Anda di halaman 1dari 89

BAB 3

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


3.1. Pengantar
3.1.1. Prosedur Pengelolaan Aset Irigasi (PAI)
Disini akan diuraikan Sistem Informasi PAI – ePAKSI dan kegiatan inventarisasi aset
irigasi secara garis besar.
A. Sistem Informasi PAI - ePAKSI
Untuk mendukung terselenggaranya PAI, dikembangkan suatu sistem informasi
yang merupakan bagian dari ePAKSI (elektronik Pengelolaan Aset dan Kinerja
Sistem Irigasi), dimana pada prinsipnya bekerjanya dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 3.1 Cara Kerja PAI dalam ePAKSI


B. Kegiatan Inventarisasi Aset Irigasi
Kegiatan inventarisasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Inventarisasi Aset Jaringan,
b. Inventarisasi Aset Pendukung Pengelolaan Irigasi.
Inventarisasi Aset Jaringan dilakukan setahun sekali, inventarisasi aset
pendukung pengelolaan aset irigasi dilakukan lima tahun sekali. Inventarisasi
Aset Jaringan dilakukan dengan mengikut sertakan P3A/GP3A/IP3A. Tidak
demikian halnya dengan inventarisasi aset pendukung yang hanya dilakukan
oleh petugas OP Irigasi. Alur kegiatan inventarisasi aset jaringan dapat dilihat
pada Gambar 3.2., sedangkan alur kegiatan inventarisasi aset pendukung
disajikan pada Gambar 3.3. Bagan Alur Proses inventarisasi aset jaringan yang
lebih detail dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.2 Bagan Alur Inventarisasi Aset Irigasi

Gambar 3.3 Bagan Alur Inventarisasi Aset Pendukung


Gambar 3.4 Skema Inventarisasi Aset Jaringan Irigasi
Gambar 3.5 Lembar Formulir Nilai Aset Irigasi
3.1.2. Pengukuran Kinerja Sistem Irigasi
Komponen penilaian kinerja sistem irigasi terdiri dari komponen penilaian kinerja
sistem irigasi utama dan tersier.
A. Kinerja Sistem Irigasi Utama
Kinerja sistem irigasi utama ada 6 (enam) paramater yang dimonitor dan
dievaluasi yakni:
1. Prasarana Fisik Jaringan Utama: Adapun parameter ini terdiri dari beberapa
sub-parameter sebagai berikut:
a. Bangunan utama;
b. Saluran Pembawa;
c. Bangunan pada saluran pembawa;
d. Saluran Pembuang dan Bangunannya;
e. Jalan Masuk/Inspeksi;
f. Kantor, Perumahan, dan Gudang.
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
a. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
b. Realisasi luas tanam (IP); dan
c. Produktivitas padi.
3. Sarana Penunjang terdiri dari:
a. Peralatan OP;
b. Transportasi;
c. Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD; dan
d. Alat Komunikasi.
4. Organisasi Personalia terdiri dari:
a. Organisasi OP telah disusun dengan batasan-batasan tanggungjawab
dan
tugas yang jelas Petugas OP yang ada sudah terlatih;
b. Personalia.
5. Dokumentasi terdiri dari:
a. Buku data daerah irigasi;
b. Peta dan gambar-gambar.
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) terdiri dari:
a. GP3A/IP3A sudah berbadan hukum;
b. Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A;
c. Rapat Ulu-ulu/GP3A/IP3A dengan ranting/Pengamat/UPTD;
d. GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan;
e. Partisipasi GP3A/IP3A dalam jaringan dan Penanganan Bencana Alam;
f. Iuran P3A digunakan untuk perbaikan jaringan;
g. Partisipasi P3A dalam perencanaan Tata Tanam dan Pengalokasian Air.
B. Kinerja Sistem Irigasi Tersier
Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam pelaksanan penilaian kinerja sistem
irigasi tersier juga terdiri dari 6 (enam) komponen yakni:
1. Prasarana Fisik Jaringan Tersier: Parameter ini terdiri dari beberapa
subparameter yakni:
a. Saluran Pembawa;
b. Bangunan pada saluran pembawa;
c. Saluran Pembuang dan Bangunannya.
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
a. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
b. Realisasi luas tanam (IP);
c. Produktivitas padi.
3. Kondisi OP Jaringan Tersier terdiri dari:
a. Bobolan (pengambilan liar) dari saluran induk, sekunder, dan tersier;
b. Giliran pembagian air pada waktu debit kecil;
c. Pembersihan saluran tersier secara gotong royong/diborongkan;
d. Perlengkapan pendukung OP.
4. Petugas Pembagi Air/Organisasi Personalia/SDM terdiri dari:
a. Tersedianya petugas teknis P3A;
b. Petugas OP yang ada sudah terlatih;
c. Mampu dan sering berkomunikasi dengan petani dan juru, termasuk
PPL.
5. Dokumentasi terdiri dari:
a. Buku data petak tersier meliputi : Buku Administrasi Organisasi, Manual
b. OP Tersier, Jadwal dan Pola Tanam;
c. Peta dan gambar-gambar meliputi : Peta wilayah kerja, peta petak
tersier,
d. skema jaringan tersier, skema bangunan, dan gambar purna laksana.
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) terdiri dari:
a. Status badan hukum P3A;
b. Kondisi kelembagaan;
c. Aktivitas P3A;
d. Partisipasi anggota P3A dalam OP;
e. Iuran OP untuk tersier;
f. Kemampuan fungsional dan koordinasi dalam perencanaan tata tanam
dan pengalokasian air;
g. Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan evaluasi.

