Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) meliputi


pengembangan SPAM dan pengelolaan SPAM yang pelaksanaannya
berlandaskan pada Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM dan Rencana
Induk SPAM sertawajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
ditetapkan oleh Menteri. Pengembangan SPAMmeliputi pembangunan baru,
peningkatan, dan perluasan.Sedangkan pengelolaan meliputi operasi
danpemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan sumber daya
manusia.Penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara terpadu dengan
penyelenggaraan sanitasi untuk mencegah pencemaran Air Bakudan menjamin
keberlanjutan fungsi penyediaan Air Minum.Hal tersebut mengacu pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum.

Pada pasal 1 dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :


Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan
ketersediaan sarana danprasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas,
kualitas, dan kontinuitas Air Minum yang meliputipembangunan baru,
peningkatan, dan perluasan.

Selanjutnya pada pasal 25Pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 18 ayat (1) huruf a meliputi:a. pembangunan baru;b. peningkatan;c.
perluasan.Peningkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
melalui modifikasi unit komponen sarana dan prasarana terbangun untuk
meningkatkan kapasitas.

PDAM Tirta Asasta Kota Depok adalah Perusahaan Daerah milik Pemerintah
Daerah yang mempunyai tugas menyediakan kebutuhan air bersih/minum bagi

1
masyarakat di wilayah Kota Depok. Letak Kota Depok sangat strategis, diapit
oleh Ibukota Jakarta dan Kota Bogor.Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin
tumbuh dengan pesat seiring meningkatnya perkembangan jaringan transportasi
yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Dengan
perkembangan arus urbanisasi yang tinggi, diikuti pula peningkatan permintaan
perumahan dengan sarana penunjang yaitu air bersih (standarisasi air
minum),untuk memenuhi peningkatan permintaan tersebut,

Dalam rangka pengembangan sistem penyediaan air minum di wilayah kota


Depok, perlu adanyasuatu program dasar ataupun rencana garis besar dari
instansi terkaituntuk pengembangan sistem mulai dari unit produksi sampai
dengan sistem distribusi yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi
pengembangannya kedepan.

Terkait dengan rencana peningkatan kapasitas unit produksi, khususnyauntuk


WTP ( water treatment plant / instalasi pengolahan air/ IPA) yangberlokasi di
Citayam , membuat rencanaassessment untuk persiapan perencanaan Up-Rating
(peningkatankapasitas) treatment tersebut diatas, agar dapat difungsikan secara
optimaldisesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dengan tujuan
agaroperasi dari unit produksi tersebut dapat ditingkatkan untuk
pelayananmasyarakat di wilayah tersebut.

Saat ini kapasitas terpasang dari WTP existing sekitar 100 liter/detik,
dandirencanakan akan di up rating menjadi sekitar 200-300 liter/detik.Dengan
adanya peningkatan kapasitas (up rating) WTP tersebut,diharapkan kapasitas
produksi dapat memenuhi kebutuhan sistem yangpada gilirannya dapat
meningkatkan pelayanan air bersih kepadamasyarakat di wilayah pelayanan
tersebut.

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Depok mempunyai sistem existing saat ini
memiliki 9 (sembilan) unit instalasi, yaitu : Citayam, Citayam, Sawangan,

2
Cinangka, Duren Seribu, Sumur Bor Permata Puri, Sumur Bor Laguna,
Kahuripan, Sumur Bor Nurul Fikri.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Analisa


Peningkatan Kapasitas IPA Citayam PDAM Ttirta Asasta Kota Depok ”
untuk memenuhi persyaratan sebagai salah satu kurikulum pada pendidikan
Program Strata Satu bagi Jurusan Teknik Lingkungan di Sekolah Tinggi
Teknologi Sapta Taruna.

Tujuan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah mengetahui dan
memahami secara keseluruhan sistem pengelolaan air minum dalam upaya
PeningkatanKapasitas IPA CitayamPDAM Tirta Asasta Kota Depok, sehingga
dapat membandingkan teori – teori yang di dapat dari perkuliahan dengan
kenyataan di lapangan.

1.3 Ruang Lingkup

Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis membatasi dalam
hal pengelolaan sistem penyediaan air minum yang difokuskan pada analisa
peningkatankapasitas IPA CitayamPDAM Ttirta Asasta Kota Depok.untuk
meningkatkan pelayanan.

1.4 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan selama menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan


adalah:
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan di tempat PKL dengan melakukan :
a) Observasi lapangan yang dibimbing oleh pembimbing lapangan.

3
b) Pengujian di laboratorium untuk menganalisis beberapa parameter
kualitas air bersihyang disesuaikan untuk kebutuhan uprating.
c) Wawancara atau diskusi dengan karyawan dan pembimbing lapangan
yang bertanggung jawab terhadap pengolahan air bersih pada Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Citayam di PDAM Ttirta Asasta Kota Depok.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diambil dari buku laporan hasil analisis di
laboratorium Produksi di IPA Citayam PDAM Ttirta Asasta Kota Depok,
buku-buku keluaran antara lain BPPSPAM mengenai instalasi pengolahan air
(IPA) serta kajian pustaka.
Setelah data primer dan sekunder diperoleh, selanjutnya akan dibandingkan
dengan teori yang didapat dari bangku kuliah.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dituangkan dalam
bentuk bab per bab yaitu bab I sampai bab VI secara ringkas dapat dijabarkan
sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang penulisan, maksud dan
tujuan penulisan, ruang lingkup permasalahan untuk membatasi penulis,
metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang studi literatur yang digunakan sebagai pendukung
pada penulisan laporan kerja praktek.
BAB III : GAMBARAN UMUM SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KOTA DEPOK
Gambaran umum Sistem Penyediaan Air MinumPDAM Ttirta Asasta
Kota Depoktentang kondisi sumber daya lahan,sumber daya air,lokasi
dan eksiting diPDAM Ttirta Asasta Kota Depok.
BAB IV : ANALISA PENINGKATAN KAPASITAS IPA CITAYAM

4
PDAM TIRTA ASASTA KOTA DEPOK
Menjelaskan analisa kegiatan dilapangan peningkatan kapasitas IPA
CitayamPDAM Tirta Asasta Kota Depok.
BAB V : KESIMPULAN.
Menyimpulkan hasil analisis kegiatan dilapangan peningkatan kapasitas
IPA CitayamPDAM Tirta Asasta Kota Depok

