Bahan makalah ini didapat dari sumber/referensi diperoleh dari buku-
buku dalam negeri dan luar negeri yang menyangkut masalah Managemen
Proyek. Makalah ini dibuat sesederhana mungkin untuk dapat cepat dipahami oleh
mahasiswa.
Bahan makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan, sehingga koreksi
dan tambahan yang berguna sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
berikutnya. Semoga Bahan makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Malang, 8 Desember 2019

Alfiza Faiqohima K.
DAFTAR ISI

Table of Contents
Type chapter title (level 1) ................................................................................................. 1
Type chapter title (level 2) .............................................................................................. 2
Type chapter title (level 3) .......................................................................................... 3
Type chapter title (level 1) ................................................................................................. 4
Type chapter title (level 2) .............................................................................................. 5
Type chapter title (level 3) .......................................................................................... 6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi geografi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan 13.487 pulau. Dengan banyaknya pulau tersebut garis pantai yang dimiliki
oleh Indoensia terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan
Rusia. (CIA, The World FactBook). Panjang garis pantai Indonesia tercatat
sebesar 202.080 km. Dengan potensi garis pantai yang panjang Indoensia
memiliki potensi yang besar untuk mengolah dan mengembangkan sumber daya
pesisir.
Kabupaten Sumenep merupakan Kabupaten yang terletak di ujung timur
Pulau Madura yang menjadi salah satu penyumbang produksi garam terbesar di
Jawa Timur. Kabupaten Sumenep memiliki luas sebesar 209345,8 ha sedangkan
penggunaan lahan yang digunakan untuk tambak garam sebesar 3.067 ha sekitar
3,86 % dari luas total. Kabupaten Sumenep didukung dengan RTRW Jawa Timur
yang menyebutkan Kabupaten Sumenep termasuk kedalam SSWP yang
pengembangannya berfungsi untuk penggaraman. Berdasarkan PDRB pada Tahun
2014, kontribusi sektor garam dalam total PDRB sektor garam seluruh jawa timur
adalah sebesar 25 % (Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2011).
Hal inilah yang menajadi salah satu fakor adanya Proyek Rehabilitasi
Jaringan Tambak Garam di Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab.Sumenep. dalam
suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat kompleks. Hal ini tentu
memerlukan suatu manajemen proyek yang baik sehingga pada akhir proyek
dapat berjalan dengan sesuai rencana.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah, yaitu :
1.2.1 Bagaimana Struktur Organisasi Proyek Rehabilitasi Jaringan Tambak
Garam di Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab.Sumenep ?
1.2.2 Bagaimana Metoda Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Tambak
Garam di Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab.Sumenep ?
1.2.3 Bagaimana kendala-kendala yang muncul pada Proyek Rehabilitasi Jaringan
Tambak Garam Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab.Sumenep.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan, yaitu :
1.3.1 Dapat mengetahui struktur organisai yang digunakan dalam Proyek
Rehabilitasi Jaringan Tambak Garam Ds. Jeddung dan Ds. Sentol
Kab.Sumenep.
1.3.2 Dapat mengetahui metoda pelaksaanaan dalam Proyek Rehabilitasi
Jaringan Tambak Garam Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab.Sumenep.
1.3.3 Dapat mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam Proyek Rehabilitasi
Jaringan Tambak Garam Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab.Sumenep.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, didapatkan beberapa manfaat, yaitu :
1.4.1 Penelitian ini dapat memberikan manfaat menambah refrensi dalam bentuk
informasi dan pengetahuan, terutama bagi yang tertarik terhadap proses
proyek konstruksi dan pihak pihak yang terlibat di dalamnya.
1.4.2 Mengetahui bagaimana proyek dan struktur organisasi proyek yang
mengatur sebuah proyek agar sebuah proyek dapat diselesaikan dengan cara
yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Manajemen Proyek


