PENDAHULUAN
PDAM Tirta Asasta Kota Depok adalah Perusahaan Daerah milik Pemerintah
Daerah yang mempunyai tugas menyediakan kebutuhan air bersih/minum bagi
1
masyarakat di wilayah Kota Depok. Letak Kota Depok sangat strategis, diapit
oleh Ibukota Jakarta dan Kota Bogor.Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin
tumbuh dengan pesat seiring meningkatnya perkembangan jaringan transportasi
yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Dengan
perkembangan arus urbanisasi yang tinggi, diikuti pula peningkatan permintaan
perumahan dengan sarana penunjang yaitu air bersih (standarisasi air
minum),untuk memenuhi peningkatan permintaan tersebut,
Saat ini kapasitas terpasang dari WTP existing sekitar 100 liter/detik,
dandirencanakan akan di up rating menjadi sekitar 200-300 liter/detik.Dengan
adanya peningkatan kapasitas (up rating) WTP tersebut,diharapkan kapasitas
produksi dapat memenuhi kebutuhan sistem yangpada gilirannya dapat
meningkatkan pelayanan air bersih kepadamasyarakat di wilayah pelayanan
tersebut.
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Depok mempunyai sistem existing saat ini
memiliki 9 (sembilan) unit instalasi, yaitu : Citayam, Citayam, Sawangan,
2
Cinangka, Duren Seribu, Sumur Bor Permata Puri, Sumur Bor Laguna,
Kahuripan, Sumur Bor Nurul Fikri.
Tujuan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah mengetahui dan
memahami secara keseluruhan sistem pengelolaan air minum dalam upaya
PeningkatanKapasitas IPA CitayamPDAM Tirta Asasta Kota Depok, sehingga
dapat membandingkan teori – teori yang di dapat dari perkuliahan dengan
kenyataan di lapangan.
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis membatasi dalam
hal pengelolaan sistem penyediaan air minum yang difokuskan pada analisa
peningkatankapasitas IPA CitayamPDAM Ttirta Asasta Kota Depok.untuk
meningkatkan pelayanan.
3
b) Pengujian di laboratorium untuk menganalisis beberapa parameter
kualitas air bersihyang disesuaikan untuk kebutuhan uprating.
c) Wawancara atau diskusi dengan karyawan dan pembimbing lapangan
yang bertanggung jawab terhadap pengolahan air bersih pada Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Citayam di PDAM Ttirta Asasta Kota Depok.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diambil dari buku laporan hasil analisis di
laboratorium Produksi di IPA Citayam PDAM Ttirta Asasta Kota Depok,
buku-buku keluaran antara lain BPPSPAM mengenai instalasi pengolahan air
(IPA) serta kajian pustaka.
Setelah data primer dan sekunder diperoleh, selanjutnya akan dibandingkan
dengan teori yang didapat dari bangku kuliah.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang penulisan, maksud dan
tujuan penulisan, ruang lingkup permasalahan untuk membatasi penulis,
metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang studi literatur yang digunakan sebagai pendukung
pada penulisan laporan kerja praktek.
BAB III : GAMBARAN UMUM SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KOTA DEPOK
Gambaran umum Sistem Penyediaan Air MinumPDAM Ttirta Asasta
Kota Depoktentang kondisi sumber daya lahan,sumber daya air,lokasi
dan eksiting diPDAM Ttirta Asasta Kota Depok.
BAB IV : ANALISA PENINGKATAN KAPASITAS IPA CITAYAM
4
PDAM TIRTA ASASTA KOTA DEPOK
Menjelaskan analisa kegiatan dilapangan peningkatan kapasitas IPA
CitayamPDAM Tirta Asasta Kota Depok.
BAB V : KESIMPULAN.
Menyimpulkan hasil analisis kegiatan dilapangan peningkatan kapasitas
IPA CitayamPDAM Tirta Asasta Kota Depok
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2015
tentang Sistem Penyediaan Air Minum, seperti dalam pendahuluan sudah
disinggung bahwa Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan berdasarkan asas
kelestarian, keseimbangan, kemanfaatanumum, keterpaduan dan keserasian,
keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi, danakuntabilitas. Untuk
lebih rinci dapat dijelas sebagai berikut :
Asas kelestarian mengandung pengertian bahwa SPAM diselenggarakan
dengan cara menjaga kelestarian fungsi sumber daya air secara berkelanjutan.