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2015
tentang Sistem Penyediaan Air Minum, seperti dalam pendahuluan sudah
disinggung bahwa Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan berdasarkan asas
kelestarian, keseimbangan, kemanfaatanumum, keterpaduan dan keserasian,
keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi, danakuntabilitas. Untuk
lebih rinci dapat dijelas sebagai berikut :
 Asas kelestarian mengandung pengertian bahwa SPAM diselenggarakan
dengan cara menjaga kelestarian fungsi sumber daya air secara berkelanjutan.
 Asas keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara fungsi
sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi terutama dalam
memberikan akses kemudahan pada masyarakat golongan rendah (miskin).
 Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa SPAM
dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
umum secara efektif dan efisien.
 Asas keterpaduan dan keserasian mengandung pengertian bahwa SPAM
dilakukan secara terpadu dalam mewujudkan keserasian untuk berbagai
kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis.
 Asas keadilan mengandung pengertian bahwa SPAM dilakukan secara merata
ke seluruh lapisan masyarakat di wilayah tanah air sehingg setiap warga
negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan
menikmati hasilnya secara nyata.
 Asas kemandirian mengandung pengertian bahwa SPAM dilakukan dengan
memperhatikankemampuan dan keunggulan sumber daya setempat, tidak
dapat dipengaruhi pihak mana pun sehingga bisa melaksanakan amanat
pelayanan.
 Asas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengertian bahwa SPAM
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggunggugatkan.

6
Penyelenggaraan SPAM meliputi pengembangan SPAM dan pengelolaan SPAM
yang pelaksanaannyaberlandaskan pada Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan
SPAM dan Rencana Induk SPAM sertawajib memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Menteri Pengembangan SPAMmeliputi
pembangunan baru, peningkatan, dan perluasan. Sedangkan pengelolaan meliputi
operasi danpemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan sumber daya manusia.

Penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara terpadu dengan


penyelenggaraan sanitasi untuk mencegah pencemaran Air Bakudan menjamin
keberlanjutan fungsi penyediaan Air Minum. Penyelenggaraan sanitasi meliputi
penyelenggaraan SPAL dan pengelolaan sampah.

Dari Permen. PU No.13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, dapat dikutip yang berhubungan
dengan teknis teknologis dalam pengembangan SPAM antara lain Kebijakan-7
Pengembangan inovasi teknologi SPAM termasuk melakukan upaya uprating
SPAM.Kebijakan 7: Pengembangan inovasi teknologi SPAM dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Kebijakan 7: Pengembangan inovasi teknologi SPAM


Strategi 1. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air
minumStrategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai
berikut:
Melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian/swasta/perguruan tinggi untuk
mengembangkan:
a. inovasi teknologi dalam pengembangan SPAM khususnya pada daerah
dengan keterbatasan kualitas air baku;
b. inovasi teknologi pengelolaan air minum untuk mencapai efisiensidan
berwawasan lingkungankhususnya dalam pemakaian energi danpenurunan
kehilangan air fisik; dan
c. pemanfaatanair hasil daur ulang dari Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) untuk penggunaan non konsumsi.

7
Strategi 2. Memasarkan hasil inovasi teknologi
Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi hasil inovasi teknologi.
2. Melakukan uji coba hasil inovasi teknologi.
3. Melakukan kemitraan dengan lembaga/pabrikan/ahli teknologidalam dan
luarnegeri terkait penggunaan teknologi baru bidang air minum.
4. Mengembangkan pasar yang dapat memanfaatkan inovasi teknologi antara
lainmelalui pengembangan kebijakan pemanfaatan inovasi teknologi

Strategi 3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM


padadaerah dengan keterbatasan kualitas air baku
Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
1. Melakukan pembangunan SPAM baru yang menggunakan teknologi tepat
guna,khususnya pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.
2. Melakukan rehabilitasi SPAM terbangun yang belum mampu mengolah air
bakuyang kualitasnya tidak memenuhi baku mutu.
3. Menerapkan inovasi SPAM yang bertumpu pada potensi lokal.
4. Melakukan pengelolaan SPAM yang efisien khususnya dalam pemakaian
energy dan penurunan kehilangan air fisik.
5. Mendorong pemanfaatan air hasil daur ulang dari IPAL untuk penggunaan
nonkonsumsi.

Strategi 4. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan


berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM
Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
1. Memfasilitasi lembaga peneliti/swasta untuk melakukan mengembangkanlife
cycle assessment dalam pengelolaan air minum.
2. Memfasilitasi lembaga peneliti/swasta untuk mengembangkandesign for
sustainability pada pengelolaan air minum.

PPRI No.185 Thn.2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
antara lain menyebutkan :

8
a. bahwa air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang
harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat;
b. bahwa penyediaan air minum dan sanitasi masihmengalami berbagai kendala
sehingga diperlukan percepatan penyediaannya untuk mencapai
universalaccess pada akhir tahun 2019;

Pada pasal 1 dalam PPRI ini yang dimaksud dengan:


1. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa prosespengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminurn.
2. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik(teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum.
3. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas, dan/ atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, rnanajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Pada Bab3-Pengembangan dan Penerapan Teknologi Penyediaan Air Minum dan


Sanitasi Pasal 3 menyebutkan :
1. Pemerintah mengembangkan dan menerapkan teknologi di bidang air
minum dan sanitasi yang efektif dan efisien untuk mempercepat
penyediaan air minum dan sanitasi.
2. Pengembangan dan penerapan teknologi di bidang air minum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan :a.
akuantitas; b. kualitas; c. kontinuitas; dan d. keterjangkauan.

2.2. Air Minum

Air Minum, adalah air yang memenuhi ketentuan persyaratan kualitas air minum
No.492/MENKES/PER/IV/2010 disebutkan bahwa air minum harus memenuhi
syarat antara lain bakterologis, kimia, dan fisika. Air minum adalah air yang

9
didapat melalui proses pengolahan air baku (air sungai, air waduk, mata air, air
danau atau bisa juga air hujan) dengan cara dilalukan melalui unit-unit proses
pengolahan.

Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen
dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum

Dalam Persyaratan KualitasAir Minum tersebut diatas, dibawah diterangkan


batasan persyaratan air minum seperti dalam tabel dibawah :

10
Tabel 1.

Tabel 1.

