IV
Penyelenggaraan SPAM oleh BUMN dan BUMD dapat bekerjasama dengan badan usaha
swasta apabila BUMN atau BUMD tidak mampu membiayai kebutuhan Penyelenggaraan
SPAM. Kerjasama antara BUMN dan BUMD dengan badan usaha swasta dalam
Penyelenggaraan SPAM tersebut hanya dapat dilakukan dengan prinsip dan bentuk
kerjasama tertentu. Prinsip tertentu, yaitu Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN
atau BUMD dan kerjasama dalam Penyelenggaraan SPAM mengutamakan masyarakat
berpenghasilan rendah. Bentuk kerjasama tertentu, yaitu: investasi Pengembangan SPAM
dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan unit produksi; investasi unit
distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN atau BUMD yang
bersangkutan; dan/atau investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka
mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak
berbasis kinerja.
Pembinaan dan Pengawasan oleh negara terhadap penyelenggaraan SPAM bersifat mutlak.
Pemerintah Pusat dan/atau Pe merintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan SPAM untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok air
minum sehari-hari bagi masyarakat. Menteri melakukan pembinaan terhadap Pemerintah
Daerah serta Pembinaan terhadap BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat dan
Badan Usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang melaksanakan Penyelenggaraan
SPAM dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Dalam hal BUMN atau BUMD tidak mampu memenuhi kinerja yang
ditetapkan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat
mengambil alih tanggung jawab pengelolaan sementara dengan menunjuk unit pengelola
Penyelenggaraan SPAM.
a. pelayanan Sumber Daya Air dalam rangka pemanfaatan Sumber Daya Air
permukaan oleh pengguna;
c. pemberian pertimbangan teknis dan saran kepada pengelola Sumber Daya Air
yang diberikan wewenang untuk penyiapan rekomendasi teknis untuk
Pengusahaan Sumber Daya Air.
Adapun tugas dan tanggung jawab dalam rangka melaksanakan sebagian tugas dan
tanggung jawab di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air, meliputi:
e. pemeliharaan darurat Sumber Air dan prasarana Sumber Daya Air yang telah
diserahoperas ikan kepada Perusahaan sesuai dengan kemampuan
Perusahaan;
k. pemberian pertimbangan teknis dan saran kepada pengelola Sumber Daya Air
yang diberikan wewenang untuk penyiapan rekomendasi teknis untuk
penggunaan Sumber Daya Air.
BUMD di bidang air minum terdiri atas BUMD Provinsi dan BUMD Kabupaten/Kota.
BUMD Provinsi dikenal sebagai Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) sedangkan
BUMD di tingkat kabupaten/kota dikenal sebagai Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Sebagai penyelenggara SPAM maka pengelolaan SPAM oleh PDAM perlu
dipantau dan dievaluasi melalui suatu ukuran tingkat keberhasilan pengelolaan
terutama dalam hal:
Capaian pelayanan air minum kepada masyarakat baik kualitas, kuantitas
maupun kontinuitas;
Capaian pengelolaan keuangan secara prinsip ekonomi yang sehat dan
berkelanjutan;
Capaian operasional teknis sesuai dengan NSPM yang seharusnya;
Capaian pertumbuhan organisasi secara profesional.
Indikator secara umum didefinisikan sebagai suatu ukuran atau kombinasi ukuran
yang memberikan gambaran mengenai proses, proyek atau produk (Freddy
Rangkuti) sedangkan kinerja dapat diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan (jurnal materi pelatihan indikator kinerja, 2002).
