Anda di halaman 1dari 11

Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.

2 2005

PENGELOLAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT


Studi Kasus Pembangunan Air Minum Di Desa Nelayan II
Kabupaten Sungai Liat, Propinsi Bangka-Belitung

Oleh :
Satmoko Yudo

Peneliti pada Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair,
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan – BPPT

Abstract

According to the result of the World Bank study, from 121 drinking water management
projects in rural area, only 20 (16,6%) are very effective projects. A lot of drinking water
management in developing country, including Indonesia is not running well. One of the
reasons of this problem is that community did not take part in developing and managing
drinking water treatment plant. A right policy and strategy could overcome the problem
and give an effective and sustainable of drinking water management.
This paper generally explain principles and general policy in developing the drinking
water treatment plant and how to apply the strategies, therefore that it is running well and
the are will being of the community sustainable.
There is also an example, a case study about small-scale drinking water treatment plant
in a fisherman village, Sungai Liat, Province Bangka-Belitung where the community took
part in every stage of building it.

Keywords: Community based of drinking water management, policy of developing the


drinking water treatment plant, application of strategies

1. PENDAHULUAN masih belum mencukupi dan dapat dikatakan


relatif kecil yakni 16,08 %1) . Untuk daerah yang
1.1 Latar Belakang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari
PDAM umumnya mereka menggunakan air
Data stastistik 19951) menjelaskan bahwa tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber
prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber (mata air) dan lainnya.
air minum yang digunakan di berbagai daerah di Untuk mengatasi masalah tersebut, salah
Indonesia sangat bervariasi tergantung dari satu alternatif yaitu dengan membangun instalasi
kondisi geografisnya. Secara nasional dapat untuk mengolah air tanah atau air sumur
ditampilkan sebagai berikut : rumah tangga yang sehingga didapatkan air minum dengan kualitas
menggunakan air leding 16,08 %, air tanah yang memenuhi syarat kesehatan.
dengan memakai pompa 11,61 %, air sumur
(perigi) 49,92 %, mata air (air sumber) 13,92 %, 1.2 Permasalahan
air sungai 4,91 %, air hujan 2,62 % dan lainnya
0,80 %. Terlihat bahwa pemakaian air dari mata Pembangunan pengolahan air minum saat
air, air tanah dan air sungai paling banyak ini terus dilakukan guna memenuhi kebutuhan
digunakan, akan tetapi permasalahan yang masyarakat khususnya daerah yang rawan air
timbul yakni sering dijumpai bahwa kualitas air dan daerah pedesaan, akan tetapi penyediaan
tanah maupun air sungai yang digunakan unit sarana pengolah air minum masih terdapat
masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air beberapa masalah utama, antara lain a) masih
minum yang sehat bahkan di beberapa tempat adanya sarana pengolah air minum yang
tidak layak untuk diminum. dibangun belum berfungsi secara optimal,
Dari segi kuantitas pelayanan air minum dikarenakan kurangnya keterlibatan masyarakat
masih sangat terbatas dan tidak mampu setempat baik pada perencanaan, konstruksi,
mengimbangi laju kebutuhan akibat pengoperasian dan pemeliharaan; b) air masih
pertambahan penduduk yang terus meningkat. dianggap sesuatu yang dapat diperoleh secara
Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya gratis, sehingga masyarakat tidak peduli
untuk skala yang besar masih terpusat di daerah terhadap masalah pembiayaan untuk kegiatan
perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Daerah operasional dan pemeliharaan sarana air minum;
Air Minum (PDAM), secara nasional jumlahnya c) Keterbatasan dana pemerintah, kemampuan

189
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

pemerintah pusat dalam menyediakan anggaran Karakteristik yang paling menonjol dari
semakin berkurang baik saat ini maupun masa pengelolaan tipe ini adalah bahwa kekuasaan
yang akan datang. tertinggi dalam pengambilan keputusan atas
Melihat dari permasalahan di atas perlu seluruh aspek yang menyangkut air minum
adanya suatu kebijakan dan strategi dalam berada di tangan anggota masyarakat, mulai dari
pelaksanaan pembangunan sarana air minum tahap awal identifikasi kebutuhan pelayanan air
menjadi lebih baik dan memadai. minum, perencanaan tingkat pelayanan yang
diinginkan, perencanaan teknis, pelaksanaan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2) pembangunan, hingga ke pengelolaan
operasional. Dalam waktu tertentu selama
2.1 Kebijakan Pembangunan Air Minum proses perkembangan mereka dapat
Pengelolaan Air Minum memperoleh fasilitasi dari pihak luar, misalnya
informasi tentang berbagai alternatif teknologi
Penyusunan kebijakan pelaksanaan dan bantuan teknis (misalnya kontraktor,
pengelolaan air minum mempunyai tiga pengusaha, atau tenaga profesional), namum
pendekatan pengelolaan yaitu pengelolaan keputusan terakhir tetap berada di tangan
berbasis lembaga (tipe A), kombinasi dari masyarakat itu sendiri.
pengelolaan berbasis lembaga dan pengelolaan
berbasis masyarakat (tipe B).dan pengelolaan
berbasis masyarakat (tipe C)

