Anda di halaman 1dari 20

Tugas Mata Kuliah Teknologi Kesehatan Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Ling. Ir Tri Joko, M. Si

Disusun Oleh :
Nama: Delfina Benga
NIM: 25000119183411
Kesehatan Lingkungan – 6

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air minum dari waktu ke waktu akan semakin
meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan
kebutuhan ini disebabkan oleh peningktan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan
warga serta perkembangan kota/ kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan
dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga yang disertai dengan peningkatan jumlah
kebutuhan air per kapita. Peningkatan kebutuhan air tersebut jika tidak diimbangi dengan
peningkatan kapasitas produksi air bersih yang tersedia tidak akan cukup untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat pada wilayah tersebut. (Pekuwali. Dkk, 2005).Pelayanan air minum di
Kota Bima dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum/PDAM Bima. Pada bulan
desember tahun 2017 tingkat pelayanan air minum telah mencapai sekitar 17,70%. Bencana
banjir bandang pada tahun 2016 memberikan kerugian yang cukup besar pada PDAM Bima
karena bangunan intake serta jaringan transmisi pada sumber air dari PDAM Bima yang
berada dilingkungan Toloweri Kelurahan Nungga
Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas
merupakan Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinuitas
merupakan prasyarat mutlak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keterikatan
air minum dengan kesehatan masyarakat dan produktifitas masyarakat sangatlah erat dan
tidak dapat dipisahkan. Dengan dasar alasan tersebut serta dengan dipayungi Peraturan
Pemerintah No.16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM),upaya pengembangan SPAM secara explisit dinyatakan menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dasar pemikiran dari hal tersebut adalah adanya
kewajiban pemerintah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih,dan
produktif.
Kecamatan Rasanae Timur rusak parah. Akibat dari kerusakan tersebutpenyediaan air
minum ke masyarakat sempat terhenti. Sumber air yang berada di Kelurahan Nungga tidak
hanya melayani kecamatan Rasanae Timur tetapi juga Kecamatan Raba, Kecamatan Mpuda
dan Kecamatan Rasanae barat sehingga banyak masyarakat kota bima yang mengeluhkan
masih terhambatnya distribusi air. Kondisi tersebut dapat dilihat dari penyediaan air minum
di Kecamatan Rasanae Timur hanya terlayani 2-3 kali seminggu melalui pipa distribusi yang
sudah ada. Pasca banjir bandang kondisi penyediaan air minum semakin parah karena adanya
kerusakan pada bangunan intake dan jaringan perpipaan sehingga penyediaan air minum di
Kecamatan Rasanae Timur harus menggunakan mobil Tangki Air dengan jumlah ritasi 2 kali
sehari.
Target Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan kelanjutan dari MDGs
menyebutkan bahwa akses terhadap air bersih bagi semua orang di dunia haruslah terpenuhi
pada akhir tahun 2030. Melihat target pelayanan air minum tersebut maka diperlukan
evaluasi terhadap sistem penyediaan air minum khususnya di Kecamatan Rasanae Timur.
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Perencanaan
1.2.1 Maksud
a. Untuk meningkatkan kinerja sistem penanganan air bersih jangka panjang yang
dapat dilakukan secara programatik dan terstruktur, sehingga tercapai
pemenuhan dokumen yang diakui oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai
panduan pemrograman dan penganggaran sector air bersih secara tepat dan
kuantitatif.
b. Tersedianya sarana air bersih di Kota Bima yang sesuai dengan norma-standar-
pedoman kriteria yang berlaku
1.2.2 Tujuan
a. Memetakan kondisi dan permasalahan sektor air bersih.
b. Penetapan target dan tujuan penanganan air bersih.
c. Memantapkan Perencanaan Teknis Manajamen air bersih yang mudah
dilaksanakan
d. Menetapkan pemrograman dan penganggaran untuk sektor air bersih selama 5-20
tahun.
e. Mendapatkan dokumen perencanaan teknik pengelolaan air bersih yang sesuai
norma-standar-pedoman kriteria, yang terjangkau dalam hal pembangunan
pengoperasian-pemeliharaan-perawatannya.