Dengan pengertian tersebut, maka indikator kinerja PDAM dapat diartikan sebagai
suatu ukuran yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran tingkat
keberhasilan kegiatan pengelolaan PDAM. Tingkat keberhasilan pengelolaan PDAM
ini diukur melalui proses penilaian terhadap kinerja PDAM yang didasarkan pada
indikator kinerja penyelenggaraan pengembangan SPAM meliputi: aspek keuangan,
operasional, pelayanan pelanggan dan sumber daya manusia sesuai dengan
ketentuan di dalam Pasal 59 Permen PU No. 18/PRT/M/2007. Masing-masing aspek
dirinci ke dalam beberapa indikator penilaian melalui pendekatan balanced score
card. Adapun prinsip-prinsip balance score card tersebut meliputi:
Melalui pendekatan balanced score card, indikator penilaian kinerja PDAM dari
BPPSPAM disusun dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar konsep metode
tersebut dengan mempertimbangkan karakteristik PDAM itu sendiri. Atas
pertimbangan di atas maka masing-masing aspek pengukuran indikator kinerja
diberikan bobot yang relatif berimbang sesuai dengan karakteristik aspek yang
bersangkutan, yaitu aspek keuangan dengan bobot 25%, aspek pelayanan dengan
bobot 25%, aspek operasional dengan bobot 35%, dan aspek sumber daya manusia
dengan bobot 15%. Di samping itu, penetapan nilai standar masing-masing indikator
dilakukan dengan memperhatikan perbedaan beban yang terjadi pada suatu PDAM,
antara lain perbedaaan dari PDAM Kabupaten dan PDAM Kota, perbedaan jenis
sumber air baku dan jenis pengolahannya, serta perbedaan dalam capaian cakupan
Penyusunan Indikator Monev Penyelenggaraan Investasi Infrastruktur Bidang PUPR 4-9
pelayanan. Adapun pemberian bobot aspek operasional yang lebih tinggi
dibandingkan aspek lainnya (yaitu 35%) didasarkan atas pertimbangan bahwa aspek
operasional di dalam penyediaan air minum kepada masyarakat pelanggan di PDAM
merupakan faktor yang sangat penting dalam perolehan pendapatan, sehingga
peningkatan kinerja dari aspek operasional tersebut memerlukan perhatian yang
lebih besar dibandingkan dari ketiga aspek yang lain. Adapun pengertian dan
formulasi dari masing-masing indikator kinerja PDAM yang ada di dalam masing-
masing aspek dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Aspek Keuangan
Return on Equity (ROE) yang memiliki pengertian sebagai suatu rasio untuk
mengukur tingkat kemampuan memperoleh laba dari modal (ekuitas) yang
ada. Formulasi indikator return on equity adalah:
Laba Bersih Setelah Pajak (Rp):Jumlah ekuitas (modal + cadangan) (Rp) Laba
Bersih Setelah Pajak adalah Kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh
beban untuk satu periode tertentu (satu tahun) setelah dikurangi pajak
penghasilan yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi. Jumlah Ekuitas adalah
jumlah modal ditambah cadangan atau aset dikurangi kewajiban.
Catatan: Apabila laba bersih negatif (rugi) dan ekuitas negatif maka
mendapat nilai 1.
b. Rasio Operasi, yang memiliki pengertian sebagai suatu rasio untuk mengukur
tingkat efisiensi beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan.
Beban langsung usaha seperti: beban sumber air, beban pengolahan air,
dan beban transmisi dan distribusi;
Beban operasi adalah seluruh beban usaha baik beban langsung usaha (beban
sumber air, beban pengolahan air dan beban transmisi & distribusi) maupun beban
tidak langsung usaha (beban administrasi dan umum). Pendapatan operasi adalah
seluruh pendapatan usaha yang meliputi pendapatan air dan pendapatan non air.
2. Likuiditas
Rasio Kas, yang memiliki pengertian sebagai suatu rasio untuk mengukur
kemampuan kas dalam rangka menjamin kewajiban jangka pendek. Formulasi
rasio kas adalah:
Jumlah Kas adalah seluruh jumlah uang kas yang ada baik yang berada di kas
perusahaan (tunai) maupun yang ada di Bank. Setara Kas adalah surat berharga
yang dimiliki yang secara seketika dapat diuangkan termasuk deposito, surat
berharga, promes dan cek mundur (yang masuk dalam aset lancar). Jumlah
Kewajiban Lancar adalah seluruh kewajiban yang harus dapat dilunasi dalam satu
tahun buku.