Tipe A: Pengelolaan Berbasis Lembaga

Pengambil keputusan dalam manajemen tipe ini


adalah lembaga. Lembaga ini memegang
kekuasaan tertinggi dalam perumusan rencana,
rancangan, operasi dan pemeliharaan prasarana
dan sarana serta pengelolaan pelayanannya
Apabila ada lembaga lain yang melakukan satu
atau dua dari aspek-aspek tersebut. Lembaga ini
dapat berkonsultasi dapat pula tidak dengan
para pelanggannya, dan hubungan dengan
mereka semata-mata bersifat komersil:
pelanggan membayar uang sebagai biaya
penyambungan dan selanjutnya secara periodik
diwajibkan membayar biaya pelayanan. Contoh
lembaga Tipe A ini adalah Perusahaan Daerah
Air Minum, Perusahaan Daerah Kebersihan, dan
Perusahaan Daerah Air Limbah di beberapa kota
Indonesia.

Tipe B: Pengelolaan Bersama Lembaga dan


Masyarakat

Katagori tipe B terjadi karena tumpang tindihnya Gambar : Pendekatan Pengelolaan Penyediaan
cakupan wilayah masing-masing pengelolaan Air Minum
lembaga dan pengelolaan oleh masyarakat.
Pendekatan tipe B membuka peluang hibrida 2.1.1 Kebijakan Pembangunan Air Minum
antara keduanya, dimana beberapa elemen Berbasis Masyarakat
dikelola oleh lembaga sedangkan elemen-
elemen lain oleh masyarakat pengguna. Selanjutnya akan diuraikan tujuan umum,
Kerjasama pengelolaan didasarkan kepada dasar hukum dan kebijakan umum
kesepakatan kedua belah pihak dengan tetap pembangunan air minum yang berbasis
mempertimbangkan aspek komersial, namun masyarakat.
segala urusan didalamnya sepenuhnya terserah
kepada anggota masyarakat yang bersangkutan. A. Tujuan Umum

Tipe C: Pengelolaan Berbasis Masyarakat Tujuan umum pembangunan sektor air


minum adalah terwujudnya kesejahteraan

190
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

masyarakat melalui pengelolaan air minum yang d. Undang-Undang No 25 Tahun 2000


berkelanjutan. tentang Program Pembangunan Nasional
Berkelanjutan dalam konteks disini dapat (PROPENAS) Tahun 2000 – 2004
diartikan sebagai upaya dan kegiatan Bab IX Pembangunan Daerah
penyediaan air minum yang dilakukan untuk Butir C Program-Program Pembangunan
memberikan manfaat dan pelayanan kepada 2.6 Program Pengembangan Prasarana
masyarakat pengguna secara terus menerus. dan Sarana Permukiman
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan
untuk menuju pembangunan air minum yang “Kegiatan pokok yang dilakukan adalah (1)
berkelanjutan adalah : peningkatan kualitas pelayanan dan
 Keberlanjutan aspek pembiayaan pengelolaan prasarana dan sarana
 Keberlanjutan aspek teknik permukiman, meliputi air bersih, drainase, air
 Keberlanjutan aspek lingkungan hidup limbah, persampahan, penanggulangan
 Keberlanjutan aspek kelembagaan banjir, jalan lokal, terminal, pasar, sekolah,
 Keberlanjutan aspek sosial perbaikan kampung dan sebagainya; (2)
peningkatan kualitas operasi dan
B. Dasar Kebijakan pemeliharaan prasarana dan sarana
permukiman”.
Kebijakan pembangunan air minum di
e. Millenium Development Goal (MDG)
Indonesia disusun berdasarkan kebijakan-
kebijakan sebagai berikut :
Tahun 2002 pada Johannesburg Summit
sepakat pada tahun 2015 mengurangi
a. Undang-Undang Dasar 1945
separuh proporsi penduduk yang tidak dapat
Pasal 33 Ayat 3
atau tidak mampu memperoleh sir minum
yang sehat (seperti yang tercantum dalam
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang
Deklarasi Milenium) dan proporsi penduduk
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
yang tidak memiliki akses pada sanitasi
dikuasai negara dan dipergunakan untuk
dasar.
sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
f. Deklarasi Kyoto (World Water Forum) 24
b. GBHN 1999-2004 (Tap Nomor: IV/MPR/
Maret 2003
1999)
Butir B. Ekonomi, Ayat 17
a) Peningkatan akses terhadap air bersih
adalah penting bagi pembangunan
“Meningkatkan pembangunan dan
berkelanjutan dan pengentasan
pemeliharaan sarana dan prasarana publik,
kemiskinan dan kelaparan.
termasuk transportasi, telekomunikasi,
b) Penambahan investasi pada sektor air
energi dan listrik, dan air bersih guna
minum dan penyehatan lingkungan
mendorong pemerataan pembangunan,
sangat diperlukan dalam rangka
melayani kebutuhan masyarakat dengan
mencapai target pengurangan separuh
harga terjangkau, serta membuka
proporsi penduduk yang tidak memiliki
keterisolasian wilayah pedalaman dan
akses terhadap air minum yang sehat
terpencil”.
dan sanitasi dasar pada tahun 2015.
c. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
C. Kebijakan Umum
tentang Kesehatan, Bab V Upaya
Kesehatan, Bagian kelima : Kesehatan
Lingkungan Pasal 22. Supaya tujuan pembangunan air minum
dapat dicapai dengan baik diperlukan perubahan
“Kesehatan lingkungan diselenggarakjan kebijakan pembangunan air minum yang
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang didasarkan kepada :
sehat. Kesehatan lingkungan dilaksanakan
terhadap tempat umum, lingkungan 1) Air Merupakan Benda Sosial dan Benda
permukiman, lingkungan kerja, angkutan Ekonomi
umum dan lingkungan lainnya. Kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air dan Saat ini masyarakat menganggap bahwa air
udara, pengamanan limbah padat, limbah merupakan benda sosial (public good) yang
cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, dapat diperoleh secara gratis dan tidak
pengendalian vektor penyakit, dan mempunyai nilai ekonomi. Anggapan ini
penyehatan atau pengamanan lainnya”. membuat masyarakat tidak menghargai air

