3.1. Tabel 3.7 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset. Selain
tabel 3.8 juga dipakai dalam menyiapkan sistem aplikasi e- PAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.7 Fungsi Bangunan/Jaringan
3. Tabel 3.10 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.9 juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.10 Fungsi Bangunan/Jaringan
4. Tabel 3.11 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi untuk Jaringan Utama Fisik.
Tabel 3.11 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Utama Fisik
3.5. Penelusuran Jaringan Utama Non-Fisik Di Tingkat D.I
Penelusuran Jaringan Utama Non-Fisik di Tingkat DI Kegiatan penelusuran jaringan
utama non fisik dalam Juknis ini terbagi dalam beberapa bagian kegiatan sebagai
berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan utama non fisik
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan utama non
fisik.
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset jaringan utama non fisik:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut:
1. Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang;
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d)
peralatan OP, dan e) lahan. Untuk kegiatan penelusuran pada bagian ini
hanya difokuskan kepada penelusuran aset pendukung pengelolaan
aset irigasi.
2. Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset pendukung pengelolaan aset
irigasi:
a. Pengumpulan data aset pendukung;
b. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan.
Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama non fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
dan viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.
3. Kode Aset Irigasi
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti: i. Kod
kabupaten/kota; ii. Kode wilayah sungai; iii. Kode daerah irigasi; dan iv.
Kode aset irigasi.
4. Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi fisik
aset irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.1, sedangkan untuk klasifikasi aset
irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.12 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
terdiri, yang mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;
Tabel 3.12 Kondisi Bangunan/Jaringan
No Kondisi Indikator Utama
Aset masih baru dibangun
Aset baru direhab
Aset baru ditingkatkan (upgraded)
Baik (B) = 0% - Aset baru diganti
1
10% Aset baru selesai pemeliharaan
Aset belum terjadi perubahan bentuk
Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR) Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan
2
= 10% - 20% Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti
Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang
Rusak Sedang
3 Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
(RS) = 20% - 40%
berarti
Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat
Rusak Berat (RB)
4 Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset
= 40% - 80%
Perlu perbaikan secepatnya
3. Tabel 3.13 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.12 juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.13 Fungsi Bangunan/Jaringan
4. Tabel 3.14 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi untuk Jaringan Utama Non Fisik.
Tabel 3.14 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Utama Non-Fisik
3.6. Penelusuran Jaringan Tersier Fisik Di Tingkat D.I
Kegiatan penelusuran jaringan tersier fisik dalam Juknis ini terbagi dalam beberapa
bagian kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan tersier fisik;
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan tersier fisik.
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset jaringan tersier fisik:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut :
1. Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang;
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d)
peralatan OP, dan e) lahan.
2. Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset irigasi:
a. Pengumpulan data umum dikumpulkan seperti data DI dan data
ketersediaan air;
b. Pengumpulan data aset jaringan seperti bangunan utama, bangunan
pelengkap pembawa, saluran, bangunan drainase, dan jaringan irigasi
air tanah (apabila ada);
c. Pengumpulan data aset pendukung;
d. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan.
Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
dan
viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.
3. Kode Aset Irigasi
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti: i. Kode
kabupaten/kota; ii. Kode wilayah sungai; iii. Kode daerah irigasi; dan iv.
Kode
aset irigasi.
4. Dimensi Aset Irigasi:
Terkait dengan dimensi aset irigasi, maka dalam kegiatan inventarisasi irigasi
dimensi-dimensi yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
Debit (Q) = m3/dtk;
Jarak = m;
Panjang/lebar/tinggi = m;
Kemiringan dasar saluran = m/m (tanpa dimensi); dan
Koordinat geografi = derajat desimal.
5. Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi fisik
aset irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.1, sedangkan untuk klasifikasi aset
irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.15 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
terdiri, yang mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;
Tabel 3.15 Kondisi Bangunan/Jaringan
No Kondisi Indikator Utama
1 Baik (B) = 0% - Aset masih baru dibangun
10% Aset baru direhab
Aset baru ditingkatkan (upgraded)
Aset baru diganti
Aset baru selesai pemeliharaan
Aset belum terjadi perubahan bentuk
No Kondisi Indikator Utama
Aset tidak rusak/rusak sangat ringan (mis: retak rambut
dan lain-lain)
Rusak Ringan (RR) Aset kondisi fisiknya kurang sempurna/kerusakan ringan
2
= 10% - 20% Aset belum mengalami penurunan fungsi yang berarti
Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan sedang
Rusak Sedang
3 Aset mengalami penurunan fungsi yang namun tidak
(RS) = 20% - 40%
berarti
Aset kondisi fisiknya mengalami kerusakan berat
Rusak Berat (RB)
4 Kerusakan yang terjadi mempengaruhi fungsi aset
= 40% - 80%
Perlu perbaikan secepatnya
3. Tabel 3.16 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.15. juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.16 Fungsi Bangunan/Jaringan
