Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Penyediaan air minum adalah kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang
harus dipenuhi oleh pemerintah pusat dan daerah. Ketersediaan air minum ini menjadi
salah satu penentu dalam peningkatan kesehatan, kesejahteraan dan produktivitas
masyarakat dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana
air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi di daerah yang
harus tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai. Penyediaan air minum
sangat berhubungan dengan jumlah air baku yang tersedia yang untuk selanjutnya
diolah menjadi air minum dan didistribusikan kepada masyarakat.

Penyediaan sarana dan prasarana air minum dimaksud menjadi salah satu target Tujuan
Pembangunan Millenium (TPM)/Millenium Development Goals (MDG’s) yang
dicetuskan pada tahun 2000 oleh PBB dan dilanjutkan dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) yang mencantumkan
penyediaan air bersih dan sanitasi layak sebagai salah satu tujuannya yang saat ini juga
menjadi prioritas pemerintah karena terkait dengan peningkatan pelayanan sektor
lainnya, diantaranya ialah sektor sanitasi. Salah satu upaya dalam pencapaian target
pelayanan dibidang sanitasi adalah terpenuhinya kebutuhan dasar air minum
masyarakat.

Menindaklanjuti prioritas tersebut di atas, kemudian pemerintah lantas menggalakkan


pembangunan sektor air minum dengan cara melengkapi perangkat hukum dan
peraturannya kemudian dijadikan basis dalam implementasi kebijakan strategis, yang
disebut Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM). Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) merupakan jawaban bagi dasar
pengembangan air minum suatu wilayah. RISPAM dapat menjadi dasar tersusunnya
program pengembangan sistem penyediaan air minum wilayah yang berkelanjutan dan
terarah.

I-1
RISPAM adalah suatu rencana jangka Panjang (15-20) tahun yang merupakan bagian
atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan non perpipaan
berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum

suatu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem
beserta dimensinya. Penyusunan RISPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan
prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan yang
diwujudkan dalam bentuk gambar rencana induk yang memuat antara lain lokasi sarana
dan prasarana SPAM, sarana prasarana sanitasi dan rencana perlindungan dan
pelestarian air.

Penyelenggaraan air minum merupakan tanggung jawab pemerintah daerah sesuai


dengan kebijakan otonomi daerah yang diterapkan, namun pemerintah pusat dapat
memberikan dukungan sehingga tujuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2019 dapat tercapai yaitu terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang
berkualitas dengan harga terjangkau, tercapainya kepentingan yang seimbang antara
konsumen dan penyedia jasa pelayanan serta meningkatnya efisiensi dan cakupan
pelayanan air minum.

Sejalan dengan perannya sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan dalam
kaitannya dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang
Sumber Daya Air, pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan
pemerintah yang memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan
pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun
kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 155 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), artinya peran
pengembangan air minum tidak hanya diemban oleh pemerintah daerah ataupun PDAM
tetapi juga dipikul oleh kementerian, dinas, lembaga, badan-badan lain, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, termasuk prakarsa dan swadaya
masyarakat, industri dengan Corporate Social Responsibility-nya (CSR).

Hingga sekarang program pengembangan sarana dan prasarana air minum di Kota
Tebing Tinggi belum dilaksanakan secara maksimal, oleh karena itu dibutuhkan konsep
dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan

I-2
kondisi daerah, dan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
merupakan jawaban bagi pengembangan sistem penyediaan air minum di daerah.

Terkait dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang melaksanakan kegiatan Pemutakhiran Rencana
Induk Sistem Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota
Tebing Tinggi pada Tahun Anggaran 2021.

1. 2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan Pemutakhiran Rencana Induk Sistem Pengembangan Sistem


Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Tebing Tinggi ini adalah mengoptimalkan
sistem yang ada dan mempersiapkan kegiatan pembangunan pengembangan jaringan
pipa transmisi dan distribusi di Kota Tebing Tinggi melalui suatu kajian dan analisa
yang mendalam terhadap semua aspek yang dibutuhkan dalam peningkatan pelayanan
air minum dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan dan asas keberlanjutan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) di Kota Tebing Tinggi yang dapat digunakan oleh
pemerintah sebagai dasar dalam pelaksanaan program-program untuk meningkatkan
cakupan pelayanan air minum bagi masyarakat berdasarkan standar pelayanan minimal
yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan perkotaan, perekonomian, sosial
ekonomi dan kependudukan di Kota Tebing Tinggi dari tahun 2021-2041.

Sasaran yang ingin dicapai dengan kegiatan Pemutakhiran Rencana Induk Sistem
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Tebing Tinggi ini
adalah sebagai berikut :
1. Teridentifikasi permasalahan pengembangan SPAM di Kota Tebing Tinggi.
2. Teridentifikasi kebutuhan pengembangan SPAM (Unit air baku, produksi, transmisi
dan distribusi, cakupan pelayanan).
3. Tersusunnya strategi dan program pengembangan SPAM (pola investasi dan
pembiayaan, dan tahapan rencana pembangunan SPAM).

