Disusun Oleh :
Nama: Delfina Benga
NIM: 25000119183411
Kesehatan Lingkungan – 6
t
Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan yang
mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka dapat dihitung:
HxA
Debit (Q) (L / det ik)
t
2. Potensi Air Tanah
a. Perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei terhadap 10
buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal di desa tersebut.
b. Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data dari
instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan kuantitas serta
konstruksinya.
Perhitungan debit air permukaan terdiri dari:
1) Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan dengan
mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai dan kecepatan
rata-rata alirannya, dengan rumus:
Q A .V
VR. SC .
Dimana :
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope m
M = koefisien Bazin
Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang dapat
diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi debit aliran,
pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi muka air maksimum.
2) Perhitungan debit air danau
Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran langsung. Cara ini
dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan fluktuasi tinggi muka air selama
minimal 1 tahun. Besarnya fluktuasi debit dapat diketahui dengan mengalikan
perbedaan tinggi air maksimum dan minimum dengan luas muka air danau.
3) Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila dilakukan dengan
periode pengamatan yang cukup lama. Data-data di atas dapat diperoleh dari
penduduk setempat tentang fluktuasi yang pernah terjadi (muka air terendah).
4) Perhitungan debit embung
Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan pada saat musim
penghujan, yaitu dengan mengukur luas penampang basah sungai/parit yang
bermuara di embung dan dikalikan dengan kecepatan aliran. Sedangkan volume
tampungan dapat dihitung dengan melihat volume cekungan untuk setiap ketinggian
BAB III
DESKRIPSI DAERAH PERENCANAAN
3.1 DAERAH RENCANA
3.1.1 Letak Geografis dan Batas Administras
BAB IV
STRATEGI DAN RENCANA SISTEM AIR BERSIH
1.
2.
3.
4.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI AIR BERSIH
4.1.2 Kebijakan Pengembangan Sistem Air Berih
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
4.2 TUJUAN DAN TARGET PENGELOLAAN AIR BERSIH
4.2.1. Tujuan
Program ini bertujuan Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat
perdesaan yang meliputi pipanisasi dan pemasangan hidran umum. Kegiatan yang
berhubungan dengan pendistribuasiannya dilaksanakan secara swakelola oleh
lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan.
4.2.2. Target Pengelolaan Air Bersih
o Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama
periode perencanaan
o Pemakaian air (L/o/h)
Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun
o Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi
dan kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau
masyarakat
4.3 PERENCANAAN DAERAH PELAYANAN
Berdasarkan RTRW, kondisi topografi, sumber air baku dan jangkauan pelayanan maka
rencana system pelayanan air minum Kota Bima, diarahkan sebagai berikut :
a) Pengembangan jaringan perpipaan air minum terbagi menjadi 12 zona pengembangan
sistem pelayanan air minum, pembagian zona tersebut meliputi
Zona 1 terdiri dari 5 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Rasanae barat
2. Mpunda
3. Rasanae timur
4. Raba
5. asakota
Zona 2 terdiri dari 10 Desa yaitu :
1. Desa Samninae
2. Desa Panggi
3. Desa Mande
4. Desa Sadia
5. Desa Manggemaci
6. Desa Monggonao
7. Desa Lewirato
8. Desa Penatoi
9. Desa Santi
10. Desa Matakando
b) Pengmbangan jaringan air minum perdesaan yang lokasinya jauh dan terpencil dilayani
dengan sistem tersendiri dengan memanfaatkan sumber air baku lokal ataupun dengan
sistem penyulingan air laut/ payau;
c) Pengembangan jaringan air minum untuk pulau-pulau kecil yang merupakan kawasan
strategis seperti Pulau Moyo dilayani dengan sistem tersendiri dengan memanfaatkan
sumber air baku lokal ataupun dengan sistem penyulingan air laut/ payau;
d) Sumber air baku yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan sistem penyediaan air
minum diarahkan pada;
e) Pembangunan sarana penyediaan air dan prasarana tampungan air; dan rehabilitasi
prasarana jaringan penyedia air serta pemeliharaan.
4.3 Perhitungan Kebutuhan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Bersih
4.3.1 Teknologi yang dipilih
Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Ketersediaan – Kebutuhan Air SPAM Kota Bima Tahun 2017-2030
Ketersediaan Air Baku Total Pemakaian Air Hari Total Ketersediaan Air
Tahun
(L/detik) Maksimum (L/detik) (L/detik)
2017 60 96,66 -36,66
2018 60 98,70 -38,70
2019 60 100,82 -40,82
2020 60 103,02 -43,02
2021 60 105,28 -45,28
2022 60 107,60 -47,60
2023 60 109,97 -49,97
2024 60 112,39 -52,39
2025 60 118,22 -58,22
2026 60 124,25 -64,25
2027 60 130,48 -70,48
2028 60 136,93 -76,93
2029 60 143,60 -83,60
2030 60 150,42 -90,42
4.3.2 Peran Serta Masyarakat
Melibatkan peran masyarakat mulai dari perencanaa
Monitoring dan evaluasi mulai dari proses perencanaan
Melakukan sosialisasi dan membentuk wadah koordinasi di masyarakat untuk
pengelolaan SDA
Melakukan pemdampingan pelaksanaan pengelolaan SDA
Implementasi wadah koordinasi untuk monitoring dan evaluasi kegiatan
pengelolaan SDA
Mengelola system informasi SDA pada masing - masing institusi yang
lengkap,akuntable, dan terupdate melalui penyusunan data base serta melakukan
publikasi sehingga mudah diakses
4.
