1. PENDAHULUAN
Pekanbaru merupakan Ibukota Propinsi Riau dengan luas wilayah sekitar 632,26 Km2.
Jumlah penduduk sekitar 800.000 jiwa (tahun 2008) meningkat dari 586.000 jiwa (tahun
2000). Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 4% per tahun. Diproyeksikan jumlah
penduduk akan meningkat menjadi 1,1 juta (tahun 2015) dan 1,5 juta (tahun 2026).
Kepadatan penduduk yang tertinggi terutama di kecamatan-kecamatan di pusat kota
(Pekanbaru Kota dan Sukajadi), dan adanya kecenderungan peningkatan jumlah
penduduk di kawasan pemukiman baru (Tampan, Marpoyan Damai, Tenayan Raya, dll).
Peningkatan penduduk dan pemukiman yang pesat ini membutuhkan dukungan sarana
dan prasarana dasar, khususnya air bersih dan sanitasi. Penyediaan sarana dan
prasarana sanitasi yang memadai merupakan suatu prasyarat bagi kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih
sering ditemukan kendala dan permasalahan, utamanya disebabkan oleh:
Perencanaan sanitasi masih relatif parsial dan sektoral, kurang terintegrasi antar
subsektor air limbah, persampahan, dan drainase.
Koordinasi dan kinerja antar pihak-pihak yang berkepentingan dengan sanitasi masih
belum terpadu;
Tingkat kesadaran dan kepatuhan terhadap peraturan yang terkait sanitasi masih
relatif rendah, dan kurang tegasnya sanksi atas pelanggaran tersebut;
Keterbatasan anggaran dan investasi; sektor sanitasi masih belum menjadi skala
prioritas
Investasi sektor swasta masih terbatas, karena masih dinilai kurang layak
Partisipasi swasta masih relatif terbatas, karena kurangnya sosialisasi dan edukasi
Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pekanbaru berisikan visi dan misi sanitasi, tujuan, sasaran,
kebijakan, strategi dan program pembangunan sektor sanitasi (2010 – 2026). Ruang
lingkup SSK mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik, persampahan dan
drainase lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek teknis dan kualitas pelayanan,
pengembangan kelembagaan, penegakan hukum dan peraturan, pengembangan sistem
pendanaan, peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha.
Permasalahan dalam pengelolaan sanitasi kota dapat dilihat dari berbagai perspektif,
yaitu aspek teknis dan tingkat pelayanan, kelembagaan, pendanaan, peraturan dan
partisipasi masyarakat.
Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Pemerintah dan masyarakat Kota
Pekanbaru di sektor sanitasi di antaranya adalah:
Pertumbuhan penduduk dan tingkat urbanisasi yang tinggi. Tahun 2008 jumlah
penduduk Kota Pekanbaru sebesar 800.000 jiwa dan pada tahun 2026 diperkirakan
akan meningkat menjadi 1,5 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk yang relatif
besar ini tentunya harus diikuiti dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai, termasuk di dalamnya sanitasi.
Saat ini cakupan dan tingkat pelayanan sanitasi masih rendah. Hal ini merupakan
faktor penyebab masih tingginya angka penyakit terkait air (waterborne disease), dan
mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan permukiman, kualitas air tanah dan
air permukaan sebagai sumber air baku untuk air minum. DI masa mendatang,
adalah bagaimana mengejar ketertinggalan yang ada dan sekaligus memenuhi
kebutuhan baru sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk.
Adanya target-target jangka menengah dan panjang yang harus dicapai oleh
Pemerintah Kota Pekanbaru, utamanya :
o Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM), yaitu tidak adanya
lagi pembuangan tinja secara terbuka (open defecation free)
o Millenium Development Goals (MDG’S) yaitu terlayaninya 50% masyarakat yang
belum mendapatkan akses air limbah sampai dengan tahun 2015
Percepatan pembangunan sektor sanitasi menuntut ketersedian pendanaan yang
memadai di tengah keterbatasan kemampuan keuangan Pemerintah. Oleh sebab itu
perlu dikembangkan alternatif pendanaan lainnya, seperti meso-financing, kerjasama
dengan lembaga-lembaga donor luar negeri, dan kerjasama dengan dunia usaha.