1. 3. RUANG LINGKUP KERJA

a. RuangLingkup Wilayah

I-3
Wilayah kerja dalam Pemutakhiran Rencana Induk Sistem Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Tebing Tinggi adalah
wilayah Kota Tebing Tinggi.

I-4
b. Subtansi Kerja
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini meliputi hal
sebagai berikut :
1. Batasan wilayah yang akan di studi oleh penyedia jasa/konsultan adalah
meliputi wilayah-wilayah dalam lingkup pelayanan PDAM, keberadaan
sumber air baku dan kemungkinan daerah layanan baru yang dapat
dikembangkan. Wilayah ini mungkin termasuk dalam satu wilayah
Kabupaten/Kota, dua wilayah Kabupaten/Kota, ataupun lebih.
2. Lingkup pengembangan SPAM meliputi pengembangan cakupan,
kualitas pelayanan air minum, dan kontinuitas pengaliran kepada
konsumen.
3. Lingkup teknis pengembangan SPAM didalam wilayah administratif
meliputi pengembangan sistem, perpipaan, non-perpipaan, sistem dalam
skala perkotaan, komunal/individual, pengembangan skala besar, sedang
dan kecil serta di wilayah perumahan dan permukiman.
4. Aspek kajian yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana induk
meliputi kajian aspek teknis, keuangan, ekonomi, sosial dan budaya.
5. Pengembangan sistem SPAM memperhatikan prinsip efektifitas dan
efisiensi (misalnya : pengembangan sistem SPAM yang berdekatan bila
memungkinkan diintegrasi menjadi unit pengembangan).

c. Ruang Lingkup Kegiatan


Pemutakhiran Rencana Induk Sistem Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) Kota Tebing Tinggi ini didasarkan pada evaluasi terhadap
kondisi eksisting SPAM di Kota Tebing Tinggi baik perpipaan maupun BJP,
dan evaluasi terhadap rencana induk SPAM yang telah disusun sebelumnya,
memperhatikan rencana pengembangan tata kota dan tata guna lahan yang
terdapat dalam RTRW Kota Tebing Tinggi 2013-2033, kondisi sosial
ekonomi dan demografi, data kesehatan dan infrastruktur, serta memadukan

I-5
data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil studi pustaka, wawancara,
survei dan pengujian yang dilakukan.

Pengembangan SPAM direncanakan untuk meningkatkan cakupan pelayanan


SPAM perpipaan, meningkatkan SPAM BJP terlindungi menjadi SPAM
perpipaan, dan meningkatkan SPAM BJP tak terlindungi menjadi BJP
terlindungi atau perpipaan, sehingga dapat tercapai 100% akses aman air
minum. Dengan demikian, rencana induk harus memuat tingkat dan cakupan
layanan hingga 20 tahun ke depan, jenis pelayanan yang akan disediakan,
kebutuhan kapasitas air baku, rencana alokasi air baku dan prioritas penggunaan
sumber air baku, serta menghitung perkiraan kebutuhan biaya, sumber dan pola
pembiayaannya.

Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM ini harus memperhatikan


keterkaitan dengan prasarana dan sarana sanitasi. Hal ini dalam rangka upaya
perlindungan terhadap sumber air baku. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi
potensi pencemar air baku, area perlindungan air baku, serta karakteristik
buangan IPA agar dapat diketahui upaya penanganan yang diperlukan.

Secara garis besar rencana induk diharapkan memuat:


1. Evaluasi kondisi eksisting SPAM dan kinerja badan pengelola SPAM
2. Melaksanakan koordinasi, mengumpulkan data dan konsultasi kepada
instansi terkait
3. Menganalisis kinerja badan pengelola air minum daerah
4. Menganalisis kondisi eksisting SPAM untuk mengetahui kebutuhan
rehabilitasi dalam rangka pelayanan air minum
5. Melaksanakan identifikasi potensi pengembangan pelayanan air minum
dan potensi air baku
6. Melaksanakan survey sosial, ekonomi masyarakat
7. Membuat proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan hasil survey
kebutuhan nyata (real demand survey), kriteria dan standar pelayanan
8. Membuat skematisasi pemakaian air dan hidrolis rencana
pengembangan sistem jaringan pipa eksisting dan perencanaan jaringan
pipa pada SPAM baru

I-6
9. Mengkaji pilihan SPAM yang paling ekonomis dari investasi, serta
operasi dan pemeliharaan untuk pembangunan SPAM baru.
10. Melaksanakan kajian keterpaduan perencanaan pengembangan SPAM
dengan sanitasi.

11. Menyusun strategi dan program pengembangan pelayanan air minum


dengan pola investasi dan pemeliharaannya
12. Menyusun materi rencana induk air minum dengan memperhatikan
rencana pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang wilayah,
kebijakan dan strategi Penyelenggaraan SPAM.