2.1.1 Manjemen
Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu Manajemen dan Proyek.
Menurut Hughes dan Cotterel,200, Manajemen meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisasi, mencari sumber daya, memberi instruksi, memantau kemajuan,
mengontrol, memiliki inovasi dan merepresentasi.
Manajemen adalah suatu proses perencanaan pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan, usaha-usaha para anggota oerganisasi dan penggunaan sumber
daya-sumberdaya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf)
Dari beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa manajemen itu
adalah proses perencanaan, pengaturan, pengontrolan, dan pengkoordinasian
kegiatan-kegiatan kerja dan penggunaan sumber daya agar tercapainya suatu hasil
dan tujuan yang diinginkan.
2.1.2 Proyek
Menurut Hughes dan Cotterel, 2002, Proyek dapat diasumsikan sebagai suatu
yang besar untuk ditentukan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Beberapa karakteristik proyek dapat disimpulkan antara lain :
1. Pekerjaan yang tidak rutin dilibatkan
2. Diperlukan perencanaan
3. Objektif yang spesifik dapat dilihat atau produk yang spesifik dapat dibuat
4. Pekerjaan diselesaikan oleh beberapa orang
5. Pekerjaan diselesaikan dalam beberapa fase
6. Sumber daya yang dapat digunakan dalam proyek dibatasi
7. Proyek itu besar dan kompleks
Menurut Schwalbe, 2004, Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara
untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Proyek normalnya
melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan aktivitasnya.
Menurut Schwalbe, 2004, atribut suatu proyek antara lain :
1. Sebuah proyek memiliki tujuan yang khusus. Proyek harus menghasilkan
suatu produk khusus, layanan dan hasil akhir.
2. Proyek bersifat sementara. Proyek memiliki awal dan akhir yang jelas.
3. Proyek membutuhkan sumberdaya yang didapat dari berbagi area.
Sumberdaya dapat berupa hardware, software, dan sumberdaya lainnya yang
dilakukan oleh pengguna sistem tersebut.
4. Proyek harus memiliki pelanggan utama (primary customer ) atau sponsor.
5. Proyek melibatkan ketidakpastian, karena setiap proyek bersifat unik
sehingga sangat sulit untuk menentukan objektifitas proyek, mengestimasi
waktu dan biaya proyek.
Menurut Schwalbe, 2004, setiap proyek memiliki batasan yang berbeda
terhadap ruang lingkup, waktu dan biaya yang biasanya disebut sebagai triple
constraint (tiga kendala). Seperti itu pula seoranng project manajer harus
memperhatikan hal-hal penting dalam manajemen proyek :
1. Ruang lingkup (scope) : apa yang ingin dicapai dalam proyek, produk atau
layanan apa yang pelanggan harapkan dari proyek tersebut.
2. Waktu (time) : berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek dan bagaimana jadwal kegiatan proyek akan dilaksanakan.
3. Biaya (cost) : beberapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proyek
adalah proyek bersifat sementara namun dibutuhkan sub-sub pekerjaan dalam hal-
hal waktu, biaya dan sumberdaya yang dapat menunjang jalannya proyek agar
dapat menghasilkan produk atau hasil yang baik dan jelas.
2.2 Struktur Organisasi Proyek Manajemen Konstruksi
Menurut Frick, Heinz, 1984, Organisasi perusahaan pembangunan di
Indonesia pada prinsipnya dapat diterapkan sesuai dengan skema kasar organisasi
perusahaan sebagai berikut,

Gambar 2.1 Struktur Organisasi


Setiap orang pada atau didalam skema organisasi diatas menerima tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang seimbang.
a. Tugas, wewenang dana b. Tugas, wewenang dan tanggung
tanggungjawab harus seimbang. jawan harus menjadi satu
kesatuan.
Gambar 2.2 Skema Organisasi dalam Menerima Tugas
Jika kita memperhatikan tugas maka dapat dibagi atas perencanaan dan
pemimpin (memutuskan), pengaturan dan pelaksanaan, pengawasan. Pembagian
tugas berbeda-beda menurut penempatan orang tersebut di dalam organisasi
perusahaan seperti berikut :

Pimpinan perusahaan dan sebagainya

Project Manager, Pimpinan Proyek

General Superintendent, Pengawas


proyek dan sebagainya
Pelaksana proyek (Junior Engineer,
Foreman, pemimpin Buruh dan
sebaigainya.
Gambar 2.3 Penempatan Orang dalam Organisasi
Pembentukan organisasi proyek perlu dibentuk misalnya oleh pemilik
(owner), konsultan atau kontraktor. Pada umumnya owner menentukan dalam
menyusun serangkaian kebijakan dan memilih bentuk organisasi proyek yang
tepat untuk mengelola proyek. Hal yang perlu diidentifikasikan saat pembentukan
organisasi proyek, yaitu :
1) Tahapan proyek yamg yang dikeluarkan pada organisasi atau proyek.
2) Penetapan pihak-pihak yamg terlibat secara fungsional dalam organisasi
proyek, yaitu bagaimana hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dan kapan
(bilamana) keterlibatan pihak-pihak tersebut.
3) Disamping penetapan organisasi proyek, manajemen puncak juga akan
memepengaruhi bentuk organisasi manajemen proyek yang digunakan.
Hubungan antar satu pihak dengan pihak yang lain dalam satu bagan
organisasi dapat terdiri dari 2 hubungan kerja yaitu :
1. Hubungan Fungsional
Merupakan hubungan sesuai fungsi masing-masing pihak yang terlibat
dalam proyek, seperti hubungan antara konsultan perencana dan kontraktor.
Misalnya ada tahap desain dimana konsultan perencana berfungsi sebagai
perencana, kontraktor belum berfungsi. Demikian pula sebalikanya, pada
saat kontraktor berfungsi sebagai pelaksana kontruksi, konsultan perencana
sudah tidak berfungsi kembali.
2. Hubungan Kontrak
Merupakan hubungan berdasarkan kontrak antara dua pihak atau lebih
yang terlibat kerjasama. Kontrak merupakan kesepakatan (perjanjian)
secara sukarela antara dua pihak yang mempunyai kekuatan hokum.
Kesepakatan ini diacapai setelah salah satu pihak menerima penawaran
yang diajukan oleh pihak lain untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang
tercantum dalam penawaran.
2.1 Organisasi Tradisional
Banyak digunakan path proyek konstruksi dengan kondisi biasa atau umum.
Ide pembentukannya didasarkan pada pendekatan pembentukan organisasi
terpisah (organkadon). Bentuk organisasi ini terdiri dari tiga pihak, yaitu : pemilik
proyek yang bertindak sebagai manajemen proyek kontruksi, konsultan desain
sebagai perancang konstruksi dan juga terdapat konsultan pengawas sebagai
pengawas pelaksanaan kontruksi dan kontraktor sebagai pelaksana konstruksi.
Gambar 2.5 Skema Organisasi Tradisional
2.2 Organisasi Swakelola (Owner-Bulder)
Mirip dengan organisasi tradisional, hanya saja unit organisasi pemberi
tugas(pemilik) konsultan dan kontraktor merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan organisasi pemilik proyek meskipun proyek telah selesai.