3.2. Pengelolaan Aset Irigasi


Dalam Pengelolaan Aset Irgasi (PAI) yang akan dibahas adalah masalah : kriteria
kondisi asset; kriteria kondisi asset; asesmen nilai asset; tujuan pekerjaan perbaikan
yang diusulkan; dan urgensi.
3.2.1. Kriteria Kondisi Aset
Dalam PAI tingkatan kondisi disebutkan secara kualitatif menjadi 4 tingkat, yaitu :
Baik; Rusak Ringan; Rusak Sedang; dan Rusak Berat. Indikator Kuantitatif Kondisi
meliputi :
Tabel 3.1 Kategori Kondisi

Tingkat Kerusakan Kategori Kondisi


> 0 % - 10 % Baik
> 10 % - 20 % Rusak Ringan
> 20 % - 40 % Rusak Sedang
> 40 % Rusak Berat

Tabel 3.2 Indikator Deskriptif Kondisi Bangunan Sipil dan Lining

No Kondisi Tingkat Kerusakan Kerusakan (salah satu atau semuanya)


1 Baik > 0 % - 10 % Retak Rambut
2 Rusak Ringan > 10 % - 20 %  Retak Lebar
 Tergerus atau terkelupas
 Lapuk
 Terlihat besi tulangan
3 Rusak Sedang > 20 % - 40 %
 Berongga

No Kondisi Tingkat Kerusakan Kerusakan (salah satu atau semuanya)


 Terlihat besi peulangan
 Berongga
 Melendut atau melengkung
 Bergeser dari tempat semstinya
4 Rusak Berat > 40 %  Miring dari seharusnya tegak
 Sebagian bangunan turun elevasinya
 Terjadi aliran air di bawah pondasi
 Seluruh bangunan turun elevasinya
 Bangunan roboh

Tabel 3.3 Indikator Deskriptif Kondisi Pintu

No Kondisi Tingkat Kerusakan Kerusakan (salah satu atau semuanya)


1 Baik > 0 % - 10 % Karatan Ringan
 Mur dan baut hilang
2 Rusak Ringan > 10 % - 20 %
 Batang pengangkat bengkok
3 Rusak Sedang > 20 % - 40 % Berlubang dan bocor
 Berlubang dan bocor
 Karatan berat
 Batang pengangkat patah
 Hilangnya roda/ stang pegangan
4 Rusak Berat > 40 %
 Hilangnya gigi-gigi pengangkat
 Mesin pengangkat rusak
 Mesin pengangkat terbakar
 Pintu hancur

Tabel 3.4 Indikator Deskriptif Kondisi Tanggul Saluran

No Kondisi Tingkat Kerusakan Kerusakan (salah satu atau semuanya)


1 Baik > 0 % - 10 % Rembes
 Bocor kecil
 Bocor besar
2 Rusak Ringan > 10 % - 20 %
 Tergerus dasar dan talud
 Rusak akibat ulah manusia/hewan
3 Rusak Sedang > 20 % - 40 % Terjadi longsoran
4 Rusak Berat > 40 %  Longsor kearah dalam
 Longsor kearah luar
 Muka tanggul turun
 Tanggul jebol

3.2.2. Kriteria Fungsi Aset


Dalam PAI tingkat kefungsian suatu aset dikategorikan menjadi 4 tingkatan, yaitu :
Baik; Kurang; Buruk; dan Tidak Berfungsi. Fungsi dari aset harus dibedakan dengan
kondisi dari aset. Hal tersebut karena tidak selalu ada hubungan langsung kondisi
dan fungsi suatu aset. Contoh : suatu saluran mengalami kerusakan yang cukup berat
hingga dapat dikategorikan RB (Rusak Berat), namun masih bisa mengalirkan debit
yang sebagaimana diperlukan. Sebaliknya saluran yang kondisinya masih baik tetapi
endapan lumpurnya tinggi, maka fungsinya telah banyak berkurang.
Sebagai indikator dibawah ini diberikan indikator untuk menentukan kategori
tingkatan fungsi dari suatu asset:
Tabel 3.5 Kategori Fungsi Aset

Penurunan Fungsi Kategori Fungsi


> 0 % - 10 % Baik
> 10 % - 20 % Kurang
> 20 % - 40 % Buruk
> 40 % Tidak berfungsi