Percepatan pembangunan sektor sanitasi juga harus didukung oleh tata kelola
sanitasi yang baik, efisien dan efektif, da
Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan, teknologi yang tepat guna dan aman
bagi lingkungan.
Visi:
“Terselenggaranya sanitasi kota yang efektif, berkualitas dan berkesinambungan menuju
kota Pekanbaru sehat dengan melibatkan peran serta masyarakat dan tata-kelola yang
baik”
Misi:
1. Meningkatkan layanan prasarana dan sarana sanitasi kota sesuai dengan standar
pelayanan minimal yang telah ditentukan, serta biaya yang terjangkau dan aman
bagi lingkungan dan kesehatan
2. Meningkatkan peran serta masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha
3. Meningkatkan tata kelola sanitasi kota efisien, efektif, cepat dan transparan
Tujuan:
Tersedianya perencanaan sektor sanitasi yang terpadu dan menyeluruh dan
merupakan komitmen bersama bagi terselenggaranya tata kelola sanitasi yang baik
dan didukung sepenuhnya oleh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha,
Terselenggaranya pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana sektor sanitasi
yang berkualitas secara bertahap, sinambung dan konsisten, baik di tingkat RT/RW,
kelurahan, kecamatan maupun kota.
Terselenggaranya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi
yang telah dibangun secara swadaya dan mandiri
Meningkatnya partisipasi masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha
dalam mempercepat pembangunan sektor sanitasi
Meningkatnya kinerja dan tata kelola sanitasi yang didukung oleh kelembagaan,
SDM, peraturan perundangan, dan pembiayaan.
Target:
(1) Pengelolaan Air Limbah Domestik:
Menghilangkan kebiasaan BAB di sembarang tempat (No BABS)
Menyediakan MCK bagi masyarakat yang belum terlayani atau rawan sanitasi
Meningkatkan akses dan tingkat pelayanan sanitasi, terutama bagi penduduk
berpendapatan rendah, kawasan perumahan padat dan rawan sanitasi
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas septiktank,
menghindari salah disain, kebocoran (leak),dll.
Meningkatkan kedisiplinan warga dalam pengurasan septiktank secara reguler
Meningkatkan jumlah dan kualitas armada truk pengangkut lumpur tinja
Meningkatkan kinerja IPLT Muara Fajar dan penambahan IPLT baru di beberapa
lokasi baru di pinggiran kota
(2) Pengelolaan Persampahan
Meningkatkan kedisiplian warga untuk melakukan 3R dan komposting
Meningkatkan volume sampah terangkut
Meningkatkan jumlah dan kualitas Tempat Pembuangan Sampah Sementara
Meningkatkan tingkat pelayanan dan area yang dapat dilayani
Meningkatkan jumlah dan kualitas armada pengangkutan sampah
Meningkatkan TPA Muara Fajar menjadi sanitary landfill
(3) Penataan Sistem Drainase Lingkungan
Meningkatnya resapan air ke dalam tanah, melalui lubang-lubang biopori, sumur
resapan, dan parit resapan.
Meningkatkan luasan kolam-kolam penampungan air, waduk-waduk, dan
sejenisnya
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Pada tahap awal sangat dibutuhkan upaya untuk
membangun iklim yang kondusif melalui tata kelola sanitasi yang baik, khususnya
melalui penguatan kelembagaan dan komitmen dari SDM yang terlibat, pembenahan
peraturan perundangan, adanya dukungan anggaran Pemerintah sebagai pemicu
(trigger) bagi pengembangan sanitasi jangka panjang. Dengan adanya iklim sanitasi
yang kondusif tersebut, dan kemudian diikuti dengan sosialisasi dan edukasi yang tepat
kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kebutuhan
(demand) terhadap pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang baik dan aman bagi
lingkungan. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya pihak-pihak penyedia produk dan
jasa layanan sanitasi (supply), seperti jasa perencanaan, jasa pengurasan dan
pengangkutan lumpur tinja, jasa pengangkutan sampah, usaha komposting, kontraktor
septiktank dan IPAL, biofil dan bor biopori, dll. Bila kerjasama tiga komponen ini
berlangsung dengan baik maka permasalahan sanitasi dapat segera diatasi.