Gambar 2.6 Skema Organisasi Swakelola


2.3 Organisasi Manajemen Konstruksi (Professional Constructiom
Management)
Tim manajemen proyek terdiri dari manajer proyek (Professional Contruction
management) dan pihak-pihak lain (kontraktor, konsultan desain, dan sebagainya),
yang mempunyai tugas mengelola proyek secara terpadu dari perencanaan proyek
(project planning), desain, dan pelaksanaan kontruksi. Tim manajemen proyek
bertujuan meminimalkan hubungan timbal balik di dalam tim manajemen proyek.
Gambar 2.7 Skema Organisasi Manajemen Konstruksi

2.4 Organisasi Turnkey


Ide dasar pembentukan organisasi turnkey didasarkan pada organisasi terpadu
(integration of organization) yang menyerahkan semua kegiatan (desain dan
pelaksanaan konstruksi) pada suatu pihak. Di Indonesia telah lama dilakukan
proyek secara turnkey seperti proyek-proyek industry dan jalan tol.

Gambar 2.8 Skema Organisasi Turnkey


2.3 Metoda Pelaksanaan Proyek Manajemen Konstruksi
Unsur-unsur dalam rencana pelaksana kegiatan yang akan menjadi landasan
atau tolak ukur dalam proses pengendalian pelaksanaan proyek yaitu :
a. Rencana Kerja
b. Rencana Kebutuhan Tenaga
c. Rencana Kebutuhan Bahan
d. Rencana Kebutuhan Peralatan
e. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan
f. Rencana Waktu Pelaksanaan
g. Network Planning
Kegiatan manajemen konstruksi dalam pengendalian waktu pelaksanaan dan
biaya proyek terdiri dari :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan atau planning adalah menentukan serangkaian tindakan atau
kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun organisasi kerja lapangan :
a. Jalur instruksi harus langsung dan sependek mungkin
b. Masing-masing staf personil harus memiliki uraian pekerjaan (job
deskription) secara jelas, dan terperinci.
c. Masing-mansing individu harus dibekali wewenang untuk mengambil
keputusan yang sesuai dengan jabatannya.
d. Iklim kerja harus dibina dan dipelihara untuk memungkinkan setiap orang
bekerja secara maksimal, sepadan dengan kapasitas. Dengan demikian kerja
sama dapat berjalan tanpa hambatan.
3. Penggerakan (Actuating)
Tujuan pergerakan :
a. Memupuk semangat gotong-royong diantara semua unsur-unsur yang ada
didalam satu kegiatan.
b. Menjelaskan akan tujuan dan sasaran usaha bersama.
c. Memelihara disiplin yang baik supaya terjamin hasil yang baik didalam
usaha bersama.
4. Koordinasi (coordinating)
Koordinasi merupakan fungsi untuk mencapai keseimbangan, keselarasan
demi tercapai tujuan.
5. Pengawasan (controling)
Mengendalikan kegiatan pelaksanaan yang merupakan tugas-tugas
pengawasan pekerjaan meliputi :
a. Mengawasi laju pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik dari segi kualitas dan
kuantitas bahan bangunan serta pelaksanaannya dan waktu pelaksanaan.
b. Mengawasi pekerjaan serta produknya, mengawasi ketepatan waktu dan biaya
kanstruksi.
c. Mengawasi, meneliti perubahanperubahan serta penyesuaianpenyesuaian
yang terjadi selama pekerjaan konstruksi fisik.
6. Evaluasi (Evaluation)
Setelah pelaksanaan proyek selesai diadakan evaluasi dimana pada tahap
evaluasi ini dapat dilihat apakah waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana
yang diinginkan pengelola.
2.3 Kendala-Kendala yang Timbul
Menurut Jennifer Greene dan Andrew Stellman, terdapat enam kendala dalam
proyek:
1. Waktu
Pada bagian ini, proyek harus selesai sesuai waktu yang direncanakan. Contoh
kendala waktu ialah Project Manager(PM) menyadari bahwa biaya project
akan habis lebih cepat, maka PM akan memajukan waktu pengerjaan, maka
akan ada kendala waktu karena ada kemungkinan waktunya tidak cukup.
2. Biaya
pada bagian ini, proyek harus sesuai dengan biaya personil maupun non
personil yang telah direncanakan. Contoh kendala biaya ialah PM tidak
menambahkan biaya sewa server pada perencanaan pryek, maka ketika server
dibutuhkan hal ini menyebabkan biaya proyek meningkat diluar rencana
3. Ruang lingkup
Pada bagian ini, proyek harus sesuai dengan ruang lingkup yang telah
disepakati oleh stakeholder. Contoh kendala ruang lingkup ialah PM
menyadari proyek akan terlambat dan over budget, maka PM berencana
mengerjakan sesuai waktu pengerjaan walaupun ada fitur yang tidak selelai.
Hal ini berarti mempengaruhi ruang lingkup pekerjaan.

