BAB I
PENDAHULUAN
Penyusunan BPS merupakan tahap awal yang penting dalam penyusunan Strategi Sanitasi
Provinsi (SSP), dimana SSP menjadi pedoman dalam pembangunan sanitasi di wilayah
Provinsi DKI Jakarta. Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi
penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan
kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan
sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan sekunder, sehingga sering
terpinggirkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan
standar kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan
keterbatasan daya tampung dan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi
menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.
bab I - halaman 1
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kondisi sanitasi Indonesia berada di peringkat 6 dari 9 negara ASEAN dibawah Vietnam
dan diatas Myanmar
Target Millenium Development Goals (MDGs) dalam bidang sanitasi adalah terlayaninya
50% masyarakat yang belum mendapat akses air bersih yang aman dan berkelanjutan dan
fasilitas sanitasi dasar. Jelas tantangan ini sangat berat apalagi diketahui bahwa cakupan
pelayanan baik di perkotaan maupun pedesaan masih sangat rendah dan mengakibatkan
kecenderungan meningkatnya angka penyakit terkait air dan menurunnya kualitas air tanah
dan air permukaan sebagai sumber air baku untuk air minum.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksanaan RPJMN 2010 2014 serta
pelaksanaan PP Nomor 16 Tahun 2006 tentang Standar Pelayanan Minimal, dan RPJMD
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 2012 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan
beberapa pembangunan di bidang sanitasi dan kesehatan. Berikut disampaikan kondisi
umum sanitasi di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 sebagai tahun dasar (base year),
yang meliputi sektor penyediaan air minum, sektor pengelolaan limbah domestik, sektor
pengelolaan sampah, sektor drainase, dan sektor pengembangan PHBS.
Berkenaan dengan sektor penyediaan air bersih, saat ini PDAM telah bermitra dengan
swasta yaitu PT. Palyja, dan PT. Aetra yang telah memiliki Instalasi Pengolahan Air (IPA) di
Pejompongan I, Pejompongan II, Cilandak, Pusat Distribusi Lebak Bulus (DC 5). Cakupan
pelayananan terhadap pelanggan PDAM di wilayah Provinsi DKI Jakarta baru mencapai
61,36 persen (perpipaan). Untuk pelanggan yang belum dapat dilayani dengan air
perpipaan, maka dilayani 21 kios air dan 1091 hidran umum.
Mengenai pengolahan air limbah, Provinsi DKI Jakarta telah membangun dan
memfungsikan 4 (empat) lokasi sarana pemulihan pencemaran air waduk, 2 (dua) unit
Instalasi Pengolahan Limbah Septik Tank (IPLS) yang berlokasi di Duri Kosambi, Jakarta
Barat dan Pulo Gebang, Jakarta Timur. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) juga telah
dibangun di 4 pasar, 27 gedung kantor pemerintahan, 3 kawasan permukiman, 2 kawasan
industri kecil dan Taman Marga Satwa Ragunan, serta 11 pengolahan limbah domestik
berbasis masyarakat atau dikenal dengan MCK ++ dan MCK biasa yang pengelolaannya
dilakukan oleh masyarakat. Namun demikian, masih terdapat berbagai permasalahan
terutama belum meratanya pelayanan pengolahan air limbah yang ada.
bab I - halaman 2
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kondisi pengelolaan sampah di Provinsi DKI Jakarta cukup kompleks mengingat tingginya
timbulan sampah Jakarta, yaitu mencapai 28.215 m3/hari dengan prediksi kenaikan 5 persen
pertahun. cakupan pelayanan sampah di DKI Jakarta mencapai 84,92 persen yang terdiri
dari sampah terangkut ke TPST Regional Bantargebang dan sampah yang diolah di titik-titik
3R skala rumah tangga dan pengolahan sampah skala kota. Saat ini Jakarta hanya
mempunyai 1 (satu) buah TPA, yaitu TPST Bantargebang yang letaknya di wilayah Kota
Bekasi, sekitar 40 km di sebelah timur Jakarta, yang telah ditingkatkan fungsinya menjadi
TPST dengan hasil pengolahan berupa kompos dan tenaga listrik. Selain itu juga terdapat
dua buah tempat pengolahan sampah skala kota, yaitu SPA di Sunter dan PDUK milik
swasta di Cakung-Cilincing yang akan ditingkatkan fungsinya menjadi Intermediate
Treatment Facility (ITF) pada tahun 2012. Berdasarkan Review Master Plan persampahan
tahun 2005 untuk periode 2005 2015 jumlah ideal ITF untuk DKI Jakarta sebanyak empat
buah yang terletak di masing-masing daerah pelayanan (Barat, Utara, Selatan dan Timur),
berarti pembangunan ITF masih kurang tiga buah lagi. Penanganan sampah yang dilakukan
oleh Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta terdiri dari penanganan langsung dan tidak
langsung. Permasalahan kekurangan sarana angkutan sampah dan tenaga kerja lapangan
telah dapat diatasi dengan melakukan kerja sama dengan swasta dalam kegiatan
swastanisasi kebersihan, sewa typer, sewa compactor, dan angkutan sampah PD Pasar
Jaya. Permasalahan pengelolaan sampah di DKI Jakarta baik dalam aspek kelembagaan,
regulasi, pendanaan, teknik operasional dan peran serta masyarakat akan dijelaskan lebih
rinci dalam bab selanjutnya.
