Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI SANITASI KOTA

KOTA PEKANBARU, TAHUN 2010 - 2026

1. PENDAHULUAN

Pekanbaru merupakan Ibukota Propinsi Riau dengan luas wilayah sekitar 632,26 Km2.
Jumlah penduduk sekitar 800.000 jiwa (tahun 2008) meningkat dari 586.000 jiwa (tahun
2000). Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 4% per tahun. Diproyeksikan jumlah
penduduk akan meningkat menjadi 1,1 juta (tahun 2015) dan 1,5 juta (tahun 2026).
Kepadatan penduduk yang tertinggi terutama di kecamatan-kecamatan di pusat kota
(Pekanbaru Kota dan Sukajadi), dan adanya kecenderungan peningkatan jumlah
penduduk di kawasan pemukiman baru (Tampan, Marpoyan Damai, Tenayan Raya, dll).

Peningkatan penduduk dan pemukiman yang pesat ini membutuhkan dukungan sarana
dan prasarana dasar, khususnya air bersih dan sanitasi. Penyediaan sarana dan
prasarana sanitasi yang memadai merupakan suatu prasyarat bagi kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih
sering ditemukan kendala dan permasalahan, utamanya disebabkan oleh:
 Perencanaan sanitasi masih relatif parsial dan sektoral, kurang terintegrasi antar
subsektor air limbah, persampahan, dan drainase.
 Koordinasi dan kinerja antar pihak-pihak yang berkepentingan dengan sanitasi masih
belum terpadu;
 Tingkat kesadaran dan kepatuhan terhadap peraturan yang terkait sanitasi masih
relatif rendah, dan kurang tegasnya sanksi atas pelanggaran tersebut;
 Keterbatasan anggaran dan investasi; sektor sanitasi masih belum menjadi skala
prioritas
 Investasi sektor swasta masih terbatas, karena masih dinilai kurang layak
 Partisipasi swasta masih relatif terbatas, karena kurangnya sosialisasi dan edukasi

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut


di atas, maka dipandang perlu untuk menyusun
Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pekanbaru. SSK
merupakan suatu dokumen perencanaan yang
berisi arah kebijakan, strategi, dan program
pembangunan sanitasi secara terpadu,
menyeluruh, dan jangka panjang. SSK
merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan
misi kota, strategi, rencana tata ruang, dan
program pembangunan Kota Pekanbaru. SSK
juga menampung masukan masyarakat yang
diperoleh melalui wawancara, rapat & workshop,
dan selama pelaksanaan proyek percontohan yang berbasis masyarakat (community-
based sanitation).

Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pekanbaru berisikan visi dan misi sanitasi, tujuan, sasaran,
kebijakan, strategi dan program pembangunan sektor sanitasi (2010 – 2026). Ruang
lingkup SSK mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik, persampahan dan
drainase lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek teknis dan kualitas pelayanan,
pengembangan kelembagaan, penegakan hukum dan peraturan, pengembangan sistem
pendanaan, peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 1


2. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN SANITASI KOTA

2.1 Permasalahan Sanitasi Kota

Permasalahan dalam pengelolaan sanitasi kota dapat dilihat dari berbagai perspektif,
yaitu aspek teknis dan tingkat pelayanan, kelembagaan, pendanaan, peraturan dan
partisipasi masyarakat.

Permasalahan dalam pengelolaan air limbah domestik (waste


water) antara lain adalah:
 Pelayanan air limbah perkotaan melalui sistem perpipaan (off-
site system) belum tersedia di Kota Pekanbaru. Saat ini sistem
perpipaan skala komunal baru dilaksanakan dalam bentuk
Proyek Percontohan di Kelurahan Sukamulya.
 Penduduk kota umumnya menggunakan jamban, baik jamban
pribadi maupun umum. Namun demikian masih perlu dikaji /
disurvei lebih lanjut mengenai tingkat keamanannya terhadap
air tanah, kesehatan dan lingkungan.
 Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat (on-
site system) masih belum memenuhi standar teknis yang
ditetapkan, baik dari segi bahan bangunan, tingkat kebocoran,
dll.
 Rendahnya skala prioritas penanganan air limbah domestik,
dan masih terbatasnya anggaran yang tersedia.
 Pembuangan air limbah rumah tangga, terutama air bekas cuci
dan dapur, masih menyatu dengan saluran / drainase air hujan.

Permasalahan dalam pengelolaan persampahan:


 Sampah organik dan non-organik masih dibuang dalam satu tempat. Pelaksanaan
program pemilahan sampah masih belum memberikan hasil yang memuaskan.
 Produksi sampah masih lebih besar daripada sampah yang terangkut. Program 3R
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
 Jarak angkut yang relatif jauh ke lokasi TPA Muara Fajar (sekitar 20 Km)
 Masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap iuran dan waktu (timing)
pembuangan sampah, serta masih perlunya penegakan larangan pembuangan
sampah sembarangan (ke saluran air, tanah kosong atau sungai).

Permasalahan dalam pengendalian banjir dan genangan:


 Masih banyaknya wilayah genangan air
 Banjir tahunan masih terus terjadi terutama di daerah pinggiran Sungai Siak dan
anak-anak sungainya
 Drainase yang ada masih belum berfungsi secara optimal
 Semakin berkurangnya areal hijau yang berfungsi sebagai peresapan air. Sosialisasi
dan implementasi pembuatan sumur resapan, lubang biopori, dll perlu lebih
diintensiftkan.

Permasalahan tata kelola sanitasi, kelembagaan dan SDM:


 Belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang di perlukan dalam
pengelolaan Sanitasi, khususnya untuk sistem air limbah domestik
 Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan sanitasi
 Kapasitas sumber daya manusia yang terkait dalam pengelolaan sanitasi masih
terbatas

Permasalahan kelangkaan dana serta tingginya biaya pembangunan dan O&M:


 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sanitasi (air
limbah, drainase dan persampahan) mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan
untuk pengembangan, baik dalam operasional dan pemeliharaan diantaranya

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 2


disebabkan oleh rendahnya tarif layanan serta tingginya biaya investasi dalam
penyelenggaraan terutama dalam sistem air limbah
 Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang Air Limbah
permukiman karena rendahnya tingkat pemulihan biaya investasi (cost recovery)
 Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk investasi pengembangan air
limbah, khususnya untuk pembangunan sistem perpipaan (off-site).
 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan sumber-
sumber lainnya seperti meso-financing.
 Masih kurang memanfaatkan pinjaman atau bantuan luar negeri untuk membiayai
sektor sanitasi; salah satu faktor penuyebabnya adalah banyaknya persyaratan yang
harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota untuk memperoleh bantuan tersebut..