1.2.3 Sasaran
Sasaran produk yang diharapkan adalah tersusunnya dokumen Perencanaan Teknis
Manajamen pengelolaan air bersih dan Rencana Teknik Rinci (RTR) air bersih di
Kota Bima sesuai standar, yang dapat digunakanan sampai 20 tahun mendatang.
BAB II
KONSEP DAN KRITERIA PENYUSUNAN PENGELOLAAN AIR BERSIH
2.1 PERIODE PERENCANAAN
2.1.1 Perencanaan Jangka Pendek (Tahap Mendesak)
Rencana peningkatan penyelenggaraan PSP jangka pendek (1-2 tahun) merupakan
tahap pelaksanaan yang bersifat mendesak dan dapat dijadikan pondasi untuk
pentahapan selanjutnya, sebagai contoh :
 Menyiapkan kebijakan pengelolaan air bersih Kota/Kabupaten yang mengacu
pada kebijakan Nasional, Propinsi dan NSPK yang berlaku.
 Peningkatan kelembagaan terutama SDM sebagai dasar untuk peningkatan kinerja
operasional penanganan air bersih.
 Penyiapan dan atau penyempurnaan Peraturan Daerah yang sesuai dengan NSPK
dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008.
 Penyusunan AMDAL atau UKL/UPL atau kajian ingkungan sesuai kebutuhan.
 Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam
partisipasi kegiatan pembangunan air bersih.
 Penyediaan prasarana dan sarana untuk mengatasi masalah pengelolaan air bersih
yang bersifat mendesak
 Penyiapan peningkatan tarif (iuran dan retribusi).
2.1.2 Perencanaan Jangka Menengah
Rencana peningkatan penyelenggaraan PSP jangka menengah (5 tahun) merupakan
tahap pelaksanaan 5 (lima) tahun yang didasarkan pada hasil kajian sebelumnya
dengan mempertimbangkan tahap mendesak yang telah dilakukan, sebagai contoh:
 Melanjutkan peningkatan kelembagaan (pemisahan operator dan regulator) dan
pelatihan SDM yang menerus disesuaikan dengan kebijakan Nasional, Propinsi
dan NSPK terbaru.
 Pelaksanaan penegakan peraturan yang didahului sosialisasi dan uji coba selama 1
tahun.
 Peningkatan cakupan pelayanan sesuai perencanaan.
 Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana pengolahan air bersih sesuai dengan
perencanaan.
 Pelaksanaan revitalisasi sarana air bersih sesuai dengan perencanaan.
 Pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan air bersih
 Pelaksanaan pengelolaan air bersih berbasis masyarakat dengan kegiatan
penanaman pohon di beberapa kawasan.
 Kampanye dan edukasi yang menerus.
 Pelaksanaan peningkatan retribusi baik melalui perbaikan tarif maupun mekanisme
penarikannya.
 Merintis kerjasama dengan pihak swasta.
2.1.3 Perencanaan Jangka Panjang
Rencana Jangka Panjang Rencana peningkatan penyelenggaran PSP jangka panjang
sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun merupakan tahap pelaksanaan yang bersifat
menyeluruh dengan mempertimbangkan hasil pencapaian tahap sebelumnya, sebagai
contoh :
 Peningkatan kelembagaan (peran operator dan regulator) dan pelatihan SDM yang
menerus disesuaikan dengan kebijakan Nasional, Propinsi dan NSPK terbaru.
 Review atau penyempurnaan Peraturan Daerah yang sesuai dengan NSPK dan
kondisi terkini yang berkembang di daerah.
 Peningkatan cakupan pelayanan sesuai dengan target perencanaan.