[Jumlah Penerimaan Rekening Air (Rp): Jumlah Rekening Air (Rp)]x 100%
3. Solvabilitas
4. Aspek Pelayanan
Pengertian dari cakupan pelayanan teknis adalah suatu ukuran untuk mengetahui
berapa besar prosentase jumlah penduduk terlayani oleh PDAM dibanding
dengan jumlah penduduk di wilayah pelayanan PDAM. Formulasi indikator
cakupan pelayanan teknis adalah:
b. Pertumbuhan Pelanggan
[(Jumlah pelanggan periode ini (SR) jumlah pelanggan periode lalu (SR)):
Jumlah pelanggan periode lalu (SR)] x 100%
Jumlah pelanggan periode ini adalah jumlah pelanggan total yang tercatat di
dalam administrasi pelayanan pada akhir periode evaluasi. Jumlah pelanggan
periode lalu adalah jumlah pelanggan total yang tercatat di dalam administrasi
pelayanan pada akhir periode lalu. Catatan: Jika cakupan layanan teknis > 80%
maka indikator pertumbuhan pelanggan diberi nilai 5 dan tidak perlu ada catatan
penggunaan sumber air alternatif.
Jumlah uji yang memenuhi syarat adalah banyaknya hasil uji kualitas (sampel) air
di titik pelanggan yang telah memenuhi syarat kualitas air minum menurut
PerMenKes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Jumlah air terjual pelanggan domestik rata-rata per bulan adalah banyaknya air
yang dikonsumsi oleh pelanggan domestik rata-rata per bulan.
5. Aspek Operasional
Realisasi produksi adalah volume air yang diproduksi secara riil oleh PDAM
(volume produksi riil). Kapasitas terpasang adalah kapasitas unit produksi PDAM
yang terpasang sesuai dengan rencana (L/det).
b. Air Tak Berekening-ATR (NRW) Air tak berekening-ATR (NRW) merupakan selisih
antara air yang masuk unit distribusi dengan air yang berekening dalam jangka
waktu selama periode evaluasi. Formulasi air tak berekening-ATR (NRW) adalah:
[Distribusi air (m3) Air terjual (m3)] : Distribusi air (m3) x 100%
Distribusi air adalah banyaknya air yang disalurkan kepada pelanggan melalui
jaringan pipa distribusi selama periode evaluasi. Air terjual adalah banyaknya air
yang terpakai oleh pelanggan dan tercatat dalam Ikhtisar Rekening Air (IRA)
selama periode evaluasi.
Waktu distribusi air ke pelanggan selama periode : evaluasi Periode evaluasi (hari)
Waktu distribusi air ke pelanggan adalah pelayanan distribusi air yang dapat
disediakan kepada pelanggan selama periode evaluasi. Data jam operasi
disesuaikan dengan data jam operasi pompa distribusi atau data yang tersedia di
bagian distribusi. Untuk PDAM yang memiliki beberapa sistem pelayanan (multi
system) dan jam operasi pelayanan berbeda antara masing-masing unit
pelayanan maka perlu dilakukan perhitungan jam operasi pelayanan rata-rata
melalui rasio bobot tertimbang.
Jumlah pelanggan terlayani dengan tekanan minimal 0,7 bar (SR) jumlah
pelanggan (SR) x 100% Jumlah pelanggan terlayani dengan tekanan minimal 0,7
bar adalah banyaknya pelanggan yang dapat memperoleh pelayanan tekanan air
minimal 7 m kolom air pada waktu jam puncak (jam 07.00 08.00). Jumlah
pelanggan adalah banyaknya pelanggan aktif.
Catatan: Jika tekanan dan SR di wilayah layanan tertentu tidak dapat ditentukan
secara spesifik maka perhitungan tekanan air menggunakan tekanan air yang
diukur di sambungan pelanggan sampel dibagi dengan jumlah pelanggan tanpa
menggunakan rata-rata tertimbang.