Asas keseimbangan mengandung pengertian keseimbangan antara fungsi
sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi terutama dalam
memberikan akses kemudahan pada masyarakat golongan rendah (miskin).
Asas kemanfaatan umum mengandung pengertian bahwa SPAM
dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
umum secara efektif dan efisien.
Asas keterpaduan dan keserasian mengandung pengertian bahwa SPAM
dilakukan secara terpadu dalam mewujudkan keserasian untuk berbagai
kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis.
Asas keadilan mengandung pengertian bahwa SPAM dilakukan secara merata
ke seluruh lapisan masyarakat di wilayah tanah air sehingg setiap warga
negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan
menikmati hasilnya secara nyata.
Asas kemandirian mengandung pengertian bahwa SPAM dilakukan dengan
memperhatikankemampuan dan keunggulan sumber daya setempat, tidak
dapat dipengaruhi pihak mana pun sehingga bisa melaksanakan amanat
pelayanan.
Asas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengertian bahwa SPAM
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggunggugatkan.
6
Penyelenggaraan SPAM meliputi pengembangan SPAM dan pengelolaan SPAM
yang pelaksanaannyaberlandaskan pada Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan
SPAM dan Rencana Induk SPAM sertawajib memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Menteri Pengembangan SPAMmeliputi
pembangunan baru, peningkatan, dan perluasan. Sedangkan pengelolaan meliputi
operasi danpemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan sumber daya manusia.
7
Strategi 2. Memasarkan hasil inovasi teknologi
Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi hasil inovasi teknologi.
2. Melakukan uji coba hasil inovasi teknologi.
3. Melakukan kemitraan dengan lembaga/pabrikan/ahli teknologidalam dan
luarnegeri terkait penggunaan teknologi baru bidang air minum.
4. Mengembangkan pasar yang dapat memanfaatkan inovasi teknologi antara
lainmelalui pengembangan kebijakan pemanfaatan inovasi teknologi
PPRI No.185 Thn.2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
antara lain menyebutkan :
8
a. bahwa air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang
harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat;
b. bahwa penyediaan air minum dan sanitasi masihmengalami berbagai kendala
sehingga diperlukan percepatan penyediaannya untuk mencapai
universalaccess pada akhir tahun 2019;
Air Minum, adalah air yang memenuhi ketentuan persyaratan kualitas air minum
No.492/MENKES/PER/IV/2010 disebutkan bahwa air minum harus memenuhi
syarat antara lain bakterologis, kimia, dan fisika. Air minum adalah air yang
9
didapat melalui proses pengolahan air baku (air sungai, air waduk, mata air, air
danau atau bisa juga air hujan) dengan cara dilalukan melalui unit-unit proses
pengolahan.
Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen
dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum
10
Tabel 1.
Tabel 1.
11
12
13
2.3. Kerangka Acuan Kerja (KAK) Up–Rating IPA Citayam
Pada tahun anggaran 2016 PDAM Tirta Asasta akan melakukan Up – Rating
IPA Citayam dari kapasitas 100 l/d menjadi 300 l/d yang kegiatannya melalui
Dinas Tata Ruang & Permukiman Kota Depok. Pengawasan merupakan salah
satu upaya dalam memastikan bahwa proses dan hasil pekerjaan yang
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi adalah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan kualitatif dan kuantitatif yang tertera dalam kontrak dan
menyediakan dokumen teknis administratif selama pelaksanaan sebagai sarana
monitoring kemajuan pekerjaan.
14
Lingkup kegiatan dan lingkup tugas (dikutip hanya bagian yang berkaitan
dengan lingkup kegiatan dan lingkup tugas di lapangan saja)
a) Lingkup kegiatan ini adalah :
1. Persiapan, yakni mempelajari dokumen kontrak kerja konstruksi Up-Rating
IPA Citayam Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas dan kondisi
lapangan, seperti gambar prarencana, siteplan, gambar kerja, detail
pemasangan, spesifikasi teknis, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
pekerjaan konstruksi; Rencana anggaran biaya (RAB) sebagaimana kontrak;
gambar perubahan Aanwijzing/ penyesuaian, jadwal kerja (time schedule);
penyiapan form pengawasan, sebagaimana terlampir.
