MODUL 1
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015, SPAM diselenggarakan untuk
memberikan pelayanan Air Minum kepada masyarakat untuk memenuhi hak rakyat atas Air
Minum. Penyelenggaraan SPAM tersebut ditujukan untuk pengelolaan dan pelayanan Air
Minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau secara efektif dan efisisen.
SPAM adalah merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan Air Minum, untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan
produktif. Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan
pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen
untuk penyediaan Air Minum untuk masyarakat. Untuk SPAM jaringan perpipaan, hal ini
meliputi unit air baku, unit produksi, unit produksi dan unit pelayanan.
Landasan penyelenggaraan SPAM dijabarkan dalam Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun
2016. Landasan tersebut terdiri dari Kebijakan dan Strategi SPAM dan Rencana Induk SPAM.
Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan (KSNP) SPAM: acuan untuk penyusunan
Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM (Jakstra SPAM Provinsi) dan
Kebijakan dan Strategi Kabupaten / Kota Penyelenggaraan SPAM (Jakstra SPAM Kabupaten /
Kota)
Jakstra SPAM Provinsi: acuan bagi penyelenggaraan SPAM Provinsi dan penyusunan Jakstra
SPAM Kabupaten / Kota dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan daerah sekitarnya
Jakstra SPAM Kabupaten/ Kota: acuan bagi penyelenggaraan SPAM Kabupaten / Kota
dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat, serta
kondisi lingkungan daerah sekitarnya.
Rencana Induk SPAM adalah dokumen perencanaan Air Minum jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan Air Minum pada satu periode yang dibagi
dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya.
Rencana Induk ini meliputi: Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi; Rencana Induk SPAM Lintas
Kabupaten / Kota; dan Rencana Induk SPAM Kabupaten / Kota. Dalam RPJMN 2015 – 2019,
target layanan air minum mencapai 100% di tahun 2019.
Gambar 1.1 Hubungan Antara Jakstra dan Rencana Induk Pusat dan Daerah
Gambar di atas memperlihatkan hubungan antara dokumen Jakstra dan Rencana Induk serta
rencana dan anggaran pusat maupun daerah. Jakstra memiliki visi & misi yang ingin dicapai
dalam 5 tahun, baik oleh pusat (Jakstra SPAM Nas) maupun daerah (Jakstra SPAM Da).
Berdasarkan misi & visi Jakstra SPAM Da, SKPD melakukan identifikasi dan analisis terhadap:
isu strategis, permasalahan dan tantangan dalam pelaksanaan pengembangan SPAM di daerah
yang bersangkutan.
Akses aman penduduk terhadap air minum: seberapa besar prosentase masyarakat yang
mendapatkan air minum perpipaan maupun air minum bukan jaringan perpipaan; apakah
sumber air baku air minum bukan jaringan perpipaan tersebut merupakan air yang jauh dari
pencemaran atau tidak; bagaimana kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pelayanan air minum
perpipaan oleh PDAM; apa permasalahan yang dihadapi oleh PDAM untuk mencapai standar
minimum kuantitas, kualitas dan kontinuitas air minum.
Pemenuhan air baku untuk air minum: bagaimana kondisi air baku yang digunakan untuk
pelayanan air minum saat ini; apakah ketersediaan air baku memadai hingga 5 tahun ke
depan; apakah sudah ada program / rencana pengelolaan sumber air baku untuk memasok
pengembangan SPAM di daerah yang bersangkutan
Peran Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat: bagaimana kinerja kemitraan yang ada saat
ini; hal-hal apa saja yang menjadi kendala atau tantangan dalam kemitraan yang telah ada
dan yang akan direncanakan?
Inovasi Teknologi: apakah teknologi yang ada sudah sesuai dengan kearifan lokal, didukung
oleh kemampuan sumber daya manusia yang ada, serta efisien dalam penggunaan energi?
Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN atau BUMD; dan
Lingkup kerjasama antara BUMN atau BUMD dengan badan usaha swasta dibatasi pada pilihan-
pilihan sebagai berikut (berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No. 19 Tahun 2016):
1. Investasi Pengembangan SPAM dan/atau Penge-lolaan SPAM pada unit Air Baku dan unit
produksi;
2. Investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasi-kan dan dikelola oleh BUMN atau
BUMD ybs;
3. Investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka mengupayakan
Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis
kinerja;
4. Investasi Pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan
unit produksi serta investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola
oleh BUMN atau BUMD yang bersangkutan;
5. Investasi Pengembangan SPAM dan/atau Penge-lolaan SPAM pada unit Air Baku dan unit
produksi serta investasi teknologi investasi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka
mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak
berbasis kinerja;
6. Investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasi-kan dan dikelola oleh BUMN atau
BUMD yang bersangkutan serta investasi teknologi peng-operasian dan pemeliharaan
dalam rangka meng-upayakan Penyelenggaraan SPAM dengan mekanisme kontrak
berbasis kinerja; dan/atau
7. Investasi pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan
unit produksi, investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh
BUMN atau BUMD yang bersangkutan, serta investasi teknologi pengoperasian dan
pemeliharaan dalam rangka mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien
dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja.
Berdasarkan studi yang dilakukan dalam rangka perencanaan Kerjasama SPAM; Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN atau BUMD (sesuai dengan kewenangannya) menentukan
mekanisme kerjasama yaitu: KPBU atau B2B. Kerjasama dengan mekanisme KPBU memerlukan
Dukungan Pemerintah. Dukungan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
diberikan kepada KPBU SPAM bisa dalam bentuk dukungan finansial dan/atau dukungan non
finansial. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat memberikan penugasan kepada
BUMN/BUMD untuk melaksanakan Kerjasama SPAM melalui skema KPBU tersebut. Dalam hal
ini BUMN/BUMD yang menerima penugasan bertindak sebagai PJPK proyek KPBU.
BUMN atau BUMD yang mendapatkan penugasan bertindak sebagai PJPK adalah pihak yang
melakukan penyiapan dan transaksi proyek KPBU. Hal ini dimulai dengan melakukan
penyesuaian terhadap studi yang telah ada.
Gambar 1.4 Skema Pembiayaan Pengembangan SPAM Lingkup Lintas Kabupaten / Kota
Sumber: Direktorat Pengembangan SPAM, Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR
Gam
bar 1.5 Skema Pembiayaan Pengembangan SPAM Lingkup Lintas Kabupaten / Kota
Sumber: Direktorat Pengembangan SPAM, Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR
Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016 mengatur jenis SPAM menjadi terdiri dari: SPAM
Jaringan Perpipaan (SPAM JP) dan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP). Lingkup dari
buku pedoman supervisi ini adalah SPAM JP. Penyelenggaraan SPAM JP bertujuan untuk
menjamin kepastian kuantitas dan kualitas Air Minum serta kontinuitas pengaliran Air Minum.
Untuk memastikan hal tersebut, SPAM JP harus memenuhi ketentuan teknis seperti yang
dijabarkan pada Lampiran III dari Peraturan Menteri tersebut di atas. Ketentuan teknis tersebut
meliputi seluruh lingkup SPAM JP yang terdiri dari: unit air baku, unit produksi, unit distribusi
dan unit pelayanan.
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan berdasarkan Proses Dasar Manajemen yang terdiri dari
tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Urutan tahapan tersebut berlaku
untuk penyelenggaraan SPAM, baik pengembangan maupun pengelolaan. Yang dimaksud
dengan pengembangan adalah: pembangunan baru, peningkatan atau pun perluasan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengelolaan adalah: operasi & pemeliharaan, perbaikan,
pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan kelembagaan.
Penyelenggaran SPAM harus memiliki izin pengusahaan sumber daya air. Pada
penyelenggaraan SPAM Regional Lintas Provinsi atau SPAM Regional Lintas Kabupaten/Kota,
izin pengusahaan sumber daya air terkait dengan sistem pengambilan Air Baku dimiliki oleh
pengelola SPAM BUMN/BUMD yang bertanggung jawab mengelola SPAM Regional, atau BUMD
pada daerah terkait yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama antar daerah.
1. Perencanaan:
a. Tahapan ini meliputi: penyusunan Studi Kelayakan dan penyusunan Rencana Teknis
Terinci. Studi Kelayakan adalah suatu kajian untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan
pembangunan SPAM di suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek-aspek: teknis,
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, kelembagaan dan finansial. Kajian ini juga harus
mengacu pada Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan dan membahas kajian
sumber pembiayaan. Ketentuan mengenai Studi Kelayakan terdapat pada lampiran V
Permen PUPR No. 27/2016.
b. Kajian aspek kelayakan finansial dan sumber pembiayaan perlu membuat beberapa
skenario untuk pengembangan penyelengaraan SPAM. Skenario tersebut dapat terdiri
dari: (1) pengembangan menggunakan sumber daya penyelenggara (BUMN/BUMD), (2)
pengembangan menggunakan skema B2B (tanpa dukungan Pemerintah), dan (3)
pengembangan menggunakan skema KPBU (memerlukan dukungan Pemerintah). Studi
Pendahuluan diperlukan jika skenario ketiga (KPBU) lebih mungkin untuk dilakukan.
c. Rencana Teknis Terinci adalah rencana rinci pembangunan SPAM di suatu kota atau
kawasan yang meliputi: unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan.