3.2.3. Asesmen Nilai Aset


Pengertian Nilai Aset dalam rangka PAI adalah jumlah biaya (harga borongan) dalam
nilai rupiah saat ini yang diperlukan untuk membangun baru aset yang ekuivalen
dengan aset yang ditinjau diluar nilai tanah.
Maksud untuk mencari nilai ekuivalen tersebut adalah untuk mendapatkan
gambaran perbandingan antara nilai perbaikan yang diperlukan dengan nilai bila
membangun baru. Nilai aset ini merupakan taksiran kasar jadi tidak perlu
perhitungan yang detail. Bilamana di kantor terdapat data yang cukup untuk
menghitung nilai tersebut maka nilai aset tersebut dapat dihitung secara manual,
dengan memperkirakan berapa volume masing-masing komponen dari aset dan
mengalikan dengan harga satuan pekerjaan setempat.
Bilamana di kantor tidak terdapat data yang cukup, maka sebagai ancar-ancar dapat
dipergunakan taksiran data seperti di bawah ini. Ancar-ancar taksiran ini hanya untuk
beberapa aset yang banyak dipergunakan pada jaringan irigasi skala kecil dengan
basis harga di Jakarta dan sekitarnya.
3.2.4. Tujuan Pekerjaan Perbaikan yang Diusulkan
Pengelompokan jenis pekerjaan menurut tujuan pekerjaan perbaikan adalah sebagai
berikut:
1. Perbaikan ditujukan untuk pembaruan, misalnya perbaikan pada bangunan atau
pintu air yang telah melewati umur rencana-nya dan kondisinya rusak berat,
dengan demikian setelah selesai perbaikan umur pakainya menjadi 0 tahun
kembali.
2. Perbaikan ditujukan untuk pemeliharaan, misalnya perbaikan pada saluran yang
mengalami kebocoran, dengan demikian setelah selesai perbaikan umur
pakainya tetap bertambah dari umur semula;
3. Perbaikan ditujukan untuk peningkatan, misalnya, misalnya peningkatan sebuah
bangunan sadap dari pasangan batu menjadi bangunan sadap dari beton
bertulang, dengan demikian setelah selesai perbaikan umur pakai bangunan
menjadi 0 tahun kembali;
4. Perbaikan ditujukan untuk perluasan, misalnya perluasan bangunan sadap
dari semula hanya satu pintu ditambah dengan satu pintu lagi, sehingga setelah
selesai perbaikan umur pakainya tetap bertambah dari umur semula;
5. Perbaikan ditujukan untuk pengamanan, misalnya penambahan pagar di
sekeliling bangunan bagi, sehingga setelah selesai perbaikan umur pakai
bangunan tetap bertambah dari umur semula;
6. Perbaikan ditujukan untuk efisiensi operasi dengan harapan operasi jaringan
menjadi leboh cepat, dan lebih efisien.
3.2.5. Urgensi
Dalam program e-PAKSI disediakan empat tingkatan urgensi, yaitu :
1. Sangat Urgen bilamana pekerjaan usulan perlu dilaksanakan dalam waktu 1 atau
tahun ke depan;
2. Urgen bilamana pekerjaan usulan perlu dilaksanakan dalam waktu 3 tahun ke
depan;
3. Kurang Urgen bilamana pekerjaan usulan dapat dilaksanakan dalam waktu 4
tahun ke depan;
4. Jangka Panjang bilamana pekerjaan usulan dapat dilaksanakan dalam
waktu 5 tahun ke depan.
3.3. Penelusuran Bangunan Utama Di Tingkat D.I
Kegiatan penelusuran bangunan utama dalam Juknis ini terbagi dalam 2 (dua) bagian
kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset bangunan utama;
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi bangunan utama.
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut :
A. Inventarisasi aset irigasi:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut:
1) Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
a. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a)
jaringan pembawa, dan b) jaringan pembuang;
b. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d)
peralatan OP, dan e) lahan.
2) Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset irigasi:
a. Pengumpulan data umum meliputi data DI dan data ketersediaan air;
b. Pengumpulan data aset jaringan seperti bangunan utama, bangunan
pelengkap pembawa, saluran, bangunan drainase, dan jaringan
irigasi air tanah (apabila ada);
c. Pengumpulan data aset pendukung;
d. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan. Untuk implementasi di
tingkat lapangan dengan penggunaan Aplikasi Android;
Terkait kegiatan penentuan aset bangunan utama, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
dan viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.

3) Kode Aset Irigasi:


Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti:
i. Kode kabupaten/kota;
ii. Kode wilayah sungai;
iii. Kode daerah irigasi; dan
iv. Kode aset irigasi.
4) Dimensi Aset Irigasi
Terkait dengan dimensi aset irigasi, maka dalam kegiatan inventarisasi irigasi
dimensi-dimensi yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
a. Debit (Q) = m3/dtk;
b. Jarak = m;
c. Panjang/lebar/tinggi = m;
d. Kemiringan dasar saluran = m/m (tanpa dimensi); dan v. Koordinat
geografi = derajat desimal.
5) Kondisi & Fungsi Aset Irigasi
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klasifikasi kondisi
fisik aset irigasi dapat dilihat dalam tabel 3.1., sedangkan untuk
klasifikasi aset irigasi dapat dilihat dalam tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.6 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;
Tabel 3.6 Kondisi Bangunan/Jaringan

No Kondisi Indikator Utama


1 Baik (B) = 0% -  Aset masih baru dibangun
No Kondisi Indikator Utama
 Aset baru direhab
 Aset baru ditingkatkan (upgraded)
 Aset baru diganti
10%  Aset baru selesai pemeliharaan
 Aset belum terjadi perubahan bentuk
 Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR)  Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan
2
= 10% - 20%  Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang
Rusak Sedang
3  Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
(RS) = 20% - 40%
berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat
Rusak Berat (RB)
4  Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset
= 40% - 80%
 Perlu perbaikan secepatnya
 Kerusakan yang terjadi menyebabkan hilangnya fungsi
Rusak Total (RT) = aset
5
80% - 100%  Menimbulkan masalah serius, perlu penggantian sebagian
atau seluruhnya