Permasalahan peran-serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi:


 Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan Sanitasi (air
Limbah, drainase, persampahan dan sebagainya
 Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem air limbah domestik yang
berbasis masyarakat
 Kurang memadainya sosialisasi, informasi dan edukasi mengenal pentingnya
pengelolaan air limbah domestik, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah
atau bertempat tinggal di kawasan padat, kumuh, dan rawan banjir.
 Rendahnya koordinasi antar Instansi terkait dalam menggerakkan peran dan
partisipasi masyarakat
 Masih rendahnya kesadaran masyarkat dalam pemeliharaan saluran drainase dan
sarana TPS yang tersedia maupun yang akan disediakan.

2.2 Tantangan Sanitasi Kota 2010 - 2026

Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Pemerintah dan masyarakat Kota
Pekanbaru di sektor sanitasi di antaranya adalah:
 Pertumbuhan penduduk dan tingkat urbanisasi yang tinggi. Tahun 2008 jumlah
penduduk Kota Pekanbaru sebesar 800.000 jiwa dan pada tahun 2026 diperkirakan
akan meningkat menjadi 1,5 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk yang relatif
besar ini tentunya harus diikuiti dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai, termasuk di dalamnya sanitasi.
 Saat ini cakupan dan tingkat pelayanan sanitasi masih rendah. Hal ini merupakan
faktor penyebab masih tingginya angka penyakit terkait air (waterborne disease), dan
mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan permukiman, kualitas air tanah dan
air permukaan sebagai sumber air baku untuk air minum. DI masa mendatang,
adalah bagaimana mengejar ketertinggalan yang ada dan sekaligus memenuhi
kebutuhan baru sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk.
 Adanya target-target jangka menengah dan panjang yang harus dicapai oleh
Pemerintah Kota Pekanbaru, utamanya :
o Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM), yaitu tidak adanya
lagi pembuangan tinja secara terbuka (open defecation free)
o Millenium Development Goals (MDG’S) yaitu terlayaninya 50% masyarakat yang
belum mendapatkan akses air limbah sampai dengan tahun 2015
 Percepatan pembangunan sektor sanitasi menuntut ketersedian pendanaan yang
memadai di tengah keterbatasan kemampuan keuangan Pemerintah. Oleh sebab itu
perlu dikembangkan alternatif pendanaan lainnya, seperti meso-financing, kerjasama
dengan lembaga-lembaga donor luar negeri, dan kerjasama dengan dunia usaha.
 Percepatan pembangunan sektor sanitasi juga harus didukung oleh tata kelola
sanitasi yang baik, efisien dan efektif, da
 Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan, teknologi yang tepat guna dan aman
bagi lingkungan.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 3


3. STRATEGI SANITASI KOTA

3.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota

Visi:
“Terselenggaranya sanitasi kota yang efektif, berkualitas dan berkesinambungan menuju
kota Pekanbaru sehat dengan melibatkan peran serta masyarakat dan tata-kelola yang
baik”

Misi:
1. Meningkatkan layanan prasarana dan sarana sanitasi kota sesuai dengan standar
pelayanan minimal yang telah ditentukan, serta biaya yang terjangkau dan aman
bagi lingkungan dan kesehatan
2. Meningkatkan peran serta masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha
3. Meningkatkan tata kelola sanitasi kota efisien, efektif, cepat dan transparan

Tujuan:
 Tersedianya perencanaan sektor sanitasi yang terpadu dan menyeluruh dan
merupakan komitmen bersama bagi terselenggaranya tata kelola sanitasi yang baik
dan didukung sepenuhnya oleh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha,
 Terselenggaranya pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana sektor sanitasi
yang berkualitas secara bertahap, sinambung dan konsisten, baik di tingkat RT/RW,
kelurahan, kecamatan maupun kota.
 Terselenggaranya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi
yang telah dibangun secara swadaya dan mandiri
 Meningkatnya partisipasi masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha
dalam mempercepat pembangunan sektor sanitasi
 Meningkatnya kinerja dan tata kelola sanitasi yang didukung oleh kelembagaan,
SDM, peraturan perundangan, dan pembiayaan.

Target:
(1) Pengelolaan Air Limbah Domestik:
 Menghilangkan kebiasaan BAB di sembarang tempat (No BABS)
 Menyediakan MCK bagi masyarakat yang belum terlayani atau rawan sanitasi
 Meningkatkan akses dan tingkat pelayanan sanitasi, terutama bagi penduduk
berpendapatan rendah, kawasan perumahan padat dan rawan sanitasi
 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas septiktank,
menghindari salah disain, kebocoran (leak),dll.
 Meningkatkan kedisiplinan warga dalam pengurasan septiktank secara reguler
 Meningkatkan jumlah dan kualitas armada truk pengangkut lumpur tinja
 Meningkatkan kinerja IPLT Muara Fajar dan penambahan IPLT baru di beberapa
lokasi baru di pinggiran kota
(2) Pengelolaan Persampahan
 Meningkatkan kedisiplian warga untuk melakukan 3R dan komposting
 Meningkatkan volume sampah terangkut
 Meningkatkan jumlah dan kualitas Tempat Pembuangan Sampah Sementara
 Meningkatkan tingkat pelayanan dan area yang dapat dilayani
 Meningkatkan jumlah dan kualitas armada pengangkutan sampah
 Meningkatkan TPA Muara Fajar menjadi sanitary landfill
(3) Penataan Sistem Drainase Lingkungan
 Meningkatnya resapan air ke dalam tanah, melalui lubang-lubang biopori, sumur
resapan, dan parit resapan.
 Meningkatkan luasan kolam-kolam penampungan air, waduk-waduk, dan
sejenisnya

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 4


 Memperbaiki kondisi saluran drainase dan sarana pendukungnya (pintu-pintu air,
pompa-pompa, dll).

3.2 Kebijakan Umum Sanitasi Kota

Kebijakan umum sanitasi kota Pekanbaru mencakup upaya:


1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pengelolaan sanitasi yang terpadu,
berkelanjutan dan didukung oleh berbagai pihak.
2. Meningkatkan kebutuhan layanan prasarana dan sarana sanitasi yang baik dan
sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan permukiman dan sosial-budaya
3. Meningkatkan kemampuan penyediaan layanan untuk memenuhi kebutuhan sanitasi

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Pada tahap awal sangat dibutuhkan upaya untuk
membangun iklim yang kondusif melalui tata kelola sanitasi yang baik, khususnya
melalui penguatan kelembagaan dan komitmen dari SDM yang terlibat, pembenahan
peraturan perundangan, adanya dukungan anggaran Pemerintah sebagai pemicu
(trigger) bagi pengembangan sanitasi jangka panjang. Dengan adanya iklim sanitasi
yang kondusif tersebut, dan kemudian diikuti dengan sosialisasi dan edukasi yang tepat
kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kebutuhan
(demand) terhadap pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang baik dan aman bagi
lingkungan. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya pihak-pihak penyedia produk dan
jasa layanan sanitasi (supply), seperti jasa perencanaan, jasa pengurasan dan
pengangkutan lumpur tinja, jasa pengangkutan sampah, usaha komposting, kontraktor
septiktank dan IPAL, biofil dan bor biopori, dll. Bila kerjasama tiga komponen ini
berlangsung dengan baik maka permasalahan sanitasi dapat segera diatasi.