4. Tabel 3.17 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi tersier fisik.
Tabel 3.17 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Fisik
3.7. Penelusuran Jaringan Tersier Non-Fisik Di Tingkat D.I
Kegiatan penelusuran jaringan utama non fisik dalam Juknis ini terbagi dalam
beberapa bagian kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelusuran untuk inventarisasi aset jaringan tersier non fisik;
b. Kegiatan penelusuran untuk penilaian kinerja sistem irigasi jaringan tersier non
fisik
Untuk kedua kegiatan dimaksud, masing-masing secara detail dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Inventarisasi aset jaringan utama non fisik:
Dalam kegiatan penentuan inventarisasi aset irigasi hal-hal yang diperlukan
diketahui adalah sebagai berikut:
1. Aset irigasi terdiri dari beberapa jenis yakni:
i. Aset jaringan irigasi yang secara fungsional yang terdiri dari a) jaringan
pembawa, dan b) jaringan pembuang; dan
ii. Aset pendukung pengelolaan aset irigasi yang terdiri dari a)
kelembagaan, b) sumber daya manusia (SDM), c) bangunan gedung, d)
peralatan OP, dan e) lahan. Untuk kegiatan penelusuran pada bagian ini
hanya difokuskan kepada penelusuran aset pendukung pengelolaan
aset irigasi.
2. Langkah-langkah kegiatan inventarisasi aset pendukung pengelolaanaset
irigasi:
a. Pengumpulan data aset pendukung;
b. Dalam proses pengumpulan data digunakan formulir isian yang
disiapkan sebagaimana dapat dilihat dalam Permen PUPR tentang PAI,
dan memperhatikan kode-kode yang diperlukan.
Terkait kegiatan penentuan aset jaringan utama non fisik, maka hal-hal yang
diperlukan adalah: i) data umum, ii) dimensi bangunan, iii) foto bangunan,
iv) umur bangunan, v) nilai aset, vi) kondisi bangunan, vii) fungsi bangunan,
dan viii) usulan pekerjaan OP, perbaikan, bangun baru atau peningkatan.
3. Kode Aset Irigasi
Untuk kepentingan sistem informasi PAKSI khususnya untuk kegiatan
inventarisasi aset irigasi, maka diperlukan kode-kode seperti: i. Kode
kabupaten/kota; ii. Kode wilayah sungai; iii. Kode daerah irigasi; dan iv.
Kode aset irigasi.
4. Kondisi & Fungsi Aset Irigasi:
Dalam kegiatan inventarisasi aset irigasi berdasarkan Permen PUPR No.
23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi, maka klafikasi kondisi fisik
aset irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.1, sedangkan untuk klasifikasi aset
irigasi dapat dilihat dalam Tabel 3.5.
B. Penilaian kinerja PAKSI:
1. Tim penelusuran wajib memahami dan menggunakan semua tabel
penuntun yang disiapkan dalam Juknis ini;
2. Tabel 3.18 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi kondisi aset yang
terdiri, yang mengacu pada Permen PUPR tentang PAI;
3. Tabel 3.19 menjelaskan secara detail tentang klasifikasi fungsi aset yang
mengacu pada Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset
Irigasi. Selain tim penelusuran, tabel 3.18 juga dipakai dalam menyiapkan
sistem aplikasi ePAKSI oleh tim IT;
Tabel 3.19 Fungsi Bangunan/Jaringan
4. Tabel 3.20 pada lampiran menjelaskan kriteria dan bobot penilaian kinerja
sistem irigasi tersier fisik.
C. Penilaian jaringan utama non fisik
1. Produktivitas tanam terdiri dari:
a. Pemenuhan kebutuhan air (faktor K);
b. Realisasi luas tanam (IP);
c. Produktivitas padi.
2. Kondisi Operasi dan Pemeliharaan terdiri dari:
a. Bobolan (Pengambilan liar dari sal. Induk/Sekunder);
b. Giliran pembagian air pada waktu debit kecil;
c. Pembersihan saluran;
d. Peralatan pendukung OP.
3. Petugas Pembagi Air/Organisasi Personalia terdiri dari:
a. Ulu-Ulu/Petugas Teknik P3A tersedia;
b. Ulu-Ulu/Petugas Teknik P3A terlatih;
b. Ulu-Ulu/Petugas Teknik P3A sering berkomonikasi dengan petani, juru
dan petugas pertanian
4. Dokumentasi terdiri dari:
a. Buku data petak tersier;
b. Ketersediaan peta dan gambar-gambar.
5. Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) terdiri dari :
a. Status berbadan hukum;
b. Kondisi kelembagaan P3A;
c. Rapat Ulu-ulu/P3A desa dengan Gp3A dan Juru/Manteri/Penyuluh
Pertanian;
d. Keterlibatan anggota P3A dalam survei/penelusuran
jaringan/perencanaan;
e. Keterlibatan anggota P3A dalam pekerjaan pemeliharaan dan bencana
alam;
f. Kepatuhan anggota P3A terhadap iuran digunakan untuk pengelolaan
jaringan tersier;
g. Kemampuan fungsional dan koordinasi P3A dalam perencanaan tata
tanam dan pengalokasian air;
h. Keterlibatan P3A dalam monitoring dan evaluasi.
Tabel 3.20 Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Jaringan Tersier Non-Fisik
3.8. Penyusunan Rekomendasi Konsultan
3.8.1. Rekomendasi Pengelolaan Aset
Arah rekomendasi yang akan disusun oleh Konsultan terhadap hasil penilaian aset
daerah irigasi sebagai berikut :
A. Urgensi Upaya Penanganan
Urgensi upaya penanganan aset jaringan irigasi ditentukan di lapangan dengan
melihat langsung kondisi dan fungsi dari aset yang diinventarisasi. Terdapat 5
kategori urgensi:
a. Sangat Urgen yaitu perlu dilaksanakan dalam 1 tahun setelah inventarisasi;
b. Sangat Urgen yaitu perlu dilaksanakan dalam 2 tahun setelah inventarisasi;
c. Urgen yaitu perlu dilaksanakan penanganan dalam 3 tahun setelah
inventarisasi;
d. Kurang Urgen yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 4 tahun setelah
inventarisasi;
e. Jangka Panjang yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 5 tahun setelah
inventarisasi.
Keputusan mengenai urgensi tersebut ditentukan atas pertimbangan obyektif
petugas survei inventarisasi bersama dengan unsur P3A. Adapun pertimbangan
obyektif dimaksud antara lain berupa ketahanan aset bertahan pada kondisi
sekarang (saat inventarisasi), pengaruh penundaan usulan pekerjaan pada
produksi padi, dan kemampuan keuangan guna membiayai usulan pekerjaan.
B. Penanganan dan Prioritas Perbaikan Aset Jaringan Irigasi
Pengajuan dana untuk keperluan pengelolaan jaringan irigasi dari tahun ke
tahun tidak selalu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu jenis
penanganan dan prioritas perbaikan perlu dibuat berdasarkan atas data:
a. Luas Daerah Irigasi (Adi);
b. Luas layanan terpengaruh kerusakan aset (Aas);
c. Kondisi fisik jaringan irigasi;
d. Fungsi fisik jaringan irigasi.
−0.5
A
P=( K ×0.35+ F ×0.65)× as
1.5
A dt ( )
Dimana :
P = Prioritas
K = Skor kondisi (lihat bagian rekomendasi penanganan)
F = Skor fungsi (lihat bagian rekomendari penanganan)
Aas = Luas layanan terpengaruh kerusakan aset
Adi = Luas daerah irigasi.
Skala prioritas memberikan penjelasan sebagai berikut:
a. Angka prioritas yang kecil menunjukkan aset jaringan irigasi dimaksud
termasuk dalam kategori segera ditangani;
b. Angka prioritas yang besar menunjukkan aset jarigan irigasi dimaksud
termasuk dalam kategori yang tidak perlu segera ditangani;
c. Bentuk penanganan dapat mengacu kepada 5 kategori urgensi yang telah
disebutkan sebelumnya.
C. Rekomendasi Penanganan
Kondisi aset jaringan irigasi sebagai berikut:
a. Kondisi Baik (B) dengan tingkat kerusakan > 0% - 10% (Setara dengan kondisi
Baik Sekali (BS) dalam IKSI - Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
b. Kondisi Rusak Ringan (RR) dengan tingkat kerusakan > 10% - 20% (Setara
dengan kondisi Baik (B) dalam IKSI - Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
c. Kondisi Rusak Sedang (RS) dengan tingkat kerusakan > 20% - 40% (Setara
dengan kondisi Sedang (S) dalam IKSI - Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
d. Kondisi Rusak Berat (RB) dengan tingkat kerusakan > 40% (Setara dengan
kondisi Jelek (J) dalam IKSI (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015).