3.1. Tabel 3.7 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset. Selain
tabel 3.8 juga dipakai dalam menyiapkan sistem aplikasi e- PAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.7 Fungsi Bangunan/Jaringan

No Kondisi Indikator Utama


Baik (B) = 0% - Aset berfungsi dengan sempurna sesuai desain
1
10%
 Aset masih dapat berfungsi namun tidak maksimal
Rusak Ringan (RR)
2  Belum menimbulkan pengaruh terhadap kinerja layanan
= 10% - 20%
irigasi
 Aset tidak berfungsi sebagian
Rusak Sedang
3  Penurunan fungsi aset mempengaruhi kinerja layanan
(RS) = 20% - 40%
irigasi sebagian
 Aset masih dapat berfungsi tetapi sangat kurang
Rusak Berat (RB) sempurna
4
= 40% - 80%  Aset sudah mulai menimbulkan pengaruh terhadap kinerja
layanan irigasi
Rusak Total (RT) =  Aset tidak berfungsi
5
80% - 100%  Menimbulkan pengaruh terhadap kinerja layanan irigasi
Tabel 3.8 Menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja sistem irigasi untuk Bangunan Utama
3.4. Penelusuran Jaringan Utama Fisik Di Tingkat D.I
Kegiatan penelusuran jaringan utama fisik dalam Juknis ini terbagi dalam beberapa
bagian kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan utama fisik;
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan utama fisik
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset jaringan utama fisik
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut:
1. Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
a. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari : jaringan
pembawa, jaringan pembuang
b. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari :
kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), bangunan gedung,
peralatan OP, dan lahan.
2. Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset irigasi:
a. Pengumpulan data umum dikumpulkan seperti data DI dan data
ketersediaan air;
b. Pengumpulan data aset jaringan seperti bangunan utama, bangunan
pelengkap pembawa, saluran, bangunan drainase, dan jaringan irigasi
air tanah (apabila ada);
c. Pengumpulan data aset pendukung;
d. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan.;
Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
danviii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.
3. Kode Aset Irigasi:
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti:
a. Kode kabupaten/kota;
b. Kode wilayah sungai;
c. Kode daerah irigasi;
b. Kode aset irigasi.
4. Dimensi Aset Irigasi:
Terkait dengan dimensi aset irigasi, maka dalam kegiatan inventarisasi irigasi
dimensi-dimensi yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
 Debit (Q) = m3/dtk;
 Jarak = m;
 Panjang/lebar/tinggi = m;
 Kemiringan dasar saluran = m/m (tanpa dimensi); dan
 Koordinat geografi = derajat desimal.
5. Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi fisik
aset irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.1., sedangkan untuk klasifikasi aset
irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.9 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;
Tabel 3.9 Kondisi Bangunan/Jaringan

No Kondisi Indikator Utama


1 Baik (B) = 0% -  Aset masih baru dibangun
10%  Aset baru direhab
 Aset baru ditingkatkan (upgraded)
 Aset baru diganti
 Aset baru selesai pemeliharaan
 Aset belum terjadi perubahan bentuk
No Kondisi Indikator Utama
 Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR)  Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan
2
= 10% - 20%  Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang
Rusak Sedang
3  Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
(RS) = 20% - 40%
berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat
Rusak Berat (RB)
4  Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset
= 40% - 80%
 Perlu perbaikan secepatnya
 Kerusakan yang terjadi menyebabkan hilangnya fungsi
Rusak Total (RT) = aset
5
80% - 100%  Menimbulkan masalah serius, perlu penggantian sebagian
atau seluruhnya

3. Tabel 3.10 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.9 juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.10 Fungsi Bangunan/Jaringan

No Kondisi Indikator Utama


Baik (B) = 0% - Aset berfungsi dengan sempurna sesuai desain
1
10%
 Aset masih dapat berfungsi namun tidak maksimal
Rusak Ringan (RR)
2  Belum menimbulkan pengaruh terhadap kinerja layanan
= 10% - 20%
irigasi
 Aset tidak berfungsi sebagian
Rusak Sedang
3  Penurunan fungsi aset mempengaruhi kinerja layanan
(RS) = 20% - 40%
irigasi sebagian
 Aset masih dapat berfungsi tetapi sangat kurang
Rusak Berat (RB) sempurna
4
= 40% - 80%  Aset sudah mulai menimbulkan pengaruh terhadap kinerja
layanan irigasi

4. Tabel 3.11 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi untuk Jaringan Utama Fisik.
Tabel 3.11 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Utama Fisik
3.5. Penelusuran Jaringan Utama Non-Fisik Di Tingkat D.I
Penelusuran Jaringan Utama Non-Fisik di Tingkat DI Kegiatan penelusuran jaringan
utama non fisik dalam Juknis ini terbagi dalam beberapa bagian kegiatan sebagai
berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan utama non fisik
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan utama non
fisik.
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset jaringan utama non fisik:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut:
1. Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang;
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d)
peralatan OP, dan e) lahan. Untuk kegiatan penelusuran pada bagian ini
hanya difokuskan kepada penelusuran aset pendukung pengelolaan
aset irigasi.
2. Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset pendukung pengelolaan aset
irigasi:
a. Pengumpulan data aset pendukung;
b. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan.
Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama non fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
dan viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.
3. Kode Aset Irigasi
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti: i. Kod
kabupaten/kota; ii. Kode wilayah sungai; iii. Kode daerah irigasi; dan iv.
Kode aset irigasi.
4. Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi fisik
aset irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.1, sedangkan untuk klasifikasi aset
irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.12 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
terdiri, yang mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;
Tabel 3.12 Kondisi Bangunan/Jaringan
No Kondisi Indikator Utama
 Aset masih baru dibangun
 Aset baru direhab
 Aset baru ditingkatkan (upgraded)
Baik (B) = 0% -  Aset baru diganti
1
10%  Aset baru selesai pemeliharaan
 Aset belum terjadi perubahan bentuk
 Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR)  Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan
2
= 10% - 20%  Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang
Rusak Sedang
3  Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
(RS) = 20% - 40%
berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat
Rusak Berat (RB)
4  Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset
= 40% - 80%
 Perlu perbaikan secepatnya