Sektor sanitasi lainnya adalah drainase, pembangunan sektor drainase dilaksanakan untuk
melakukan pengendalian dan penanggulangan kejadian banjir dan genangan, mengingat
kondisi wilayah DKI Jakarta dengan topografi relative datar yang mengakibatkan air hujan
tidak bisa mengalir (kecepatan aliran sungai rendah), curah hujan yang cukup tinggi, serta
menurunnya kemampuan saluran drainase akibat sedimentasi dan sampah serta adanya
jaringan utilitas kota dalam saluran drainase. Dan diperburuk oleh pesatnya alih fungsi lahan
yang ada akibat pertambahan penduduk yang pesat, lebih jauh lagi kejadian banjir dan
genangan di Jakarta terutama di wilayah pesisir pantai utara akibat meningkatnya
permukaan air laut. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah provinsi DKI Jakarta, saat ini telah
membangun 36 sistem polder; pembangunan situ / waduk; normalisasi (perbaikan /
pengerukan) saluran drainase makro dan mikro, serta terbangunnya Banjir Kanal Timur
untuk mengurangi banjir.
bab I - halaman 3
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Pelaksanaan kegiatan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Provinsi DKI Jakarta
semakin menunjukkan peningkatan, hal Ini disebabkan oleh semakin meningkatnya
pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat akan pentingnya hidup sehat, semakin
meningkatnya peran serta lintas sektor terkait dalam upaya pembinaan PHBS dan semakin
berkembangnya Pemberdayaan Masyarakat dalam bentuk Berbagai UKBM (Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) seperti Posyandu, Surveilans berbasis
masyarakat, penanggulangan gawat darurat dan bencana, dana sehat dll. Dari hasil
kegiatan PHBS yang dilakukan pada tahun 2010 di indikasikan bahwa dari 501.406 rumah
tangga yang dipantau terdapat 396.878 rumah tangga yang sudah ber-PHBS atau sekitar
65,56 persen.
Kebijakan bidang sanitasi juga tertuang dalam RPJMN dan RPJMD Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Uraian mengenai target RPJMN 2010-2014, RPJMD dan Kondisi Umum Sanitasi
Provinsi DKI Jakarta disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Target RPJMN, RPJMD dan Kondisi Umum Sanitasi Provinsi DKI Jakarta
bab I - halaman 4
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
- Meningkatkan
regulasi dan
pengelolaan - Meningkatkan fungsi
operasional TPA Bantargebang
pelayanan menjadi TPST (Tempat
persampahan; Pengolahan Sampah
Terpadu) yang
operasional
pengelolaannya
dikerjasamakan
- Meningkatkan dengan swasta;
bab I - halaman 5
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
- Memisahkan dan
memperkuat fungsi
operator
pengelolaan
sampah;
- Meningkatnya
fungsi regulator
bab I - halaman 6
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
- Terkelolanya
sampah yang ada
di sungai, laut dan
Muara Teluk
Jakarta.
Di samping itu RPJMN di Bidang Sanitasi telah menetapkan 3 (tiga) target, sebagaimana
tercantum dalam Tabel 1.1 yang sekaligus menggambarkan kondisi umum sanitasi Provinsi
DKI Jakarta yang masih cukup jauh dari target RPJMN Bidang Sanitasi tersebut.