Beberapa faktor penting yang sangat menentukan dalam implementasi Strategi Sanitasi
ini adalah:
Pemasaran sanitasi dan peningkatan peran-
serta masyarakat
Penguatan kelembagaan dan
pengembangan kapasitas
Pengembangan berbagai alternatif sumber
pendanaan, misalnya melalui meso-
financing, kerjasama dengan lembaga donor
luar negeri, dll.
Peningkatan peran-serta dunia usaha,
misalnya melalui kerangka kerjasama
Kemitraan Pemerintah dan Swasta
Sistem informasi dalam rangka mendukung
perencanaan, operasi dan pemeliharaan,
monitoring dan evaluasi
A. Kebijakan Umum
Strategi:
Promosi dan kampanye peningkatan upaya 3R dan pengamanan sampah B3 rumah
tangga.
Pengembangan dan penerapan mekanisme insentif dan disinsentif dalam
pemanfaatan sampah /3R.
B. Kebijakan Teknis
1. Semua sampah yang dihasilkan di pusat-pusat wilayah kota harus dikumpulkan,
diangkut, diolah atau dibuang dengan cara yang benar sehingga tidak menimbulkan
masalah bagi lingkungan dan manusia; serta efektif dan efisien dengan
memperhatikan kelayakan secara teknis dan finansial khususnya pada kagiatan
pengumpulan dan pengangkutan yang bersifat padat modal.
2. Prioritas pelayanan kebersihan perlu diberikan lebih kepada daerah permukiman
padat, daerah komersial dan high income, tempat-tempat umum dan unsur wajah
kota dengan pertimbangan kesehatan lingkungan, potensi dukungan pembiayaan,
dan pandangan atau image kota yang positif.
3. Sampah di wilayah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kebersihan harus diolah
setempat dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku agar tidak mengganggu
kesehatan lingkungan.
4. Prioritas pelayanan juga perlu diberikan pada kawasan strategis seperti wisata,
industri, dan lain-lain untuk memacu perkembangan kawasan/sektor tersebut .
5. Penerapan teknologi pengolahan perlu diupayakan untuk mengurangi
ketergantungan pada TPA; dengan memperhatikan kelayakan secara teknis,
ekonomis, maupun lingkungan
6. Tempat Pembuangan Akhir merupakan tempat dimana seluruh sampah
terkonsentrasi dan berpotensi tinggi mengganggu lingkungan, sehingga harus
direncanakan dan disiapkan dengan baik, dioperasikan dan dikelola secara aman
dan sehat.
Strategi:
Optimalisasi Sistem Manajemen Pengelolaan Persampahan
Pengembangan sarana dan Prasarana Persampahan
Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan
Meningkatkan jangkauan pelayanan yang berkeadilan, terencana, dan terprogram
sesuai kebutuhan dan prioritas
Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill serta rehabilitasi
TPA yang mencemari lingkungan.
C. Kebijakan Kelembagaan
1. Pemerintah Kota perlu didukung untuk memiliki sistem dan institusi pengelolaan
persampahan yang efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan di wilayahnya.
2. Institusi Pengelola persampahan perlu diperlengkapi dengan sumber daya manusia
yang berkemampuan memadai dalam hal manajemen dan teknis; dan kemampuan
untuk menjalankan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam setiap
aspek kegiatannya. Kebijakan Pembiayaan
3. Perkuatan kelembagaan ditinjau dari bentuk institusi yang memiliki kewenangan
yang sesuai dengan tanggungjawabnya, memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik di bidang manajemen
persampahan.
Strategi:
Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan stake holder lain
Mendorong peningkatan fungsi organisasi pengelola persampahan skala regional
D. Kebijakan Peraturan
E. Kebijakan Pendanaan
1. Bidang persampahan merupakan bidang yang secara prinsip dapat membiayai
dirinya sendiri, namun demikian dana retribusi dari masyarakat hendaknya
digunakan untuk mewujudkan kembali pelayanan langsung kepada masyarakat;
sementara pelayanan tidak langsung untuk kepentingan publik dapat dibiayai dari
pajak atau penerimaan lainnya.