4. Sumber daya
Pada bagian ini, proyek harus memiliki baik orang/personil maupun peralatan
pelengkap pengerjaan.contoh dari kendala sumber daya ialah perusahan tidak
memiliki modal untuk pengerjaan proyek, maka perusahaan memaksa
karyawan pada departemen lain untuk kerja paruh waktu untuk proyek ini.
Hal ini akan mempengaruhi kinerja karyawan.
5. Kualitas
Pada bagian ini, proyek harus menghasilkan output dan berfungsi sesuai yang
diharapkan oleh stakeholder. Contoh kendala Kualitas ialah tim proyek
menyarankan PM untuk menambah tester untuk mencari kerusakan Server,
akan tetapi PM menolak. Hal ini mempengaruhi kualitas, selain itu jika
berbicara mengenai test dan bug/cacat pada pekerjaan, maka berkaitan dengan
kualitas
6. Risiko
Pada bagian ini, proyek dapat berjalan lancar walaupun ada hambatan-
hambatan. Contoh kendala risiko ialah pada proyek konstruksi, PM berasumsi
bahwa cuaca akan baik, akan tetapi petir menghambat pengerjaan proyek.
Inilah kendala-kendala yang dapat mempengaruhi proyek, jika PM tidak
mengelola keenam kendala ini, maka boleh jadi proyek yang dijalani akan telat,
melebihi biaya, atau tidak disetujui konsumen.
Ketika terjadi perubahan pada proyek, maka PM harus mengetahui efek
perubahan bagi keenam kendala tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Struktur Organisasi


Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan struktur organisasi pada
Gambar 2.9 yang dipakai pada pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Tambak
Garam di Sumenep menggunkan struktur organisasi Manajemen Konstruksi.