 Peningkatan prasarana dan sarana sesuai cakupan pelayanan serta penggantian
peralatan yang sudah habis umurnya teknisnya.
 Pelaksanaan peningkatan kinerja sarana air bersih sesuai dengan kebutuhan.
 Pemilihan lokasi pengelolaan sarana air bersih lama yang sudah penuh (sesuai
dengan kebutuhan) disertai studi kelayakan dan AMDAL atau UKL/UPL.
 Pembangunan sarana air bersih skala kota (sesuai kebutuhan).
 Kampanye dan edukasi sebagai dasar untuk penyiapan masyarakat dalam
partisipasi kegiatan pembangunan sarana air bersih.
 Meningkatkan pola kerjasama dengan pihak swasta dan CDM.
2.2 KRITERIA DAN STANDARD PERENCANAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH
2.1.1 Kriteria Perencanaan Air Bersih
Kondisi sumber air baku untuk penyediaan air minum pada sistem SPAM Kota Bima
yaitu DAS Sungai Nungga pada saat ini termasuk kedalam kategori kristis. Kategori
kritis tersebut karena nilai indeks kekritisan air adalah sebesar 161,11 %. Untuk
menjaga ketersediaan air baku perlu adanya rencana strategi dalam pengelolaan sumber
daya air. Strategi dalam pola pengelolaan sumber daya air terdiri dari dua cakupan yaitu
:
1. Pengelolaan sumber daya air untuk tujuan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan dan pengendalian daya rusak secara terpadu dan menyeluruh guna
mencapai manfaat yang optimal dalam memenuhi kehidupan rakyat.
2. Pengelolaan sumber daya air yang dilaksanakan dalam pola tata ruang serasi dan
terkoordinasi dengan sektor lainnya sehingga diperoleh manfaat yang optimal dan
menjamin fungsi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Rencana pengelolaan untuk menjaga ketersediaan air baku meliputi :
 Konservasi Sumber Daya Air
 Pendayaagunaan Sumber Daya Air
 Pengendalian Daya Rusak Air
 Peran Serta Masyarakat dan Sistem Infomasi Sumber Daya Air
Secara uamum substansi untuk setiap tahap perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Aspek Institusi
b. Aspek Teknis Operasional
c. Aspek Pembiayaan
d. Aspek Peraturan
e. Aspek PSM dan Swasta
2.1 2 Pemilihan Teknologi Air Bersih
Beberapa teknologi pengolahan air bersih dan air limbah yang dapat diterapkan untuk
membantu usaha kecil dan menengah antara lain adalah :
Teknologi Pengolahan Air Bersih :
a) Alat pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat upflow.
b) Alat pengolahan air sumur siap minum.
c) Filter untuk menghilangkan zat besi dan mangan dalam air.
d) Filter untuk menghilangkan kesadahan.
e) Teknologi pembuatan air mineral.
f) Alat pengolahan air asin menjadi air minum dengan sistem osmosis balik.
g) Alat pengolahan air gambut.

Gambar 1 Teknologi pengolahan air Bersih


2.1.3 Kriteria perhitungan Kebutuhan Air Bersih
1. Pengukuran debit mata air, menggunakan :
Perhitungan tekanan Perhitungan tekanan ini dari jalur pipa intake menuju ke IPA
Nungga sebagai berikut :
Kehilangan tekanan pada pipa transmisi eksisting sebesar 62,2 m melebihi dari
persyaratan karena kehilangan tekanan maksimum. Perlu dilakukan penggatian pipa
menggunakan Pipa HDPE diameter 300 mm. Pada unit produksi sistem SPAM
Kota Bima menggunakan unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) Paket. Air baku
sebelum dilakukan pengolahan harus diuji kualitasnya. Kualitas air produksi yang
digunakan pada sistem telah memenuhi baku mutu sesuai dengan PERMENKES RI
No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Evaluasi unit distribusi dengan memperhitungkan
dimensi tiap unit IPA dan memperhatikan kriteria desain. Hasil dari perhitungan
dimensi tiap unit yang disesuaikan dengan kriteria desain untuk IPA dengan
kapasitas 30 L/detik dan IPA dengan kapasitas 20 L/detik sebagai
berikut :Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t)
air mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu :
Volume penampungan
Debit air (Q)  (L / det ik)

t
Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan yang
mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka dapat dihitung:
HxA
Debit (Q)  (L / det ik)
t
2. Potensi Air Tanah
a. Perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei terhadap 10
buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal di desa tersebut.
b. Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data dari
instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan kuantitas serta
konstruksinya.
Perhitungan debit air permukaan terdiri dari:
1) Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan dengan
mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai dan kecepatan
rata-rata alirannya, dengan rumus:

Q  A .V
VR. SC .
Dimana :
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope m
M = koefisien Bazin
Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang dapat
diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi debit aliran,
pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi muka air maksimum.
2) Perhitungan debit air danau
Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran langsung. Cara ini
dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan fluktuasi tinggi muka air selama
minimal 1 tahun. Besarnya fluktuasi debit dapat diketahui dengan mengalikan
perbedaan tinggi air maksimum dan minimum dengan luas muka air danau.
3) Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila dilakukan dengan
periode pengamatan yang cukup lama. Data-data di atas dapat diperoleh dari
penduduk setempat tentang fluktuasi yang pernah terjadi (muka air terendah).
4) Perhitungan debit embung
Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan pada saat musim
penghujan, yaitu dengan mengukur luas penampang basah sungai/parit yang
bermuara di embung dan dikalikan dengan kecepatan aliran. Sedangkan volume
tampungan dapat dihitung dengan melihat volume cekungan untuk setiap ketinggian
BAB III
DESKRIPSI DAERAH PERENCANAAN
3.1 DAERAH RENCANA
3.1.1 Letak Geografis dan Batas Administras

Gambar 1. Peta wilayah Kecamatan Mpunda


Kecamatan Mpunda memiliki luas 15,28 km2 . Wilayah kecamatan ini dibagi menjadi
10 kelurahan. Kelurahan terluas adalah Kelurahan Sambinae dengan luas 5,43 km2
sedangkan yang tersempit wilayahnya adalah Kelurahan Lewirato dengan luas 0,49
km2 Wilayah kelurahan di Kecamatan Mpunda memiliki tinggi berkisar antara 14 - 23
meter diatas permukaan air laut, dimana kelurahan Sambinae dan Panggi merupakan
wilayah kelurahan yang berada pada ketinggian 23 meter diatas permukaan air laut.
Wilayah kecamatan ini bila dilihat menurut batas-batasnya, maka disebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Asakota, sedangkan disebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima dan Kecamatan Palibelo, Kabupaten
Bima. Disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rasanae Barat, dan di sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Raba. Ibukota Mpunda adalah Lewirato, yang
luasnya hanya 0,49 km2, atau 3,21 % dari luas Kecamatan Mpunda. Bila ditinjau dari
jarak kecamatan dengan kelurahan, Kelurahan Matakando adalah kelurahan yang
paling jauh jaraknya dengan ibukota kecamatan, yaitu sekitar 2,20 km.
Batas-batas Kecamatan
 Sebelah Utara : Kecamatan Asakota
 Sebelah Selatan : Kecamatan Rasanae Timur Kecamatan Palibelo, Kabupaten
Bima
 Sebelah Barat : Kecamatan Rasanae Barat
 Sebelah Timur : Kecamatan Raba
3.1.2 Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah jarak yang mampu dicapai dengan maksimum dari satu wilayah ke
wilayah lain. Selain itu aksesibilitas juga dapat diartikan sebagai konsep geografi di
Kecamatan Mpunda yang berkaitan dengan kemudahan sarana dan prasarana untuk
mencapai suatu tempat. Pada aksesibilitas diKecamatan Mpunda cukup baik pada
system jaringan yang tersedia di daerah tersebut.