11
12
13
2.3. Kerangka Acuan Kerja (KAK) Up–Rating IPA Citayam

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Up-Rating IPA Citayam adalah meningkatkan


kapasitas produksi IPA eksisting dengan melakukan Up-Rating IPA eksisting.

Dalam KAK termaksud adalahPDAM Tirta Asasta merencanakan peningkatan


kapasitas produksi untuk menaikkan service level layanan dan untuk memenuhi
kebutuhan pengembangan ke wilayah yang belum terlayani. Dengan sumber air
baku yang memungkinkan adalah Sungai Ciliwung, maka upaya penambahan
kapasitas air produksi dapat dilakukan melalui dua pilihan. Pilihan pertama
adalah membangun unit IPA baru, dan pilihan kedua adalah meningkatkan
kapasitas produksi IPA eksisting dengan melakukan Up-Rating IPA eksisting.

Pada tahun anggaran 2016 PDAM Tirta Asasta akan melakukan Up  –  Rating
IPA Citayam dari kapasitas 100 l/d menjadi 300 l/d yang kegiatannya melalui
Dinas Tata Ruang & Permukiman Kota Depok. Pengawasan merupakan salah
satu upaya dalam memastikan bahwa proses dan hasil pekerjaan yang
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi adalah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan kualitatif dan kuantitatif yang tertera dalam kontrak dan
menyediakan dokumen teknis administratif selama pelaksanaan sebagai sarana
monitoring kemajuan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik pembangunan Uprating IPA yang


dilaksanakan di Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, diperlukan pengawasan secara teknis
dilapangan, agar kegiatan yang telah disiapkan dan dipergunakan sebagai dasar
pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung secara optimal.

Pelaksanaan pengawasan lapangan dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan yang


kompeten dan dilakukan secara penuh dengan menempatkan tenaga ahli-tenaga ahli
pengawasan dilapangan sesuai kebutuhan dan kompleksitas pekerjaan.

14
Lingkup kegiatan dan lingkup tugas (dikutip hanya bagian yang berkaitan
dengan lingkup kegiatan dan lingkup tugas di lapangan saja)
a) Lingkup kegiatan ini adalah :
1. Persiapan, yakni mempelajari dokumen kontrak kerja konstruksi Up-Rating
IPA Citayam Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas dan kondisi
lapangan, seperti gambar prarencana, siteplan, gambar kerja, detail
pemasangan, spesifikasi teknis, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
pekerjaan konstruksi; Rencana anggaran biaya (RAB) sebagaimana kontrak;
gambar perubahan Aanwijzing/ penyesuaian, jadwal kerja (time schedule);
penyiapan form pengawasan, sebagaimana terlampir.
2. Penyusunan Rencana Kerja Pengawasan, seperti : rencana pengawasan
pekerjaan persiapan, rencana pengurusan perijinan/operasional, rencana
pengawasan pengukuran tapak, rencana pengawasan penggunaan material dan
aksesoris rencana pengawasan kualitas dan kuantitas material, rencana
pengawasan biaya, rencana pengawasan waktu kerja, rencana pengawasan
tenaga kerja, rencana pencatatan cuaca dan seterusnya;
3. Tindakan Pengawasan lapangan, antara lain seperti : pengawasan pekerjaan
persiapan, perijinan, pengawasan pengukuran tapak, pengawasan sistem dan
aksesorisnya, pengawasan kualitas dan kuantitas material, pengawasan mutu
beton, pengawasan biaya, pengawasan waktu kerja, pengawasan tenaga kerja,
pencatatan cuaca dan seterusnya;
4. Meneliti gambar pelaksanaan (shop drawing), gambar yang disesuaikan
dengan pelaksanaan (As built drawing) yang dibuat oleh kontraktor pelaksana
sebelum serah terima pertama pekerjaan.
5. Melaksanakan pengumpulan data dan informasi di lapangan untuk
memecahkan persoalan selama konstruksi berlangsung termasuk apabila
terjadi perubahan-perubahan desain lapangan dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil/ mutu pekerjaan (Engineering Value).

b) Lingkup Tugas dan Lingkup tugas yang akan dilaksanakan dalam proses
pengawasan ini adalah :
1. Mengawasi dan memonitor pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.

15
2. Menilai kuantitas dan kualitas pekerjaan dilapangan.
3. Mengawasi dan meneliti kualitas bahan dan pekerjaan agar tidak
menyimpang dari ketentuan teknis dan teknologi seperti persyaratan -
persyaratan yang berlaku.
4. Pengawasan terhadap kualitas sesuai dengan isi kontrak antara lain isi
keseluruhan kontrak dan target tiap-tiap angsuran pembangunan.
5. Memeriksa dan memonitor time schedule yang diajukan dan dilaksanakan
oleh kontraktor.
6. Mengawasai sistem kerja yang ditetapkan dalam RKS dan peraturan -
peraturan yang berlaku.
7. Memberikan saran pendapat teknis kepada Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan.
8. Melakukan rapat  – rapat, baik rapat internal maupun bersifat koordinasi.
9. Memberikan teguran  – teguran lisan / tertulis kepada Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi.
10. Melaporkan hasil dan kemajuan pekerjaan dilapangan kepada PPK secara
berkala.
11. Membuat dokumentasi visual mulai dari pekerjaan persiapan s/d finishing
pekerjaan.
12. Memberikan saran pendapat kepada PPK tentang usulan perubahan pekerjaan
tambah kurang yang diajukan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.

2.4. Unit – unit proses pada Instalasi Pengolahan Air

Unit – unit proses pada Instalasi Pengolahan Air (IPA)


Secara umum, pengolahan air minum secara lengkapdapat dibagi menjadi tiga
tahap pengolahan, yaitu tahappendahuluan/pertama (pretreatment/primary), tahap
kedua(secondary treatment), dan tahap lanjutan (advanced treatment).
Dalam Operasi & Proses Pengolahan Air, Ali Masduqi cs.2012. dijelaskan
sebagai berikut :

16
Gambar 2.1 Tahap Pengolahan Berdasarkan Dimensi Polutan (Masduki,2012)

Pembagian tahapan pengolahan ini didasarkan pada konseppengolahan berdasar


pada dimensi polutan. Pengolahan tahappendahuluan ditujukan untuk
menghilangkan polutan berdimensibesar seperti sampah (plastik, kertas, kayu,
bangkai dll), lumpurkasar (grit), dan partikel diskret. Jenis pengolahan pada
tahappendahuluan ini didominasi oleh proses fisik, seperti penyaringankasar
(screening), pencacahan (comminution) ,penyisihan grit,prasedimentasi, dan
sebagainya.