2. Penyusunan Rencana Kerja Pengawasan, seperti : rencana pengawasan
pekerjaan persiapan, rencana pengurusan perijinan/operasional, rencana
pengawasan pengukuran tapak, rencana pengawasan penggunaan material dan
aksesoris rencana pengawasan kualitas dan kuantitas material, rencana
pengawasan biaya, rencana pengawasan waktu kerja, rencana pengawasan
tenaga kerja, rencana pencatatan cuaca dan seterusnya;
3. Tindakan Pengawasan lapangan, antara lain seperti : pengawasan pekerjaan
persiapan, perijinan, pengawasan pengukuran tapak, pengawasan sistem dan
aksesorisnya, pengawasan kualitas dan kuantitas material, pengawasan mutu
beton, pengawasan biaya, pengawasan waktu kerja, pengawasan tenaga kerja,
pencatatan cuaca dan seterusnya;
4. Meneliti gambar pelaksanaan (shop drawing), gambar yang disesuaikan
dengan pelaksanaan (As built drawing) yang dibuat oleh kontraktor pelaksana
sebelum serah terima pertama pekerjaan.
5. Melaksanakan pengumpulan data dan informasi di lapangan untuk
memecahkan persoalan selama konstruksi berlangsung termasuk apabila
terjadi perubahan-perubahan desain lapangan dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil/ mutu pekerjaan (Engineering Value).
b) Lingkup Tugas dan Lingkup tugas yang akan dilaksanakan dalam proses
pengawasan ini adalah :
1. Mengawasi dan memonitor pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
15
2. Menilai kuantitas dan kualitas pekerjaan dilapangan.
3. Mengawasi dan meneliti kualitas bahan dan pekerjaan agar tidak
menyimpang dari ketentuan teknis dan teknologi seperti persyaratan -
persyaratan yang berlaku.
4. Pengawasan terhadap kualitas sesuai dengan isi kontrak antara lain isi
keseluruhan kontrak dan target tiap-tiap angsuran pembangunan.
5. Memeriksa dan memonitor time schedule yang diajukan dan dilaksanakan
oleh kontraktor.
6. Mengawasai sistem kerja yang ditetapkan dalam RKS dan peraturan -
peraturan yang berlaku.
7. Memberikan saran pendapat teknis kepada Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan.
8. Melakukan rapat – rapat, baik rapat internal maupun bersifat koordinasi.
9. Memberikan teguran – teguran lisan / tertulis kepada Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi.
10. Melaporkan hasil dan kemajuan pekerjaan dilapangan kepada PPK secara
berkala.
11. Membuat dokumentasi visual mulai dari pekerjaan persiapan s/d finishing
pekerjaan.
12. Memberikan saran pendapat kepada PPK tentang usulan perubahan pekerjaan
tambah kurang yang diajukan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
16
Gambar 2.1 Tahap Pengolahan Berdasarkan Dimensi Polutan (Masduki,2012)
17
Gambar 2.2 Diagram alir proses pengolahan air sungai
(Masduki,2012)
2.4.1 Koagulasi-flokulasi
18
Gambar2.3 :Proses Koagulasi-Flokulasi(Masduki,2012)
19
Gambar 2.4. Denah Pengadukan Lambat Dengan Kanal Bersekat,
(Masduki,2012)
2.4.2 Sedimentasi
20
Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan betonbertulang dengan bentuk
lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya
berdiameter 10,7hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3 meter.
Bakberbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga70 meter dan
kedalaman 1,8 hingga 5,8 meter. Bak berbentuk segiempat umumnya mempunyai
lebar 1,5 hingga 6 meter, panjangbak sampai 76 meter, dan kedalaman lebih dari
1,8 meter(Reynold &. Richards, 1996).Namun, angka-angka tersebutbukanlah
angka mutlak yang harus diikuti, harus disesuaikandengan kondisi setempat dan
debit air yang diolah.
Gambar 2.5 Bak Sedimentasi Berbentuk Segi Empat: (A) Denah, (B)Potongan
Memanjang
21
Gambar 2.6 Settler Pada Bak Sedimentasi, (Masduki,2012)
2.4.3 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat darifluida (cair maupun gas)
yang membawanya menggunakan suatumedium berpori atau bahan berpori lain
untuk menghilangkan
sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid.Pada pengolahan
air minum, filtrasi digunakan untuk menyaringair hasil dari proses koagulasi -
flokulasi - sedimentasi sehinggadihasilkan air minum dengan kualitas tinggi. Di
sampingmereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksikandungan
bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan
mangan. Perencanaan suatu sistem filter untuk pengolahan airtergantung pada
tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telahdilakukan pad a air baku sebagai
influen filter.