191
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

sebagai benda yang langka dan mempunyai Pembangunan prasarana dan sarana air
nilai ekonomi, sehingga masyarakat minum harus mampu mengubah perilaku
mengeksploitasi air secara bebas dan masyarakat dalam menjaga dan
berlebihan. meningkatkan derajat kesehatan sebagai
Untuk merubah anggapan dan perilaku dasar menuju kualitas hidup yang lebih baik.
tersebut diperlukan usaha kampanya publik Salah satu upaya untuk mengubah perilaku
dan sosialisasi kepada lapisan masyarakat masyarakat adalah melalui pendidikan
bahwa air merupakan benda langka yang perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini
mempunyai nilai ekonomi dan memerlukan merupakan komponen utama dalam
pengorbanan untuk mendapatkannya. pembangunan air minum selain komponen
Sehingga diharapkan perilaku masyarakat fisik prasarana dan sarana air minum.
dalam memanfaatkan air akan berubah,
lebih bijak dalam mengeksploitasi air, lebih 5) Keberpihakan pada Masyarakat Miskin
efisien dalam memanfaatkan air, berkorban
dalam mendapatkan air. Pada dasarnya seluruh masyarakat
Prinsip utama dalam pelayanan air minum Indonesia berhak untuk mendapatkan
adalah “pengguna/pemakai harus membayar pelayanan air minum yang layak dan
atas pelayanan yang diperolehnya”. terjangkau. Oleh sebab itu pembangunan air
minum harus memperhatikan dan melibatkan
2) Pilihan yang Diinformasikan Sebagai secara aktif kelompok masyarakat miskin
Dasar dalam Pendekatan Tanggap dan kelompok masyarakat tidak mampu
Kebutuhan lainnya dalam proses pengambilan
keputusan. Hal ini sebagai upaya agar
Pendekatan tanggap kebutuhan (Demand mereka tidak terabaikan dalam pelayanan air
Responsive Approach) menempatkan minum, sehingga kebutuhan mereka akan air
masyarakat pada posisi teratas dalam minum dapat terpenuhi secara layak, adil
pengambilan keputusan dalam hal pemilihan dan terjangkau.
sistem yang akan dibangun, pendanaan, dan
tata cara pengelolaannya. Untuk 6) Peran Perempuan dalam Pengambilan
meningkatan efektivitas pendekatan Keputusan
tersebut, pemerintah sebagai fasilitator harus
memberikan pilihan yang diinformasikan Perempuan mempunyai peran dalam
kepada masyarakat. memenuhi kebutuhan air minum untuk
Pilihan yang diinformasikan tersebut kepentingan sehari-hari sangat dominan.
menyangkut seluruh aspek pembangunan air Mereka langsung berhubungan dengan
minum, seperti teknologi, pembiayaan, pemanfaatan prasarana dan sarana air
lingkungan sosial-budaya, kelembagaan minum dan lebih mengetahui apa yang
pengelolaan, serta partisipasi masyarakat mereka butuhkan dalam kemudahan
dalam keinginan membayar untuk menggunakan prasarana dan sarana air
pelayanan, biaya produksi dan minum.
pemeliharaan. Sehingga sepatutnya menempatkan
perempuan sebagai pelaku utama dalam
3) Pembangunan Berwawasan Lingkungan pembangunan air minum.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan 7) Akuntabilitas Proses Pembangunan