3.2 KONDISI FISIK WILAYAH
3.2.1 Hidrologi
Wilayah Kota Bima dilewati oleh 7 (tujuh) sungai. Sungai-sungai tersebut memiliki
hulu di sebelah utara dan timur Kota Bima, dan bermuara menuju Teluk Bima. Sungai
terpanjang adalah Sungai Lampe yang memiliki panjang 25 km. Air sungai
dimanfaatkan antara lain sebagai sumber air minum dan pengairan/irigasi.
Tabel 1. sungai di Kota Bima
Nama sungai Panjang Lebar Kecamatan
No
sungai (km) sungai (m)
hulu Hilir
1 Sungai lampe 25 30 Rasanae timur Rasanae
barat
2 Sungai dodu 12 20 Rasanae timur Rasanae
timur
3 Sungai nungga 22 20 Rasanae timur Mpunda
4 Suangai kendo 15 15 Raba Rasanae
barat
5 Sungai ntobo 12 20 Raba Rasanar
barat
6 Sungai jatiwangi 16 15 Asakota Asakota
7 Sungai romo 2 12 asakota Asakota
Sumber: dinas pekerjaan umum kota bima, 2018
3.2.2 Topografi
Kota Bima didominasi oleh lahan dengan kemiringan datar dengan kelerengan 0-2⁰,
yaitu seluas 9.242 ha, kemudian lahan bergelombang seluas 4.994 ha. Hal ini menjadi
potensi dalam melaksanakan pembangunan fisik dan kawasan budidaya karena
didukung oleh kondisi topografi yang memadai. Adapun lahan dengan kondisi sangat
curam dengan luas 2.957 ha dapat difungsikan sebgai kawasan lindung.
Tabel 2. luas lahan menurut kemiringan dan kecamatan di kota Bima
No Kecamatan Datar Bergelomban Curam Sangat
(0-20) g (15-400) curam
(2-150) (>400)
1 Rasanae barat 854 35 75 50
2 Mpunda 658 132 563 175
3 Rasanae timur 2.555 1.793 935 1.024
4 Raba 2.950 1.850 848 627
5 asakota 2.225 1.184 2.113 1.081
JUMLAH 9.242 4.994 4.534 2.957
Sumber : BPS KOTABIMA, 2018
3.2.3 Klimatologi
Wilayah Kota Bima beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2017
sebesar 147,92 mm3/th, di mana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan September
yaitu 263,0 mm3 dan terendah pada bulan Agustus, yaitu 39,0 mm3. Rata-rata hari
hujan selama tahun 2017 tercatat 14 hari dengan jumlah hari hujan terbanyak pada
Bulan Februari yaitu 24 hari dan terendah pada bulan Juli dan September sebanyak 6
hari hujan. Kelembaban udara rata-rata pada tahun 2017 sebesar 85,08%, tertinggi
90% pada Bulan Desember dan terendah 79% pada Bulan November. Temperatur
berkisar pada interval antara suhu minimal 22,40oC pada Bulan Agustus dan suhu
maksimum 34,90oC pada Bulan Oktober, dengan rata-rata suhu 27,470C. Kondisi
iklim menunjukan gejala suhu yang semakin panas dibanding dengan tahun
sebelumnya yang rata-rata suhu hanya mencapai 27,130C. Dengan demikian terjadi isu
perubahan iklim yang lebih cepat dan perlu disikapi dalam konteks pembangunan
berkelanjutan.
3.2.4 Hidrogeologi
Wilayah Kota Bima dan sekitarnya secara geomorfologi dan berdasarkan morfometri
dan morfogenesa dapat dikelompokan ke dalam 4 satuan geomorfologi, yaitu: Satuan
geomorfologi dataran fluvial, Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Pantai, Satuan
geomorfologi bergelombang lemah denudasional, Satuan geomorfologibergelombang
lemah–kuat vulkanik.