Penilaian kinerja aspek sumber daya manusia bertujuan untuk mengukur tingkat
inovasi dan pembelajaran dalam kaitannya dengan pengelolaan PDAM. Aspek
sumber daya manusia yang dimaksud meliputi: efektifitas, apresiasi, peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Indikator-indikator yang mewakili
aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
Jumlah pegawai adalah banyaknya pegawai yang tercatat sebagai pegawai tetap
dan honorer. Jumlah pelanggan adalah seluruh pelanggan PDAM.
Jumlah pegawai yang mengikuti diklat (orang) : Jumlah pegawai (orang) x 100%
Jumlah pegawai yang mengikuti diklat adalah banyaknya pegawai yang tercatat
mengikuti pendidikan dan latihan selama periode evaluasi. Jumlah pegawai
adalah banyaknya pegawai yang tercatat sebagai pegawai tetap dan honorer.
Rasio beban diklat merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur upaya
perusahaan dalam hal peningkatan kompetensi pegawai. Rasio ini memiliki
korelasi erat dengan rasio diklat pegawai karena rasio beban diklat muncul
Penyusunan Indikator Monev Penyelenggaraan Investasi Infrastruktur Bidang PUPR 4-17
sebagai akibat dari pelaksanaan diklat pegawai. Formulasi indikator rasio beban
diklat pegawai adalah:
Jumlah beban diklat adalah seluruh beban yang dikeluarkan oleh PDAM terkait
dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan pegawai (termasuk SPPD dan
transportasi/akomodasi). Jumlah beban pegawai adalah seluruh beban pegawai
yang tercatat sebagai pegawai tetap dan honorer.
Tarif Rata-rata (Rp/m3 ) Tarif rata-rata merupakan data yang diperoleh dari hasil
pembagian antara total pendapatan penjualan air terhadap volume air terjual.
Pendapatan penjualan air merupakan penjumlahan antara penjualan air dan non
air (beban tetap dan administrasi). 2
Harga Pokok Produksi/Beban Dasar dengan NRW Standar (Rp/m3 ) Beban dasar
dengan NRW standar diperoleh dari total beban usaha dibagi dengan volume air
produksi yang dikurangi volume kehilangan air standar (sebesar 20%).
Harga Pokok Produksi/Beban Dasar dengan NRW Riil (Rp/m3 ) Beban dasar
dengan NRW Riil diperoleh dari total beban usaha dibagi volume air produksi
yang dikurangi volume kehilangan air riil.
Beban Bahan Kimia (Rp/m3 ) Besarnya beban bahan kimia yang dikeluarkan oleh
PDAM untuk menghasilkan 1 (satu) m3 air.
Beban Energi (Rp/m3 ) Beban energi yang dikeluarkan oleh PDAM untuk
menghasilkan 1 (satu) m3 air. Beban energi yang dimaksud berupa: beban listrik,
solar, gas maupun bahan bakar lainnya.
Total Aset Tetap (Rp. 000) Total aset tetap PDAM adalah nilai aset per tanggal
neraca evaluasi.
Total Aset (Rp. 000) Total aset adalah nilai aset pada tanggal neraca yang terdiri
dari aset lancar maupun aset tetap.
Asset Turnover Asset turnover adalah total pendapatan dibagi dengan total aset.
Profit Margin Profit margin adalah laba bersih setelah pajak dibagi pendapatan
operasi.
Return on Asset Return on asset adalah laba bersih setelah pajak dibagi total
aset.
Kewajiban Lancar (Rp. 000) Jumlah kewajiban jangka pendek PDAM yang
berjangka waktu kurang dari satu tahun.
Kewajiban Jangka Panjang (Rp. 000) Jumlah kewajiban jangka panjang PDAM
lebih dari setahun.
Total Equity (Rp. 000) Jumlah ekuitas PDAM per tanggal neraca.
Laba/Rugi Bersih Setelah Pajak (Rp. 000) Jumlah laba/rugi bersih setelah pajak
yang diperoleh PDAM selama setahun.
