Anda di halaman 1dari 7

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
Dalam rangka peningkatan kinerja layanan irigasi, Pemerintah mencanangkan
program pembangunan nasional berkelanjutan yang tertuang dalam Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang bertujuan: i) mendukung
koordinasi antar-pelaku pembangunan, ii) menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi
pemerintah maupun antar Pusat dan Daerah, iii) menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, iv)
mengoptimalkan pastisipasi masyarakat, dan v) menjamin tercapainya penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Sasaran utama pembangunan ketahanan air sesuai RPJMN 2015-2019 diantaranya
adalah mendukung program Nawacita Pemerintah dalam hal kedaulatan pangan
melalui rehabilitasi 3 juta Ha jaringan irigasi dan pembangunan 1 juta Ha jaringan
irigasi serta Operasi dan Pemeliharaan (OP) jaringan irigasi seluas 5 juta Ha sampai
dengan 2019 yang meliputi jaringan irigasi permukaan, jaringan irigasi rawa dan
jaringan irigasi air tanah.
Untuk mewujudkan sasaran di atas, arah kebijakan pembangunan ketahanan air
adalah meningkatkan kapasitas kelembagaan, ketatalaksanaan, dan keterpaduan
dalam pengelolaan sumber daya air yang terpadu, efektif, efisien dan berkelanjutan,
termasuk peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses terhadap data dan
informasi, melalui strategi:
1. Melengkapi peraturan perundangan serta penyusunan Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK) sebagai pedoman teknis pelaksanaan dan
koordinasi pengelolaan sumber daya air
2. Melanjutkan penataan kelembagaan sumber daya air, antara lain dengan:
a. Mensinergikan pengaturan kewenangan dan tanggung jawab di semua
tingkat pemerintahan beserta seluruh pemangku kepentingan
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi, kerjasama, dan koordinasi antar
lembaga
2

c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air,


termasuk kelembagaan operasi dan pemeliharaan
3. Meningkatkan kordinasi dan kolaborasi antar pemerintah dan antar sector
dalam hal pengelolaan daerah hulu dan hilir
4. Menumbuhkan prakarsa dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap
upaya pengelolaan sumber daya air melalui proses pendampingan, penyuluhan
dan pembinaan, serta sistem kemitraan antara pemerintah dan masyarakat
dalam rangka pengelolaan sumber daya air
5. Mendorong terbentuknya jaringan informasi sumber daya air antar pemangku
kepentingan
6. Meningkatkan kapasitas operasional dan pemeliharaan melalui pemenuhan
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) untuk setiap
infrastruktur sumberdaya air
7. Mendorong terbentuknya sistem pengelolaan data dan informasi terpadu untuk
mewujudkan jaringan basis data antar pemangku kepentingan yang dapat
diakses dan dimanfaatkan
Sejalan dengan Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 bidang Irigasi, Pemerintah
melaksanakan program ketahanan pangan melalui rehabilitasi dan OP jaringan Irigasi
dan Rawa. Manfaat dari strategi ini dapat digambarkan dalam empat kelompok hasil:
i) penguatan sistem dan kapasitas
kelembagaan irigasi pertanian yang berkelanjutan, ii) perbaikan pengelolaan dan OP
irigasi, iii) meningkatnya infrastruktur jaringan irigasi, dan iv) peningkatan
pendapatan pertanian beririgasi.
Dalam kegiatan pengelolaan aset secara garis besar terdapat dalam kegiatan
penelusuran aset irigasi sedangkan penilaian kinerja sistem irigasi (IKSI) terdapat
dalam kegiatan kinerja sistem irigasi. Terkait pelaksanaan IKSI sesungguhnya selaras
dengan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: S-
44/M.EKON/02/2016 tanggal 26 Februari 2016 tentang Pendataan dan
Pengembangan Sistem Irigasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,. Kegiatan penelusuran aset irigasi dan
penilaian kinerja sistem irigasi adalah 2 (dua) buah kegiatan yang saling berkaitan
satu terhadap yang lainnya, dimana: i) sebelum melakukan kegiatan IKSI di tingkat DI,
3