3. Tabel 3.13 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.12 juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.13 Fungsi Bangunan/Jaringan

No Kondisi Indikator Utama


Baik (B) = 0% - Aset berfungsi dengan sempurna sesuai desain
1
10%
 Aset masih dapat berfungsi namun tidak maksimal
Rusak Ringan (RR)
2  Belum menimbulkan pengaruh terhadap kinerja layanan
= 10% - 20%
irigasi
 Aset tidak berfungsi sebagian
Rusak Sedang
3  Penurunan fungsi aset mempengaruhi kinerja layanan
(RS) = 20% - 40%
irigasi sebagian
 Aset masih dapat berfungsi tetapi sangat kurang
Rusak Berat (RB) sempurna
4
= 40% - 80%  Aset sudah mulai menimbulkan pengaruh terhadap kinerja
layanan irigasi

4. Tabel 3.14 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi untuk Jaringan Utama Non Fisik.
Tabel 3.14 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Utama Non-Fisik
3.6. Penelusuran Jaringan Tersier Fisik Di Tingkat D.I
Kegiatan penelusuran jaringan tersier fisik dalam Juknis ini terbagi dalam beberapa
bagian kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan tersier fisik;
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan tersier fisik.
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset jaringan tersier fisik:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut :
1. Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang;
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d)
peralatan OP, dan e) lahan.
2. Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset irigasi:
a. Pengumpulan data umum dikumpulkan seperti data DI dan data
ketersediaan air;
b. Pengumpulan data aset jaringan seperti bangunan utama, bangunan
pelengkap pembawa, saluran, bangunan drainase, dan jaringan irigasi
air tanah (apabila ada);
c. Pengumpulan data aset pendukung;
d. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan.
Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
dan
viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.
3. Kode Aset Irigasi
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti: i. Kode
kabupaten/kota; ii. Kode wilayah sungai; iii. Kode daerah irigasi; dan iv.
Kode
aset irigasi.
4. Dimensi Aset Irigasi:
Terkait dengan dimensi aset irigasi, maka dalam kegiatan inventarisasi irigasi
dimensi-dimensi yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
 Debit (Q) = m3/dtk;
 Jarak = m;
 Panjang/lebar/tinggi = m;
 Kemiringan dasar saluran = m/m (tanpa dimensi); dan
 Koordinat geografi = derajat desimal.
5. Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi fisik
aset irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.1, sedangkan untuk klasifikasi aset
irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.15 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
terdiri, yang mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;
Tabel 3.15 Kondisi Bangunan/Jaringan
No Kondisi Indikator Utama
1 Baik (B) = 0% -  Aset masih baru dibangun
10%  Aset baru direhab
 Aset baru ditingkatkan (upgraded)
 Aset baru diganti
 Aset baru selesai pemeliharaan
 Aset belum terjadi perubahan bentuk
No Kondisi Indikator Utama
 Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR)  Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan
2
= 10% - 20%  Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang
Rusak Sedang
3  Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
(RS) = 20% - 40%
berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat
Rusak Berat (RB)
4  Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset
= 40% - 80%
 Perlu perbaikan secepatnya

3. Tabel 3.16 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.15. juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.16 Fungsi Bangunan/Jaringan

No Kondisi Indikator Utama


Baik (B) = 0% - Aset berfungsi dengan sempurna sesuai desain
1
10%
 Aset masih dapat berfungsi namun tidak maksimal
Rusak Ringan (RR)
2  Belum menimbulkan pengaruh terhadap kinerja layanan
= 10% - 20%
irigasi
 Aset tidak berfungsi sebagian
Rusak Sedang
3  Penurunan fungsi aset mempengaruhi kinerja layanan
(RS) = 20% - 40%
irigasi sebagian
 Aset masih dapat berfungsi tetapi sangat kurang
Rusak Berat (RB) sempurna
4
= 40% - 80%  Aset sudah mulai menimbulkan pengaruh terhadap kinerja
layanan irigasi

4. Tabel 3.17 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi tersier fisik.
Tabel 3.17 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
3.7. Penelusuran Jaringan Tersier Non-Fisik Di Tingkat D.I
Kegiatan penelusuran jaringan utama non fisik dalam Juknis ini terbagi dalam
beberapa bagian kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan tersier non fisik;
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan tersier non
fisik
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset jaringan utama non fisik:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut:
1. Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang; dan
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d)
peralatan OP, dan e) lahan. Untuk kegiatan penelusuran pada bagian ini
hanya difokuskan kepada penelusuran aset pendukung pengelolaan
aset irigasi.
2. Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset pendukung pengelolaanaset
irigasi:
a. Pengumpulan data aset pendukung;
b. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan.
Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama non fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
dan viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.
3. Kode Aset Irigasi
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti: i. Kode
kabupaten/kota; ii. Kode wilayah sungai; iii. Kode daerah irigasi; dan iv.
Kode aset irigasi.
4. Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi fisik
aset irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.1, sedangkan untuk klasifikasi aset
irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.18 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
terdiri, yang mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;