adalah upaya yang memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumber daya air ke dalam Dalam era desentralisasi dan keterbukaan
proses pembangunan untuk menjamin maka pembangunan air minum harus
kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas menempatkan masyarakat tidak lagi sebagai
hidup generasi masa kini dan generasi masa obyek pembangunan namun sebagai subyek
depan. pembangunan. Kebijakan ini bertujuan
Pembangunan air minum mulai dari sumber meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat
air, pengambilan air baku, pengolahan air terhadap prasarana dan sarana air minum
minum, jaringan distribusi air minum yang dibangun serta meningkatkan
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk mengenal
kaidah dan norma kelestarian lingkungan lebih dini sistem pengelolaannya.
Prisnsip dari, oleh dan untuk masyarakat
4) Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan dalam pembangunan air minum mempunyai
Sehat sasaran akhir masyarakat yang
berkemampuan mengoperasikan, meme-

192
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

lihara, mengelola, dan mengembangkan 11) Penerapan prinsip Pemulihan Biaya


prasarana dan sarana yang telah dibangun.
Sehingga pembangunan air minum harus Kapasitas dan kemampuan anggaran
lebih terbuka, transparan, serta memberi pemerintah (pusat dan daerah) yang ada
peluang kepada semua pihak untuk tidak mencukupi untuk terus membangun
memberikan kontribusi dalam pembangunan dan mengelola prasarana dan sarana air
air minum dengan kemampuan sumber daya minum bagi seluruh masyarakat. Untuk
yang ada pada seluruh tahapan menunjang keberlanjutan pelayanan maka
pembangunan, mulai perencanaan, pembangunan dan pengelolaan pelayanan
pelasanaan, operasi dan pemeliharaan, dan air minum perlu memperhatikan prinsip
pengembangan pelayanan. pemulihan biaya (cost recovery). Sehingga
pembangunan air minum yang berbasisi
8) Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator masyarakat perlu memperhitungkan seluruh
komponen biaya pembangunan, mulai biaya
Pada prinsipnya, peranan pemerintah dalam perencanaan, pembangunan fisik, dan
proses pemberdayaan masyarakat adalah operasi pemeliharaan serta penyusutannya
sebagai fasilitator, bukan sebagai penyedia. (depreciation). Besaran iuran atas pelayanan
Sebagai fasilitator pemberdayaan air untuk menutup minimal biaya
masyarakat, pemerintah dapat memberi operasional, harus disepakati oleh
kesempatan kepada pihak lain yang masyarakat pengguna sesuai dengan tingkat
berkompeten serta mendorong inovasi untuk kemampuan/daya beli masyarakat setempat.
meningkatkan pelayanan air minum. Fasiltasi
tidak diartikan sebagai pemberian prasarana 2.2 Strategi Pelaksanaan Pembangunan Air
dan sarana fisik maupun subsidi langsung, minum
namun pemerintah harus memberikan
bimbingan teknis dan non teknis secara Strategi pelaksanaan merupakan
terus menerus kepada masyarakat yang penjabaran dari kebijakan umum di atas. Strategi
sifatnya mendorong dan memberdayakan ini memberikan kerangka umum untuk
masyarakat agar mereka dapat mewujudkan keberlanjutan dan penggunaan
merencanakan, membangun, dan mengelola prasarana dan sarana air minum uang dibangun
sendiri prasarana dan sarana air minum secara efektif untuk mewujudkan kualitas hidup
serta melaksanakan secara mandiri kegiatan masyarakat yang lebih baik. Berikut ini beberapa
pendukung lainnya. strategi yang saling terkait satu dengan lainnya,
komprehensif, serta berorientasi kepada
9) Peran Aktif Masyarakat pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.

Seluruh masyarakat harus terlibat secara Strategi 1 :


aktif dalam setiap tahapan pembangunan air Mengembangkan kerangka peraturan untuk
minum. Keterlibatan tersebut dapat pula mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
melalaui perwakilan yang demokratis serta perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan
mencerminkan dan merepresentasikan prasarana dan sarana air minum.
keinginan dan kebutuhan mayoritas
masyarakat. Strategi 2 :
Meningkatkan investasi untuk pengembangan
10) Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran kapasitas sumber daya masyarakat pengguna.