kegiatan PAI (Pengelolaan Aset Irigasi) harus dilakukan terlebih dahulu guna
mendapatkan profil dan kondisi aset jaringan irigasi, dan ii) diikuti dengan
pelaksanaan IKSI guna menilai kinerja sistem irigasi yang telah
direhabilitasi/peningkatan/operasi dan pemeliharaan. Semua data penelusuran aset
irigasi dijadikan referensi dalam kegiatan IKSI.
Sejauh ini kedua kegiatan dimaksud dalam pelaksanaan umumnya masih dilakukan
secara terpisah dan keluaran dari kegiatan PAI tidak dijadikan referensi pelaksanaan
IKSI di tingkat DI. Dengan demikian dalam rangka peningkatan efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan, maka kegiatan PAI dan IKSI diintegrasikan dalam satu paket
yang sama yakni Paket PAKSI (Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi).
Menindak-lanjuti integrasi pelaksanaan PAI dan IKSI dalam PAKSI serta guna
mendukung keberlanjutan pengelolaan irigasi di tingkat DI, maka pelaksanaannya
dilakukan dalam 2 (dua) tahapan, yakni tahapan baseline dan tahapan update. Dalam
tahapan baseline, semua DI yang belum pernah dilakukan kegiatan PAKSI maka wajib
melaksanakan kegiatan identifikasi guna menentukan kondisi semua aset dan kinerja
sistem irigasi. Sedangkan bagi DI yang telah melaksanakan kegiatan baseline PAKSI,
maka secara periodik/pertAahun akan dilakukan kegiatan update PAKSI hingga tahun
ke 5 (lima) sebagaimana diatur dalam Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang
PAI. Dengan demikian, pasca tahun ke 5 (lima) bagi DI yang telah melakukan kegiatan
update PAKSI apabila diperlukan perlu dilakukan kembali kegiatan baseline.
Selanjutkan kedua tahapan ini akan dilakukan secara bergantian guna
mempertahankan pengelolaan irigasi sesuai dengan umur rencana setiap aset
jaringan irigasi yang terpasang di setiap DI.

1.2. Latar Belakang Pekerjaan


Dasar pelaksanaan paket PAKSI (Pengelolaan Aset dan Kinerja Sistem Irigasi)
mengacu pada beberapa referensi hukum sebagai berikut:
a. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;
c. Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
d. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4

e. Perpres No. 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;


f. Permen PU No. 603/PRT/M/2005 mengenai Pedoman Umum Sistem
Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana;
g. Permen PU No. 34/PRT/M/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem
Pengendalian Manajemen (Sisdalmen) Penyelenggaraan Kontrak Jasa Konstruksi
(Pemborongan) di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
h. Permen Perindustrian No. 02/M-IND/PER/1/2014, tentang Pedoman
Peningkatan Produksi Dalam Negeri dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;
i. Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi;
j. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi;
k. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
l. Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015 tentang Pengelolaan Aset Irigasi;
m. Permen PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi;
n. Permen PUPR No. 29/PRT/M/2015 tentang Rawa;
o. Permen PUPR No 31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
p. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: S-
44/M.EKON/02/2016 tanggal 26 Februari 2016 tentang Pendataan dan
Pengembangan Sistem Irigasi;
q. PMK No. 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan Pengesahan Daftar
Isian
Pelaksanaan Anggaran;
r. Kepmen. PUPR. No. 897/KPTS/M/2017 tentang Besaran Remunerasi Minimal
Tenaga Kerja;
s. DIPA Satuan Kerja Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air Tahun Anggaran 2019.
5

1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan


Maksud, tujuan dan sasaran dalam pelaksanaan pekerjaan ini, dapat diuraikan
sebagai berikut:
A. Maksud Pelaksanaan Pekerjaan
Adapun maksud dari kegiatan ini adalah dengan dilaksanakannya baseline
dan/atau update PAI dan IKSI secara terintegrasi dalam suatu DI, efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi dapat tercapai
secara berkelanjutan.
B. Tujuan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Mengetahui kondisi aset jaringan irigasi dan aset pendukung pengelolaan
irigasi di setiap DI melalui kegiatan baseline dan update PAKSI;
b. Mengetahui kinerja sistem irigasi utuh, irigasi utama, dan irigasi tersier pada
setiap DI;
c. Menghitung kebutuhan pembiayaan AKNPI (Angka Kebutuhan Nyata
Pengelolaan Irigasi; AKNOP ditambah dengan Rehabilitasi);
d. Menentukan rekomendasi prioritas penanganan dan pengelolaan sistem
dan sub-sistem irigasi pada setiap DI;
e. Menentukan perkiraan peningkatan kinerja sistem irigasi atas rekomendasi
yang diberikan.
C. Sasaran Pelaksanaan Pekerjaan
Sasaran yang hendak dicapai adalah terlaksananya pelaksanaan pengelolaan aset
dan penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh untuk DI Kewenangan Pusat.