Pengolahan tahap kedua ditujukan untuk menghilangkanpolutan berdimensi lebih


kecil yang lebih sulit dihilangkan dengan cara fisik, misal partikel yang
berbentuk koloid atau tersuspensi. Partikel berbentuk koloid ini dapat diendapkan
setelah mengalami proses penggabungan partikel. Proses fisik kimia untuk
menghilangkan partikel jenis ini adalah koagulasi flokulasi-sedimentasi -filtrasi
cepat.

Pengolahan tahap lanjutan ditujukan untuk menghilangkan polutan berdimensi


molekuler dan ionik. Polutanini biasanya dalam bentuk terlarut di air (dissolved
atau soluble),seperti bahan organik, mineral/logam, nutrien, gas terlarut, dan
sebagainya. Jenis pengolahan yang diperlukan relative lebih kompleks dan
melibatkan proses fisik, kimiawi dan biologi.

17
Gambar 2.2 Diagram alir proses pengolahan air sungai
(Masduki,2012)

2.4.1 Koagulasi-flokulasi

Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yangterangkai menjadi kesatuan


proses tak terpisahkan. Pada proseskoagulasi terjadi destabilisasi koloid dan
partikel dalam airsebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan
bahankimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid danpartikel
yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena teruraimenjadi partikel yang
bermuatan positif dan negatif.

Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari prosespenguraian


koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukanikatan antara ion positif dari
koagulan (misal Al3+) dengan ionnegatif dari partikel (misal OH -) dan antara ion
positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-)
yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).

Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh prosesflokulasi, yaitu


penggabungan inti flok menjadi flok berukuranlebih besar. yang memungkinkan
partikel dapat mengendap.
Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanyatumbukan antar
flok.Tumbukan ini terjadi akibat adanyapengadukan lambat. Proses koagulasi-
flokulasi dapatdigambarkan skematik pada Gambar 2.3.

18
Gambar2.3 :Proses Koagulasi-Flokulasi(Masduki,2012)

Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengadukcepat dan pengaduk lambat.


Pada bak pengaduk cepat,dibubuhkan koagulan.Pada bak pengaduk lambat,
terjadipembentukan flok yang berukuran besar hingga mudahdiendapkan pada
bak sedimentasi.Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminiumsulfat atau
garam-garam besi. Kadang-adang koagulanpembantu,seperti polielektrolit
dibutuhkan untuk memproduksiflok yang lebih besar atau lebih cepat
mengendap.

19
Gambar 2.4. Denah Pengadukan Lambat Dengan Kanal Bersekat,
(Masduki,2012)

Kecepatan pengadukan merupakan parameter pentingdalam pengadukan yang


dinyatakan dengan gradien kecepatan.Gradien kecepatan merupakan fungsi dari
tcnaga ynng disliplai (P)

Persamaan (2.1) berlaku umum untuk semua jenis

2.4.2 Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquidmenggunakan pengendapan secara


gravitasi untuk menyisihkansuspended solid. Sedimentasi pada pengolahan air
minumditujukan untuk:
1. pengendapan air permukaan untuk penyisihanpartikel diskret
2. pengendapan flok hasil koagulasi -flokulasi,khususnya sebelum disaring
dengan filter pasir cepat
3. pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapurpada proses penurunan
kesadahan
4. pengendapan presipitat pad a penyisihan besi danmangan dengan oksidasi

20
Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan betonbertulang dengan bentuk
lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya
berdiameter 10,7hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3 meter.
Bakberbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga70 meter dan
kedalaman 1,8 hingga 5,8 meter. Bak berbentuk segiempat umumnya mempunyai
lebar 1,5 hingga 6 meter, panjangbak sampai 76 meter, dan kedalaman lebih dari
1,8 meter(Reynold &. Richards, 1996).Namun, angka-angka tersebutbukanlah
angka mutlak yang harus diikuti, harus disesuaikandengan kondisi setempat dan
debit air yang diolah.

Bentuk bak sedimentasi dibedakan menjadi:


Segi empat (rectangular).
Pada bak ini, air mengalirhorisontal dari inlet menuju outlet, sementara
partikelmengendap ke bawah (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Bak Sedimentasi Berbentuk Segi Empat: (A) Denah, (B)Potongan
Memanjang

Sering baksedimentasi dilengkapi dengan settler.Settler dipasang pada


zonapengendapan (Gambar 5.5) dengan tujuan untuk meningkatkanefisiensi
pengendapan.

21
Gambar 2.6 Settler Pada Bak Sedimentasi, (Masduki,2012)

2.4.3 Filtrasi

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat darifluida (cair maupun gas)
yang membawanya menggunakan suatumedium berpori atau bahan berpori lain
untuk menghilangkan
sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid.Pada pengolahan
air minum, filtrasi digunakan untuk menyaringair hasil dari proses koagulasi -
flokulasi - sedimentasi sehinggadihasilkan air minum dengan kualitas tinggi. Di
sampingmereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksikandungan
bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan
mangan. Perencanaan suatu sistem filter untuk pengolahan airtergantung pada
tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telahdilakukan pad a air baku sebagai
influen filter.

22
- Tipe Filter

Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah,filter pasir dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu filter pasir cepatdan filter pasir lambat.

Gambar 2.7. Bagian-bagian Filter (Masduki,2012)

- Dimensi Bak Filter

Luas permukaan bak filter tergantung pada jumlah bak,debit pengolahan, dan
kecepatan (rate) filtrasi. Jumlah bakditentukan berdasarkan debit pengolahan
dengan rumuspendekatan: N = 1,2Q0.5,dengan Q adalah debit pengolahan(MGD =
mega galon per hari). Jurnlah bak juga dapat ditentukandengan batasan luas
permukaan maksimum 100 m2 per bak.Jumlah bak minimum adalah dua.