Rencana teknis ini disusun mengacu pada Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan
dan Studi Kelayakan yang telah dibuat. Dalam perencanaan teknis ini dijabarkan jadwal
pelaksanaan konstruksi, kepastian sumber pendanaan, serta hasil konsultasi teknis
dengan dinas teknis terkait. Ketentuan mengenai Rencana Rinci ini terdapat pada
Lampiran VI dari Permen PUPR No. 27/2016.
2. Pelaksanaan:
a. Pelaksanaan untuk pengembangan penyelenggaraan SPAM terdiri dari; pengadaan,
pembangunan, manajemen mutu dan pemanfaatan.
b. Sistem manajemen mutu dilakukan sesuai dengan dokumen standar yang ditujukan
untuk menjamin efektivitas ssarana dan prasarana SPAM JP.
3. Pemantauan:
a. Pemantauan untuk pengembangan penyelenggaraan SPAM meliputi: pendataan kinerja
serta pengawasan & pengendalian kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Pendataan kinerja
tersebut dilaksanakan secara berkala untuk mendapatkan data dan/atau informasi
kondisi dan kinerja SPAM yang dilakukan sesuai dengan dokumen standar pendataan
kinerja.
b. Ketentuan mengenai dokumen standar pendataan kinerja dijabarkan pada Lampiran
VIII dari Permen PUPR No. 27/2016.
4. Evaluasi:
a. Evaluasi untuk pengembangan penyelenggaraan SPAM terdiri dari: evaluasi teknis
evaluasi keuangan penyelenggara SPAM, evaluasi kelembagaan dan sumber daya
manusia, serta evaluasi pelayanan Air Minum.
b. Ketentuan dokumen standar evaluasi terdapat pada Lampiran IX dari Permen PUPR No.
27/2016
Skema KPBU digunakan apabila berdasarkan Studi Kelayakan, aspek finansial dan sumber
pembiayaan menunjukkan perlunya Dukungan Pemerintah. Pemberian Dukungan Pemerintah
ini diatur dalam Peraturan Menteri PUPR No. 19 Tahun 2016 Tentang Pemberian Dukungan
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Dalam Kerjasama Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum.
Dukungan Pemerintah tersebut di atas dapat berupa dukungan fiskal maupun dukungan non
fiskal dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah. Dukungan fiskal dapat berupa:
dukungan kelayakan (viability gap fund) dan/atau insentif perpajakan, serta dukungan fiskal
lainnya yang meliputi beberapa kemungkinan sebagai berikut: subsidi, hibah, penerushibahan,
pinjaman, penerusan pinjaman, penyertaan modal negara, penyertaan modal daerah dan
penggantian biaya penugasan. Sedangkan dukungan non fiskal dapat meliputi: bantuan
infrastruktur, ketersediaan lahan, perizinan,, serta bentuk lain sesuai dengan kewenangan
Pemeirntah Pusat / Pemerintah Daerah.
Selain Dukungan Pemerintah di atas, Pemerintah Pusat, melalui Menteri Keuangan dan/atau
Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur, dapat memberikan Jaminan Pemerintah kepada Badan
Usaha Pelaksana (yang melakukan kontrak kerjasama dengan Penyelenggara SPAM) terhadap
risiko politik, risiko permintaan, perubahan hukum, serta kegagalan bayar dan/atau operasi dan
pemeliharaan termasuk konektivitas.
KPBU sektor SPAM selain diatur oleh peraturan perundang-undangan mengenai KPBU dan
SPAM juga tunduk pada peraturan perundang-undangan lainnya. Gambar di bawah menunjukan
kerangka regulasi KPBU sektor SPAM.
PJPK harus melakukan kajian mengenai kerangka regulasi KPBU sektor SPAM sebagai bagian
dari pra studi kelayakan proyek sebagaimana diamanatkan dalam Permen PPN 4/2015. Uraian
di bawah memuat ringkasan regulasi sektor SPAM terkait dengan KPBU.