DIREKTUR

SANIDIN

MANAGER PROYEK MANAGER KEUANGAN

BUDI SETIYOKO, ST ROHMANIYAH, SE

DRAFTMAN SURVEYOR PENGAWAS MUTU PELAKSANA PETUGAS K3 AHLI GEOTEKNIK

BAGUS SRI W, ST KABUL BUDIONO, ST SUROSO, ST HUSNUSSAWAL, ST AGUNG SUSANTO, ST AGUS SRIYONO, ST

ASISTEN PELAKSANA ASISTEN PELAKSANA

SAMSUL BAHRI, ST ARIEF BUDIYANTO, Amd

Gambar 3.1 Struktur Organisasi


3.2 Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan tahapan pelaksanaan, sebagai berikut :
I. Pekerjaan Persiapan
1. Mobilisasi dan demobilisasi
 Sebelum melaksanakan mobilisasi terlebih dahulu melakukan
survey jalan akses yang akan dilalui, apabila ada hambatan atau
rintangan dalam proses mobilisasi maka diperlukan penanganan
khusus untuk mengatasi hambatan dan rintanqan tersebut.
 Alat-alat yang akan diangkut dalam mobilisasi untuk pekerjaan ini
adalah Excavator, Vibro roller, Buldozer bila diperlukan, Water
Tanker dan peralatan pendukung lainnya yang akan digunakan.
 Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa
akan memelihara jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
disekitarnya maupun masyarakat lain yang juga memerlukan dan
melewati jalan kerja tersebut.
 Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai maka alat-alat tersebut akan
di Demobilisasi (dikembalikan/dipulangkan), segala kerusakan akibat
Mobilisasi dan Demobilsasi akan dikondisikan seperti semula.
2. Pembuatan papan nama
 Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan papan nama hingga pemasangan
pada titik tertentu yang bias dilihat oleh masyarakat umum.
 Penentuan titik pemasangan papan nama disesuetkan dan atas
petunjuk tim direksi yang ditugaskan oleh pemberi pekerjaan.
 Papan nama dibuat dari kayu untuk sisi sudut dan dilapisi seng dan
dicat dengan dasar warna putih serta tulisan.
 Dalam papan nama pekerjaan ini mencakup nama kegiatan, nama
pekerjaan, pemberi tugas, biaya pelaksanaan, pelaksana pekerjaan
dan atau yang sudah ditetapkan oleh tim direksi.
3. Persiapan kesehatan P3K dan K3
 Penyedia Jasa untuk menyediakan fasilitas kesehatan (P3K) dan K3
(Keamanan Keselamatan Kerja) guna penyelenggaraan pertolongan
pertama bagi korban kecelakaan kerja, staf yang menderita sakit serta
kegiatan P3K termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Kotak
P3K wajib tersedia di kantor lapangan dengan standar isi kotak
sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No.PER.15/MEN/Vlll/2008.
 Semua pekerja dan personil lapangan harus memakai penutup kepala
dan sepatu K3.
4. Pembuatan trase saluran
5. Pengadaan dan pemasangan patok kayu ukuran 5/7
Sebelum dilaksanakan pekerjaan fisik, maka perlu dilakukan
pengukuran dan pemasanqan patok kayu I bouwplank denqan shop
drawing sebagai acuan kerja, alat-alat yang digunakan; theodolit,
waterpass dan bak ukur serta balok kayu dan cat.

II. Pekerjaan Saluram


1. Galian tanah dengan alat berat
 Tanah digali sesuai elevasi rencana dengan memakai excavator, kemudian
hasil galian tersebut diangkat keatas untuk dibuat tangkis/tanggul dan
dirapikan sesuai gambar pelaksanaan.
 Apabila ada kelebihan volume yang disebabkan oleh kondisi di lapangan
harus dibuang keluar dengan dump truck dan dirapikan serta harus
dipertanggungjawabkan berupa foto dokumentasi, bukti permintaan dan
perhitungan volume di lokasi buangan.
 Dalam pertanggungjawaban volume hasil galian maka perlu dilakukan tes
penyusutan dimana volume hasil penyusutan sama dengan volume timbunan
yang dibuang untuk tangkis/tanggul dan dibuang keluar.
 Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk selanjutnya
dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan kuantitas pekerjaan
galian.
 Dalam hal pekerjaan galian melampaui batas yang ditetapkan dalam gambar
kerja (gambar hasil pengukuran pra-konstruksi). Penyedia Jasa dengan
biayanya sendiri harus menimbun bagian tersebut dengan bahan timbun
yang disetujui Pengguna Jasa.
 Untuk galian tanah Type-85 dan Type-E5 dalam pelaksanaannya harus
menggunakan alat berat Excavator sesuai dengan persyaratan sehingga
perlu dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat setempat guna menunjang
kelanearan pelaksanaan pekerjaan.
 Untuk galian tanah Type-D dalam pelaksanaanya harus alat berat Excavator
dan Ponton sesuai dengan persyaratan sehingga perlu dilakukan sosialisasi
terhadap masyarakat setempaat guna menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
 Hasil galian tanah endapan Type-8 dari pekerjaan normalisasi
saluran/sungai harus dibuang di lokasi yang disediakan Penyedia Jasa
diluar daerah kerja sesuai dengan ketentuan seperti yang diuraikan diatas.
2. Timbunan tanah atau urugan tanah kembali
 Tanah untuk timbunan kembali tanah hasil galian yang secara spesifikasi
teknis bisa digunakan untuk bahan timbunan.
 Material timbunan tanah pilihan sebelum dipakai harus disetujui oleh
direksi bila menggunakan tanah hasil galian.
 Mengadakan trial timbunan untuk menentukan berapa passing dengan alat
vibro roller yang dipakai.
 Lokasi timbunan harus bersih dari kayu, tanaman dan material lainnya
yang mengganggu lokasi pekerjaan dan harus disetujui oleh Direksi.
 Sebelum melaksanakan timbunan, apabila lokasi tersebut kering maka
perlu dilakukan penyiraman terlebih dahulu untuk mendapatkan kontrak
antara tanah asli dan material timbunan.
 Material diangkut menggunakan dumptruck untuk menghampar amterial
menggunakan bulldozer untuk meratakan dengan ketebalan ± 30 cm
perlayer atau sesuai spesifikasi yang dlsyaratkan sebelum dipadatkan.
 Tanah timbunan harus dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
3. Pasangan Geotekstil.
3.1 Pemasangan Geotekstil
 Pemasangan Geotextile dilaksanakan sebagai pelapis sintetis untuk
menahan butiran tanah agar tidak terbawa oleh Porositas air.
 Pemasangan Geotextile dipasang sejajar dengan sesek bambu.
3.2 Penggelaran Geotekstil
 Sebelum melakukan penghamparan geotekstil dasar tanah harus dalam
keadaan bersih dari ranting-ranting tumbuhan atau benda yang dapat
merusak lapisan geotekstil.
 Dalam tahap penggelaran yang harus dilakukan adalah geotekstil harus
digelar diatas tanah dalam keadaan terhampar untuk mengecek lapisan
geotekstil dalam keadaan baik.
 Geotekstil dapat dipotong terlebih dahulu ditempat yang memungkinkan.
Hal ini bertujuan untuk lokasi yang sulit dilakukan pemotongan dan
penyambungan.
3.3 Penyambungan Geotekstil
 Penyambungan Geotekstil yang satu ke lainnya dapat dilakukan dengan
cara saling melewati (overlap) atau dengan cara dijahit.
 Dengan metode overlap, jarak minimal yang overlapnya adalah 30cm-
100cm.
 Penjahitan panel geotekstil dapat dilakukan dilapangan menggunakan
mesin jahit portable atau menggunakan tenaga generator.
 Sesudah geotekstil selesai disambung, langkah selanjutnya menebar dan
menempatkan agregat yang sudah dipilih untuk diletakan diatas geotekstil.
 Penempatan agregat dilakukan dengan cara mendorong maju tumpkan
agregat, sehingga lapisan geotekstil tidak tergilas langsung oleh roda
pengangkut agregat maupun alat berat yang digunakan untuk meratakan
karena dapat merusak lapisan geotekstil.
 Ketebalan agregat disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
4. Pemasangan sesek bambu
 Setiap pemasangan sesek pada sambungan harus diberi overlap minimal
10 cm.
 Pada overlap harus diikat kawat anti korosi 2 mm dengan masing-masing
tepi minimal 2 titik ikat (1 bh sesek 8 titik ikat).
 Pemasangan sesek harus simetris dengan ukuran 3 m arah vertikal dan 2 m
arah horizontal.
 Setiap galian dan pemasangan sesek harus sesuai dengan gambar.
 Untuk memperkuat pemasangan sesek bambu dilakukan pemancangan
bambu-bambu disepanjang pemasangan sesek bambu dengan jarak antara
tiap pancang 1-3m atau disesuaikan dengan gambar.
Gambar 3.2 Sesek Bambu

