KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
LANDASAN PEMIKIRAN
Pancasila
UUD 1945
Wawasan Nusantara
Ketahanan Nasional
UU Terkait
Kepuasan
Pengguna Jasa
(user)
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
Konsep yang dapat menyatukan hubungan dasar antar ketiga sistem tersebut
adalah aksesibilitas atau daya hubung. Aksesibilitas akan memberikan pengaruh
pada beberapa lokasi kegiatan atau tata guna lahan. Lokasi kegiatan juga
memberikan pengaruh pada pola perjalanan sehari-hari. Pola perjalanan ini
mempengaruhi jaringan transportasi dan sistem transportasi secara keseluruhan.
Perubahan tata guna lahan akibat pertumbuhan ekonomi harus didukung dengan
peningkatan jaringan dan sistem transportasi.
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
Perubahan kebijakan
dan perubahan Biaya
perilaku Transportasi
transportasi/ekonomi
: Feed -Forward
: Feed -Back
Gambar 2.2 Keterkaitan Antara Sistem Jaringan Transportasi dan Tata Ruang
Dalam memahami interaksi yang terjadi dalam sistem transportasi dan kaitannya
dengan tata ruang, Tamin (1992) memberikan konsepsi mengenai sistem
transportasi makro. Sistem transportasi maksto tersebut terdiri dari beberapa
sub sistem yang masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi. Sub
sistem itu terdiri dari sistem kegiatan, sistem jaringan parasarana transportasi,
sistem pergerakan lalu lintas dan sistem kelembagaan.
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
Setiap sistem kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu
yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam
proses pemenuhan kebutuhan. Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata
guna lahan yang terdiri sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan
lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan
sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak
dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. Pergerakan yang berupa
pergerakan manusia dan/atau barang tersebut membutuhkan moda transportasi
(sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi bergerak yang dikenal
dengan sistem jaringan. Sistem mikro kedua ini sistem jaringan jalan raya,
terminal bis dan kereta api, bandara, dan pelabuhan laut Interaksi antara sistem
kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia dan/atau
barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Jika
pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang
baik akan tercipta suatu sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah,
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
1993:123). Tata guna lahan kota adalah cermin tata kegiatan kota. Karena
kegiatan sifatnya dinamis maka guna lahan pun mungkin berubah-ubah. Menurut
Martin, B (dlam Warpani 1990 : 103) ada empat faktor yang mempengaruhi
perkembangan guna lahan yaitu topografi, jumlah penduduk, biaya bangunan dan
derajat pelayanan jaringan perangkutan.
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
2.3.4 Aksessibilitas
Konsep dasar dari interaksi atau hubungan antara tata guna lahan dan
transportasi adalah aksesibilitas (Peter, 1975:307). Menurut Johara (1999:246)
aksesibilitas atau tingkatan daya jangkau adalah kemudahan bagi penduduk
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
Ditinjau dari sisi penyediaan (supply), keberadaan jaringan jalan yang terdapat
dalam suatu kota sangat menentukan pola jaringan pelayanan angkutan umum.
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan
pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki (Setijowarno dan Frazila,
2001:107).
Jaringan jalan terdiri dari ruas-ruas jalan yang menghubungkan satu dengan yang
lain pada titik pertemuan yang merupakan simpul-simpul transportasi yang
dapat memberikan alternatif pilihan bagi pengguna jalan.
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
cocok untuk situasi dimana pola perjalanan sangat terpencar dan untuk layanan
transportasi yang sama pada semua area.
Jenis jaringan radial difokuskan pada daerah inti tertentu seperti CBD. Pola jalan
seperti menunjukkan pentingnya CBD dibandingkan dengan berbagai pusat
kegiatan lainnya di wilayah kota tersebut. Jenis lainnya dari jaringan jalan
terutama untuk jalan-jalan arteri utama adalah kombinasi bentuk radial dan
cincin. Jaringan jalan ini tidak saja memberikan aksesyang baik menuju pusat
kota, tetapi juga cocok untuk lalu lintas dari dan ke pusat-pusat kota lainnya.