22
- Tipe Filter
Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah,filter pasir dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu filter pasir cepatdan filter pasir lambat.
Luas permukaan bak filter tergantung pada jumlah bak,debit pengolahan, dan
kecepatan (rate) filtrasi. Jumlah bakditentukan berdasarkan debit pengolahan
dengan rumuspendekatan: N = 1,2Q0.5,dengan Q adalah debit pengolahan(MGD =
mega galon per hari). Jurnlah bak juga dapat ditentukandengan batasan luas
permukaan maksimum 100 m2 per bak.Jumlah bak minimum adalah dua.
Q
As=
Vo
23
denganVoadalah kecepatan filtrasi. Berdasarakan luas permukaanbak, ukuran bak
(panjang dan lebar, atau diameter) dapatditentukan.Perbandingan lebar terhadap
panjang berkisar 1 : 1hingga 1 : 2.
24
Tabel 2.3 Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)
25
26
Tabel 2.4 Kriteria perencanaan unit sedimentasi (bak pengendap)- lanjutan
27
Tabel 2.5 Kriteria perencanaan unit filtrasi(saringan cepat) – lanjutan
28
BAB III
GAMBARAN UMUM SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KOTA DEPOK
29
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerahdataran
rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasiantara 50 – 140 meter
diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnyakurang dari 15%. Kota Depok
sebagai wilayah termuda di Jawa Barat,mempunyai luas wilayah sekitar 200,29
km2.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxa
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxx
30
Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasanterbangun,
hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan danperkampungan. Jasa dan
perdagangan akan menutupi 2,96% total luaskota, industri 2,08% total luas kota,
pendidikan tinggi 1,49% total luaskota, dan kawasan khusus 1,27% total luas
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan,disusul
sawah irigasi sederhana PU.
Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur, Barat danTengah.
Luas keseluruhan situ yang ada di Kota Depok berdasarkandata tahun 2005
adalah seluas 169,68 Ha1), atau sekitar 0,84 % luas
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
penurunan kualitas air, kawasan situ jugamengalami degradasi luasan.
31
Pembangunan perikanan di Kota Depok juga menghadapi masalahyang sama
dengan pertanian tanaman pangan, yaitu penyempitanlahan air kolam.
Berdasarkan data tahun 2005, luas areal air kolamadalah 242,21 ha dibandingkan
pada tahun 2000 seluas 290,54 ha.
32
Gambar 3.2 Lokasi WTP Citayam – Jl Raya Citayam Depok
Khususnya assesmen ini ditujukan pada IPA Citayam yang saat ini difungsikan
100 liter/detik, sesuai dengan kapasitas terpasang.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Kualitas Air Minum ).
33
3.1.6 Gambaran IPA Kedasih
34
3.1.6.2 Kriteria Design
Tabel 3.1 Kriteria Design Bangunan Pengolahan Air
DIMENSI KRITERI
UNIT A
BENTUK
PENGOLAHAN PARAMETER SATUAN DESIGN
TEORI
Unit Pengaduk Hidrolis/
td detik
Cepat terjunan 60-300
G /detik 300-500
G td - ˃10.000
Flokuator Hexagonal td menit 10-65
G /detik 10-75
m3/m2/
Sedimentasi
Bak pengendap Kec.Pengendap jam 5-7
dengan plate Re Number ˂ 500
settler Fr Number ˃10exp-5
Kec. m3/m2/
Filter Pasir Cepat 6-8
Penyaringan jam
m3/m2/
Kec. Backwash 38
jam
Tebal media
cm 70-100
filter
35
Operasi manual
mg/lt
Rerata Dosis Koagulan (ppm) 2.4