III. Pekerjaan Tangkis Laut


1. Pekerjaan Tripping
 Pekerjaan striping/pengupasan tanah lapis atas yang banyak mengandung
bahan organik seperti : rumput, akar-akaran, maupun bahan non-organik.
 Pekerjaan striping/pengupasan lapisan tanah bagian atas dilaksanakan
setebal 10 cm atau disesuaikan dengan gambar yang telah ditentukan.
 Lebar dan elevasi pengerjaan stripting ssuai arahan dlreksi.
2. Sandbag geotekstil.
 Untuk pekerjaan pengisian kantong pasir dapat dilakukan di lokasi proyek
dengan menggunakan tanah / pasir hasil galian. Bisa juga menggunakan
tanah/pasir disekitar tambak/laut.
 Pengerjaan pengisian kantong pasir dikerjakan dengan manual/tenaga
manusia dengan menggunakan alat sekop.
 Elevasi ketinggian susunan kantong pasir sesuai gambar rencana.
 Untuk penempatan kantong pasir bisa disesuaikan dengan gambar
perencanaan.
3. Beton cetak massif tanpa tulangan
 Beton cetak didatangkan dari luar dengan spek yang sesuai dengan
pekerjaan ini.
 Pekerjaan beton cetak masif ditata rapi diatas susunan sandbag.
 Pekerjaan beton cetak masif dipasang sebagai pelapis susunan sandbag.
 Pekerjaan pernasangan beton cetak menggunakan tenaga manusia tanpa
menggunakan alat berat.
4. Lantai beton rabat
 Pekerjaan lantai beton rabat dilaksanakan setelah urugan pasir diratakan
atau dipadatkan agar tidak terjadi penurunan pada lantai beton rabat.
 Pekerjaan beton rabat dikerjakan tanpa menggunakan besi tulangan.
 Untuk perbandingan campuran material beton rabat menggunakan
campuran 1:2:3 atau kekuatan beton K175/K200.
5. Buis beton (ɸ 0,60 m, L = 1,00 m )
 Pemasangan buis beton sejajar dengan pemasangan sandbag geotexstile.
 Dalam proses pemasangan buis beton dapat dilakukan dengan cara manual
atau dengan alat berat disesuaikan dengan banyaknya buis beton yang
dikerjakan.
 Untuk pekerjaan pengisian material pada buis beton dapat dirakukan di
lokasi proyek dengan menggunakan tanah / pasir hasil galian / bisa juga
menggunakan tanah / pasir disekitar tambak/laut.
 Dengan menggunakan tanah / pasir hasil galian / bias juga menggunakan
tanah / pasir disekitar tambak / laut.
6. Urugan pasir
 Urugan pasir dilakukan diatas lapisan geogrid dengan searah memanjang
atau tegak lurus dengan arah lapisan geograde hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kerusakan pada sambungan geograde.
 Material urugan bisa menggunakan material dari luar (mendatangkan
material).
 Tebal urugan sesuai dengan perencanaan atau sesuai arahan direksi.
7. Pemasangan Geograde
 Pemasangan geograde bertujuan untuk memperkuat lapisan tanah bagian
dasar tanah yang lunak atau mudah retak.
 Geograde direntangkan secara manual untuk menghindari lipatan dan
kerutan.Pemasangan geograde harus tegak lurus terhadap arah memanjang.
Gambar 3.3 Sandbag Geotekstil
 Penyambungan geogride secara tumpeng tindih dan diberi pengikat plastic
bagian kanan dan kiri dengan overlap minimum 50 cm.