Beberapa faktor penting yang sangat menentukan dalam implementasi Strategi Sanitasi
ini adalah:
 Pemasaran sanitasi dan peningkatan peran-
serta masyarakat
 Penguatan kelembagaan dan
pengembangan kapasitas
 Pengembangan berbagai alternatif sumber
pendanaan, misalnya melalui meso-
financing, kerjasama dengan lembaga donor
luar negeri, dll.
 Peningkatan peran-serta dunia usaha,
misalnya melalui kerangka kerjasama
Kemitraan Pemerintah dan Swasta
 Sistem informasi dalam rangka mendukung
perencanaan, operasi dan pemeliharaan,
monitoring dan evaluasi

3.3 Strategi Pengelolaan Air Limbah Domestik

1. Pembinaan dan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Air Limbah


a. Target :
 Peningkatan pengembangan perangkat pengaturan dan standar, pedoman
dan manual bidang air limbah
 Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola dan
Sumber Daya Manusia.
 Meningkatkan sistem pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan air
limbah melalui sangsi hukum.
b. Strategi Pendekatan:
 Tanggap kebutuhan
 Peraturan daerah
c. Penanganan:

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 5


 Pengembangan Perda, Perkuatan institusi dan kelembagaan pengelola serta
sumber daya manusia
 Monitoring dan evaluasi, serta penegakan sangsi hukum.
a. Kontribusi Pemerintah Kota:
 Dukungan sosial politik, Pendanaan, Pembinaan sistem pengelolaan, dll.
 Sosialisasi perda agar dapat dilaksanakan dan diterima oleh masyarakat.

2. Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah


a. Target: Tersusunnya masterplan/outline plan sektor air limbah.
b. Strategi Pendekatan : Perkuatan program dan perencanaan
c. Penanganan:
 Penyusunan dokumen-dokumen perencanaan dan manajemen pengelolaan
air limbah.
 Pembuatan sistem informasi pengelolaan air limbah yang meliputi
inventarisasi sarana dan prasarana, proses input data dengan menggunakan
sistim database, serta updating data.
d. Kontribusi Pemerintah Kota: Penerapan pembangunan secara konsisten
berdasarkan perencanaan yang telah disusun, Perkuatan status dokumen
perencanaan, dll

3. Perluasan Cakupan Pelayanan Air Limbah


a. Target:
 Peningkatan pelayanan sanitasi/air limbah bagi masyarakat miskin, kumuh
dan rawan penyakit yang ditularkan melalui air.
 Peningkatan akses masyarakat untuk memiliki jamban pribadi dan komunal.
 Perluasan cakupan prasarana dan sarana air limbah sistem sanitasi on-site
yaitu dengan menggunakan tangki septik yang sesuai dengan standar SNI
(layak) dan tangki septik yang ramah lingkungan.
 Peningkatan pelayanan air limbah sistem sanitasi off-site di kawasan RSH
(Rumah Sehat Sederhana).
 Perluasan cakupan pelayanan air limbah sistem sanitasi off-site yang telah
ada
 Perintisan pembangunan sistem off-site skala kota.
b. Strategi Pendekatan : Tanggap kebutuhan, Pembangunan dan pembiayaan
secara bertahap.
c. Penanganan :
 Inventarisasi Data kebutuhan pelayanan,
 Pembangunan air limbah berdasarkan skala prioritas,
 Pemetaan sanitasi dan penyakit yang diakibatkan oleh air.
d. Kontribusi Pemerintah Kota: Komitmen dalam peningkatan pelayanan sanitasi
kepada masyarakat, Pendanaan, penyediaan lahan, dll

4. Peningkatan Sistem Pengolahan Lumpur Tinja.


a. Target: Peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja dari tangki septik di
perkotaan.
b. Strategi Pendekatan: Pengelolaan lumpur tinja dalam rangka perlindungan
terhadap lingkungan dan sumber daya air.
c. Penanganan :
 Melakukan perbaikan kulitas tangki septik dengan membuat tangki septi
sesuai dengan SNI dan mengganti atau menggunakan tangki septik ramah
lingkungan (biofilter).
 Rehabilitasi dan Optimalisasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang
ada.
 Penyediaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) pengganti yang ramah
lingkungan.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 6


 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas efluent IPLT secara rutin dan
berkala.
 Pengadaan sarana dan prasarana pengangkutan tinja.
 Program penyedotan tinja secara berkala
b. Kontribusi Pemerintah Kota: Komitmen pencegahan pencemaran lingkungan,
Penyediaan lokasi, Pendanaan pembangunan dan operasi pemeliharaan, dll

5. Pengembangan Pembangunan sarana Air Limbah Yang Bertumpu Pada


Partisipasi Masyarakat
a. Target: Pembangunan sanitasi skala komunitas di daerah padat penduduk,
pendapatan rendah dan rawan sanitasi di kawasan perkotaan
b. Strategi Pendekatan:
 Pelibatan masyarakat secara aktif mulai dari perencanaan, pembangunan
sampai dengan pengelolaan.
 Mengembangakan sanitasi berbasis masyarakat diprioritaskan pada
masyarakat pinggiran kota.
c. Penanganan: Penyediaan sarana air limbah skala komunitas dengan sistem
sanitasi on-site atau off-site berdasarkan kondisi dan kemampuan
lokal/setempat, terutama pada daerah yang belum terjangkau.
d. Kontribusi Pemerintah Kota: Perintisan pembangunan sarana air limbah berbasis
masyarakat, Replikasi ke kawasan lain, Pendanaan, Pendampingan, Pembinaan
teknis dan pengelolaan, dll

6. Pengelolaan Sistem Air Limbah Terpadu Mendukung Perlindungan Sumber


Daya Air
a. Target: Peningkatan pengelolaan air limbah secara terpadu lintas sektor
mengatasi kawasan potensial pencemaran sumber air baku air minum.
b. Strategi Pendekatan:
 Konservasi lingkungan
 Perencanaan terpadu lintas sektor
c. Penanganan:
 Perencanaan dan pembangunan air limbah yang mempertimbangkan
dampak terhadap kualitas sumber air baku air minum,
 Pengelolaan IPAL dan IPLT berwawasan lingkungan.
 Pengawasan rutin terhadap kualitas badan air penerima dengan memeriksa
sampel air secara berkala, serta melakukan sampling kualitas air bersih
penduduk.
 Memprioritaskan perbaikan sanitasi bagi masyarakat yang berada di bataran
sungai yang ada di Kota Pekanbaru.
d. Kontribusi Pemerintah Kota: Koordinasi dalam perencanaan terpadu, Konsistensi
pembangunan berwawasan lingkungan, Pendanaan

7. Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta


a. Target:
 Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan
sarana air limbah dan mendorong pengelolaan air limbah berbasis
masyarakat.
 Peningkatan keterlibatan dan menggerakkan sektor swasta dalam pelayanan
sistem air limbah
b. Strategi Pendekatan: Pembinaan dan sosialisasi peningkatan kemampuan
masyarakat dan swasta
c. Penanganan:
 Informasi tentang pentingnya kontribusi masyarakat dan swasta dalam
keberlanjutan pengelolaan air limbah,
 Pengembangan sistem pelibatan masyarakat, pengembangan sistem
pelayanan air limbah oleh swasta.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 7


d. Kontribusi Pemerintah Kota: Pembinaan secara kontinyu terhadap masyarakat
dan swasta, memberikan peluang kerja sama dengan sehingga dapat berperan
serta secara aktif dalam pengelolaan air limbah, dll.

8. Pembangunan Kapasitas Pendanaan


a. Target:
 Peningkatan sumber pendanaan pembangunan prasarana air limbah
 Meningkatkan pendapatan daerah melalui retribusi air limbah untuk
pemulihan biaya pengelolaan prasarana air limbah.
b. Strategi Pendekatan :
 Penggalian alternatif sumber pendanaan
c. Penanganan:
 Penyusunan rencana investasi sarana air limbah, Peningkatan investasi
swasta, Perhitungan retribusi/tarif air limbah minimal operasi dan
pemeliharaan cost recovery, Peningkatan alokasi pembiayaan pengelolaan
air limbah
 Menjalin kerjasama dengan swasta, non pemerintah, lembaga donor dan
pihak lainnnya dalam penanaman investasi di bidang air limbah.
c. Kontribusi Pemerintah Kota:
 Mengembangkan sistem pendanaan berdasarkan perencanaan investasi
yang mantap, dapat bekerja sama secara aktif dalam pengelolaan air limbah,
dll.
9. Promosi Pengelolaan Air Limbah
a. Target: Penyebar luasan informasi dan peningkatan pemahaman dan kesadaran
masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan pengelolaan air
limbah
b. Strategi Pendekatan: Ketepatan sasaran penyebaran informasi
c. Penanganan: Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi dan pengembangan
percontohan
d. Kontribusi Pemerintah Daerah: Alokasi pendanaan yang kontinyu, dll

10. Pengembangan Inovasi Teknologi


a. Target: Peningkatan kualitas sistem pengolahan air limbah
b. Strategi Pendekatan: Pengembangan teknologi dengan mengutamakan kearifan
lokal.
c. Penanganan: Kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian, dan
swasta, penerapan hasil penelitian dan pengembangan
d. Kontribusi Pemerintah Kota: Mendorong pengembangan penelitian, pendanaan,
dll.

3.4 Strategi Pengelolaan Persampahan

A. Kebijakan Umum

1. Pada dasarnya pengelolaan


persampahan telah menjadi
tanggung jawab Pemerintah Kota
sepenuhnya, namun demikian
mengingat potensi permasalahan
yang dapat menimbulkan dampak
yang berskala lebih luas maka
semua pihak yang terkait perlu
mengambil peran sinergi secara
proporsional sesuai
kewenangannya. Dalam hal
Pemerintah Kota memiliki
ketebatasan dan kendala yang dapat

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 8


diselesaikan dengan pendekatan regional, peran Pemerintah Propinsi sangat
diharapkan untuk dapat memfasilitasinya.
2. Setiap kota perlu memiliki rencana peningkatan pelayanan dan peningkatan kinerja
pengelolaan persampahan untuk masa yang akan datang dan dimungkinkan untuk
melakukan evaluasi dan revisi sesuai perkembangan yang ada.
3. Prioritas pembangunan dan pengelolaan dalam segala aspek termasuk
penganggaran perlu diberikan secara seimbang baik untuk sektor air bersih, air
limbah, persampahan, dan sektor lainnya.
4. Dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat, efisiensi pengelolaan,
perlindungan lingkungan, pelestarian sumber daya alam, dan sebagainya maka
upaya minimisasi dan daur ulang sampah di sumber perlu didorong peningkatan
pelaksanaannya.
5. Pengelolaan persampahan harus memperhatikan tercapainya efektivitas dan
efisiensi dalam setiap kegiatan operasional.
6. Pengurangan sampah pada sumbernya yang merupakan aplikasi pengelolaan
sampah dengan paradigma baru dan berpotensi menurunkan sampah sampai
sebanyak 20 – 50%

Strategi:
 Promosi dan kampanye peningkatan upaya 3R dan pengamanan sampah B3 rumah
tangga.
 Pengembangan dan penerapan mekanisme insentif dan disinsentif dalam
pemanfaatan sampah /3R.

B. Kebijakan Teknis
1. Semua sampah yang dihasilkan di pusat-pusat wilayah kota harus dikumpulkan,
diangkut, diolah atau dibuang dengan cara yang benar sehingga tidak menimbulkan
masalah bagi lingkungan dan manusia; serta efektif dan efisien dengan
memperhatikan kelayakan secara teknis dan finansial khususnya pada kagiatan
pengumpulan dan pengangkutan yang bersifat padat modal.
2. Prioritas pelayanan kebersihan perlu diberikan lebih kepada daerah permukiman
padat, daerah komersial dan high income, tempat-tempat umum dan unsur wajah
kota dengan pertimbangan kesehatan lingkungan, potensi dukungan pembiayaan,
dan pandangan atau image kota yang positif.
3. Sampah di wilayah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kebersihan harus diolah
setempat dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku agar tidak mengganggu
kesehatan lingkungan.
4. Prioritas pelayanan juga perlu diberikan pada kawasan strategis seperti wisata,
industri, dan lain-lain untuk memacu perkembangan kawasan/sektor tersebut .
5. Penerapan teknologi pengolahan perlu diupayakan untuk mengurangi
ketergantungan pada TPA; dengan memperhatikan kelayakan secara teknis,
ekonomis, maupun lingkungan
6. Tempat Pembuangan Akhir merupakan tempat dimana seluruh sampah
terkonsentrasi dan berpotensi tinggi mengganggu lingkungan, sehingga harus
direncanakan dan disiapkan dengan baik, dioperasikan dan dikelola secara aman
dan sehat.