Pembangunan air minum harus optimal dan Strategi 3 :


tepat sasaran, maksud optimal adalah Mendorong penerapan pilihan-pilihan
kualitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan, dan
dan kemampuan masyarakat, dan nyaman pengelolaan prasarana dan sarana air minum.
serta terjangkau semua lapisan masyarakat.
Jenis pelayanan air minum harus ditawarkan Strategi 4 :
kepada masyarakat pengguna agar mereka Menempatkan kelompok pengguna dalam
dapat memanfaatkan sesuai dengan pengambilan keputusan pada seluruh tahapan
pilhannya. Tepat sasaran diartikan sebagai pembangunan serta pengelolaan prasarana dan
cakupan pelayanan prasarana dan sarana sarana air minum.
air minum yang dibangun sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi oleh Strategi 5 :
masyarakat. Meningkatkan kemampuan masyarakat di bidang
teknik, pembiayaan, dan kelembagaan, dalam

193
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

pembangunan dan pengelolaan prasarana dan Meningkatkan kualitas pengelolaan prasarana


sarana air minum. dan sarana air minum yang dilakukan oleh
masyarakat pengguna.
Strategi 6 :
Menyusun Norma, Standar, Pedoman dan Strategi 12 :
Manual (NSPM) sektor air minum dan Meningkatkan kepedulian masyarakat pengguna.
penyehatan lingkungan sebagai upaya
memperbaiki kualitas pelayanan pada tahap Strategi 13 :
perencanaan, pelaksanaan, operasai, Menerapkan upaya khusus pada masyarakat
pemeliharaan, dan pengelolaan. yang kurang beruntung untuk mencapai
kesetaraan pelayanan air minum.
Strategi 7 :
Mendorong konsolidasi penelitian, Strategi 14 :
pengembangan, dan diseminasi pilihan teknologi Mengembangkan pola monitoring dan evaluasi
untuk mendukung prinsip pemberdayaan hasil pembangunan prasarana sarana air minum
masyarakat. yang berorientasi kepada pencapaian tujuan dan
ketepatan sasaran.
Strategi 8 :
Mengembangkan motivasi masyarakat melalui Strategi 15 :
pendidikan formal dan informal. Mengembangkan komponen kegiatan monitoring
dan evaluasi dalam empat tingkat, 1) Monitoring
Strategi 9 : dan evaluasi pada tingkat masyarakat pengguna;
Meningkatkan pelestarian dan pengelolaan 2) Monitoring dan evaluasi pada tingkat
lingkungan, khususnya sumber daya air. kabupaten/kota; 3) Monitoring dan evaluasi pada
tingkat propinsi; 4) Monitoring dan evaluasi pada
Strategi 10 : tingkat pusat.
Mempromosikan perubahan pendekatan dalam
pengelolaan prasarana dan sarana air minum, Strategi 16 :
dari pendekatan berdasarkan batasan Mengembangkan dan me-nyebarluaskan
administrasi menjadi pendekatan sistem. indikator kinerja pembangunan prasarana sarana
air minum.
Strategi 11 :

Gambar 2 : Diagram Strategi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Air Minum

Secara umum dengan mengacu rencana sosial-budaya masing-masing daerah sehingga


strategis seperti terlihat pada Gambar 2, tidak terjadi lagi kegagalan dalam memenuhi
pemerintah juga harus mampu mengadopsi kebutuhan air minum masyarakat kemudian

194
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

mendorong partisipasi aktif mereka dalam pengolahan air payau/asin bagi masyarakat
pembangunan dan pengelolaannya sehingga pesisir pantai untuk mengatasi masalah
keberlanjutan sarana prasarana air minum dapat kekurangan air minum, sehingga dengan
berlangsung terus. demikian pemahaman iptek dalam masyarakat
Berikut ini akan ditampilkan suatu contoh akan meningkat. Dengan tersedianya air minum
kasus pembangunan air minum di desa nelayan bagi masyarakat, maka tingkat kesejahteraan
di Kabupaten Sungai Liat, Propinsi Kepulauan masyarakat juga akan membaik.
Bangka-Belitung. Secara kuantitatif sasaran yang akan
dicapai adalah terbangunnya sarana air minum,
3. PEMBANGUNAN SARANA AIR MINUM yaitu unit pengolahan air payau/asin menjadi air
DI DESA NELAYAN siap minum dengan sistem reverse osmosis
(IPA-RO) di desa Nelayan II dengan kapasitas
3.1 Kebutuhan Air Minum 10.000 liter/hari.