3.3 KONDISI KEPENDUDUKAN SOSIAL EKONOMI, BUDAYA DAN KESEHATAN
MASYARAKAT
3.3.1 Demografi/Kependudukan
Tabel 3. Luas Wilayah Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci
per Kelurahan diKecamatan Mpunda
No Kelurahan Luas Penduduk Rata-rata per
(km2) km2
1 Samninae 5,43 2 410 444
2 Panggi 3,51 3 255 972
3 Mande 0,69 5 317 7 706
4 Sadia 0,68 5 163 7 593
5 Manggemaci 0,52 4 363 8 390
6 Monggonao 0,63 6 183 9 814
7 Lewirato 0,49 2 500 5 102
8 Penatoi 0,74 5 098 6 889
9 Santi 0,72 2 674 3 714
10 Matakando 1,87 2 891 1 546
JUMLAH 15,28 39 854 52 125
Sumber: bps kota bima tahun 2019
3.3.2 Infrastruktur Pelayanan Kesehatan
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan Dirinci per Kelurahan di Kecamatan
Mpunda
No Kelurahan Rumah sakit puskesmas Puskesmas Poskesdes
pembantu
1 Samninae 1 1
2 Panggi 1 1
3 Mande 1 1
4 Sadia 1
5 Manggemaci 1 1
6 Monggonao 1 1
7 Lewirato 1 1
8 Penatoi 1
9 Santi 1
10 Matakando
JUMLAH 1 1 4 9
Sumber : Bps Kota Bima tahun 2019
3.4 KONDISI EKSISTING AIR BERSIH
Evaluasi kondisi eksisting dilakukan untuk mengetahui kinerja suatu sistem penyediaan
air minum (SPAM) sehingga apabila sistem tersebut akan dikembangan tidak ada masalah
mengenai ketidaksesuaian antar sistem yang lama dengan sistem yang akan direncanakan.
Evaluasi ini dilakukan karena kondisi sistem penyediaan air minum pasca bencana banjir
bandang mengalami kerusakan yang menyebabkan pelayanan air ke pelanggan menjadi
terhambat. Evaluasi meliputi dari unit air baku, produksi, distribusi dan pelayanan.
Kondisi eksiting unit baku memiliki debit ± 70 L/dtk dan kondisi bangunan pengambil air
baku pasca banjir bandang menyebabkan salah satu bangunan rusak parah. Saat ini perbaikan
bangunan pengambil air baku hanya sebatas penambahan dengan menggunakan bronjong.
Untuk memenuhi kebutuhan air perlu dilakukan perbaikan pada bangunan pengambil air
baku tersebut. Unit transmisi pada sistem SPAM Kota Bima mengikuti aliran sungai Nungga.
Pipa transmisi menggunakan pipa HDPE diameter 200 mm

BAB IV
STRATEGI DAN RENCANA SISTEM AIR BERSIH
1.
2.
3.
4.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI AIR BERSIH
4.1.2 Kebijakan Pengembangan Sistem Air Berih
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
4.2 TUJUAN DAN TARGET PENGELOLAAN AIR BERSIH
4.2.1. Tujuan
Program ini bertujuan Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat
perdesaan yang meliputi pipanisasi dan pemasangan hidran umum. Kegiatan yang
berhubungan dengan pendistribuasiannya dilaksanakan secara swakelola oleh
lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan.