5.
6.
4.4 RENCANA PROGRAM
4.4.1 Jangka Pendek
Perencanaan ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih hingga memenuhi
target RENSTRA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu
cakupan pelayanan air minum sebesar 100% pada tahun 2019. Perencanaan tahap 1
meliputi kegiatan sebagai berikut :
a) Pengembangan sistem pelayanan di Kota Bima
b) Pembangunan Sistem IKK di beberapa Kecamatan
c) Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum Perdesaan
Untuk desa-desa yang jauh dan terpencil serta pulau-pulau kecil diusulkan untuk
ditangani dengan sistem pelayanan menggunakan air baku setempat ataupun
menggunakan sistem penyulingan air laut/payau.
d) Rehabilitasi dan Optimalisasi Sistem
4.4.2 Jangka Menengah
Tahapan ini merupakan program lajutan untuk memenuhi kebutuhan air bersih hingga
akhir periode perencanaan pada tahun 2024. Pada tahapan II diperlukan penambahan
kapasitas produksi sebesar 1.370 l/det. Penambahan dapat dilakukan secara bertahap
baik dengan melakukan pembangunan IPA baru maupun dengan melakukan
peningkatan kapasitas (uprating) IPA eksisting. Penambahan kapasitas dilakukan
dengan cara melakukan beberapa perubahan pada IPA eksisting. Untuk menunjang
pengaliran distribusi diperlukan penambahan volume reservoir sebesar 5.500 m3.
Uraian penambahan kapasitas pengolahan IPA dan volume reservoir tahap II pada di
wilayah pelayanan PDAM Kota Bima
4.4.3 Jangka Panjang
Pada tahap ini meneruskan pengembangan pelayanan air minum sampai akhir tahun
perencanaan yaitu tahun 2026.Pada tahapan III diperlukan penambahan kapasitas
produksi sebesar 500 l/det. Sama seperti halnya perencanaan tahap II, cara yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan pembangunan IPA baru atau peningkatan
kapasitas (uprating) IPA eksisting. Uraian tahapan penambahan kapasitas pengolahan
IPA dan volume reservoir tahap III pada di wilayah pelayanan PDAM Kota Bima
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.
8.
9.
5.1 KESIMPULAN
Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat tentunya merupakan suatu hal yang sangat
penting. Mengingat air menajdi salah satu sumber kehidupan makhluk hidup di muka bumi.
Ketersdiaan air bersih juga berkaitan langsung dengan derajat kesehatan warga. Setiap warga
berhak mendapatkan air bersih, dahulu kala banyak dari masyarakat memiliki sumur pribadi
yang hanya digunakan per rumah dan kebanyakan dengan berkembangnya zaman sumur-
sumur ini banyak yang kering atau saat terjadinya proses penggalian sumur, mata air tidak
muncul.
Maka dari itu dengan zaman yang semakin berkembang maju, pemerintah bekerjasama
dengan PDAM untuk menyalurkan air bersih yang sesuai dnegan kriteria baku mutu air
bersih kepada warga diseluruh Indonesia. Sistem yang digunakan yaitu air artetis, dimana
suatu RT atau RW membangun pam besar artetis yang nantinya akan dialirkan kewarga
melalui pipa yang sudah terhubung.
5.1 Rekomendas
Saya menyarankan kepada warga untuk tetap menjaga dan memelihara sumur pam artetis
agar tetap bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama dan tidak ada gangguan berarti.
Daftar Pustaka
1. Al-Layla, M.A., Ahmad S., dan E.J. Middlebrooks.1977. Water Supply Engineering
Design. Michigan: Ann Arbor Science Publisher Inc.
2. Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 6773 : 2008 Tentang Spesifikasi Unit Paket
Instalasi Pengolahan Air. Jakarta.
3. Badan Standarisasi Nasional. 2012. SNI 7829 : 2012 Tentang Bangunan Pengambilan
Air Baku untuk Instalasi Pengolahan Air Minum. Jakarta.
4. Mangkoedihardjo, S dan Samudro, G. 2012. Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan
Air.Guna Widya. Surabaya.
5. Rejekiningrum, P. 2014. Identifikasi Kekritisan Air Untuk Perencanaan Penggunaan Air
Agar Tercapai Ketahanan Air di DAS Bengawan Solo. Badan Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi. Bogor
6. Pusat Pendididkan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. 2017. Modul
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bandung.
7. Pekuwali, Umbu. L, dkk. 2005. Evaluasi dan Rencana Pengembangan Sistem Distribusi
Air Bersih di Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Purifikasi,
Vol. 6 No. 2 109-114. Surabaya
8. Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan Presiden No 59 Tahun 2017 Tentang
Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta.
9. Perusahaan Daerah Air Minum Bima. 2017. Laporan Teknik PDAM Bima.