Tabel 3.18 Kondisi Bangunan/Jaringan


No Kondisi Indikator Utama
 Aset masih baru dibangun
 Aset baru direhab
 Aset baru ditingkatkan (upgraded)
Baik (B) = 0% -  Aset baru diganti
1
10%  Aset baru selesai pemeliharaan
 Aset belum terjadi perubahan bentuk
 Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR)  Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan
2
= 10% - 20%  Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang
Rusak Sedang
3  Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
(RS) = 20% - 40%
berarti
 Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat
Rusak Berat (RB)
4  Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset
= 40% - 80%
 Perlu perbaikan secepatnya

3. Tabel 3.19 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.18 juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.19 Fungsi Bangunan/Jaringan

No Kondisi Indikator Utama


Baik (B) = 0% - Aset berfungsi dengan sempurna sesuai desain
1
10%
 Aset masih dapat berfungsi namun tidak maksimal
Rusak Ringan (RR)
2  Belum menimbulkan pengaruh terhadap kinerja layanan
= 10% - 20%
irigasi
 Aset tidak berfungsi sebagian
Rusak Sedang
3  Penurunan fungsi aset mempengaruhi kinerja layanan
(RS) = 20% - 40%
irigasi sebagian
 Aset masih dapat berfungsi tetapi sangat kurang
Rusak Berat (RB) sempurna
4
= 40% - 80%  Aset sudah mulai menimbulkan pengaruh terhadap kinerja
layanan irigasi

4. Tabel 3.20 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi tersier fisik.
C. Penilaian jaringan utama non fisik
1. Produktivitas tanam terdiri dari:
a. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
b. Realisasi luas tanam (IP);
c. Produktivitas padi.
2. Kondisi Operasi dan Pemeliharaan terdiri dari:
a. Bobolan (Pengambilan liar dari sal. Induk/Sekunder);
b. Giliran pembagian air pada waktu debit kecil;
c. Pembersihan saluran;
d. Peralatan pendukung OP.
3. Petugas Pembagi Air/Organisasi Personalia terdiri dari:
a. Ulu-Ulu/Petugas Teknik P3A tersedia;
b. Ulu-Ulu/Petugas Teknik P3A terlatih;
b. Ulu-Ulu/Petugas Teknik P3A sering berkomonikasi dengan petani, juru
dan petugas pertanian
4. Dokumentasi terdiri dari:
a. Buku data petak tersier;
b. Ketersediaan peta dan gambar-gambar.
5. Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) terdiri dari :
a. Status berbadan hukum;
b. Kondisi kelembagaan P3A;
c. Rapat Ulu-ulu/P3A desa dengan Gp3A dan Juru/Manteri/Penyuluh
Pertanian;
d. Keterlibatan anggota P3A dalam survei/penelusuran
jaringan/perencanaan;
e. Keterlibatan anggota P3A dalam pekerjaan pemeliharaan dan bencana
alam;
f. Kepatuhan anggota P3A terhadap iuran digunakan untuk pengelolaan
jaringan tersier;
g. Kemampuan fungsional dan koordinasi P3A dalam perencanaan tata
tanam dan pengalokasian air;
h. Keterlibatan P3A dalam monitoring dan evaluasi.
Tabel 3.20 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Non-Fisik
3.8. Penyusunan Rekomendasi Konsultan
3.8.1. Rekomendasi Pengelolaan Aset
Arah rekomendasi yang akan disusun oleh Konsultan terhadap hasil penilaian aset
daerah irigasi sebagai berikut :
A. Urgensi Upaya Penanganan
Urgensi upaya penanganan aset jaringan irigasi ditentukan di lapangan dengan
melihat langsung kondisi dan fungsi dari aset yang diinventarisasi. Terdapat 5
kategori urgensi:
a. Sangat Urgen yaitu perlu dilaksanakan dalam 1 tahun setelah inventarisasi;
b. Sangat Urgen yaitu perlu dilaksanakan dalam 2 tahun setelah inventarisasi;
c. Urgen yaitu perlu dilaksanakan penanganan dalam 3 tahun setelah
inventarisasi;
d. Kurang Urgen yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 4 tahun setelah
inventarisasi;
e. Jangka Panjang yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 5 tahun setelah
inventarisasi.
Keputusan mengenai urgensi tersebut ditentukan atas pertimbangan obyektif
petugas survei inventarisasi bersama dengan unsur P3A. Adapun pertimbangan
obyektif dimaksud antara lain berupa ketahanan aset bertahan pada kondisi
sekarang (saat inventarisasi), pengaruh penundaan usulan pekerjaan pada
produksi padi, dan kemampuan keuangan guna membiayai usulan pekerjaan.
B. Penanganan dan Prioritas Perbaikan Aset Jaringan Irigasi
Pengajuan dana untuk keperluan pengelolaan jaringan irigasi dari tahun ke
tahun tidak selalu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu jenis
penanganan dan prioritas perbaikan perlu dibuat berdasarkan atas data:
a. Luas Daerah Irigasi (Adi);
b. Luas layanan terpengaruh kerusakan aset (Aas);
c. Kondisi fisik jaringan irigasi;
d. Fungsi fisik jaringan irigasi.
−0.5
A
P=( K ×0.35+ F ×0.65)× as
1.5
A dt ( )
Dimana :
P = Prioritas
K = Skor kondisi (lihat bagian rekomendasi penanganan)
F = Skor fungsi (lihat bagian rekomendari penanganan)
Aas = Luas layanan terpengaruh kerusakan aset
Adi = Luas daerah irigasi.
Skala prioritas memberikan penjelasan sebagai berikut:
a. Angka prioritas yang kecil menunjukkan aset jaringan irigasi dimaksud
termasuk dalam kategori segera ditangani;
b. Angka prioritas yang besar menunjukkan aset jarigan irigasi dimaksud
termasuk dalam kategori yang tidak perlu segera ditangani;
c. Bentuk penanganan dapat mengacu kepada 5 kategori urgensi yang telah
disebutkan sebelumnya.
C. Rekomendasi Penanganan
Kondisi aset jaringan irigasi sebagai berikut:
a. Kondisi Baik (B) dengan tingkat kerusakan > 0% - 10% (Setara dengan kondisi
Baik Sekali (BS) dalam IKSI - Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
b. Kondisi Rusak Ringan (RR) dengan tingkat kerusakan > 10% - 20% (Setara
dengan kondisi Baik (B) dalam IKSI - Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
c. Kondisi Rusak Sedang (RS) dengan tingkat kerusakan > 20% - 40% (Setara
dengan kondisi Sedang (S) dalam IKSI - Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
d. Kondisi Rusak Berat (RB) dengan tingkat kerusakan > 40% (Setara dengan
kondisi Jelek (J) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015).
Fungsi aset jaringan irigasi sebagai berikut:
a. Fungsi Baik (B) dengan tingkat penurunan fungsi > 0% - 10%;
b. Fungsi Kurang (K) dengan tingkat penurunan fungsi > 10% - 20%;
c. Fungsi Buruk (BR) dengan tingkat penurunan fungsi > 20% - 40%;
b. Tidak berfungsi (TB) dengan tingkat penurunan fungsi > 40%.
Rekomendasi penanganan aset jaringan irigasi berdasarkan kondisi, fungsi,
tingkat urgenitas serta prioritas penanganan dapat dilihat dalam Tabel 3.21.
Tabel 3.21 Rekomendasi Penanganan Aset Jaringan Irigasi