4.2.2. Target Pengelolaan Air Bersih
o Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama
periode perencanaan
o Pemakaian air (L/o/h)
Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun
o Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi
dan kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau
masyarakat
4.3 PERENCANAAN DAERAH PELAYANAN
Berdasarkan RTRW, kondisi topografi, sumber air baku dan jangkauan pelayanan maka
rencana system pelayanan air minum Kota Bima, diarahkan sebagai berikut :
a) Pengembangan jaringan perpipaan air minum terbagi menjadi 12 zona pengembangan
sistem pelayanan air minum, pembagian zona tersebut meliputi
 Zona 1 terdiri dari 5 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Rasanae barat
2. Mpunda
3. Rasanae timur
4. Raba
5. asakota
 Zona 2 terdiri dari 10 Desa yaitu :
1. Desa Samninae
2. Desa Panggi
3. Desa Mande
4. Desa Sadia
5. Desa Manggemaci
6. Desa Monggonao
7. Desa Lewirato
8. Desa Penatoi
9. Desa Santi
10. Desa Matakando
b) Pengmbangan jaringan air minum perdesaan yang lokasinya jauh dan terpencil dilayani
dengan sistem tersendiri dengan memanfaatkan sumber air baku lokal ataupun dengan
sistem penyulingan air laut/ payau;
c) Pengembangan jaringan air minum untuk pulau-pulau kecil yang merupakan kawasan
strategis seperti Pulau Moyo dilayani dengan sistem tersendiri dengan memanfaatkan
sumber air baku lokal ataupun dengan sistem penyulingan air laut/ payau;
d) Sumber air baku yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan sistem penyediaan air
minum diarahkan pada;
e) Pembangunan sarana penyediaan air dan prasarana tampungan air; dan rehabilitasi
prasarana jaringan penyedia air serta pemeliharaan.
4.3 Perhitungan Kebutuhan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Bersih
4.3.1 Teknologi yang dipilih
Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Ketersediaan – Kebutuhan Air SPAM Kota Bima Tahun 2017-2030
Ketersediaan Air Baku Total Pemakaian Air Hari Total Ketersediaan Air
Tahun
(L/detik) Maksimum (L/detik) (L/detik)
2017 60 96,66 -36,66
2018 60 98,70 -38,70
2019 60 100,82 -40,82
2020 60 103,02 -43,02
2021 60 105,28 -45,28
2022 60 107,60 -47,60
2023 60 109,97 -49,97
2024 60 112,39 -52,39
2025 60 118,22 -58,22
2026 60 124,25 -64,25
2027 60 130,48 -70,48
2028 60 136,93 -76,93
2029 60 143,60 -83,60
2030 60 150,42 -90,42
4.3.2 Peran Serta Masyarakat
 Melibatkan peran masyarakat mulai dari perencanaa
 Monitoring dan evaluasi mulai dari proses perencanaan
 Melakukan sosialisasi dan membentuk wadah koordinasi di masyarakat untuk
pengelolaan SDA
 Melakukan pemdampingan pelaksanaan pengelolaan SDA
 Implementasi wadah koordinasi untuk monitoring dan evaluasi kegiatan
pengelolaan SDA
 Mengelola system informasi SDA pada masing - masing institusi yang
lengkap,akuntable, dan terupdate melalui penyusunan data base serta melakukan
publikasi sehingga mudah diakses
4.
5.
6.
4.4 RENCANA PROGRAM
4.4.1 Jangka Pendek
Perencanaan ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih hingga memenuhi
target RENSTRA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu
cakupan pelayanan air minum sebesar 100% pada tahun 2019. Perencanaan tahap 1
meliputi kegiatan sebagai berikut :
a) Pengembangan sistem pelayanan di Kota Bima
b) Pembangunan Sistem IKK di beberapa Kecamatan
c) Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum Perdesaan
Untuk desa-desa yang jauh dan terpencil serta pulau-pulau kecil diusulkan untuk
ditangani dengan sistem pelayanan menggunakan air baku setempat ataupun
menggunakan sistem penyulingan air laut/payau.
d) Rehabilitasi dan Optimalisasi Sistem
4.4.2 Jangka Menengah
Tahapan ini merupakan program lajutan untuk memenuhi kebutuhan air bersih hingga
akhir periode perencanaan pada tahun 2024. Pada tahapan II diperlukan penambahan
kapasitas produksi sebesar 1.370 l/det. Penambahan dapat dilakukan secara bertahap
baik dengan melakukan pembangunan IPA baru maupun dengan melakukan
peningkatan kapasitas (uprating) IPA eksisting. Penambahan kapasitas dilakukan
dengan cara melakukan beberapa perubahan pada IPA eksisting. Untuk menunjang
pengaliran distribusi diperlukan penambahan volume reservoir sebesar 5.500 m3.