1.4. Lokasi Pekerjaan


Lokasi Pekerjaan berada di Daerah Irigasi Sungai Ular, Daerah Irigasi Namu Sira – Sira,
Daerah Irigasi Bandar Sidoras, Daerah Irigasi Batang Gadis, Daerah Irigasi Batang
Ilung, Daerah Irigasi Paya Sordang, Daerah Irigasi Batang Angkola, Daerah Irigasi
Belutu, Daerah Irigasi Perkotaan.
6

Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan Penilaian Aset dan Kinerja sistem Irigasi (PAKSI) Daerah Irigasi
Kewenangan Pusat

1.5. Kegiatan Utama PAKSI


Kegiatan utama PAKSI adalah antara lain meliputi:
A. Sosialisasi di Tingkat Lapangan:
Sosialisasi di tingkat lapangan sangat diperlukan sebelum kegiatan
pengumpulan data dikumpulkan. Dalam kegiatan ini selain unsur pemerintah,
para petugas OP dan P3A adalah para pihak yang juga akan diundang dalam
kegiatan dimaksud. Hal ini dilakukan agar sejak awal Petugas OP dan P3A
mengetahui dan memahami semua kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak
Konsultan PAKSI di setiap DI yang menjadi target pekerjaan ini. Adapun
penanggung jawab kegiatan sosialisasi ini adalah Konsultan PAKSI.
B. Inventarisasi Data:
Kegiatan ini akan dilakukan oleh Tim Konsultan PAKSI di lapangan untuk
mengumpulkan data sekunder dan data primer. Adapun kedua data dimaksud
7

sangat dibutuhkan guna mendukung proses analisa dan pemberian rekomendasi


oleh Tim Konsultan PAKSI sebagaimana telah disebutkan dalam tujuan kegiatan
ini sebelumnya.
a. Inventarisasi Data Awal:
Sebelum Tim Konsultan PAKSI mengumpulkan data sekunder dan primer, terlebih
dahulu pihak konsultan harus melakukan pengumpulan data awal yang akan
digunakan untuk penyusunan laporan pendahuluan, rencana mutu kontrak
(RMK) dan metodologi pelaksanaan kegiatan baik di lapangan maupun di tingkat
analisa dan penentuan rekomendasi.
b. Inventarisasi Data Sekunder:
Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah data pendukung yang
berasal dari berbagai sumber dan akan digunakan oleh Tim Konsultan PAKSI
selama kegiatan pengumpulan data primer serta pada saat kegiatan analisa,
pemberian rekomendasi serta penyiapan laporan akhir.
c. Inventarisasi Data Primer:
Sebagaimana telah disebutkan, data primer yang akan dikumpulkan adalah
berupa aset jaringan irigasi dan aset pendukung pengelolaan aset irigasi di
setiap DI.
Kegiatan pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melaksanakan
penelusuran dan inventarisasi data terkait pengelolaan aset dan penilaian
kinerja sistem irigasi (utama dan tersier) dan akan melibatkan
sekurangkurangnya beberapa unsur sebagai berikut:
 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A);
 Juru Pengairan (petugas OP);
 Surveyor/enumerator.
C. Penentuan Rekomendasi
Bagian terpenting dalam kegiatan PAKSI adalah penentuan prioritas penanganan
dan pengelolaan suatu DI serta penentuan perkiraan peningkatan kinerja suatu
DI pasca kegiatan penanganan baik rehabilitasi/peningkatan maupun kegiatan
OP.

Anda mungkin juga menyukai