2. Pengelolaan persampahan perlu mengadopsi prinsip “Polluter should pay” sehingga
setiap anggota masyarakat yang menghasilkan sampah harus menyediakan dana
berupa retribusi /iuran untuk penanganannya.
3. Penentuan tariff retribusi harus memperhatikan prinsip keadilan dan subsidi silang
antar wajib retribusi; dan metode penarikan retribusi perlu disusun dengan
memperhatikan faktor kemudahan pelaksanaan, efisiensi, dan pengendalian
kebocoran
4. Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi dalam menyediakan
kebutuhan sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan
persampahan, dan masyarakan harus memberikan kontribusi untuk pelaksanaan
pengelolaannya.
Strategi:
Menyusun pedoman pola pemulihan biaya
Fasilitasi dan pendampingan penyusunan tarif retribusi
Penyamaan persepsi pemulihan biaya kepada para pengambil keputusan
Strategi:
Menyusun pedoman pola pemulihan biaya
Peningkatan iklim kondusif bagi kemitraan Pemerintah-Swasta
Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui
pendidikan bagi anak usia sekolah.
Meningkatkan pembinaan peran serta/kemitraan masyarakat dan kaum perempuan
dalam pengelolaan sampah
Fasilitsi dan ujicoba pengembangan kemitraan.
1) Program Non-Fisik:
2) Program Fisik
Penyusunan Rencana Umum Sanitasi Kota (RSK) Pekanbaru tidak dapat dipisahkan
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru 2026, khususnya arah
dan kebijakan dalam jumlah dan distribusi penduduk, rencana struktur kota dan
penggunaan tanah, rencana air limbah, persampahan, dan drainase, dll. Proyeksi jumlah
dan distribusi penduduk di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 1 dan Rencana
Penggunaan Tanah 2026 dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 1
Proyeksi Penduduk Kota 2010-2026
Tahun Penduduk Tahun Penduduk
2010 892.800 2025 1.463.400
2015 1.078.500 2026 1.500.000
2020 1.271.600
Sumber : RTRW Kota Pekanbaru
Meningkatnya volume air limbah yang dihasilkan harus diikuti dengan sistem
pengelolaan yang baik, murah dan mudah dalam operasionalisasi dan pemeliharaan,
serta aman bagi lingkungan. Secara jangka panjang sistem pengolahan air limbah ini
sebagian besar masih mengandalkan sistem setempat (on-site) dan diproyeksikan
hingga tahun 2026 akan melayani sekitar 90-95% penduduk kota. Sisanya akan dilayani
oleh sistem perpipaan, baik skala komunal maupun kawasan (off-site). Saat ini sistem
perpipaan skala komunal masih dalam tahap percontohan.Pengembangan sistem
perpipaan di Pekanbaru masih mengalami kendala pendanaan.
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik adalah mulai dari Sumber
Limbah (rumah tangga), penampungan dan pengendapannya di septik tank, proses
pengurasan secara berkala beserta pengangkutannya ke IPLT, dan pengolahan akhir di
IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja).