Gambar 3.4 Penyambungan Geogride secara Tumpah Tindih


 Setelah pemasangan geograde selesai dilakukan pengecekan ulang terlebih
dahulu terhadap pemasangan geogrid sebelum melakukan penghamparan
timbunan.
8. Pemasangan Geotekstil.
 Pemasangan Geotextile dilaksanakan sebagai pelapis sintetis untuk
menahan butiran tanah agar tidak terbawa oleh gelombang air laut.
 Pemasangan lembaran Geotextile dipasang berderet/berdampinga dan
diberi overlap minimal 20cm.
 Geotextile harus digelar diatas tanah dalarn keadaan terhampar tanpa
gelombang atau kerutan.
 Membuat metode pelaksanaan dan gambar pelaksanaan secara rinci yang
memuat antara lain gambar layout, detail dan dimensi pasangan
Geotextile.
 Gambar pelaksanaan tersebut harus mendapat persetujuan dari pengguna
Jasa sebagai acuan pelaksanaan di lapangan dan sebagai dasar perhitungan
volume pekerjaan.
IV. Pekerjaan Lain-Lain
1. Foto dokumentasi
Setiap tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan mulai dari awal kegiatan
0%,50% sampai dengan akhir 100% pekerjaan akan terdokumentasi
secara lengkap menggunakan kamera digital.
2. Pengadaan dan penjilidan buku/laporan
Semua laporan-laporan (laporan harian, laporan mingguan,
laporan bulanan, schedule rencana dan schedule pelaksanaan,dll)
direkam/disajikan dalam bentuk CD (compact disk) minimal sebanyak 1
(satu) CD.
3. Pengadaan dan penjilidan shop drawing dan as built drawing
Pada akhir pekerjaan disampaikan gambar sesuai dengan kondisi
lapangan (As Built Drawing) kepada Pengguna Jasa (pihak PPK) dan telah
disetujui Pengawas. Pelaksanaan Mutual Check 0% berpedoman pada
gambar tender atau kontrak.
Dilaksanakan Pekerjaan Mutual Check antara Penyedia Jasa
bersama-sama tim mutual check dari Pengguna Jasa (pihak PPK) serta
Konsultan Supervisi (apabila ada). Dari hasil pengukuran kembali/ didapat
antara lain gambar-gambar, volume RAB tambahan/pengurangan biaya
sebagai dasar pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Menjelang akhir pekerjaan, dilaksanakan pekerjaan Mutual Check
II (MC 100%) bersama untuk mendapatkan volume pekerjaan yang
sebenarnya dilaksanakan, sebagai dasar pembayaran volume pekerjaan
yang telah diselesaikan.
4. Penggambaran dengan CAD ukuran A3 dan pencetakan 1 lembar
gambar ukuran A3
3.3 Data Proyek
Data-data berikut merupakan identitas proyek tempat pelaksanaan kerja
praktik. Kerja praktik yang dilakukan khusus pada bidang Pembangunan
Rehabilitasi Jaringan Tambak Garam di Ds. Jeddung dan Ds. Sentol
Kab.Sumenep.
Tabel 2.1 Data Adminitrasi pada Proyek Pembangunan Rehabilitasi
Jaringan Tambak Garam
Nama Satuan Kerja : NVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air
Brantas
Propinsi : Jawa Timur
Kementerian : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nama PPK : Irigasi dan Rawa II
Alamat : Jl. Menur 123 lt.2 Surabaya
Nama Pekerjaan : Rehabilitasi Jaringan Tambak Garam
Kab.Sumenep
Tolok Ukur : 0.9 Km, 40 Ha
Nomor Surat Perjanjian : IK.02.04-Am.08.2/04
Tanggal : 17 Mei 2019
SPMK : UM.01.02-Am.08.2/ 04 /SPMK
Tanggal : 17 Mei 2019
Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Sumenep
Penyedia Jasa : CV. PUJI RAHMAT
Anggaran Biaya : Rp.3.776.020.000,-
Alamat : Dsn. Berlantong Ds. Pandiyangan – Robatal
Sampang
Waktu Pelaksanaan : 210 (dua ratus sepuluh) hari kalender
17 Mei 2019 s/d 12 Desember 2019
Pembiayaan : APBN Tahun Anggaran 2019
DESA JADDUNG,KEC.PRAGAAN,KAB.SUMENEP
LS = 07° 07' 28,5" ; BT = 113° 39' 21,7"