Luas permukaan bak dihitung dengan rumus:

Q
As=
Vo

23
denganVoadalah kecepatan filtrasi. Berdasarakan luas permukaanbak, ukuran bak
(panjang dan lebar, atau diameter) dapatditentukan.Perbandingan lebar terhadap
panjang berkisar 1 : 1hingga 1 : 2.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774:2008 tentang Tata Cara


Perencanaan unit paket instalasi pengolahan air, kriteria perencanaan unit
proses dan produksidapat dijelaskan dalam table sebagai berikut :

2.4.4 Kriteria Perencanaan Unit pengaduk cepat

Tabel 2.1 Kriteria perencanaan unit pengaduk cepat (pengaduk cepat)

2.4.5 Kriteria Perencanaan Unit Flokulasi

Tabel 2.2 Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)

24
Tabel 2.3 Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)

Tabel 2.4 Kriteria Perencanaan Unit Sedimentasi (Bak Pengendap)

25
26
Tabel 2.4 Kriteria perencanaan unit sedimentasi (bak pengendap)- lanjutan

Tabel 2.5 Kriteria perencanaan unit filtrasi(saringan cepat)

27
Tabel 2.5 Kriteria perencanaan unit filtrasi(saringan cepat) – lanjutan

28
BAB III
GAMBARAN UMUM SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KOTA DEPOK

Gambar 3.1 Uprating IPA Citayam

3.1 Gambaran Umum


3.1.1 Kondisi Geografis
Sebagai salah satu kota di wilayah propinsi Jawa Barat, Kota Depoksecara
geografis terletak pada koordinat 6° 19’ 00” – 6° 28’ 00” LintangSelatan dan
106° 43’ 00” – 106° 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis,
Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau beradadalam
lingkungan wilayah Jabotabek.

29
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerahdataran
rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasiantara 50 – 140 meter
diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnyakurang dari 15%. Kota Depok
sebagai wilayah termuda di Jawa Barat,mempunyai luas wilayah sekitar 200,29
km2.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxa
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxx

3.1.2 Sumber Daya Lahan


Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan
denganperkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita
ketahuiberdasarkan data analisis Revisi RTRW Kota Depok (2000-2010)dalam
pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada tahun 2005mencapai
8.915.09 ha (44,31%) dari total pemanfaatan ruang KotaDepok.
Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha(50,23%) dari luas
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.

30
Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasanterbangun,
hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan danperkampungan. Jasa dan
perdagangan akan menutupi 2,96% total luaskota, industri 2,08% total luas kota,
pendidikan tinggi 1,49% total luaskota, dan kawasan khusus 1,27% total luas
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan,disusul
sawah irigasi sederhana PU.

3.1.3 Sumber Daya Air


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Selanjutnya sungai-sungai tersebut dibagi menjadi 13 Satuan WilayahAliran
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tengah dan sungai Caringin.

Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur, Barat danTengah.
Luas keseluruhan situ yang ada di Kota Depok berdasarkandata tahun 2005
adalah seluas 169,68 Ha1), atau sekitar 0,84 % luas

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
penurunan kualitas air, kawasan situ jugamengalami degradasi luasan.

31
Pembangunan perikanan di Kota Depok juga menghadapi masalahyang sama
dengan pertanian tanaman pangan, yaitu penyempitanlahan air kolam.
Berdasarkan data tahun 2005, luas areal air kolamadalah 242,21 ha dibandingkan
pada tahun 2000 seluas 290,54 ha.

3.1.4 Lokasi Rencana Kegiatan


Adapun lokasi kegiatan yaitu di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Citayamkota
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xx dilihat pada peta gambar terlampir.

3.1.5 Eksisting PDAM Kota Depok


Berdasarkan data PDAM kota Depok , sistem existing saat ini memiliki6 (enam)
unit instalasi, yaitu :
- IPA Citayam
- IPA Legong
- IPA Sawangan
- IPA Cinangka
- IPA Duren Seribu
- Air Curah Kahuripan

32
Gambar 3.2 Lokasi WTP Citayam – Jl Raya Citayam Depok

Gambaran umum sistem penyediaan air minum kota Depok :


• Kap. Produksi terpasang : 1190 liter/detik
• Kap. Produksi Operasi : 790 liter/detik
• Jumlah SL : 54.256unit
• Jumlah Penduduk : 2.106.100 jiwa
• Jumlah Penduduk terlayani : 271.280 jiwa
• Cakupan Pelayanan :12,88 %

Khususnya assesmen ini ditujukan pada IPA Citayam yang saat ini difungsikan
100 liter/detik, sesuai dengan kapasitas terpasang.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Kualitas Air Minum ).

33
3.1.6 Gambaran IPA Kedasih

3.1.6.1 Unit Proses


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
maka untuk menyempurnakanIPA tersebut untuk perhitungan unit proses
denganmemperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Aliran diperhitungkan laminer, dengan bilangan Reynold 85.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
bilangan reynold sekitar 85 aliran akan sangat laminer.
 Untuk bilangan Freude direncanakan 25 x 10 Exp -5.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xx ini, aliran akan stabil.
 Dengan memperhitungkan bilangan Reynold dan bilangan Freude tersebut di
atas, maka untuk mendapatkan aliran laminer dan stabil diperlukan rekayasa
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
settler disesuaikan dengan ruang yang ada.

Gambar 3.3 IPA Eksisting Kav.100 L/D (PDAM Tirta Asasta)

34
3.1.6.2 Kriteria Design
Tabel 3.1 Kriteria Design Bangunan Pengolahan Air

DIMENSI KRITERI
UNIT A
BENTUK
PENGOLAHAN PARAMETER SATUAN DESIGN
TEORI
Unit Pengaduk Hidrolis/
td detik
Cepat terjunan 60-300
    G /detik 300-500
    G td - ˃10.000
Flokuator Hexagonal td menit 10-65
    G /detik 10-75
m3/m2/
Sedimentasi
Bak pengendap Kec.Pengendap jam 5-7
  dengan plate Re Number   ˂ 500
  settler Fr Number   ˃10exp-5
Kec. m3/m2/
Filter Pasir Cepat 6-8
Penyaringan jam
m3/m2/
    Kec. Backwash 38
jam
Tebal media
    cm 70-100
filter

3.1.6.3 Ukuran IPA Kedasih


Tabel 3.2 Ringkasan Ukuran IPA Eksisting

No Uraian Satuan Ukuran


Koagulator/Terjunan - satu unit operasi    
1. Ukuran Bak Konstrusi    
  a. (p x l x t) x Tinggi air m (1,45 x 1,2 x 1,4) x 0.6
  b. (p x l x t) x Tinggi air m (3,36 x 1,2 x 1,1) x 0.55
  c. (p x l x t) x Tinggi air m (1,25 x 1,2 x 1,1) x 0.35
  (p x l x t) x Tinggi air m (1,4 x 1,2 x 2,22) x 0.35
       