Banyak wilayah di Indonesia yang kualitas


sumber air permukaan ataupun air tanahnya 3.3 Metodologi
tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
air minum. Desa-desa di beberapa kecamatan di Metodologi yang digunakan dalam
Kepulauan Bangka-Belitung merupakan contoh kegiatan ini adalah sebagai berikut :
lokasi yang jelas tentang adanya masalah
sulitnya mengatasi pemenuhan kebutuhan air a. Survai Lapangan
minum. Desa-desa tersebut terletak di daerah Survai ini dilakukan untuk mengetahui
pinggir pantai dengan daratan yang telah secara detail tentang keadaan di lapangan,
terintrusi air laut, sehingga masyarakat desa khususnya mengenai jumlah penduduk yang
tidak mempunyai sumber air untuk pemenuhan akan dilayani, kualitas air tanah/ sumur/
kebutuhan air minumnya. permukaan, serta kondisi sosial-ekonomi
Untuk mengatasi permasalahan di atas masyarakatnya.
dibutuhkan penerapan teknologi pengolahan air
yang sesuai (tepat guna). Berdasarkan b. Penentuan Lokasi dan Pemasyaraka-tan
permasalahan yang ada ternyata sumber air Program
baku yang baik, yaitu yang tawar, tidak mungkin Lokasi IPA-RO harus ditentukan
dijumpai di daerah desa-desa tersebut, sehingga sedemikian rupa agar didapatkan hasil yang
jenis teknologi yang sesuai dengan kondisi memuaskan, baik ditinjau dari segi teknis
sumber air baku yang payau/asin adalah maupun estetika. Sedapat mungkin lokasi
teknologi proses dengan sistem osmosa balik ditentukan agar tidak terlalu jauh dari
(Reverse Osmosis). Setiap penerapan teknologi, pemukiman masyarakat setempat.
sekalipun yang sederhana, tetap memerlukan Untuk menerapkan teknologi baru di suatu
upaya pengkondisian masyarakat setempat. tempat yang tergolong pedesaan haruslah
Karena itu kegiatan ini juga mencakup dilakukan pengkondisian masyarakat setempat.
peningkatan kualitas sumberdaya manusia Karena itu perlu dilakukan pemasyarakatan
dalam segi pemahaman iptek, khususnya dalam program kegiatan melalui penyuluhan-
kaitannya dengan kondisi sosial, budaya dan penyuluhan kepada penduduk, khususnya di
tingkat ekonomi masyarakat dalam menerima desa Nelayan, Kepulauan Bangka-Belitung.
transfer teknologi pengolahan air.
c. Ketersediaan Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan yang diperlukan
3.2 Tujuan dan Sasaran untuk pembangunan unit pengolahan air
payau/asin untuk air siap minum diharapkan
A. Tujuan dapat dengan mudah didapat di pasaran,
sehingga dapat memberikan kemudahan dalam
Tujuan utama dari pembangunan sarana pengerjaan pembangunan dan biaya konstruksi
air minum ini adalah memenuhi kebutuhan air dapat ditekan serendah mungkin.
minum untuk daerah-daerah yang sulit air tawar
seperti daerah di kawasan pesisir pantai, d. Rancangan dan Konstruksi
khususnya di Kepulauan Bangka-Belitung. Disain unit alat pengolah air payau/asin
dirancang berdasarkan jumlah dan kualitas air
B. Sasaran baku, kapasitas produksi serta sesuai dengan
ketersediaan lahan dan biaya yang tersedia.
Secara kualitatif sasaran yang akan Instalasi Pengolahan Air tersebut akan dirancang
dicapai adalah penguasaan teknologi proses dalam bentuk yang kompak agar

195
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

pemasangan/pembangunan serta operasinya Dari filter Mangan Zeolit, air dialirkan ke