Rasio Beban Administrasi Umum terhadap Jumlah Pendapatan (%) Rasio ini
merupakan prosentase besarnya beban administrasi umum yang dikeluarkan
PDAM terhadap total pendapatannya.
Volume Produksi Riil (L/det) Volume produksi riil merupakan volume air yang
diproduksi secara riil oleh PDAM dalam setahun yang dikonversi ke dalam satuan
liter per detik (L/det).
Jumlah Pelanggan (Unit SR) Merupakan jumlah pelanggan domestik dan non
domestik PDAM per tanggal neraca.
Penduduk Terlayani (Jiwa) Jumlah penduduk yang dilayani oleh PDAM pada saat
evaluasi.
Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (Seri ISO) Sertifikat sistem manajemen mutu
yang telah dimiliki oleh PDAM.
MEDAN-BINJAI MEDAN-KUALAMANU-LUBUK PAKAM- PEJAGAN-PEMALANG Batang Semarang Balikpapan Samarinda Manado Bitung
58 KM 75 km 99 km 39 km
16 KM TEBING TINGGI
62 KM
SEMARANG SOLO
BAKAUHENI-
Pekanbaru TB.BESAR 73 KM SOLO-MANTINGAN-NGAWI
Kandis Dumai CIKAMPEK-PALIMANAN Pemalang Batang (23 kmoperation) 90 KM
135 km 138 KM 39 km
117 KM
NGAWI-KERTOSONO
Banda Aceh
Lhokseumawe
87 KM
Padang Jambi
PALEMBANG-INDRALAYA Balikpapan
DESCRIPTION :
22 KM Palembang
: Partially Operates
Bengkulu
Akses Tanjung Priok : Already groundbreaking
17 km & Start Construction
Lampung
Jakarta
GEMPOL PANDAAN : Land Acquisition& Under
Construction
Semarang 14 KM Gempol Pasuruan
1. Cengkareng Kunciran : 14 km Surabaya
2. Kunciran Serpong : 11 km Bandung 34 km : Operates
3. Serpong Cinere : 10 km Solo
4. Cimanggis Cibitung : 25 km Constructed Planned Development + Operation (Year/Km)
5. Cibitung Cilincing : 34 km Length
6. Depok Antasari : 22 km Region / TRANS S.D 2014
(km) 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
7. Bekasi Kp. Melayu : 21 km (Km)
8. Sunter Rawa Buaya - : 20 km
9. Batu Ceper Cileunyi Sumedang Sumatera 2.865 301 - 5 74 73 40 192
Sunter Pulo Gebang : 9 km Dawuan Jawa 2.815 1.279 132 118 110 265 197 821
59 km
a. Jabodetabek 530 231 - 1 36 22 47 106
CINERE JAGORAWI b. Trans Jawa 1.187 811 116 90 48 223 98 575
15 KM (4 kmoperation) c. Non Trans
PASIRKOJA-SOREANG 1.098 237 16 27 26 20 51 140
BOGOR RING ROAD 11 KM Jawa
11 KM (6 kmoperation) Kalimantan 99 37 - 10 12 11 - 33
Bali 229 10 - - - - - -
Pandaan Malang
38 km Sulawesi 107 25 - 4 4 6 - 14
Ciawi-Sukabumi : 54 km
Total 6.115 1.664 132 136 200 355 237 1060
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pengadaan Pengusahaan Jalan Tol, suatu ruas jalan tol dapat diprakarsai oleh pemerintah
maupun oleh badan usaha yang persyaratan utama dari keduanya adalah masuk kedalam
rencana umum jaringan jalan tol khususnya termasuk kedalam rencana ruas jalan tol yang
disusun oleh Ditjen Bina Marga, Kementerian PUPR yang dilanjutan dengan persiapan
pengusahaan, pengadaan tanah, pelelangan pengusahaan, pendanaan, perencanaan
teknik, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, dan pengambil alihan konsesi.