2. Pipa dalam, Inlet & Outlet (mm)    
  a. Inlet mm 300
  b. Outlet mm 300
       
3. Unit Pembubuhan Koagulan, Kapasitas liter/jam 60

35
  Operasi   manual
mg/lt
  Rerata Dosis Koagulan (ppm) 2.4
       
Flokuator - Hexagonal - Heliocal : dua stream unit
operasi  
1. Jari-jari hidrolis (r) m1 m 1,01
       
2. Diameter (2xr) m² m 2,02
       
3. Kedalaman Konstruksi m 6,35
       
4. Kedalaman Air rata-rata m 5,74
       
5. Ukuran Bukaan Perbak (m) m (0,9 x 0,7)
       
6. Ukuran Zona Inlet    
  a. Lebat bawah (lb) m 3,65
  b. Lebar pinggang 60° (lp) m 2,68
  c. Lebar atas m 3,01
  d. Panjang (b-p-a) m 10,5
  e. Diameter pipa outlet m 600
       
7. Taksiran Tebal Lantai Beton m 0,3
       
8. Diameter Pipa Drain mm 150
  Jenis Katup drain (5 Unit)   Butterfly Valve-manual
       
9. Jenis Katup outlet (2xND 600)   Butterfly Valve-manual
       
Sedimentasi : dua stream unit operasi 
1. Kedalaman Konstruksi m 6,1
  Kedalaman Air terdekantasi/Freeboard   5,74 / 0,36
       
2. Ukuran Permukaan (n x p x l) m 2 x 10,5 x 12,3
       
3. Taksiran Tebal Beton m 0,3
       
4. Diameter Pipa Drain (2 x 3 Unit) mm 250
       
5. Jenis Katup   Gate Valve - manual
       
6. Tinggi / Panjang settler m 1/1,2
       

36
7. Jumlah hoper/bentuk/tinggi unit 2 x 3 unit/kerucut/1,5 m
       
8. Jumlah Gutter/jenis unit 2 x 6 unit/ambang gergaji
       
9. Influent flokulant jenis pipa berlubang
       
2 x talang beton (0,4 x
10. Outlet Launders unit 0,9) m
       
Filter: dua stream unit operasi; maisng-masing dibagi tiga cell filter 
inlet box, ukuran (p x l x t) in-
1. konstruksi m 4,4 x 2,08 x 7,35
       
Filter cell, ukuran (p x l x t) in-
2. konstruksi: m 4,4 x 2,08 x 7,35
  a. Tebal underdrain m 0,75
  b. Tebal dasar media/jenis m 0,3 / "A" block
  c. Tebal media kerikil m 0,3
  d. Tebal media pasir m 0,7
e. Tebal air pencucian (posisi wash-
  weir) m 1,1
  f. Tebal air proses filtrasi m 4,6
  g. Tinggi air operasi (DRF: max-min) m 2,25
  h. Gradasi media pasir mm  
       
2 cell mencuci 1 cell
3. Zona outlet: Eff. Comm. Chanel   filter
  Ukuran (p x l x t) in-konstruksi m 1,60 x 6,75 x 7,35
  Ukuran outlet-box ( p x l x t) in-kons m  
       
4. Drain-inlet box per cell filter (p x l x t) m 2,0 x 2,08 x 1,90
       
5. Perpipaan (ND)    
  a. Inlet mm 300
  b. Outlet mm 300
  c. Drain mm 300
  e. Overflow inlet/outlet mm 250/300
Catatan: Konfigurasi IPA dituangkan dalam gambar eksisting dengan detail ukuran-
skala

37
3.2 Evaluasi Kondisi Lapangan IPA
3.2.1 Berdasarkan evaluasi kondisi lapangan IPA existing Citayam ;
- Konstruksi struktur beton secara umum masih baik
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

3.2.2 Review Data Teknis Terkait Up-rate


Terkait rencana peningkatan kapasitas , pada instalasi Citayam ;
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- peningkatan kapasitas produksi.

Terkait rencana pelaksanaan up-rate, kontraktor pelaksana perlu


melaksanakan Jar test lapangan untuk mengetahui secara lebih detail
lagi dari :
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Terkait disain treatment sehingga kriteria perencanaan disain WTP


dapat dipenuhi.

3.3 Evaluasi Proses Produksi


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
pengolahan berjalan cukup baik, beberapa parameter air menunjukan ;
Parameter Fisik :
- Warna : 2.35 TCU
- TDS : 70 mg/liter
Parameter kimiawi :
- Alum :< 0.001 mg/l

38
- Besi :< 0.006 mg/l
- Kesadahan 58.8 mg/l
- Khlorida : 12.5 mg/l
- pH : 7.31
Parameter tambahan :
- Angka permanganat : 0.7 mg/l
- Sisa chlor : 0.2 mg/l

3.4 Kondisi Site Plant


Adapun gambaran dari kondisi site plant IPA Citayam , dapat dilihatpada gambar
terlampir.

Gambar 3.4Dimensi IPA Eksisting (PDAM Tirta Asasta)

Dari gambar hasil pengukuran tersebut dimensi dari IPA existing dapatdiketahui,
dan secara rekapitulasi dapat dilihat pada tabulasi resumedari ukuran
perkompartemen.

39
BAB IV
ANALISA PENINGKATAN KAPASITAS IPA CITAYAM
PDAM TIRTA ASASTA KOTA DEPOK

4.1 Umum

Dari hasil evaluasi berdasarkan kondisi existing saat ini sertaterkait dengan
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
besar mencakup :
 Unit pengaduk cepat& unit pembubuh koagulan
 Unit flokulasi
 Unit sedimentasi, serta
 Unit filter
 Unit perpipaan air baku dan produksi ke reservoir
 Sarana drainase pembuangan limbah pengolahan

Sedangkan pengembangan untuk tahap selanjutnya pascapeningkatan kapasitas


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

4.2 Rencana Konstruksi IPA

Dalam pelaksanaan penyempurnaan IPA, bentuk dan ukuranIPA tetap seperti


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx danpada bagian lain dilakukan pekerjaan beton.