Strategi:
 Optimalisasi Sistem Manajemen Pengelolaan Persampahan
 Pengembangan sarana dan Prasarana Persampahan
 Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan
 Meningkatkan jangkauan pelayanan yang berkeadilan, terencana, dan terprogram
sesuai kebutuhan dan prioritas
 Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill serta rehabilitasi
TPA yang mencemari lingkungan.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 9


 Litbang dan aplikasi teknologi persampahan berwawasan lingkungan

C. Kebijakan Kelembagaan
1. Pemerintah Kota perlu didukung untuk memiliki sistem dan institusi pengelolaan
persampahan yang efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan di wilayahnya.
2. Institusi Pengelola persampahan perlu diperlengkapi dengan sumber daya manusia
yang berkemampuan memadai dalam hal manajemen dan teknis; dan kemampuan
untuk menjalankan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam setiap
aspek kegiatannya. Kebijakan Pembiayaan
3. Perkuatan kelembagaan ditinjau dari bentuk institusi yang memiliki kewenangan
yang sesuai dengan tanggungjawabnya, memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik di bidang manajemen
persampahan.

Strategi:
 Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
 Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan stake holder lain
 Mendorong peningkatan fungsi organisasi pengelola persampahan skala regional

D. Kebijakan Peraturan

1. Pengelolaan persampahan harus diperlengkapi dengan dasar hukum yang mantap


dan mampu mengendalikan setiap pelaku baik pemerintah, masyarakat, maupun
swasta; serta mampu menerapkan sanksi hukum harus secara konsisten
2. Peraturan Daerah perlu mengatur secara jelas tugas dan tanggung jawab pengelola,
ketentuan teknis pelaksanaan, dan retribusi serta keluwesan penyesuaian tarif
sesuai perkembangan perekonomian.
Strategi:
 Mengembangkan produk hukum sebagai landasan dan acuan pelaksanaan
pengelolaan persampahan
 Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara
konsisten oleh badan regulator.
 Penyamaan persepsi para pengambil keputusan
 Mendorong peningkatan fungsi unit organisasi pengelola persampahan

E. Kebijakan Pendanaan
1. Bidang persampahan merupakan bidang yang secara prinsip dapat membiayai
dirinya sendiri, namun demikian dana retribusi dari masyarakat hendaknya
digunakan untuk mewujudkan kembali pelayanan langsung kepada masyarakat;
sementara pelayanan tidak langsung untuk kepentingan publik dapat dibiayai dari
pajak atau penerimaan lainnya.
2. Pengelolaan persampahan perlu mengadopsi prinsip “Polluter should pay” sehingga
setiap anggota masyarakat yang menghasilkan sampah harus menyediakan dana
berupa retribusi /iuran untuk penanganannya.
3. Penentuan tariff retribusi harus memperhatikan prinsip keadilan dan subsidi silang
antar wajib retribusi; dan metode penarikan retribusi perlu disusun dengan
memperhatikan faktor kemudahan pelaksanaan, efisiensi, dan pengendalian
kebocoran
4. Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi dalam menyediakan
kebutuhan sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan
persampahan, dan masyarakan harus memberikan kontribusi untuk pelaksanaan
pengelolaannya.
Strategi:
 Menyusun pedoman pola pemulihan biaya
 Fasilitasi dan pendampingan penyusunan tarif retribusi
 Penyamaan persepsi pemulihan biaya kepada para pengambil keputusan

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 10


F. Kebijakan Peran Serta Masyarakat dan Swasta
1. Pembinaan dan pendidikan kepada masyarakat perlu terus diberikan untuk
menunjang efektivitas pengelolaan sampah, minimalisasi dan daur ulang sampah,
serta pola hidup bersih.
2. Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-
pola penanganan sampah berbasisi masyarakat, diperlukan perubahan
pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih
sebagai mitra yang mengandung makna kesetaraan.
3. Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan baik dalam pelayanan
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, maupun pembuangan akhir; jasa
konsultansi, kontraktor, maupun pengadaan barang khususnya kendaraan; dengan
menyeimbangkan prinsip pengusahaan dalam pelayanan umum.

Strategi:
 Menyusun pedoman pola pemulihan biaya
 Peningkatan iklim kondusif bagi kemitraan Pemerintah-Swasta
 Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui
pendidikan bagi anak usia sekolah.
 Meningkatkan pembinaan peran serta/kemitraan masyarakat dan kaum perempuan
dalam pengelolaan sampah
 Fasilitsi dan ujicoba pengembangan kemitraan.

3.5 Strategi Drainase Kota

1. Strategi: Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan drainase

1) Program Non-Fisik:

Program 1: Perencanaan pembangunan sarana drainase/gorong-gorong:


 Perencanaan pembangunan saluran drainase

Program 2: Perbaikan iklim investasi di bidang drainase:


 Penyusunan studi kelayakan investasi

Program 3: Penegakan aturan dan sanksi


 Penyusunan juklak dan juknis operasi justisi

Program 4: Peningkatan kerjasama dengan pengembang


 Penyusunan kerangka acuan kerjasama Pemerintah Kota dan Pengembang
dalam pembangunan drainase lingkungan

Program 5: Optimalisasi operasional


 Sosialisasi dan pemasaran sambungan rumah untuk area pelayanan yang
sudah tersedia

Program 6: Perbaikan kesehatan dan kualitas hidup petugas lapangan


 Penyuluhan kesehatan

Program 7: Optimalisasi anggaran pembangunan


 Penyusunan studi kelayakan

Program 8: Pembentukan kawasan percontohan operasi dan pemeliharaan


drainase
 Pembentukan percontohan kelompok swakelola pemeliharaan saluran
drainase
 Pemantauan dan fasilitasi pengelolaan drainase di daerah swakelola
 Kampanye pemeliharaan kebersihan lingkungan

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 11


Program 9: Peningkatan peran desa adat dalam mengendalikan timbulnya
kawasan kumuh dan alih fungsi lahan:
 Sosialisasi tata guna lahan dan tata ruang kepada para pemilik tanah

Program 10: Pengawasan pembangunan sesuai dengan peraturan Tata Ruang


 Penertiban bangunan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan dan tata
ruang

Program 11: Pengaturan dan pengawasan pembuangan limbah ke saluran


drainase/sungai
 Peningkatan peran dan kewenangan

Program 12: Promosi pola hidup bersih dan sehat


 Pembentukan kader warga peduli lingkungan di setiap wilayah khususnya di
daerah percontohan
 Peningkatan efektifitas kegiatan lomba kebersihan lingkungan antar banjar
 Penyuluhan merubah perilaku dan himbauan hidup sehat

Program 13: Sosialisasi fungsi saluran drainase:


 Pelibatan lembaga pendidikan untuk memasukkan program sosialisasi dalam
kurikulum sekolah

Program 14: Peningkatan efektifitas program prokasih:


 Pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di bantaran
sungai, khususnya pada kegiatan yang menghasilkan Air Limbah Domestik
dan padat (terutama usaha tahu tempe, sablon dan laundry).
 Penyiaran iklan layanan masyarakat tentang Prokasih
 Pemasangan papan bicara (rambu–rambu) larangan membuang sampah di
sungai/saluran, sesuai dengan Perda yang berlaku beserta sanksinya.