PP 122/2015 mengatur beberapa ketentuan mengenai pengembangan sistem penyediaan air
minum melalui kerjasama dengan badan usaha swasta sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Sistim Penyediaan Air Mimum (SPAM) dilaksanakan oleh
BUMN/BUMD1.
2. Dalam hal BUMN atau BUMD tidak mampu membiayai kebutuhan Penyelenggaraan
SPAM dengan jaringan perpipaan di dalam maupun di luar pelayanan wilayah BUMN
atau BUMD, BUMN atau BUMD dapat melakukan kerjasama dengan badan usaha
swasta dengan prinsip tertentu2;
3. Prinsip tertentu sebagaimana dimaksud di atas meliputi 3:
a. Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN atau BUMD; dan
b. Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan dengan kerjasama mengutamakan
masyarakat berpenghasilan rendah;
4. Kerjasama dengan badan usaha swasta hanya dapat dilakukan dalam bentuk:
a. investasi Pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku
dan unit produksi;
b. investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN
atau BUMD yang bersangkutan; dan/atau;
1
Pasal 42 PP 122/2015
2
Pasal 56 (1) PP 122/2015
3
Pasal 56 (2) PP 122/2015
5. Pengadaan badan usaha swasta dalam kerjasama dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan5;
6. Dalam rangka terwujudnya kerjasama Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
dapat memberikan dukungan yang diperlukan sesuai dengan kewenangannya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dukungan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Menteri PUPR 6
Bagi Proyek SPAM yang memerlukan dukungan pemerintah maka proses pengadaan badan
usaha (swasta) harus dilakukan berdasarkan peraturan dalam Perpres 38/2015 sedangkan bagi
kerjasama yang tidak memerlukan dukungan pemerintah diproses melalui mekanisme business
to business sesuai dengan peraturan internal BUMN/BUMD yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian peraturan tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kerjasama dalam pengembangan SPAM dilakukan oleh BUMN/BUMD.
b. Dalam kerjasama tersebut, pengelolaan pipa distribusi air minum harus dilakukan oleh
BUMN/BUMD, dan izin pengambilan air baku harus diatasnamakan BUMN/BUMD;
c. Kerjasama antara BUMN/BUMD dengan badan usaha harus diproses melalui Perpres
38/2015 jika kerjasama tersebut memerlukan dukungan pemerintah;
d. Kerjasama antara BUMN/BUMD dengan badan usaha diproses melalui mekanisme
business to business jika dalam kerjasama tersebut tidak diperlukan dukungan
pemerintah dan segala risiko dialokasikan hanya diantara para pihak dalam perjanjian
kerjasama.
Dalam rangka KPBU sektor SPAM, sesuai dengan PP 121/2015 dan PP 122/2015, BUMN/BUMD
harus mendapatkan izin pengusahaan sumber daya air 9. Pembagian kewenangan dalam
penerbitan izin pengusahaan sumber daya air sebagai berikut:
a. Menteri PUPR untuk kegiatan pada wilayah Wilayah Sungai lintas provinsi, Wilayah
Sungai lintas negara, dan Wilayah Sungai strategis nasional;
b. Gubernur untuk kegiatan Pengusahaan Sumber Daya Air yang menggunakan Sumber
Daya Air pada Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota;
c. Bupati/walikota untuk kegiatan Pengusahaan Sumber Daya Air yang menggunakan
Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai dalam 1 (satu) kabupaten/kota
Keputusan pemberi Izin Pengusahaan Sumber Daya Air dikeluarkan paling lambat 4 (empat)
bulan terhitung sejak permohonan izin beserta persyaratannya diterima secara lengkap 10.
Izin Pengusahaan Sumber Daya Air diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
tahun. Dalam hal Pengusahaan Sumber Daya Air memerlukan prasarana dan sarana dengan
investasi besar, izin pengusahaan diberikan untuk jangka waktusesuai dengan perhitungan
rencana keuangan investasi11. Jangka waktu izin dapat diperpanjang dengan menyampaikan
permohonan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya izin tersebut. Jika permohonan
izin tidak diajukan dalam jangka waktu tersebut maka izin tidak dapat diperpanjang dan kepada
pemohon dapat mengajukan permohonan izin baru12.