Berbagai permasalahan muncul dalam pengusahaan jalan tol khususnya dalam mencapai
target pemangunan 1060 Km sampai dengan tahun 2019. Diantaranya beberapa ruas jalan
tol yang belum layak secara finansial, atau masih dalam kriteria marjinal. Waktu dan biaya
transaksi yang masih cuku besar sehingga perlu penyederhanaan birokrasi transaksi.
Kebutuhan proyek akan dukungan fiskal pemerintah termasuk diantaranya kebutuhan
akan penjaminan sehingga proyek dapat lebih bankable. Selain itu permasalahan kepastian
dalam pendanaan dan pelaksanaan pengadaan lahan juga masih menjadi isu strategi yang
harus dihadapi oleh pemangku kepentingan di sektor jalan tol. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari BPJT, beberapa arah kebijakan sudah mulai dianalisis guna memberikan
solusi terhadap permasalahan dalam pengusahaan jalan tol antara lain:
Informasi mengenai arah kebijakan pengusahaan jalan tol dapat dilihat pada gambar
berikut.
Terkait dengan kinerja pengusahaan jalan tol dari aspek progress jumlah proyek maupun
panjang jalan tol yang sudah terealisasi baik dari sisi transaksi maupun konstruksi, terdapta
tren peningkatan kinerja pengusahaan jalan tol. Dari sisi jumlah proyek jalan tol yang di
tender, pada tahun 2014 tercatat hanya 1 proyek jalan tol di tender dengan total panjang
62 km. pada tahun 2015 meningkat menjadi 6 proyek jalan tol dengan total panjang 328
Km, pada tahun 2016 meningkat signifikan yakni 9 proyek ditender dengan total panjang
1158 Km. Dalam hal proyek yang sudah dalam perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT), pada
tahun 2014 secara kumulatif tercatat hanya 35 proyek jalan tol di tender dengan total
Dilevel operasional, pengusahaan jalan tol memiliki beberapa kendala yang sudah
diidentifikasi oleh BPJT, antara lain:
1. Dalam penentuan trase, dimana beberapa kendala dalam menentukan trase suatu ruas
jalan tol antara lain:
a. Perhitungan BK BOK tidak menguntungkan;
b. Desain Pavement sesuai dengan beban yang akan melewati dan minim
pemeliharaan; dan
4. Tahapan operasi jalan tol, dimana kendala yang ditemui pada tahapan jalan tol
beroperasi antara lain:
d. Pengamanan aset dan penindakan hukum / Undang - Undang tentang Jalan Tol.
Sebagian penyelenggaraan jalan tol yang menjadi tugas BPJT meliputi: pengaturan jalan tol
yang mencakup pemberian rekomendasi tarif awal dan penyesuaiannya kepada Menteri,
serta pengambilalihan jalan tol pada akhir masa konsesi dan pemberian rekomendasi
pengoperasiannya, sedangkan pengusahaan jalan tol mencakup pembiayaan pengusahaan
jalan tol, pengadaan investasi, dan pemberian fasilitas pembebasan tanah serta
pengawasan jalan tol yang mencakup pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol dan
pengawasan terhadap pelayanan jalan tol. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi dan
kinerja, maka keanggotaan BPJT terdiri atas unsur Pemerintah, unsur pemangku
kepentingan dan unsur masyarakat karena dengan adanya unsur-unsur di atas, maka dalam
melaksanakan dapat saling melengkapi, mengoreksi dan menyelesaikan semua
permasalahan pengusahaan jalan tol.
Dalam rangka tertib pengawasan jalan tol diperlukan adanya pengaturan hak dan
kewajiban pengguna jalan tol sehingga jalan tol tetap dapat melayani pengguna secara
baik. Untuk ketertiban pengusahaan jalan tol diperlukan adanya pengaturan hak dan
kewajiban Badan Usaha sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pelayanan jalan tol oleh Badan Usaha dan juga oleh masyarakat. Dalam Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan telah ditetapkan ketentuan pokok yang mengatur
jalan tol.
Pelaksanaan lebih lanjut pengaturan jalan tol memerlukan adanya Peraturan Pemerintah.