Program 15: Pengembangan wilayah/kawasan bebas banjir:


 Penetapan wilayah/kawasan bebas
banjir

Program 16: Pembentukan kawasan


percontohan operasi dan pemeliharaan
drainase
 Pembentukan percontohan kelompok
swakelola pemeliharaan saluran
drainase
 Pemantauan dan fasilitasi pengelolaan
drainase di daerah swakelola
 Kampanye pemeliharaan kebersihan
lingkungan

2) Program Fisik

Program 17: Pembangunan sarana drainase/gorong-gorong:


 Operasional dan pemeliharaan drainase
 Pembuatan Drainase
 Pembuatan sudetan
 Perbaikan saluran drainase

Program 18: Pengendalian banjir:


 Pengerukan
 Pembangunan pagar

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 12


Program 19: Perbaikan lingkungan permukiman:
 Peningkatan jalan lingkungan
 Operasional dan pemeliharaan lingkungan perumahan dan permukiman

Program 20: Optimalisasi sistem drainase pada wilayah pelayanan:


 Perbaikan (re) desain sistem drainase

Program 21: Pengembangan wilayah/kawasan bebas banjir


 Penetapan wilayah/kawasan bebas banjir
 Perbaikan sistem drainase pada kawasan bebas banjir terpilih

Program 22: Peningkatan kapasitas long storage:


 Peningkatan kapasitas long storage sesuai dengan kapasitas rencana/desain

Program 23: Peningkatan program pengendalian banjir:


 Pembuatan groundseal
 Pengerukan sedimen pada dasar saluran dan sungai
 Pembuatan sodetan-sodetan

Program 24: Pemanfaatan teknologi dalam mengatasi genangan:


 Pembangunan/pemasangan trash rack
 Pemanfaatan GIS dan citra satelit
 Pemanfaatan program SOBEK (Hydraulic modelling and simulation software)

Program 25: Penataan kawasan kumuh:


 Pembongkaran titik-titik lokasi kawasan kumuh ilegal
 Penataan dan pembinaan titik-titik lokasi kawasan kumuh legal

Program 26: Normalisasi saluran drainase dan sungai:


 Normalisasi alur meliputi: perbaikan penampang basah yang diperhitungkan
terhadap debit air banjir rencana, perbaikan arah alur (horizontal allignment),
dan perbaikan terhadap kemiringan dasar sungai (vertical allignment)
 Tembok perkuatan tebing guna memperkuat posisi tebing / talud sungai /
saluran, memperlancar aliran air, dan mempertegas batas alur sungai

4. RENCANA UMUM SANITASI KOTA

4.1 Tinjauan RTRW Kota dan Program Pembangunan Infrastruktur Lainnya

Penyusunan Rencana Umum Sanitasi Kota (RSK) Pekanbaru tidak dapat dipisahkan
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru 2026, khususnya arah
dan kebijakan dalam jumlah dan distribusi penduduk, rencana struktur kota dan
penggunaan tanah, rencana air limbah, persampahan, dan drainase, dll. Proyeksi jumlah
dan distribusi penduduk di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 1 dan Rencana
Penggunaan Tanah 2026 dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1
Proyeksi Penduduk Kota 2010-2026
Tahun Penduduk Tahun Penduduk
2010 892.800 2025 1.463.400
2015 1.078.500 2026 1.500.000
2020 1.271.600
Sumber : RTRW Kota Pekanbaru

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 13


Di dalam RTRW Pekanbaru juga terdapat sejumlah arahan terhadap pengembangan
sanitasi kota. Arahan RTRW terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik:
 Pembangunan sistem sewerage pada kawasan pusat kota; selain itu juga sebagian
tetap menggunakan sistem on site individual.
 Pembangunan sistem on site komunal pada kawasan padat penduduk yang berada
di sekitar bantaran Sungai Siak dan kawasan AKAP;
 Penyiapan regulasi tentang sistem pengolahan air limbah pada kawasan industri;
 Sosialisasi pemanfaatan sistem on site individual pada kawasan-kawasan
pengembangan yang berada di luar kawasan pusat kota.

Arahan RTRW terhadap sistem pengelolaan persampahan:


 Pengembangan prasarana persampahan diarahkan untuk meminimalkan volume
sampah dan pengembangan prasrana pengolahan sampah dengan teknologi yang
berwawasan lingkungan.
 Pengembangan prasarana persampahan ditujukan untuk mencapai target
penanganan 90 % dari jumlah total sampah yang dilakukan baik pada sumbernya,
proses pengangkutan maupun pengelolaannya di TPA.
 Pengelolaan prasarana persampahan dilakukan dengan teknologi tepat guna untuk
meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan prasarana persampahan

Arahan RTRW terhadap sistem drainase dan pengendalian banjir:


 Menciptakan lingkungan kota yang bebas banjir dan genangan air.
 Menata daerah aliran sungai Siak dan anak sungai Siak di wilayah kota Pekanbaru
sebagai bagian penting dari unsur kota dengan menjadikannya sebagai orientasi
kawsan
 Mengoptimalkan dan memadukan fungsi saluran besar, sedang dakecil dan lokasi
penampungan air sementara ( waduk, situ,) dalam pengelolaan sistem kawasan

4.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

4.2.1 Perkiraan Volume Air Limbah Domestik

Perkembangan penduduk yang pesat sekitar 3-4% pertahun dan meningkatnya


konsumsi air bersih membawa dampak pada meningkatnya volume dan debit air limbah
dan lumpur tinja yang dihasilkan, Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Meningkatnya volume air limbah yang dihasilkan harus diikuti dengan sistem
pengelolaan yang baik, murah dan mudah dalam operasionalisasi dan pemeliharaan,
serta aman bagi lingkungan. Secara jangka panjang sistem pengolahan air limbah ini
sebagian besar masih mengandalkan sistem setempat (on-site) dan diproyeksikan
hingga tahun 2026 akan melayani sekitar 90-95% penduduk kota. Sisanya akan dilayani
oleh sistem perpipaan, baik skala komunal maupun kawasan (off-site). Saat ini sistem
perpipaan skala komunal masih dalam tahap percontohan.Pengembangan sistem
perpipaan di Pekanbaru masih mengalami kendala pendanaan.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 14


Tabel 2
Volume Air Limbah Domestik dan Lumpur

4.2.3 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik adalah mulai dari Sumber
Limbah (rumah tangga), penampungan dan pengendapannya di septik tank, proses
pengurasan secara berkala beserta pengangkutannya ke IPLT, dan pengolahan akhir di
IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja).