DESA SENTOL LAOK,KEC.PRAGAAN,KAB.SUMENEP


LS = 07° 07' 26,2" ; BT = 113° 37' 51,0"

Gambar 3.5 Lokasi Pekerjaan

KETERANGAN :
Usulan Normalisasi
Saluran Primer /
Sekunder
Usulan Pemasangan
Pintu Air / Pintu Klep
Usulan Pembuatan
Tangkis Laut
Usulan Pembuatan
Bozem

Gambar 3.6 Rencana Pembuatan


3.4 Kendala dan Solusi yang Timbul dalam Proyek
3.4.1 Kendala Proyek
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dalam proyek rehabilitasi
jaringan tambak di Sumenep ada beberapa kendala-kendala sebagai berikut :
1. Kendala waktu
Dalam proyek tersebut, tidak mengalami keterlambatan pekerjaan atau
pekerjaan sesuai dengan jadwal perencanaan.
2. Kendala ruang lingkup
Kendala ruang lingkup ialah saat Project Manager menyadari proyek
akan terlambat dan over budget, maka Project Manager berencana
mengerjakan sesuai waktu pengerjaan walaupun ada fitur yang tidak selelai.
Hal ini berarti mempengaruhi ruang lingkup pekerjaan. Tetapi dalam proyek
tersebut, pekerjaan sesuai dengan rencana yang berarti tidak terjadi kendala
dalam segi ruang lingkup atau adanya komunikasi yang baik antar pihak-
pihak yang terlibat dalam proyek tersebut.
3. Kendala biaya
Dalam proyek tersebut, tidak mengalami penambahan biaya, karena tidak
adanya keterlabatan kerja yang mengakibatkan anggaran biaya tidak
bertambahn sesuai dengan RAB.
4. Kendala cuaca
Pada bagian ini, proyek dapat berjalan lancer walaupun ada hambatan-
hambatan. Contoh kendala resiko ialah pada proyek konstruksi, Project
Manager berasumsi bahwa cuaca akan baik, akan tetapi petir dan hujan yang
menghambat pekerjaan proyek .
5. Kendala Kualitas
Kendala Kualitas dalam proyek ialah tim proyek menyarankan Project
Manager untuk menambah tester untuk mencari kerusakan Server, akan tetapi
PM menolak. Hal ini mempengaruhi kualitas, selain itu jika berbicara
mengenai test dan bug/cacat pada pekerjaan, maka berkaitan dengan kualitas.
Tetapi dalam proyek tersebut, koordinasi yang terjadi sangat baik antar pihak
pihak yang terlibat.
3.4.2 Solusi
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dalam proyek
rehabilitasi jaringan tambak di Sumenep, karena dalam proyek ini
tidak terjadi kendala-kendala yang mengakibatkan keterlambatan
pekerjaan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan Struktur Organisasi, Tahapan
Pelaksanaan dan Kendala yang timbul dari Proyek Rehabilitasi Jaringan Tambak
Garam Ds. Jeddung dan Ds. Sentol Kab.Sumenep, sebagai berikut :

1. Menggunkan struktur ogananisasi Manajemen Konstruksi


2. Tahapan pelaksanaanya terdiri dari pekerjaan persiapan, pekerjaan
saluran, pekerjaan tangkis laut dan pekerjaan lain-lain (dokumentasi).
3. Kendala yang timbul dalam proyek ini adalah cuaca yang kurang baik
karena tidak stabil tiap harinya. Tetapi tidak mengakibatkan keterlabatan
pekerjaan dan tidak bertambahnya biaya pekerjaan.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan wawancara proyek, sebaiknya menyiapkan
pertanyaan yang akan dibahas dalam makalah ini, agar semua data yang akan
dibahas sesuai dengan apa yang kita inginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, 1995. Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 2. Yogyakarta:


Kanisius

Tjokroamijojo, 1971. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bintoro.

Nugraha, 1985. Manajemen Proyek Konstruksi. Surabaya: Kartika Yudha

Ahuja, 1994. Project Management. New York: John Willey & Sons

Kerzner, 2006. Project Management. New York: John Willey & Sons

Soeharto, 1999.Manajemen Proyek, Jakarta: Erlangga

Ervianto, 2005. Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: Andi Offset

Djojowirono, 2005. Manajemen Konstruksi, Yogyakarta: Biru Teknik Sipil UGM.

A.D Austen dan R.H Neale, 1994. Manjemen Proyek Konstruksi, Jakarta: Penerbit
PPM

Suyatno, 2010. Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek


Gedung, Semarang: Universitas Diponegoro

Jennifer Greene dan Andrew Stellman, 2005. Project Management, Cambridge:


O’Reilly Media.

Anda mungkin juga menyukai