Lebih lanjut lagi, tugas dan fungsi BPJT secara detail diatur didalam Peraturan Menteri
PUPR nomor 43 Tahun 2015 Tentang BPJT. Dalam regulasi tersebut, disebutkan BPJT
mempunyai wewenang untuk melakukan sebagian wewenang Pemerintah dalam
penyelenggaraan jalan tol yang meliputi pengaturan, pengusahaan, dan pengawasan
Badan Usaha jalan tol sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi negara
untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan wewenangnya, BPJT
mempunyai tugas dan fungsi:
b. melakukan pengambilalihan hak pengusahaan jalan tol yang telah selesai masa
konsesinya dan merekomendasikan pengoperasian selanjutnya kepada Menteri;
c. melakukan pengambilalihan hak sementara pengusahaan jalan tol yang gagal dalam
pelaksanaan konsesi, untuk kemudian dilelangkan kembali pengusahaannya;
d. melakukan persiapan pengusahaan jalan tol yang meliputi analisa kelayakan finansial,
studi kelayakan, dan penyiapan amdal;
e. melakukan pengadaan investasi jalan tol melalui pelelangan secara transparan dan
terbuka;
Keanggotaan BPJT terdiri dari 5 orang Anggota dengan susunan 1 orang Kepala merangkap
Anggota dan 4 orang Anggota. Adapun kepala BPJT merupakan wakil dari unsur Pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang jalan dan merangkap sebagai anggota. Sedangkan untuk
anggota BPJT terdiri dari 3 orang unsur Pemerintah, 1 orang unsur pemangku kepentingan,
dan 1 orang unsur masyarakat.
Unsur Pemerintah terdiri dari 2 orang wakil Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, dan 1 orang wakil Kementerian Keuangan. Unsur pemangku kepentingan
merupakan wakil dari asosiasi profesi. Unsur masyarakat merupakan wakil dari akademisi.
Kepala BPJT mempunyai tugas:
a. memimpin dan mengelola BPJT sesuai dengan wewenang, tugas, dan fungsi BPJT.
a. membantu Kepala BPJT dalam memimpin pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi;
c. bersama Kepala BPJT menyiapkan rencana kerja dan anggaran belanja tahunan BPJT;
Untuk membantu kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugas BPJT, dibentuk Sekretariat BPJT
yang berada di lingkungan Menteri. Sekretariat BPJT adalah unsur staf yang membantu
BPJT dalam menyelenggarakan dukungan teknis dan administratif kesekretariatan
penyelenggaraan pengaturan jalan tol. Sekretariat BPJT secara teknis operasional
bertanggung jawab kepada Kepala BPJT dan secara administratif bertanggung jawab
kepada Menteri. Sekretariat BPJT dipimpin oleh seorang sekretaris BPJT. Dalam
melaksanakan tugas, Sekretariat BPJT menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan kajian dan evaluasi penyiapan pengusahaan jalan toldan sistem informasi
jalan tol;
Direktorat Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan, dan Fasilitasi Jalan Daerah mempunyai tugas
melaksanakan manajemen dan evaluasi jalan daerah, pembinaan teknik pelaksanaan dan
perencanaan jalan daerah, pembinaan pelaksanaan dan perencanaan jalan metropolitan,
kota besar dan jalan bebas hambatan, serta pengadaan tanah. Salah satu fungsi dari
direktorat ini adalah pembinaan teknik pelaksanaan, perencanaan dan pemrograman jalan
bebas hambatan. Untuk itu subdirektorat khusus yang menangani jalan bebas hambatan
adalah sub direktorat jalan bebas hambatan yang memiliki tugas:
b. melakukan penyiapan bahan pengolahan, validasi dan analisis data manajemen jalan
bebas hambatan, monitoring dan evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan bebas
hambatan dan jalan tol serta evaluasi prakarsa dan pemanfaatan jalan tol serta
penyiapan bahan usulan untuk menyusun program jangka menengah dan tahunan
penanganan jalan.