Gambar 2
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Mobil Tinja

Pengurasan Pengangkutan
Sumber
Limbah IPLT
Tangki Septik

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 15


(1) Sumber Limbah: dalam hal ini dapat berasal dari rumah tangga, jamban umum atau
MCK, atau kegiatan lainnya. Air limbah ini dapat berupa (a) black water yaitu air limbah
yang terdiri dari tinja, air seni dan air, dan (b) grey water yaitu air dari kamar mandi, air
cucian, dan dapur. Dari 100 liter air yang digunakan per orang per hari, sekitar 20%
diperkirakan akan menjadi black water dan 80% menjadi grey water.
(2) Tangki Septik: adalah suatu ruang kedap air yang dibangun untuk memisahkan
komponen padat dan air dari air limbah, untuk mendapatkan penguraian zat organik
secara terbatas, menyimpan padatan dan mengalirkan keluar cairan terendapkan ke
pengolahan selanjutnya. Tangki Septik ini harus berkualitas baik, baik dari segi material
yang digunakan maupun proses konstruksinya, tidak boleh bocor, dan harus bertahan
minimal 20 tahun.
(3) Pengurasan : lumpur di tangki septik harus disedot secara berkala, minimal setiap 2-4
tahun, tergantung dari disain dan penggunaannya. Pengurasan umumnya dilakukan
pada saat lumpur mencapai 1/3 – ½ volume tangki. Lumpur ini berbahaya bagi
kesehatan manusia dan membahayakan lingkungan, oleh sebab itu tidak diperkenankan
membuangnyalangsung ke badan air (sungai, saluran) atau tempat lain selain ke
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT). Kegiatan pengurasan ini harus dimonitor dan
dilaporkan secara berkala oleh pihak yang berwenang.
(4) Pengangkutan : lumpur tinja kemudian diangkut dengan Truk ke lokasi pengolahan
akhir (IPLT). Operasionalisasi Truk ini dapat dilakukan oleh perusahaan swasta yang
terdaftar, dan harus membuang lumpurnya hanya ke IPLT saja. Diperlukan monitoring
dan pengawasan atas jalur dan ritasi Truk ini. Berdasarkan pemantauan dan hasil
analisis diperlukan tambahan armada pengangkutan (truk) ini.
(5) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja: Instalasi ini terdapat di Muara Fajar (Rumbai).
Dalam perkembangan kota di masa yad diperlukan tambahan IPLT baru agar tidak
membebani IPLT Muara Fajar, alternatifnya di bagian barat dan timur kota

Rencana Sistem Pengelolaan Sanitasi (off-site)

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 16


4.3. Sistem Pengelolaan Persampahan

4.3.1 Proyeksi Timbulan Sampah

Timbulan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota menunjukkan perkembangan


yang cukup tinggi dan membutuhkan pengendalian, salah satunya melalui program 3R
(reduce, recycle & reuse). Berikut ini perkiraan tmbulan sampah yang dihasilkan dari
lingkungan perumahan:

4.3.2 Sistem Pengelolaan Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada gambar 3


berikut ini dan perkiraan timbulan sampah sampai dengan tahun 2026 dapat dilihat pada
tabel 3..

Tabel 3
Perkiraan Timbulan Sampah di Kota Pekanbaru
Asumsi. Proyeksi Timbulan (kg/hari)
Kecamatan
Kg/org/hr 2009 2010 2015 2020 2025 2026
SUKAJADI 0,52 31.063 32.301 39.033 47.102 54.052 55.201
PEKANBARU KOTA 0,64 21.365 22.217 28.497 34.258 39.462 40.300
SAIL 0,52 12.898 13.413 17.080 20.533 23.652 24.155
LIMA PULUH 0,56 26.596 30.959 35.347 42.493 48.948 49.988
SENAPELAN 0,56 23.320 24.250 30.602 36.789 42.378 43.278
RUMBAI 0,52 27.916 29.030 35.916 43.176 49.736 50.793
BUKIT RAYA 0,56 50.037 52.032 63.257 76.045 87.598 89.459
TAMPAN 0,56 58.299 60.623 67.746 81.441 93.812 95.806
MARPOYAN DAMAI 0,51 66.342 68.987 84.721 101.847 117.319 119.812
TENAYAN RAYA 0,52 54.126 56.285 67.564 81.223 93.561 95.549
PAYUNG SEKAKI 0,56 43.147 44.868 57.362 68.957 79.433 81.120
RUMBAI PESISIR 0,64 44.197 45.959 56.949 68.460 78.861 80.536
Total ( dalam kg/hari) 459.306 480.924 584.074 702.324 808.812 825.997
(dalam ton/hari) 459 481 584 702 809 826

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 17


Gambar 3
Sistem Pengelolaan Sampah Kota

Sumbe
TPA
Pemilahan & Pengomposan

Sampah Sampah organik

Pengomposan

Gambar Daerah pelayanan eksisting & target pelayanan sampai tahun 2026

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 18


4.4 Sistem Drainase Kota dan Lingkungan

Perkembangan produksi air limbah domestik tersebut di atas juga membawa dampak
pada drainase lingkungan. Hingga saat ini masih banyaknya rumah tangga yang
membuang air limbahnya (air bekas mandi, cuci, dan dapur) langsung ke saluran
drainase atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini menimbulkan dampak yang
kurang baik baik lingkungan.

Meningkatnya timbulan sampah juga sering tidak diiringi dengan penyediaan sarana dan
prasarana pengangkutan dan pembuangan sampah yang memadai. Hal ini
menyebabkan seringnya terjadi pembuangan sampah ke saluran-saluran atau sungai.
Hal ini menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan dan dapat
mengakibatkan terjadinya genangan / banjir di musim hujan.

Di sisi lain adalah meningkatnya intensitas penggunaan lahan dan bangunan. Beberapa
pelanggaran yang sulit diawasi dan dikendalikan di antaranya adalah:
 KDB (Koefisien Dasar Bangunan), sering terjadi pemilik rumah membangun lebih
besar dari KDB yang telah ditentukan.
 Tidak menyediakan sumur resapan, baik secara individu maupun komunal
 Pemilik Rumah-Toko (ruko) cenderung untuk membeton lapangan parkir
 Berkurangnya taman-taman lingkungan atau telah berubah fungsi

Hal-hal tersebut di atas mengakibatkan resapan air ke dalam tanah menjadi berkurang.
Air langsung dialirkan ke permukaan atau ke saluran drainase. Dengan demikian beban
dari saluran drainase dan sungai menjadi lebih dari kapasitas yang ada, sehingga terjadi
pelimpasan dan merupakan penyebab terjadinya genangan / banjir.