Fungsi aset jaringan irigasi sebagai berikut:
a. Fungsi Baik (B) dengan tingkat penurunan fungsi > 0% - 10%;
b. Fungsi Kurang (K) dengan tingkat penurunan fungsi > 10% - 20%;
c. Fungsi Buruk (BR) dengan tingkat penurunan fungsi > 20% - 40%;
b. Tidak berfungsi (TB) dengan tingkat penurunan fungsi > 40%.
Rekomendasi penanganan aset jaringan irigasi berdasarkan kondisi, fungsi,
tingkat urgenitas serta prioritas penanganan dapat dilihat dalam Tabel 3.21.
Tabel 3.21 Rekomendasi Penanganan Aset Jaringan Irigasi
Sedangkan untuk aset pendukung yang terdiri dari unsur kelembagaan, SDM,
bangunan gedung, peralatan, dan lahan, rekomendasi penanganannya
ditentukan atas dasar perbandingan antara keberadaan dan kebutuhan aset
pendukung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan pedoman
terkait lainnya.
3.8.2. Rekomendasi Hasil PAKSI Dengan Kondisi Ketersediaan Air
Arah rekomendasi yang akan disusun oleh Konsultan terhadap hasil PAKSI terhadap
daerah irigasi sebagai berikut.
Penentuan Prioritas Penanganan Hasil dari Penelusuran PAKSI di Tingkat DI
Bagi daerah irigasi yang memiliki kondisi ketersediaan Q (debit) berkelimpahan serta
kondisi IP/Indeks Pertanaman (luas areal yang ditanami) lebih dari 163 %, maka
penentuan prioritas penanganan perlu diperhitungkan secara matang khususnya
terkait alokasi anggaran. Hal ini dilakukan guna mempertimbangkan aspek efektifitas
penanganan dan efisiensi pembiayaan atas rekomendasi yang akan diberikan. Untuk
penentuan prioritas penanganan disajikan pada matrik pada Tabel 3.22 Sedangkan
untuk penyusunan rekomendasi prioritas penanganan non-fisik disajikan secara
matriks pada Tabel 3.23.
Tabel 3.22 Matriks Rekomendasi Prioritas Penanganan Prasarana Fisik
Catatan:
1. Q (debit) yang identik dengan Faktor 𝐾 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 , dan K ≥ 1 adalah kondisi dimana Q yang tersedia ≥ Q yang
dibutuhkan. Demikian sebaliknya, apabila K < 1 artinya Q yang tersedia < Q yang
dibutuhkan;
2. IP (padi) adalah Indeks Pertanaman yang identik dengan realisasi luas tanam. IP
yang ideal adalah ≥ 163 % (Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015);
3. Rehabilitasi adalah perbaikan yang diberikan kepada infrastruktur (aset jaringan
irigasi) harus memenuhi kriteria sistem irigasi teknis dimana sedapat mungkin
aset jaringan yang ada dapat melewatkan air secara sempurna tanpa mengalami
kebocoran atau kehilangan air. Komponen infrastruktur direhabilitasi hingga
mencapai angka maksimum 45 % sesuai dengan Permen PUPR No.
12/PRT/M/2015;
4. Pemeliharaan berkala adalah perbaikan yang diberikan kepada infrastruktur
(aset jaringan irigasi) tidak diharuskan memenuhi kriteria sistem irigasi teknis
dimana dalam kondisi minimal air dapat dilewatkan hingga ke bagian hilir dari
petak tersier yang ada. Tidak memperhitungkan faktor kebocoran atau
kehilangan air pada saluran. Apabila disesuaikan dengan Permen PUPR No.
12/PRT/M/2015, maka angka minimum untuk komponen infrastruktur adalah 25
%;
5. Adapun rehabilitasi minimum terhadap komponen infrastruktur dapat
disamakan dengan kegiatan pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
berat/penggantian.
Catatan:
1. Angka maksimal Produktivitas Tanam adalah 15 %, sedangkan angka minimalnya
adalah 25 %;
2. Angka maksimal Sarana Penunjang adalah 15 %, sedangkan angka minimalnya
adalah 5 %;
3. Angka maksimal Organisasi Personalia adalah 15 %, sedangkan angka
minimalnya adalah 7,5 %;
4. Angka maksimal Dokumentasi adalah 5 %, sedangkan angka minimalnya adalah
2,5 %;
5. Angka maksimal P3A adalah 10 %, sedangkan angka minimalnya adalah 5 %.
Tabel 3.24 Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi
Tabel 3.25 Perkiraan Peningkatan Kinerja Aset Pendukung Irigasi pada Daerah Irigasi