40
Gambar 4.1 IPA Citayam Sebelum Uprating

4.2.1 Unit Pengaduk Cepat


a. Fungsi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx.

b. Bentuk
Bentuk Unit Pengaduk cepat yang dapat diterapkan meliputi :
Type Hidrolis
1. Dalam pipa, dengan menggunakan kecepatan pengaliran sebagai
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
2. Static Mixer, merupakan peralatan khusus yang dipasang pada pipa air
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
lebih besar.
3. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.

c. Ukuran
1. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxx gradient kecepatan.
2. Jarak pembubuhan sampai bak penampungan antara 5 – 20 m.

41
3. Ukuran untuk Static Mixer disesuaikan dengan spesifikai pabrik pembuat
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxpersyaratan.
4. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
mendapatkan gradien kecepatan yang memenuhi persyaratan.

d. Kinerja
Unit pengaduk cepat bekerja dengan baik pada kondisi :
1. PH Air baku antara 6,5 – 7,5 bila PH air baku sekitar 3 s/d 6 maka ph
airbaku tersebut perlu dinaikan.
2. Energi untuk pencampuran dapat menghasilkan gradien kecepatan (G) >
750 / det.

e. Bahan / Komponen
Matrial unit pengaduk cepat tipe impeller, yang digunakan adalah :
1. Impeller : Stainless Steel (SS 316 L)
2. Shaft : Stainless Steel ( SS 316 L).
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Mengoperasikan kembali sistem pompa dosing untuk mendapatkan dosis


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
dariketinggian eksisting.

4.2.2 Flokulator
a. Fungsi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx.
b. Bentuk
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

42
xxx nilai gradien kecepatan menurun dari 150/det sampai 10/det dengan
pengaliran up and down. Ruang katup inlet sedimentasi dapat dimanmaatkan
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
sesuai dengan kondisi eksisting.
c. Ukuran
Ukuran bak flokulasi diperhitungkan terhadap kapasitas pengolahan dan
waktu retensi selama 8 – 20 menit sesuai dengan spesifikasi.
d. Kinerja
Untuk mendapatkan hasil flokulasi yang baik maka kondisi pengaliran harus
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx :
 Waktu kontak (td) : 8 –20 menit
 Graien Kecepatan (G) : 100 – 10/detik
e. Bahan / Komponen
Bahan terbuat dari Beton Bertulang disesuaikan dengan kondisi IPAM
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx struktur kaku/kuat untuk menerima beban
air.
f. Struktur Bangunan
Seluruh bangunan terletak diatas permukaan tanah diatas pondasi slab beton
bertulang sesuai dengan kondisi IPAM eksisting.
g. Pekerjaan Mekanikal
Pekerjaan pemasangan pipa-pipa pembuangan lumpur harus terbuat dari pipa
baja las spiral atau pipa baja hitam yang dilapisi epoxy.

Pada sistem flokulator dilakukan pengukuran zeta potensial untuk pengaturan


dosis koagulant.
 Zeta potensial positif berarti dosing terlalu tinggi
 Zeta potensial negatif ( sekitar – 1,6 mvolt ) merupakan dosis koagulant
yang tepat.

43
Dimensi dan ukuran flokulator tetap menggunakan ukuran eksisting.
Perubahan dilakukan untuk pemasukan air dari flokulator kesedimentasi, semula
menggunakan pipa dia. 300 mm, digantidengan memanfaatkan sebagian ruang
sedimentasi sebagairuang masuk air dari flokulator ke sedimentasi.

4.2.3 Sedimentasi
a. Fungsi
Untuk memisahkan flok yang sudah terbentuk dari unit flokulasi sehingga
mudah dibuang
b. Bentuk
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Permukaan unit sedimentasi berbentuk segiempat. Bangunan unit
pengendapan terdiri dari 4 bagian (zona) yaitu :
1. Zona aliran masuk
2. Zona aliran keluar
3. Zona Pengendapan
4. Zona Penampung Lumpur

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx mempercepat pengumpulan lumpur flok.
c. Ukuran
Dimensi bak pengendap dihitung berdasarkan kriteria beban permukaan 5 s/d
30 m3/jam/m2.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

44
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxx s/d 3 m. Sistim pengaku settler atau yang lainnya yang terkait
dengan settler terbuat dari baja tahan karat SS 304. Untuk mendapatkan
ketelitian yang tinggi/presisi pada unit settler, maka dalam pembuatan/proses
pabrikasi settler harus digunakan mesin CNC, Sistim
penyambungan/pengelasan pada settler harus digunakan sistim las titik atau
las argon.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Setiap penawar harus menampilkan model aliran air didalam settler sesuai
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxx sehingga dapat digambarkan stabilitas aliran air didalam settler pada
setiap titik dalam 3 dimensi (3D). Pemodelan ini digunakan sebagai koreksi
dimensi settler terkait dengan perhitungan kecepatan pengendapan.

Untuk mendapatkan hasil aliran yang laminer dan stabil makapada ruang
sedimentasi dilakukan perubahan yang mendasaryaitu pada bagian :
 Pengaturan aliran masuk ke sedimentasi
 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxx
 Pemasangan plate settler dengan jarak yang lebih rapat.
 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
 Pengaturan media filter dan sistem back wash.

4.2.4 Filter

45
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
x untuk menerima beban air.

Penyaringan dilakukan dengan menggunakan saringan pasir atau campuran


(mixed media) ataupun saringan yang terdiri dari single layer media,sedangkan
filter bottom dilengkapai dengan filter nozzle (slot size 0.5 mm dan kerapatan
minimum 50 noszle/m2), atau V blok sesuai dengan kondisi eksisting.

Beban permukaan filtrasi : (15,00 – 25 ) m3/jam/m2 pada operasi normal dan


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxi
nlet dan drain backwash harus disesuaikan dengan kapasitas up ratingnya dalam
hal ini diameter sistim perpipaan dan perletakannya.

Penyempurnaan pada ruang filter dilakukan dengan penggantian media filter,


baik ukuran maupun jenisnya.
Untuk media filter akan digunakan 2 jenis, yaitu :
1) Gravel ukuran 2 s/d 5 mm
2) Pasir silica, ukuran 0,6 s/d 1 mm

4.3 Tahapan Pelaksanaan


Berikut adalah tahapan pada masing masing unit pengolahan:
4.3.1 Unit Pengaduk Cepat
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
a. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
b. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.