4.4.1 Penataan Drainase Kota

Penataan sistem drainase kota adalah pendekatan keterpaduan dan keberlanjutan.


Dengan demikian pembangunan drainase harus dapat memberikan dampak luas, tidak
hanya aspek kesehatan lingkungan saja, akan tetapi dapat memberikan dampak positip
terhadap hal-hal lain diantaranya sumber daya air, pariwisata, pertamanan, dan
kesehatan masyarakat dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan dan peningkatan
perekonomian.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 19


Gambar 4
Pendekatan Pengembangan Drainase Kota

RENCANA AKSI KELUARAN

TATA KELOLA SAMPAH - KESEHATAN LINGK.


• BUDAYA BERSIH - KOMPOS, PERTAMANAN
• TERTIB PERSAMPAHAN - KALIBERSIH
DAERAH TANGKAPAN (CATCHMENT)
• RETENSI :DRUM
BAK PENAMPUNGAN : - BUDIDAYA LELE/GURAME/IKAN HIAS
• RESAPAN :BIOPORI - CADANGAN AIR TANAH
WADI - TAMAN AIR
SUMUR RESAPAN
• RESERVOIR : DANAU KECIL / SETU - CADANGAN AIR TANAH
- WISATA AIR, BUD. IKAN, PEMANCINGAN
- RESTAURAN TERAPUNG
PENGEMBANGAN SANITASI DRAINASE EXISTING - HEMAT BIAYA
/ DRAINASE • PEMBERSIHAN - PADAT KARYA - LAP KERJA.
- MEKANISASI - BUTUH INVESTASI SUCKTION TRUCK
• REFUNGSI/VITALISASI - EVALUASI DIMENSI
• PENYEMPURNAAN - POLA JARINGAN (PRIMER, SECKUNDER )

ALUR SUNGAI
• NORMALISASI/PENGERUKAN ANAK S. - PROKASIH
SIAK - OLAHRAGA AIRDAYUNG,
: KANO
Power booting, Banana boot
- WISATA AIR
- JALUR HIJAU
- JOGING TRACK
• JALAN INSPEKSI (S. SAIL ) - PENGEMB. PARIWISATA DAERAH
- TRANSPORTASI AIR
- PENERTIBAN KAKILIMA
• PENATAAN TEPI/BANTARAN S. SIAK - FUNGSI TANGGUL BANJIR
- PENURAPAN/SHEET PILE
- ALUR PELAYARAN
- PENGEMBANGAN PARIWISATA
- WATERFRONT CITY/MARINA
- PENGEMBANGAN PELABUHAN

5. PILOT PROJECT

Pekerjaan Pilot Project dilakukan pada tahun 2008 dan tahun 2009.

Air Limbah
Sasaran kegiatan yaitu mengurangi beban pencemaran pada badan air .
Kegiatan : Memperbaiki sistim sanitasi di lingkungan masyarakat dengan membuat MCK
dan pemasangan tangki septik Biofil.

Persampahan
Sasaran kegiatan yaitu mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA. Pemanfaatan
sampah jalan protokol , taman dan hutan kota sebagai bahan baku kompos
Kegiatan : Pembuatan kompos

Kesehatan Masyarakat
Sasaran kegiatan yaitu meningkatkan peran serta guru dan murid untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.
Kegiatan : Meningkatkan sarana dan prasarana kegiatan cuci tangan pakai sabun di
SD.

Inventarisasi Sistem Drainase


Sasaran kegiatan yaitu memperbaiki kualiltas saluran drainase perkotaan.
Kegiatan : Melakukan inventarisasi data mengenai kondisi saluran drainase.

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 20


6. PROGRAM PEMBANGUNAN SANITASI KOTA

Program pembangunan sanitasi kota dibagi atas beberapa tahapan, yaitu:


(1) Jangka pendek (2010 - 2011) atau Tahap Pertama
(2) Jangka Menengah (2012 - 2016) atau Tahap Kedua
(3) Jangka Panjang (2017 - 2026) atau Tahap Ketiga dan Keempat

Fokus utama dari kegiatan pada Tahap Pertama adalah :


- Memperbaiki kondisi dan situasi sanitasi yang sifatnya darurat dan mendesak,
khususnya kawasan perumahan padat di pusat kota, tepian sungai, dan rawan banjir
- Memperbaiki sarana dan prasarana sanitasi utama agar dapat segera berfungsi
dengan optimal, misalnya : perbaikan IPLT Muara Fajar, perbaikan / renovasi Depo
Transfer dan TPS, peremajaan armada pengangkutan sampah dan lumpur tinja, dll.
- Aktif memberikan sosialisasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang
sanitasi yang baik dan kesehatan lingkungan, serta meningkatkan keterlibatan dan
partisipasi mereka
- Penyusunan rencana dan program sanitasi yang lebih rinci, beserta penyediaan
anggarannya.
- Pemantapan kelembagan sanitasi dan peningkatan kapasitas SDM
- Penyediaan perangkat peraturan yang menunjang implementasi sanitasi yang baik
- Mempersiapkan replikasi proyek percontohan untuk lokasi-lokasi lainnya, seperti
pembangunan MCK Plus, IPAL Komunal, Depo Transfer / TPS, Komposting, Survei
dan Inventarisasi Drainase, dll.

Sedangkan Fokus utama pada Tahap Kedua adalah:


- Pencapaian target-target yang telah disepakati, khususnya target MDG 2015, RPJM,
RPIJM, dan target pembangunan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi
- Percepatan pembangunan sanitasi di kelurahan-kelurahan prioritas
- Penguatan dan peningkatan kinerja kelembagaan sanitasi
- Peningkatan pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan-peraturan
di sektor sanitasi
- Peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan sanitasi kepada masyarakat, seperti jasa
pengurasan dan pengangkutan lumpur tinja, jasa pengangkutan sampah, dll.
- Peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam membayar jasa-jasa
sanitasi seperti iuran kebersihan / pengangkutan sampah, biaya pengursan septik
tank, dll.

Fokus utama pada Tahap Ketiga dan seterusnya adalah :


- Terus melakukan perluasan pelayanan sanitasi ke bagian wilayah kota lainnya yang
belum terjangkau, khususnya pembangunan perumahahan baru di pinggiran kota.
- Terus melakukan pemeliharaan atas sarana dan prasarana sanitasi yang telah
dibangun.
- Melakukan up-dating database sanitasi sebagai penunjang bagi perencanaan yang
lebih baik, monitoring dan evaluasi program-program pembangunan sanitasi, dll.

---

Strategi dan Rencana Sanitasi Kota 21

Anda mungkin juga menyukai