Uraian penambahan kapasitas pengolahan IPA dan volume reservoir tahap II pada di
wilayah pelayanan PDAM Kota Bima
4.4.3 Jangka Panjang
Pada tahap ini meneruskan pengembangan pelayanan air minum sampai akhir tahun
perencanaan yaitu tahun 2026.Pada tahapan III diperlukan penambahan kapasitas
produksi sebesar 500 l/det. Sama seperti halnya perencanaan tahap II, cara yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan pembangunan IPA baru atau peningkatan
kapasitas (uprating) IPA eksisting. Uraian tahapan penambahan kapasitas pengolahan
IPA dan volume reservoir tahap III pada di wilayah pelayanan PDAM Kota Bima

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.
8.
9.
5.1 KESIMPULAN
Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat tentunya merupakan suatu hal yang sangat
penting. Mengingat air menajdi salah satu sumber kehidupan makhluk hidup di muka bumi.
Ketersdiaan air bersih juga berkaitan langsung dengan derajat kesehatan warga. Setiap warga
berhak mendapatkan air bersih, dahulu kala banyak dari masyarakat memiliki sumur pribadi
yang hanya digunakan per rumah dan kebanyakan dengan berkembangnya zaman sumur-
sumur ini banyak yang kering atau saat terjadinya proses penggalian sumur, mata air tidak
muncul.
Maka dari itu dengan zaman yang semakin berkembang maju, pemerintah bekerjasama
dengan PDAM untuk menyalurkan air bersih yang sesuai dnegan kriteria baku mutu air
bersih kepada warga diseluruh Indonesia. Sistem yang digunakan yaitu air artetis, dimana
suatu RT atau RW membangun pam besar artetis yang nantinya akan dialirkan kewarga
melalui pipa yang sudah terhubung.
5.1 Rekomendas
Saya menyarankan kepada warga untuk tetap menjaga dan memelihara sumur pam artetis
agar tetap bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama dan tidak ada gangguan berarti.

Daftar Pustaka
1. Al-Layla, M.A., Ahmad S., dan E.J. Middlebrooks.1977. Water Supply Engineering
Design. Michigan: Ann Arbor Science Publisher Inc.
2. Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 6773 : 2008 Tentang Spesifikasi Unit Paket
Instalasi Pengolahan Air. Jakarta.
3. Badan Standarisasi Nasional. 2012. SNI 7829 : 2012 Tentang Bangunan Pengambilan
Air Baku untuk Instalasi Pengolahan Air Minum. Jakarta.
4. Mangkoedihardjo, S dan Samudro, G. 2012. Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan
Air.Guna Widya. Surabaya.
5. Rejekiningrum, P. 2014. Identifikasi Kekritisan Air Untuk Perencanaan Penggunaan Air
Agar Tercapai Ketahanan Air di DAS Bengawan Solo. Badan Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi. Bogor
6. Pusat Pendididkan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. 2017. Modul
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bandung.
7. Pekuwali, Umbu. L, dkk. 2005. Evaluasi dan Rencana Pengembangan Sistem Distribusi
Air Bersih di Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Purifikasi,
Vol. 6 No. 2 109-114. Surabaya
8. Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan Presiden No 59 Tahun 2017 Tentang
Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta.
9. Perusahaan Daerah Air Minum Bima. 2017. Laporan Teknik PDAM Bima.

Anda mungkin juga menyukai