46
Gambar 4.2 Unit Pengaduk CepatSebelum (kiri) dan Setelah (kanan)

4.3.2 Flokuasi
Galeri pipa eksisting akan dijadikan flokuator, yang akan dibagi menjadi
kompartemen.
Tahapan pekerjaan di Flokuasi adalah:
a. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
b. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
c. Membuat sekat kompartemen dengan beton
d. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
e. Penambahan manhole
f. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxyang baru

Gambar 4.3 Unit flokulasi

47
4.3.3 Sedimentasi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tahapan pelaksanaan pada masing-masing kompartemen sedimentasi adalah:
a. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
b. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
c. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- Common Chanel
- Gutter
d. Pemasangan settler SS 304
e. Pemasangan pipa dan butterfly valve untuk drain sedimentasi.

Gambar 4.4 Unit sedimentasi sebelum dan setelah

48
4.3.4 Filtrasi
Tahapan pekerjaan di filtrasi adalah:
a. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
b. Bongkaran beton
c. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
d. Pemasangan plat galvanis
e. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
f. Pemasangan plat PVC (plat dudukan nozzle)
g. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
h. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
i. Pengisian bak dengan media filter

Gambar 4.5 Unit Filtrasi

4.4 Sistem Automasi


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxx dilengkapi dengan system automasi.

49
Gambar 4.6Sistem Automatisasi

1) Automasi Dan kontrol Unit Injeksi Kimia

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
injeksi kimia Soda Ash sebagaipenyeimbang pH.

Gambar 4.7 Unit Kontrol

Pembubuhan injeksi kimia PAC atau Alum menggunakan dosingpump yang


dikontrol secara porposional oleh Streaming Currentmonitor, Zero point dari
SCM harus dapat diubah dari tampilanScada .

50
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.

Injeksi Soda Ash dilakukan dengan dosing pump, dari dua (2)dosing pump yang
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
padasistem injeksi kimia, melakukan kontrol pada seluruh pompadosing dan
kontrol terhadap level tanki bahan kimia.

Seluruh data yang berkaitan dengan nilai-nilai hasil pengukuranperalatan


instrumentasi, yaitu flowrate, turbidity, pH, volumeinjeksi kimia dan tekanan
disimpan dalam historical database,sehingga grafik trending waktu sebelumnya
dapat dilihat kembali,minimal pada jangka waktu 1 bulan yang lalu. Tersedia
fungsiuntuk melakukan print-out pelaporan.

2) Automasi Dan kontrol Unit Koagulator dan Flokulator

Pada prinsipnya unit koagulator dan flokulator tidak timbullumpur endapan,


tetapi yang ada adalah terbentuknya flok-flokyang nantinya akan diendapkan
pada bak sedimentasi.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx detik. Hal ini dimaksudkan agar flok yangterbentuk tidak hancur kembali.

51
3) Automasi dan Kontrol Unit Sedimentasi

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
 Automatic : Backwash process secara automatic berjalan bila selector
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
sendirinnya.
 Manual : Backwash process secara Manual berjalan bila selector switch
pada posisi manual, dan Water level di Filter sudah mencapai kondisi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Bila ada dua(2) atau lebih Filter yang sudah mencapai kondisi“washing Level”
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx sebaliknya.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx mencegah terjadinya WaterHammer.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx tabel terlampir.

52
Beberapa ketentuan dari pelaksanaan up-rating ini, antara lain
adalah :
 Untuk pekerjaan konstruksi beton, minimal K.225
 Kuantitas air produksi minimal sebesar 300 liter/detik
 Kualitas air hasil olahan sesuai dengan Permenkes
RINo.492/Menkes/Per/IV/2010 (persyaratan kualitas air minum)

4.5 Pengujian dan Pengetesan IPA


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
masa uji coba

4.6 Pelaksana
4.6.1 Struktur Organisasi Proyek

Gambar 4.8 Struktur Organisasi Proyek


4.6.2 Peralatan
Peralatan yang akan disediakan adalah:

53
1. Trafo Las
2. Acetylene
3. Gerinda Tangan
4. Concrete Mixer 0,3-0,5 m³
5. Pompa Air Dewatering 2”—3”
6. Genset
7. Vibrator
8. Stemper
9. Jack Hammer
10. Chain Hois
11. Theodolite dan waterpass
12. Alat bantu

4.6.3 Manpower
Rencana pengadaan man power:
1. Pekerjaan di Unit Pengaduk Cepat: 8 orang
2. Pekerjaan di Flokuasi: 10 orang
3. Pekerjaan di Sedimentasi: 15 orang
4. Pekerjaan di Filtrasi: 15 orang
5. Pekerjaan di SCADA: 5 orang

4.6.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Prosedur keselamatan kerja secara umum:
1. Pra RK3K
2. BPJS Ketenagakerjaan
3. Indoktrinasi & Adm. Pelaporan (Safety Procedur)
4. Fas. Kesehatan (P3-K, & Peralatan Kesehatan)
5. Fas. Keselamatan (FE, Tanda dilokasi, dll)
6. Fas. Keamanan (Securiti & dll)
- Peralatan K-3 secara umum:
1. SATPAM dan fasilitas box obat-obatan P3K
2. Fasilitas keamanan pekerja:
 Helm proyek
 Safety belt dan safety shoes
 Tanda-tanda marka dan papan peringatan
 FE tabung yang masih berfungsi

4.6.5 Jadwal Kegiatan

54
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan uprating IPA Citayam Kelurahan Depok
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok

Gambar 4.9 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan (PDAM Tirta Asasta)

55
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil Analisis dilapangan kegiatan uprating IPA Citayam yang telah
dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
2. Tahapan pekerjaan dilakukan dengan cara mematikan satu kompartemen
yang ada.
3. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
4. Pekerjaan dilakukan secara peralel ditiap unit operasi yaitu unit pengaduk
cepat,flokulasi,sedimentasi,filtrasi dan perpipaan pada IPA.
5. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxx
6. Pada unit- unit proses dilengkapi dengan automatisasi sistem SCADA
7. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxx didalamnya pemeriksaan hasil kualitas air baku di laboratorium
selama masa uji coba

56
DAFTAR PUSTAKA

Ali Masduqi cs.2012.Operasi & Proses Pengolahan Air, ITS Press, Surabaya

Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok ,tentang Kerangka Acuan Kerja
(KAK) Up-Rating IPA Citayam,2016

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum,

Permen Kes.RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentangPersyaratan kualitas air


minum

Permen. PU No.13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,

Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum,

PPRINo.185 Thn.2014tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi,

Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774:2008 tentangTata CaraPerencanaan unit


paket instalasi pengolahan air

57

Anda mungkin juga menyukai