Program dan kegiatan PPSP juga diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam hal
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terutama meningkatkan IPM kesehatan
di Provinsi DKI Jakarta. Dimana IPM Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencapai 73,2 persen
bab I - halaman 7
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
dapat melampaui IPM Kesehatan Nasional sebesar 69 persen. Perbandingan IPM Provinsi
DKI Jakarta dan IPM Nasional dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Perbandingan IPM Provinsi DKI Jakarta dan IPM Nasional
Program dan kegiatan PPSP diharapkan dapat memberikan pengaruh juga terhadap
kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi, dalam hal ini, merupakan kegiatan yang tidak
terpisahkan dari semangat kegiatan nasional saat sekarang ini seiring dengan upaya
bangsa Indonesia yang sedang berpacu dengan waktu untuk mencapai target yang
disepakati bersama yaitu MDGs yang salah satu kesepakatannya adalah mengurangi
separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat
serta penanganan sanitasi dasar yang merupakan target ke 10 MDGs.
Pengertian sanitasi dari beberapa sumber adalah usaha pengawasan terhadap semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi
sehingga merugikan pertumbuhan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidupnya(sumber :
WHO). Sedangkan pengertian sanitasi menurut panduan TTPS Sanitasi juga diartikan
sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan
sampah secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup
yang sehat baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya.
Ruang lingkup penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan On Site dengan menggunakan Septic Tank yaitu bangunan pengolah dan
pengurai kotoran tinja manusia cara setempat.
2. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara
terpusat.
bab I - halaman 8
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan
oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain
sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).
4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor
air kota dan memutuskan air permukaan.
5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih bagi
masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air
permukaan maupun air tanah.
Maksud penyusunan Buku Putih Sanitasi Provinsi DKI Jakarta adalah untuk
menggambarkan profil sanitasi (sanitation mapping) atau gambaran secara lebih lengkap
yang menggambarkan kondisi sanitasi di wilayah Provinsi DKI Jakarta saat ini dengan cara
melakukan beberapa studi. Adapun studi-studi pendukung dalam penyusunan Buku Putih
Sanitasi antara lain Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Risk
Assesment/EHRA).
Tujuan dari penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah :
1. Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada di Provinsi DKI Jakarta serta
melakukan identifikasi strategi dan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor
sanitasi.
2. Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku
(stakeholder) AMPL-BM Provinsi DKI Jakarta.
3. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan
pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.
bab I - halaman 9
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
1.4.2 Metodologi
Berkaitan dengan tahapan Penyusunan BPS Provinsi DKI Jakarta, kegiatan diarahkan untuk
Pengumpulan data sekunder dari masing-masing SKPD Anggota Pokja terkait Bidang
permasalahan), Penyusunan Draft BPS Provinsi DKI Jakarta. Semua tahapan pelaksanaan
disiapkan oleh Anggota Pokja Sanitasi Provinsi DKI Jakarta. Untuk lebih memahami proses
dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi secara menyeluruh, akan disajikan beberapa
hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini
1. Sumber Data
Sumber data dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Provinsi DKI Jakarta,
meliputi :
a. Data primer : yaitu data yang bersumber dari survei atau observasi lapangan yang
dilakukan Pokja. Data primer dapat berupa rekaman hasil wawancara maupun
potret/ dokumentasi kondisi eksisting di lapangan. Data primer dalam buku putih
sanitasi (BPS), meliputi : Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survei peran
media dalam perencanaan sanitasi, Survei kelembagaan, Survei keterlibatan pihak
swasta dalam pengelolaan sanitasi, Survei keuangan, Survei prioritas setting area
beresiko serta Survei peran serta masyarakat dan gender.
b. Data sekunder : yaitu data yang diperoleh dari dokumen yang dimiliki tiap Dinas/
SKPD Anggota POKJA Sanitasi Provinsi DKI Jakarta, buku-buku umum ekspose
Provinsi DKI Jakarta secara umum seperti :
RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 2012
bab I - halaman 10
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik
antara lain :
Desk Study (kajian Literature, data sekunder)
Field Research (Observasi, wawancara responden)
FGD (focus group discussion) dan in-depth interview
Pengumpulan data yang dilakukan kelompok kerja sanitasi Provinsi DKI Jakarta,
tidak hanya melakukan kompilasi tetapi juga melakukan proses seleksi dan verifikasi
data. Teknik kajian dokumen tersebut digunakan pokja untuk dijadikan dasar
pembuatan peta kondisi sanitasi secara actual dan memotret kondisi serta kebutuhan
akan layanan sanitasi yang baik
3. Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan cara menganalisa atau mengkaji beberapa data
dan informasi yang didapatkan baik berdasarkan desk study atau kajian lapangan
dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
bab I - halaman 11
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
2. Penilaian dan Pemetaan Situasi Sanitasi Provinsi (Penyusunan Buku Putih Sanitasi
Provinsi);
3. Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi Provinsi (SSP);
4. Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi;
5. Pemantauan dan Evaluasi.
BPS Provinsi DKI Jakarta diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis bagi
penyusunan Strategi Sanitasi Provinsi (SSP), dimana Rencana Pembangunan Sanitasi
Provinsi dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih
Sanitasi.