Flokuator - Hexagonal - Heliocal : dua stream unit
operasi
1. Jari-jari hidrolis (r) m1 m 1,01
2. Diameter (2xr) m² m 2,02
3. Kedalaman Konstruksi m 6,35
4. Kedalaman Air rata-rata m 5,74
5. Ukuran Bukaan Perbak (m) m (0,9 x 0,7)
6. Ukuran Zona Inlet
a. Lebat bawah (lb) m 3,65
b. Lebar pinggang 60° (lp) m 2,68
c. Lebar atas m 3,01
d. Panjang (b-p-a) m 10,5
e. Diameter pipa outlet m 600
7. Taksiran Tebal Lantai Beton m 0,3
8. Diameter Pipa Drain mm 150
Jenis Katup drain (5 Unit) Butterfly Valve-manual
9. Jenis Katup outlet (2xND 600) Butterfly Valve-manual
Sedimentasi : dua stream unit operasi
1. Kedalaman Konstruksi m 6,1
Kedalaman Air terdekantasi/Freeboard 5,74 / 0,36
2. Ukuran Permukaan (n x p x l) m 2 x 10,5 x 12,3
3. Taksiran Tebal Beton m 0,3
4. Diameter Pipa Drain (2 x 3 Unit) mm 250
5. Jenis Katup Gate Valve - manual
6. Tinggi / Panjang settler m 1/1,2
36
7. Jumlah hoper/bentuk/tinggi unit 2 x 3 unit/kerucut/1,5 m
8. Jumlah Gutter/jenis unit 2 x 6 unit/ambang gergaji
9. Influent flokulant jenis pipa berlubang
2 x talang beton (0,4 x
10. Outlet Launders unit 0,9) m
Filter: dua stream unit operasi; maisng-masing dibagi tiga cell filter
inlet box, ukuran (p x l x t) in-
1. konstruksi m 4,4 x 2,08 x 7,35
Filter cell, ukuran (p x l x t) in-
2. konstruksi: m 4,4 x 2,08 x 7,35
a. Tebal underdrain m 0,75
b. Tebal dasar media/jenis m 0,3 / "A" block
c. Tebal media kerikil m 0,3
d. Tebal media pasir m 0,7
e. Tebal air pencucian (posisi wash-
weir) m 1,1
f. Tebal air proses filtrasi m 4,6
g. Tinggi air operasi (DRF: max-min) m 2,25
h. Gradasi media pasir mm
2 cell mencuci 1 cell
3. Zona outlet: Eff. Comm. Chanel filter
Ukuran (p x l x t) in-konstruksi m 1,60 x 6,75 x 7,35
Ukuran outlet-box ( p x l x t) in-kons m
4. Drain-inlet box per cell filter (p x l x t) m 2,0 x 2,08 x 1,90
5. Perpipaan (ND)
a. Inlet mm 300
b. Outlet mm 300
c. Drain mm 300
e. Overflow inlet/outlet mm 250/300
Catatan: Konfigurasi IPA dituangkan dalam gambar eksisting dengan detail ukuran-
skala
37
3.2 Evaluasi Kondisi Lapangan IPA
3.2.1 Berdasarkan evaluasi kondisi lapangan IPA existing Citayam ;
- Konstruksi struktur beton secara umum masih baik
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
38
- Besi :< 0.006 mg/l
- Kesadahan 58.8 mg/l
- Khlorida : 12.5 mg/l
- pH : 7.31
Parameter tambahan :
- Angka permanganat : 0.7 mg/l
- Sisa chlor : 0.2 mg/l
Dari gambar hasil pengukuran tersebut dimensi dari IPA existing dapatdiketahui,
dan secara rekapitulasi dapat dilihat pada tabulasi resumedari ukuran
perkompartemen.
39
BAB IV
ANALISA PENINGKATAN KAPASITAS IPA CITAYAM
PDAM TIRTA ASASTA KOTA DEPOK
4.1 Umum
Dari hasil evaluasi berdasarkan kondisi existing saat ini sertaterkait dengan
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
besar mencakup :
Unit pengaduk cepat& unit pembubuh koagulan
Unit flokulasi
Unit sedimentasi, serta
Unit filter
Unit perpipaan air baku dan produksi ke reservoir
Sarana drainase pembuangan limbah pengolahan
40
Gambar 4.1 IPA Citayam Sebelum Uprating
b. Bentuk
Bentuk Unit Pengaduk cepat yang dapat diterapkan meliputi :
Type Hidrolis
1. Dalam pipa, dengan menggunakan kecepatan pengaliran sebagai
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
2. Static Mixer, merupakan peralatan khusus yang dipasang pada pipa air
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
lebih besar.
3. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
c. Ukuran
1. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxx gradient kecepatan.
2. Jarak pembubuhan sampai bak penampungan antara 5 – 20 m.
41
3. Ukuran untuk Static Mixer disesuaikan dengan spesifikai pabrik pembuat
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxpersyaratan.
4. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
mendapatkan gradien kecepatan yang memenuhi persyaratan.
d. Kinerja
Unit pengaduk cepat bekerja dengan baik pada kondisi :
1. PH Air baku antara 6,5 – 7,5 bila PH air baku sekitar 3 s/d 6 maka ph
airbaku tersebut perlu dinaikan.
2. Energi untuk pencampuran dapat menghasilkan gradien kecepatan (G) >
750 / det.
e. Bahan / Komponen
Matrial unit pengaduk cepat tipe impeller, yang digunakan adalah :
1. Impeller : Stainless Steel (SS 316 L)
2. Shaft : Stainless Steel ( SS 316 L).
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
4.2.2 Flokulator
a. Fungsi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx.
b. Bentuk
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
42
xxx nilai gradien kecepatan menurun dari 150/det sampai 10/det dengan
pengaliran up and down. Ruang katup inlet sedimentasi dapat dimanmaatkan
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
sesuai dengan kondisi eksisting.
c. Ukuran
Ukuran bak flokulasi diperhitungkan terhadap kapasitas pengolahan dan
waktu retensi selama 8 – 20 menit sesuai dengan spesifikasi.
d. Kinerja
Untuk mendapatkan hasil flokulasi yang baik maka kondisi pengaliran harus
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx :
Waktu kontak (td) : 8 –20 menit
Graien Kecepatan (G) : 100 – 10/detik
e. Bahan / Komponen
Bahan terbuat dari Beton Bertulang disesuaikan dengan kondisi IPAM
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx struktur kaku/kuat untuk menerima beban
air.
f. Struktur Bangunan
Seluruh bangunan terletak diatas permukaan tanah diatas pondasi slab beton
bertulang sesuai dengan kondisi IPAM eksisting.
g. Pekerjaan Mekanikal
Pekerjaan pemasangan pipa-pipa pembuangan lumpur harus terbuat dari pipa
baja las spiral atau pipa baja hitam yang dilapisi epoxy.
43
Dimensi dan ukuran flokulator tetap menggunakan ukuran eksisting.
Perubahan dilakukan untuk pemasukan air dari flokulator kesedimentasi, semula
menggunakan pipa dia. 300 mm, digantidengan memanfaatkan sebagian ruang
sedimentasi sebagairuang masuk air dari flokulator ke sedimentasi.
4.2.3 Sedimentasi
a. Fungsi
Untuk memisahkan flok yang sudah terbentuk dari unit flokulasi sehingga
mudah dibuang
b. Bentuk
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Permukaan unit sedimentasi berbentuk segiempat. Bangunan unit
pengendapan terdiri dari 4 bagian (zona) yaitu :
1. Zona aliran masuk
2. Zona aliran keluar
3. Zona Pengendapan
4. Zona Penampung Lumpur
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx mempercepat pengumpulan lumpur flok.
c. Ukuran
Dimensi bak pengendap dihitung berdasarkan kriteria beban permukaan 5 s/d
30 m3/jam/m2.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
44
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxx s/d 3 m. Sistim pengaku settler atau yang lainnya yang terkait
dengan settler terbuat dari baja tahan karat SS 304. Untuk mendapatkan
ketelitian yang tinggi/presisi pada unit settler, maka dalam pembuatan/proses
pabrikasi settler harus digunakan mesin CNC, Sistim
penyambungan/pengelasan pada settler harus digunakan sistim las titik atau
las argon.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Setiap penawar harus menampilkan model aliran air didalam settler sesuai
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxx sehingga dapat digambarkan stabilitas aliran air didalam settler pada
setiap titik dalam 3 dimensi (3D). Pemodelan ini digunakan sebagai koreksi
dimensi settler terkait dengan perhitungan kecepatan pengendapan.
Untuk mendapatkan hasil aliran yang laminer dan stabil makapada ruang
sedimentasi dilakukan perubahan yang mendasaryaitu pada bagian :
Pengaturan aliran masuk ke sedimentasi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxx
Pemasangan plate settler dengan jarak yang lebih rapat.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pengaturan media filter dan sistem back wash.