Dalam penyusunan Pemutakhiran Rencana Induk Sistem Pengembangan


Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Tebing Tinggi ini harus
mengikuti kaidah/standar teknis yang dikeluarkan oleh kementerian terkait
sebagai berikut;
1. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum;
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 tahun 2013 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (KSNP-SPAM);
3. Peraturan Menteri PU dan Perumahan Rakyat Nomor 27 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tahun
2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 220/PMK.05/2016 Tahun 2016
Tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan
Umum.

I-7
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.08/2020 Tahun 2020
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan Dan Subsidi Bunga
Oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air
Minum
10. Peraturan Menteri PU dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2020
tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum
11. SNI 031685912002 tentang Metoda Pengujian Angka Rasa Dalam Air;
12. SNI 031686012002 tentang Metoda Pengujian Angka Bau dalam Air;
13. SNI 031241411991 tentang Metode Pengukuran Debit Sungai dan
Saluran Terbuka;
14. SNI 061241211991 tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas
Air;
15. SNI 191114111989 tentang Cara Uji Suhu;
16. SK SNI M103119891F tentang Metode Pengujian Kualitas Fisika Air;
17. RSNI T10112003 tentang Tata Cara Perencanaan Plambing;
18. SNI 03-7016-2004 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Dalam
Rangka Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu Daerah Pengaliran Sungai.

1. 4. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum yang digunakan untuk penyusunan Pemutakhiran Rencana Induk


Sistem Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Tebing Tinggi
ini adalah sebagai berikut :
a. Undang-undang
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

I-8
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.
11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.

b. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang
Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 02 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal.
8. Peraturan Pemerintah No. 121 tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya
Air
9. Peraturan Pemerintah No. 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum
10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
c. Keputusan Presiden

I-9
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001
tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2016 tentang Badang
Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-
2024.

d. Peraturan Menteri
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/1995 tentang Pedoman Teknis
Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2013 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM).
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/2016 tentang Pemberian dukungan oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam Kerjasama SPAM.
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 27/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum.
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 36/2016 tentang
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Badan Peningkatan
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sekretariat Badan Peningkatan
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/2018 tentang Standar Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.08/2020 Tahun 2020 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan Dan Subsidi Bunga Oleh Pemerintah Pusat
Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum

I - 10
20. Peraturan Menteri PU dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.

e. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJP-D) Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025.
2. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Tebing Tinggi Tahun 2013-2033.
3. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJM-D) Kota Tebing Tinggi Tahun 2017-2022.
4. Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 58 Tahun 2017 tentang Rencana
Strategis Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi
Tahun 2017-2022.

1. 5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penyusunan Laporan Pendahuluan Pemutakhiran Rencana Induk Sistem


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Tebing Tinggi adalah :

Bab I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat latar belakang, landasan hukum, ruang lingkup
kerja dan sistematika pembahasan.
Bab II GAMBARAN UMUM KOTA TEBING TINGGI
Berisi tentang gambaran umum wilayah perencanaan baik kondisi fisik
dasar, sarana prasarana, potensi wilayah beserta gambaran kondisi
perekonomian Kota Tebing Tinggi.
Bab III KONDISI SPAM EKSISTING KOTA TEBING TINGGI
Secara umum bab ini membahas tentang kondisi SPAM eksisting di Kota
Tebing Tinggi, baik sistem dari PDAM Tirta Bulian maupun sistem non-
PDAM.
Bab IV STANDAR/KRITERIA PERENCANAAN
Pada bab ini pembahasan akan dilakukan dengan memfokuskan terkait
dengan penentuan standar dan kriteria perencanaan yang akan digunakan

I - 11
baik untuk memproyeksikan kebutuhan air baku maupun untuk
merencanakan SPAM di tahap selanjutnya.
Bab V PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Secara umum bab ini membahas tentang analisis terhadap kebutuhan air
baku hingga tahun 2041 berdasarkan dinamika kependudukan di Kota
Tebing Tinggi.
Bab VI POTENSI AIR BAKU
Pada bab ini dibahas analisis terhadap potensi air baku yang dapat
digunakan sebagai sumber potensial bagi pengembangan SPAM Kota
Tebing Tinggi hingga tahun 2041.
Bab VII RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM
Rencana induk dan pradesain pengembangan SPAM secara umum
terbagi
menjadi dua bagian yakni pengembangan SPAM PDAM dan Non
PDAM.
Dilakukan perencanaan secara komprehensif antara pelayanan oleh
PDAM dan Non PDAM dari mulai sumber air, unit produksi, hingga
distribusi pelayanan.
Bab VIII ANALISIS KEUANGAN
Berdasarkan pada rencana induk dan pradesain yang telah dibuat pada
bab
sebelumnya, dilakukan simulasi rencana pendanaan dan pola investasi
untuk mendanai penyelenggaraan SPAM baik PDAM dan Non PDAM.
Bab IX PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN AIR MINUM
Selain rencana dan pola pembiayaan serta investasi, kelembagaan
menjadi hal yang sangat krusial dalam menjamin keberjalanan SPAM
yang diselenggarakan. Oleh karenanya pada bab terakhir ini dilakukan
rencana pengembangan kelembagaan dalam menyokong
terselenggaranya SPAM yang baik.

I - 12

Anda mungkin juga menyukai