mudah, serta diusahakan menggunakan energi filter penghilangan warna. Filter ini mempunyai
sekecil mungkin. fungsi untuk menghilangkan senyawa warna
dalam air baku yang dapat mempercepat
e. Pembangunan IPA-RO dan Pengujian penyumbatan membran Osmosa Balik. Setelah
Pengoperasian (trial running) melalui filter penghilangan warna, air dialirkan ke
filter cartridge yang dapat menyaring partikel
Setelah sistem proses, basic design dan dengan ukuran 0,5 µm. Setelah melalui filter
rancangan tata letak unit-unit sistem pemroses cartridge, air dialirkan ke unit Osmosa Balik
sudah diketahui, maka IPA-RO tersebut dapat dengan menggunakan pompa tekanan tinggi
segera dibangun. Setelah installing selesai sambil diinjeksi dengan zat anti kerak
dilaksanakan, barulah dilakukan pengujian (antiskalant) dan zat anti biofouling. Air yang
pengoperasian alat (trial run) dan analisa keluar dari modul membran Osmosa Balik yakni
laboratorium hasil pengolahan air terhadap air tawar dan air buangan garam yang telah
beberapa parameter sesuai dengan standar air dipekatkan. Selanjutnya air tawarnya dipompa ke
minum yang berlaku. tangki penampung sambil dibubuhi dengan
klorine dengan konsentrasi tertentu agar tidak
f. Pelatihan Pengoperasian Alat dan Sistem terkontaminasi kembali oleh mikroba, sedangkan
Manajemen air garamnya dibuang lagi ke laut.
Air tawar hasil olahan ditampung di dalam
Sebelum diserahkan kepada calon tangki stainless steel kapasitas 500 liter,
pengelola, dilakukan pelatihan pengoperasian kemudian sebelum diisikan ke dalam botol galon
IPA-RO, serta cara perawatan kepada calon air dipompa melewati catridge filter dan lampu
pengelola agar dapat beroperasi dengan baik ultra violet untuk membunuh bakteri yang masih
dan berkesinambungan. Pelatihan tidak hanya ada.
dalam hal teknis, tetapi juga dalam bidang
manajemen. Bagaimana sistem pengelolaan 3.5 Pengelolaan Sarana Air Minum IPA-RO
yang harus digunakan agar nilai investasi yang
sudah ada dapat berkembang secara berarti dan Pengelolaan sarana air minum dilakukan
berdampak positif bagi peningkatan taraf sepenuhnya oleh masyarakat nelayan dibawah
kehidupan masyarakat pedesaan tersebut. tanggung jawab ketua lingkungan Desa Nelayan
II. Pada tahap awal identifikasi sampai dengan
3.4 Proses Pengolahan IPA-RO tahap pembangunan sarana air minum telah
melibatkan masyarakat dan aparat desa.
Air baku (air laut) dipompa ke tangki Sehingga masyarakat ikut berpartisipasi mulai
reaktor (kontaktor), sambil diinjeksi dengan dari perencanaan, penentuan sumber air baku,
larutan klorin atau Kalium Permanganat agar zat aspek teknis dan manajemen serta kemampuan
Besi atau Mangan yang larut dalam air baku masyarakat dalam membeli air minum untuk
dapat dioksidasi menjadi bentuk senyawa oksida biaya pemeliharaan.
Besi atau Mangan yang tak larut dalam air. Saat ini petugas pengelola dibagi dalam 3
Selain itu, pembubuhan Klorin atau Kalium bagian, yaitu petugas operator, petugas
Permanganat dapat berfungsi untuk membunuh keuangan dan petugas pelayanan dan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan pemasaran. Petugas operator menghidupkan/
biofouling (penyumbatan oleh bakteri) di dalam menjalankan semua peralatan, mengisi larutan
membran Osmosa Balik. zat kimia, melakukan pencucian filter
Dari tangki reaktor, air dialirkan ke (Backwash), memeriksa air baku dan air hasil
saringan pasir cepat agar senyawa Besi atau olahan secara periodik. Petugas keuangan
Mangan yang telah teroksidasi dan juga padatan mencatat semua uang masuk dari hasil
tersuspensi (Suspended Solid) yang berupa penjualan air minum, dan uang keluar untuk
partikel halus, plankton dan lainnya dapat honor, pembelian bahan kimia, air baku dan
disaring. Air yang keluar dari saringan pasir biaya operasional peralatan. Terakhir adalah
selanjutnya dialirkan ke filter Mangan Zeolit. petugas pelayanan yaitu memberikan pelayanan
Dengan adanya filter Mangan Zeolit ini, zat Besi kepada pelanggan untuk melakukan pencucian
atau Mangan yang belum teroksidasi di dalam dan pengisian botol galon, antar jemput gotol
tangki reaktor dapat dihilangkan sampai galon dan lain sebagainya.
konsentrasi < 0,1 mg/l. Zat Besi dan Mangan ini Sampai saat ini sarana air minum yang
harus dihilangkan terlebih dahulu karena zat-zat telah dibangun berjalan dengan baik dan
tesebut dapat menimbulkan kerak (scale) di kapasitas penjualan terus bertambah sehingga
dalam membran Osmosa Balik. keuntungan dapat diperoleh. Saat ini jumlah
penjualan botol galon adalah antara 50 sampai