Gambar 1.1 Posisi Buku Putih dalam Pengembangan Strategi Sanitasi Provinsi
Tahap 1 :
Pengenalan Program dan
Pembentukan Pokja Sanitasi
Provinsi
Tahapan BPS :
1. Pengumpulan data
Tahap 2 :
Sekunder dan
Penilaian dan Pemetaan Situasi
Persepsi Anggota
Sanitasi Provinsi (Penyusunan BPS
Pokja Sanitasi;
Provinsi DKI Jakarta)
2. Studi Penilaian
Resiko Kesehatan
Lingkungan
Tahap 3 : (EHRA);
Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi 3. Penetapan Area
Provinsi (SSP) Beresiko Sanitasi;
4. Penyusunan BPS
Provinsi DKI
Jakarta.
1.6. Peraturan Perundangan
Penyusunan Buku Putih Sanitasi Provinsi DKI Jakarta mengacu pada beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional/ pusat maupun daerah. Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Provinsi DKI Jakarta didasarkan pada
aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :
1. Undang-undang:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
c. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
d. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
bab I - halaman 12
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
2. Peraturan Pemerintah :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air;
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air;
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan;
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Pengembangan Sistim
Penyediaan Air Minum;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
i. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
k. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
bab I - halaman 13
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
3. Keputusan Presiden :
a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan;
b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air;
c. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan
atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air;
1. Peraturan Presiden :
a. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;
F. Keputusan Menteri :
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995
tentang Program Kali Bersih;
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum;
3. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata
Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum;
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum;
bab I - halaman 14
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
bab I - halaman 15
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
3. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan
Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di
Wilayah DKI Jakarta.
4. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 30 Tahun 1999 tentang Perijinan
Pembuangan Limbah Cair di DKI Jakarta.
5. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2005 tentang Perubahan
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 115 Tahun 2001 tentang Pembuatan Sumur
Resapan.
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan, metode
yang digunakan dalam penyusunan, posisi buku putih, peraturan perundangan
yang dipakai, dan sistematika penulisan yang digunakan.
bab I - halaman 16
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
BAB VI PENUTUP
Memuat harapan dan langkah langkah tindak lanjut (opsi pengembangan yang
dapat dipertimbangkan dalam penyusunan SSP).
MAKSUD DAN
TUJUAN
BAB II
GAMBARAN UMUM
BAB III
PROFIL SANITASI
PROVINSI
BAB V
STUDI EHRA
BAB IV
RENCANA PROGRAM
SANITASI YANG
SEDANG BERJALAN
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
Pembahasan laporan dimulai dengan Bab I yang berisi maksud dan tujuan serta
metodologi penusunan dan sistematika pembahasan laporan. Bab I ini merupakan dasar
pembahasan bab berikutnya dalam laporan ini .
bab I - halaman 17
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Bab II membahas gambaran umum kondisi Provinsi DKI Jakarta yang meliputi
kondisi fisik, sosial ekonomi, kelembagaan dan peraturan perundangan serta sekilas
mengenai kondisi sanitasi. Bab ini merupakan acuan awal dalam penyusunan program dan
strategi seluruh sektor sanitasi.
Bab III membahas profil ekisting seluruh sektor sanitasi secara mendetail termasuk
program, strategi dan permasalahan yang dihadapi. Bab III ini merupakan inti dari buku putih
sanitasi yang kemudian ditambah dengan Bab IV yang berisi program dan kegiatan yang
sedang berjalan pada seluruh sektor sanitasi.
Bahasan profil detail ekisting seluruh sektor sanitasi yang terdapat pada Bab III serta
program dan strategi yang sedang berjalan yang muncul di Bab IV, kemudian didukung
dengan hasil studi EHRA yang terdapat pada Bab V. Hasil penting studi EHRA ini adalah
Peta sebaran tingkat resiko lingkungan secara spasial di Provinsi DKI Jakarta yang dapat
digunakan sebagai acuan tambahan dalam penyusunan program dan strategi seluruh sektor
sanitasi.
Sementara itu Bab VI merupakan kesimpulan dari profil eksisting dan program serta
strategi sanitasi yang didukung dengan hasil studi EHRA. Disamping itu, Bab VI juga berisi
saran tindak untuk meningkatkan capaian pelaksanaan program dan strategi sanitasi serta
saran untuk perbaikan penyusunan laporan Buku Putih Sanitasi dimasa yang akan datang.
bab I - halaman 18