4.2.4 Filter
45
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
x untuk menerima beban air.
46
Gambar 4.2 Unit Pengaduk CepatSebelum (kiri) dan Setelah (kanan)
4.3.2 Flokuasi
Galeri pipa eksisting akan dijadikan flokuator, yang akan dibagi menjadi
kompartemen.
Tahapan pekerjaan di Flokuasi adalah:
a. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
b. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
c. Membuat sekat kompartemen dengan beton
d. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
e. Penambahan manhole
f. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxyang baru
47
4.3.3 Sedimentasi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Tahapan pelaksanaan pada masing-masing kompartemen sedimentasi adalah:
a. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
b. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
c. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- Common Chanel
- Gutter
d. Pemasangan settler SS 304
e. Pemasangan pipa dan butterfly valve untuk drain sedimentasi.
48
4.3.4 Filtrasi
Tahapan pekerjaan di filtrasi adalah:
a. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
b. Bongkaran beton
c. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
d. Pemasangan plat galvanis
e. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
f. Pemasangan plat PVC (plat dudukan nozzle)
g. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
h. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
i. Pengisian bak dengan media filter
49
Gambar 4.6Sistem Automatisasi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
injeksi kimia Soda Ash sebagaipenyeimbang pH.
50
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
Injeksi Soda Ash dilakukan dengan dosing pump, dari dua (2)dosing pump yang
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
padasistem injeksi kimia, melakukan kontrol pada seluruh pompadosing dan
kontrol terhadap level tanki bahan kimia.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx detik. Hal ini dimaksudkan agar flok yangterbentuk tidak hancur kembali.
51
3) Automasi dan Kontrol Unit Sedimentasi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Automatic : Backwash process secara automatic berjalan bila selector
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
sendirinnya.
Manual : Backwash process secara Manual berjalan bila selector switch
pada posisi manual, dan Water level di Filter sudah mencapai kondisi
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Bila ada dua(2) atau lebih Filter yang sudah mencapai kondisi“washing Level”
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxx sebaliknya.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx mencegah terjadinya WaterHammer.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxx tabel terlampir.
52
Beberapa ketentuan dari pelaksanaan up-rating ini, antara lain
adalah :
Untuk pekerjaan konstruksi beton, minimal K.225
Kuantitas air produksi minimal sebesar 300 liter/detik
Kualitas air hasil olahan sesuai dengan Permenkes
RINo.492/Menkes/Per/IV/2010 (persyaratan kualitas air minum)
4.6 Pelaksana
4.6.1 Struktur Organisasi Proyek
53
1. Trafo Las
2. Acetylene
3. Gerinda Tangan
4. Concrete Mixer 0,3-0,5 m³
5. Pompa Air Dewatering 2”—3”
6. Genset
7. Vibrator
8. Stemper
9. Jack Hammer
10. Chain Hois
11. Theodolite dan waterpass
12. Alat bantu
4.6.3 Manpower
Rencana pengadaan man power:
1. Pekerjaan di Unit Pengaduk Cepat: 8 orang
2. Pekerjaan di Flokuasi: 10 orang
3. Pekerjaan di Sedimentasi: 15 orang
4. Pekerjaan di Filtrasi: 15 orang
5. Pekerjaan di SCADA: 5 orang
54
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan uprating IPA Citayam Kelurahan Depok
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
55
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil Analisis dilapangan kegiatan uprating IPA Citayam yang telah
dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
2. Tahapan pekerjaan dilakukan dengan cara mematikan satu kompartemen
yang ada.
3. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
4. Pekerjaan dilakukan secara peralel ditiap unit operasi yaitu unit pengaduk
cepat,flokulasi,sedimentasi,filtrasi dan perpipaan pada IPA.
5. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxx
6. Pada unit- unit proses dilengkapi dengan automatisasi sistem SCADA
7. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxx didalamnya pemeriksaan hasil kualitas air baku di laboratorium
selama masa uji coba
56
DAFTAR PUSTAKA
Ali Masduqi cs.2012.Operasi & Proses Pengolahan Air, ITS Press, Surabaya
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok ,tentang Kerangka Acuan Kerja
(KAK) Up-Rating IPA Citayam,2016
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum,
Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum,
57