196
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

75 botol galon setiap hari. Satu galon dijual Rp. Sebagai studi kasus dalam kebijakan
2.500 sehingga pendapatan kotor per bulan rata- pembangunan air minum berbasis masyarakat
rata sekitar Rp. 4.600.000,-. Analisa Keuntungan diberikan contoh pembangunan sarana air
dapat dilihat pada Tabel 1. minum di desa nelayan di daerah Kabupaten
Sungai Liat, Kepulauan Bangka-Belitung.
Disini secara umum dijelaskan bahwa
4. KESIMPULAN pembangunan air minum di desa ini, mulai dari
tahap awal identifikasi telah melibatkan peran
Tulisan di atas menjelaskan kebijakan aktif masyarakat setempat. Masyarakat baik
pembangunan air minum baik dalam bentuk nelayan maupun aparat desa diajak berdiskusi
pengelolaannya maupun dasar kebijakan yang mulai dari aspek perencanaan, besarnya
digunakan dalam pembangunan air minum di kebutuhan air minum, aspek teknis dan
Indonesia. manajemen, juga dala pelaksanaan
Dari tulisan tersebut dapat diambil pembangunan masyarakat setempat dilibatkan,
kesimpulan secara umum yang berkenaan kemudian menentukan kemampuan masyarakat
dengan kebijakan pembangunan air minum dalam membeli air minum, serta menetapkan
berbasis masyarakat, antara lain bahwa pengelola dalam melaksanakan pengelolaan
pembangunan air minum harus mewujudkan operasional dan pemeliharaannya.
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan
dalam arti keberlanjutan dalam aspek DAFTAR PUSTAKA
pembiayaan, aspek teknik, aspek lingkungan
hidup, aspek kelembagaan dan aspek sosialnya. 1. SUPAS Statistik, BPS, 1995.
Dalam mewujudkan keberlanjutan di atas 2. WASPOLA, ”Kebijakan Nasional Pembangu-
serta hasil pembangunan air minum yang efektif nan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
dan bermanfaat, diberikan 16 (enam belas) Berbasis Masyarakat”, Bappenas, 2003.
strategi yang saling terkait satu dengan lainnya 3. Diah Parahita, ”Penyediaan Air Bersih Oleh
secara komprehensif. Mulai dari mendorong Komunitas”, Buletin Perkotaan dan Per-
partisipasi masyarakat, kemudian meningkatkan desaan, PU, 2003.
sumber daya manusia yang ada, serta 4. Anonim, , ”Pembangunan Unit Pengolah Air
meningkatkan kualitas pengelolaan sarana air Payau di Pangkal Pinang, Bangka-Belitung”,
minum sampai dengan mengembangkan P3TL-BPPT 2004.
monitoring dan evaluasi hasil pembangunannya.

LAMPIRAN :

Gambar 3 : Sistem Pengolah Air Payau/asin Menjadi Air Minum

197
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

Foto 1 : Masyarakat Mendengarkan Penjelasan Rencana Pembangunan Sarana Air Minum

Foto 2 : Peralatan Pengolahan Air Siap Minum Sistem RO

Foto 3 : Pengoperasian Alat utk Mengisi Air Minum Botol Galon

198
Satmoko Yudo : Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat JAI Vol. 1, No.2 2005

Tabel 1 : Analisa Ekonomi Pengelolaan Air Minum

Pembiayaan Per Bulan (Rupiah)

No Komponen Pembiayaan Jumlah Satuan Harga Satuan Harga


1 Biaya Solar 240 Liter 2.000 480.000
2 Bahan Kimia 1 kg 40.000 40.000
3 Media Filter 30 kg 20.000 600.000
4 Tenaga Kerja 3 orang 300.000 900.000
5 Beli air bersih 8 tangki 80.000 640.000
Total Pembiayaan Per Bulan 2.660.000
Kapasitas Produksi Rupiah

No Keterangan Kapasitas Satuan Volume/ Waktu Jumlah


1 Kapasitas Maksimum Unit RO 10,00 m3/hari
2 Kapasitas Produksi (8 jam, meter kubik) 0,42 m3/jam 8,00 3,33
3 Biaya Produksi Air (Rupiah/liter) Rp/liter 26,60
4 Jumlah Produksi (Botol Gallon/hari) 3.333 liter 19,50 170,94
5 Biaya Produksi Air Tiap Botol Gallon Rp/Botol 519
6 Biaya Segel Botol rupiah 300
Total Biaya Produksi Per Botol Gallon 1.019,57

Harga Jual dan Asumsi Keuntungan


Tiap Bulan (Rupiah)
No Pendapatan Maksimal Operasi 8 jam Asumsi 1 Asumsi 2 Asumsi 3
1 Kapasitas Produksi (8 jam/hari) Gallon/bulan 5.128
2 Harga Jual Produk (asumsi) Rupiah 2.500 3.000 3.500
3 Pendapatan Maksimal Rupiah 12.820.513 15.384.615 17.948.718
Rupiah
No Pendapatan Operasi 8 jam/Bulan Gallon/hari Terjual Asumsi 1 Asumsi 2 Asumsi 3
1 Asumsi Terjual 171 100,00 12.820.500 15.384.600 17.948.700
2 Asumsi Terjual 128 75,00 9.615.375 11.538.450 13.461.525
3 Asumsi Terjual 85 50,00 6.410.250 7.692.300 8.974.350
4 Asumsi Terjual 43 25,00 3.205.125 3.846.150 4.487.175
5 Asumsi Terjual Minimal 29 17,00 2.179.485 2.615.382 3.051.279
Rupiah
No Keuntungan Tiap Bulan (Rp) Gallon/hari Terjual Asumsi 1 Asumsi 2 Asumsi 3
1 Keuntungan 171 100,00 10.160.500 12.724.600 15.288.700
2 Keuntungan 128 75,00 6.955.375 8.878.450 10.801.525
3 Keuntungan 85 50,00 3.750.250 5.032.300 6.314.350
4 Keuntungan 43 25,00 545.125 1.186.150 1.827.175
5 Keuntungan Minimal 29 17,00 -480.515 -44.618 391.279

199

Anda mungkin juga menyukai