Bentuk lain adalah jaringan jalan spinal yang biasa terdapat pada jaringan
transportasi antar kota pada banyak koridor perkotaan yang telah berkembang
pesat. Ada bentuk lainnya bersifat abstrak yang memang mungkin untuk
diterapkan tetapi tampaknya tidak pernah dipakai, yaitu jaringan jalan
heksagonal. Keuntungan jaringan jalan ini adalah adanya persimpangan-
persimpangan jalan yang berpencar dan mengumpul tetapi tanpa melintang satu
sama lain secara langsung. Jenis jaringan jalan dapat dilihat pada gambar 2.5.
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
Mobil penumpang umum (MPU) adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi
sebanyak-banyaknya delapan tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk
pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
Sedangkan mobil bis umum adalah setiap kendaraan umum yang dilengkapi lebih
dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi (Kepmen
Perhubungan No. 68 tahun 1993).
Mobil bis umum dan mobil penumpang umum mempunyai pola pelayanan yang
berbeda dan kedua-duanya dapat berfungsi secara bersama-sama di sebuah kota.
Selain itu juga masing-masing mempunyai karakteristik dalam hal jumlah
penumpang dan barang yang diangkut, kecepatan, ongkos operasi dan
pemeliharaan, harga, tarif, penggunaan ruang jalan, keselamatan, dan pengaruh
terhadap lingkungan (Tjahyati, 1993 : 83-84).
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
Operasi angkutan umum lainnya yang spesifik, dari rute tunggal ke sistem
yang kompleks dapat meliputi satu atau keseluruhan dari tiga aktifitas
tersebut. Ketiga aktifitas operasional tersebut diilustrasikan secara
diagramatis pada gamabr beriku ini.
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
tersedianya subyek penelitian dan (d) minat penelitian. Bertitik tolak dari tujuan
penelitian, maka pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini merupakan
gabungan dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah metode deskriptif.
Arikunto menyatakan (1998:245) bahwa penelitian deskriptif yang bersifat
eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena.
Menurut Whitney dalam Nazir (1988:63), metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
Pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1988:211). Pengumpulan data primer
merupakan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti secara langsung
kepada objek penelitian di lapangan, sedangkan pengumpulan data sekunder
dilakukan peneliti dengan cara tidak langsung ke objek studi tetapi melalui
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
pemberian tanda, simbol, kode bagi tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori
yang sama, sedangkan tabulating adalah pengelompokan data dengan cara yang
diteliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlah item yang termasuk dalam satu
kategori. (Marzuki, 1977:81).
Data yang bersifat kuantitatif, diproses dengan beberapa cara antara lain : (a)
dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh
persentasenya, (b) dijumlahkan, diklasifikasikan sehingga merupakan suatu
susunan urut data untuk selanjutnya dibuat tabel dan diproses lebih lanjut
menjadi perhitungan kesimpulan atau kepentingan visualisasi data dengan
tujuan untuk memudahkan orang lain memahami hasil penelitian. Visualisasi
data dapat ditampilkan dalam bentuk grafik atau diagram dan peta. Sedangkan
data-data yang bersifat penjelasan dipresentasikan secara deskriptif kualitatif
dalam bentuk uraian.
Alat analisa yang digunakan dalam mengolah data-data hasil penelitian ini adalah
analisis non statistik dan analisis statistik. Analisis non statistik dipergunakan
untuk menginterpretasikan dan menjelaskan data dan informasi berkenaan
dengan jaringan pelayanan angkutan umum yang bersifat kualitatif.
Analisis ini dilakukan pada jaringan dan cakupan wilayah pelayanan angkutan
umum dengan membaca tabel, grafik atau angka yang tersedia kemudian
melakukan uraian dan penafsiran. Analisis statistik adalah analisis yang
menggunakan teknik statistik atau dasar-dasar statistik. Analisis statistik
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
Dinas Perhubungan
BAB 2 - 25