Dalam rangka melaksanakan ketentuan PP 121/2015 mengenai izin pengusahaan sumber daya
air, pemerintah telah menerbitkan aturan teknis berupa Permen PUPR 01/2016. Berdasarkan
Pasal 6(2) huruf f Permen PUPR 01/2016, pemanfaatan air baku untuk usaha air minum oleh
BUMN/BUMD dikatagorikan sebagai kegiatan pengusahaan air. Permen PUPR 01/2016
mengatur prosedur penerbitan izin pengusahaan sumber daya air sebagai berikut:
9
Pasal 17 (1) PP 121/2015
10
Pasal 20 PP 121/2015
11
Pasal 24 PP 121/2015
12
Pasal 29 (5) PP 121/2015
a. Izin pengusahaan sumber daya air diberikan oleh Menteri untuk kegiatan pengusahaan
sumber daya air yang menggunakan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. Wewenang
Menteri dalam penandatanganan pemberian izin pengusahaan sumber daya air
dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku13. Permohonan izin pengusahaan sumber daya air
untuk air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya
dan/atau air laut yang berada di darat diajukan oleh pemohon kepada Menteri c.q
Direktur Jenderal Sumber Daya Air melalui Unit Pelayanan Perizinan 14.
b. Pengajuan permohonan izin pengusahaan sumber daya, memuat data: a. nama,
pekerjaan, dan alamat pemohon; b. maksud dan tujuan pengusahaan sumber daya air; c.
rencana lokasi penggunaan/pengambilan air; d. jumlah air dan/atau dimensi ruang pada
sumber air yang diperlukan untuk diusahakan; e. jangka waktu yang diperlukan untuk
pengusahaan sumber daya air; f. Jenis prasarana dan teknologi yang akan digunakan; g.
gambar tipe prasarana yang telah disetujui oleh Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS)/Balai Wilayah Sungai (BWS); dan h. rekomendasi teknis dari Kepala
BBWS/BWS15.
c. Permohonan rekomendasi teknis oleh pemohon diajukan kepada Kepala BBWS/BWS
pada wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah sungai
strategis nasional melalui Tim Rekomendasi Teknis yang ditetapkan oleh Kepala
BBWS/BWS. Rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud memuat pertimbangan teknis
dan saran kepada Menteri c.q Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Dalam hal terdapat
Badan Usaha Milik Negara yang diberi penugasan oleh Pemerintah untuk melakukan
pengusahaan sumber daya air dan sebagian tugas pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai yang menjadi wilayah kerjanya, Kepala BBWS/BWS meminta
pertimbangan teknis dan saran kepada Badan Usaha Milik Negara dalam menyusun
rekomendasi teknis16. Dalam hal isi rekomendasi teknis menyatakan pemohon
memenuhi persyaratan teknis, dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari
kalender sejak diterbitkannya rekomendasi teknis, pemohon harus mengajukan
permohonan izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air
kepada Menteri c.q Direktur Jenderal Sumber Daya Air17.
d. Jika permohonan izin pengusahaan telah dinyatakan lengkap, selanjutnya Tim Verifikasi
pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melakukan verifikasi terhadap permohonan.
Berdasarkan pertimbangan dari Tim Verifikasi, Menteri c.q. Direktur Jenderal Sumber
Daya Air dapat menetapkan izin pengusahaan sumber daya air. Keputusan Menteri c.q.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air tersebut dikeluarkan paling lama 7 tujuh hari kerja
terhitung sejak permohonan izin pengusahaan sumber daya air diterima secara lengkap.
13
Pasal 12 dan 13 Permen PUPR 01/2016
14
Pasal 14 Permen PUPR 01/2016
15
Pasal 15 Permen PUPR 01/2016
16
Pasal 23 Permen PUPR 01/2016
17
Pasal 31 ayat (2) Permen PUPR 01/2016
Risiko dalam suatu proyek KPBU tidak dapat dilepaskan dari bentuk, lingkup dan skema
transaksi kerjasama yang digunakan. Dalam sektor SPAM, sesuai dengan PP 122/2015 18,
terdapat tiga bentuk dan lingkup dasar kerjasama yaitu:
a. investasi Pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan
unit produksi;
b. investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN atau
BUMD yang bersangkutan; dan/atau
c. investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka mengupayakan
penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis
kinerja.
Kombinasi dari ketiga bentuk kerjasama tersebut di atas dimungkinkan sebagaimana diatur
dalam Permen PUPR 19/2015.
Secara umum, skema kerjasama yang digunakan dalam KPBU sektor SPAM dapat digambarkan
pada bagan sebagai berikut:
18
Pasal 56 ayat (3) PP 122/2015