Gambar 2
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Mobil Tinja
Pengurasan Pengangkutan
Sumber
Limbah IPLT
Tangki Septik
Tabel 3
Perkiraan Timbulan Sampah di Kota Pekanbaru
Asumsi. Proyeksi Timbulan (kg/hari)
Kecamatan
Kg/org/hr 2009 2010 2015 2020 2025 2026
SUKAJADI 0,52 31.063 32.301 39.033 47.102 54.052 55.201
PEKANBARU KOTA 0,64 21.365 22.217 28.497 34.258 39.462 40.300
SAIL 0,52 12.898 13.413 17.080 20.533 23.652 24.155
LIMA PULUH 0,56 26.596 30.959 35.347 42.493 48.948 49.988
SENAPELAN 0,56 23.320 24.250 30.602 36.789 42.378 43.278
RUMBAI 0,52 27.916 29.030 35.916 43.176 49.736 50.793
BUKIT RAYA 0,56 50.037 52.032 63.257 76.045 87.598 89.459
TAMPAN 0,56 58.299 60.623 67.746 81.441 93.812 95.806
MARPOYAN DAMAI 0,51 66.342 68.987 84.721 101.847 117.319 119.812
TENAYAN RAYA 0,52 54.126 56.285 67.564 81.223 93.561 95.549
PAYUNG SEKAKI 0,56 43.147 44.868 57.362 68.957 79.433 81.120
RUMBAI PESISIR 0,64 44.197 45.959 56.949 68.460 78.861 80.536
Total ( dalam kg/hari) 459.306 480.924 584.074 702.324 808.812 825.997
(dalam ton/hari) 459 481 584 702 809 826
Sumbe
TPA
Pemilahan & Pengomposan
Pengomposan
Gambar Daerah pelayanan eksisting & target pelayanan sampai tahun 2026
Perkembangan produksi air limbah domestik tersebut di atas juga membawa dampak
pada drainase lingkungan. Hingga saat ini masih banyaknya rumah tangga yang
membuang air limbahnya (air bekas mandi, cuci, dan dapur) langsung ke saluran
drainase atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini menimbulkan dampak yang
kurang baik baik lingkungan.
Meningkatnya timbulan sampah juga sering tidak diiringi dengan penyediaan sarana dan
prasarana pengangkutan dan pembuangan sampah yang memadai. Hal ini
menyebabkan seringnya terjadi pembuangan sampah ke saluran-saluran atau sungai.
Hal ini menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan dan dapat
mengakibatkan terjadinya genangan / banjir di musim hujan.
Di sisi lain adalah meningkatnya intensitas penggunaan lahan dan bangunan. Beberapa
pelanggaran yang sulit diawasi dan dikendalikan di antaranya adalah:
KDB (Koefisien Dasar Bangunan), sering terjadi pemilik rumah membangun lebih
besar dari KDB yang telah ditentukan.
Tidak menyediakan sumur resapan, baik secara individu maupun komunal
Pemilik Rumah-Toko (ruko) cenderung untuk membeton lapangan parkir
Berkurangnya taman-taman lingkungan atau telah berubah fungsi
Hal-hal tersebut di atas mengakibatkan resapan air ke dalam tanah menjadi berkurang.
Air langsung dialirkan ke permukaan atau ke saluran drainase. Dengan demikian beban
dari saluran drainase dan sungai menjadi lebih dari kapasitas yang ada, sehingga terjadi
pelimpasan dan merupakan penyebab terjadinya genangan / banjir.
ALUR SUNGAI
• NORMALISASI/PENGERUKAN ANAK S. - PROKASIH
SIAK - OLAHRAGA AIRDAYUNG,
: KANO
Power booting, Banana boot
- WISATA AIR
- JALUR HIJAU
- JOGING TRACK
• JALAN INSPEKSI (S. SAIL ) - PENGEMB. PARIWISATA DAERAH
- TRANSPORTASI AIR
- PENERTIBAN KAKILIMA
• PENATAAN TEPI/BANTARAN S. SIAK - FUNGSI TANGGUL BANJIR
- PENURAPAN/SHEET PILE
- ALUR PELAYARAN
- PENGEMBANGAN PARIWISATA
- WATERFRONT CITY/MARINA
- PENGEMBANGAN PELABUHAN
5. PILOT PROJECT
Pekerjaan Pilot Project dilakukan pada tahun 2008 dan tahun 2009.
Air Limbah
Sasaran kegiatan yaitu mengurangi beban pencemaran pada badan air .
Kegiatan : Memperbaiki sistim sanitasi di lingkungan masyarakat dengan membuat MCK
dan pemasangan tangki septik Biofil.
Persampahan
Sasaran kegiatan yaitu mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA. Pemanfaatan
sampah jalan protokol , taman dan hutan kota sebagai bahan baku kompos
Kegiatan : Pembuatan kompos
Kesehatan Masyarakat
Sasaran kegiatan yaitu meningkatkan peran serta guru dan murid untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.
Kegiatan : Meningkatkan sarana dan prasarana kegiatan cuci tangan pakai sabun di
SD.
---