Kondisi Aset Fungsi Aset


No Bobot (%) Rekomendasi Penanganan
Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi
1 Baik (B) Baik (B) > 0% - 10% Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan berkala yang
2 Rusak Ringan (RR) Kurang (K) > 10% - 20%
bersifat perawatan
Pemeliharaan berkala yang
3 Rusak Sedang (RS) Buruk (B) > 20% - 40%
bersifat perbaikan
Pemeliharaan berkala yang
Tidak Berfungsi
4 Rusak Berat (RB) > 40% bersifat perbaikan berat
(TB)
atau penggantian

Sedangkan untuk aset pendukung yang terdiri dari unsur kelembagaan, SDM,
bangunan gedung, peralatan, dan lahan, rekomendasi penanganannya
ditentukan atas dasar perbandingan antara keberadaan dan kebutuhan aset
pendukung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan pedoman
terkait lainnya.
3.8.2. Rekomendasi Hasil PAKSI Dengan Kondisi Ketersediaan Air
Arah rekomendasi yang akan disusun oleh Konsultan terhadap hasil PAKSI terhadap
daerah irigasi sebagai berikut.
Penentuan Prioritas Penanganan Hasil dari Penelusuran PAKSI di Tingkat DI
Bagi daerah irigasi yang memiliki kondisi ketersediaan Q (debit) berkelimpahan serta
kondisi IP/Indeks Pertanaman (luas areal yang ditanami) lebih dari 163 %, maka
penentuan prioritas penanganan perlu diperhitungkan secara matang khususnya
terkait alokasi anggaran. Hal ini dilakukan guna mempertimbangkan aspek efektifitas
penanganan dan efisiensi pembiayaan atas rekomendasi yang akan diberikan. Untuk
penentuan prioritas penanganan disajikan pada matrik pada Tabel 3.22 Sedangkan
untuk penyusunan rekomendasi prioritas penanganan non-fisik disajikan secara
matriks pada Tabel 3.23.
Tabel 3.22 Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Prasarana Fisik

Status Debit (Q) & IP (Padi)


Rekomendasi PUPR
Uraian Kondisi Q > & IP (>) atau Q
No. 12/PRT/M/2015 Q & IP (<)
> & IP<
 Rehabilitasi atau  Rehabilitasi atau
pemeliharaan pemeliharaan
berkala yang berkala yang
bersifat perbaikan Pelaksanaan operasi bersifat perbaikan
berat/pengantian; berat/pengantian;
dan pemeliharaan
rutin hingga
 Pelaksanaan  Pelaksanaan
pemeliharaan
Nilai Kinerja operasi dan operasi dan
berkala yang
Prasarana pemeliharaan pemeliharaan
bersifat
rutin hingga rutin hingga
Fisik < 55% perawatan pada
pemeliharaan pemeliharaan
dan aset
berkala yang berkala yang
Kondisi bersifat bersifat
jaringan irigasi yang
kerusakan perawatan pada perawatan pada
> 40% tidak terkena
aset jaringan aset jaringan
kegiatan rehabilitasi
irigasi yang tidak irigasi yang tidak
atau berkala yang
terkena kegiatan terkena kegiatan
bersifat perbaikan
rehabilitasi atau rehabilitasi atau
pemelihara-an berat/penggantian pemeliharaan
berkala yang berkala yang
bersifat perbaikan bersifat perbaikan
berat/penggantian berat/penggantian
IKSI < 55% dan
kondisi Pemeliharaan
Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala
kerusakan berkala
≤ 40%
Nilai  Pelaksanaan  Pelaksanaan  Pelaksanaan
Kinerja Operasional; Operasional; Operasional;
Prasarana  Pemeliharaan  Pemeliharaan  Pemeliharaan
Fisik ≥ 55 Rutin (kerusakan < Rutin (kerusakan Rutin (kerusakan
10%); < <10%);
% dan
 Pemeliharaan 10%);  Pemeliharaan
kondisi berkala yang  Pemeliharaan berkala yang
kerusakan bersifat berkala yang bersifat
≤ 40% perawatan bersifat perawatan
kerusakan 10 – perawatan (kerusakan 10 –
20%); (kerusakan 10 – 20%);
 Pemeliharaan 20%);  Pemeliharaan
Berkala yang  Pemeliharaan Berkala yang
bersifat perbaikan Berkala yang bersifat perbaikan
(kerusakan 21 – (kerusakan 21 –
Status Debit (Q) & IP (Padi)
Rekomendasi PUPR
Uraian Kondisi Q > & IP (>) atau Q
No. 12/PRT/M/2015 Q & IP (<)
> & IP<
40%) bersifat perbaikan 40%)
(kerusakan 21 –
40%)
IKSI ≥ 55
% dan
Pemeliharaan
kondisi Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala
berkala
kerusakan
> 40 %

Catatan:
1. Q (debit) yang identik dengan Faktor 𝐾 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 , dan K ≥ 1 adalah kondisi dimana Q yang tersedia ≥ Q yang
dibutuhkan. Demikian sebaliknya, apabila K < 1 artinya Q yang tersedia < Q yang
dibutuhkan;
2. IP (padi) adalah Indeks Pertanaman yang identik dengan realisasi luas tanam. IP
yang ideal adalah ≥ 163 % (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
3. Rehabilitasi adalah perbaikan yang diberikan kepada infrastruktur (aset jaringan
irigasi) harus memenuhi kriteria sistem irigasi teknis dimana sedapat mungkin
aset jaringan yang ada dapat melewatkan air secara sempurna tanpa mengalami
kebocoran atau kehilangan air. Komponen infrastruktur direhabilitasi hingga
mencapai angka maksimum 45 % sesuai dengan Permen PUPR No.
12/PRT/M/2015;
4. Pemeliharaan berkala adalah perbaikan yang diberikan kepada infrastruktur
(aset jaringan irigasi) tidak diharuskan memenuhi kriteria sistem irigasi teknis
dimana dalam kondisi minimal air dapat dilewatkan hingga ke bagian hilir dari
petak tersier yang ada. Tidak memperhitungkan faktor kebocoran atau
kehilangan air pada saluran. Apabila disesuaikan dengan Permen PUPR No.
12/PRT/M/2015, maka angka minimum untuk komponen infrastruktur adalah 25
%;
5. Adapun rehabilitasi minimum terhadap komponen infrastruktur dapat
disamakan dengan kegiatan pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
berat/penggantian.

Tabel 3.23 Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Prasarana Fisik

Status Debit (Q) & IP (Padi)


Rekomendasi PUPR
Uraian Kondisi Q > & IP (>) atau Q
No. 12/PRT/M/2015 Q & IP (<)
> & IP<
 Nilai IKSI < Komponen Komponen non- Komponen non-
55% noninfrastruktur Infrastruktur infrastruktur
 Kondisi ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga
kerusakan > mencapai angka mencapai angka mencapai angka
40% maksimal maksimal maksimal

Komponen non- Komponen non- Komponen non-


 Nilai IKSI ≥ infrastruktur dapat infrastruktur dapat infrastruktur dapat
55% ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga ditingkatkan hingga
 Kondisi mencapai angka mencapai angka mencapai angka
kerusakan maksimal, atau cukup maksimal, atau maksimal, atau cukup
≤ 40 % mencapai angka cukup mencapai mencapai angka
minimal angka minimal minimal

Catatan:
1. Angka maksimal Produktivitas Tanam adalah 15 %, sedangkan angka minimalnya
adalah 25 %;
2. Angka maksimal Sarana Penunjang adalah 15 %, sedangkan angka minimalnya
adalah 5 %;
3. Angka maksimal Organisasi Personalia adalah 15 %, sedangkan angka
minimalnya adalah 7,5 %;
4. Angka maksimal Dokumentasi adalah 5 %, sedangkan angka minimalnya adalah
2,5 %;
5. Angka maksimal P3A adalah 10 %, sedangkan angka minimalnya adalah 5 %.
Tabel 3.24 Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi

Tabel 3.25 Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Pendukung Irigasi pada Daerah Irigasi

Anda mungkin juga menyukai